Arjawinangun,
Cimalaya,
Pamanukan,
Kandanghaur-Waled,
Eosen Akhir sampai Oligosen Awal. Pada beberapa tempat di Formasi ini
ditemukan minyak dan gas pada rekahan-rekahan tuff (Budiyanti, et.
al,1991).
3. Formasi Talang Akar
Formasi ini terendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Jatibarang.
Litologi penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari serpih gampingan
dengan sedikit kandungan pasir, batulanau dengan sisipan batupasir
terkadang juga dijumpai konglomerat secara lokal. Pada bagian atas disusun
oleh batuan karbonat. Formasi ini terbentuk pada lingkungan delta sampai
laut yang merupakan hasil dari fase transgresi kedua pada Neogen (Sinclair,
et.al, 1995). Adapun pembentuk formasi ini terjadi dari kala Oligosen sampai
dengan Miosen Awal. Pada formasi ini juga dijumpai lapisan batubara yang
kemungkinan terbentuk pada lingkungan delta. Batubara dan serpih tersebut
merupakan batuan induk (source rock) untuk hidrokarbon. Ketebalan
formasi ini berkisar antara 50 300m (Budiyanti, et.al, 1991).
4. Formasi Baturaja
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar. Adapun
litologi penyusunnya berupa batugamping terumbu dengan penyebaran tidak
merata. Pada bagian bawah tersusun oleh batuagamping massif yang
semakin ke atas semakin berpori. Selain itu juga ditemukan dolomit,
interklasi serpih glaukonitan, napal, rijang, dan batubara. Formasi ini
terbentuk pada kala Miosen Awal Miosen Tengah (terutama asosiasi
foraminifera). Lingkungan pembentukan formasi ini adalah pada kondisi laut
dangkal, air cukup jernih, sinar matahari (terutama dari melimpahnya
foraminifera Spriroclypeus sp.) ketebalan formasi ini berkisar pada 50m
(Budiyani, et.al, 1991).
5. Formasi Cibulakan Atas
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan
batugamping.
Batugamping
pada
satuan
ini
umumnya
merupakan
Batugamping
ini
dikenali
sebagai Mid
Main
koral,
alga
cukup
banyak
dijumpai
selain
juga
foraminifera
plangtonik
seperti Globigerina
siakensis.
shale (Oil
Gas
Prone), fluvio
Prone)
deltaic
dan marine
coals, fluvio
claystone (bacterial
deltaic
gas)
sediment yang terbentuk pada system fluvial pada Oligosen Akhir. Batuan
induk tipe ini menghasilkan mnyak dan gas (Moble, et.al, 1991).
c. Marine Lacustrine
Batuan induk ini dihasilkan oleh Formasi Parigi dan Cisubuh pada
cekungan
laut.
Batuan
ini
dicirikan
oleh
proses
methanogenic
yang
terlipat.
Cadangan
terbesar
mengandung
batupasir main atau massive dan Formasi Talang Akar. Minyak diproduksi
dari rekahan volkanclastic dari Formasi Jatibarang (Amril, et.al, 1991). Pada
daerah dimana batugamping Baturaja mempunyai porositas yang baik
kemungkinan menghasilkan akumulasi endapan yang agak besar. Timbunan
pasokan sedimen dan laju sedimentasi yang tinggi pada daerah shelf,
diidentifikasikan dariclinoforms yang menunjukkan adanya progradasi.
Pemasukan sedimen ini disebabkan oleh pembauran ketidakstabilan tektonik
yang
merupakan
akibat
terus
menerus
pada
dasa
dari sequence
sedimen sepanjang batas Selatan dari Kraton Sunda, tipe struktur geologi dan
mekanisme jebakan yang hampir sama. Bentuk utama struktur geologi
adalah dome anticlinal yang lebar dan jabakan dari blok sesar yang miring.
Pada beberapa daerah dengan reservoir reefal built-up, perangka stratigrafi
juga berperan. Perangkap stratigrafi yang berkembang uumnya dikarenakan
terbatasnya penyebaran batugamping dan perbedaan fasies.
4. Jalur Migrasi
Migrasi hidrokarbon terbagi menjadi dua, yaitu migrasi primer dan sekunder,
migrasi primer adalah perpindahan hidrokarbon dari batuan induk kemudian
masuk ke dalam reservoir melalui lapisan penyalur (Kosoemadinata, 1977).
Migrasi sekunder dapat dianggap sebagai pergerakan fluida dalam batuan
penyalur menuju trap.
Jalur untuk perpindahan hidrokarbon mungkin terjadi dari jalur keluar yang
lateral dan atau vertical dari cekungan awal. Migrasi lateral mengambil tempat
didalam unit-unit lapisan dengan permeabilitas horizontal yang baik,
sedangkan migrasi vertical terjadi ketika migrasi yang utama dan langsung
yang tegak menuju lateral. Jalur migrasi lateral berciri tetap dari unit-unit
permeable. Pada Cekungan Jawa Barat Utara saluran utama utuk migrasi
lateral lebih banyak berupa celah batupasir yang mempunyai arah UtaraSelatan dari anggota Main maupun Massive (Formasi Cibulakan Atas). Sesar
menjadi saluran utama untuk migrasi vertikal dengan transportasi yang cepat
dari pergerakan sesar (Noble, et.al, 1997).
5. Lapisan Penutup
Lapisan penutup atau tudung merupakan lapisan impermeable yang dapat
menghambat atau menghentikan jalannya hidrokarbon. Litologi yang sangat
baik sebagai lapisan penutup ialah batulempung dan batuan evaporit.
Pada Cekungan Jawa Barat Utara, hampir setiap Formasi memiliki lapisan
penutup yang efektif. Namun formasi yang bertindak sebagai lapisan penutup
utama adalah Formasi Cisubuh, karena Formasi ini memiliki litologi yang
baik sebagai lapisan penutup (impermeable).