M. Kahfi
NISN.
Siti Khaeryah
NISN.
Yuni Wardini
NISN
.
NISN.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini Telah Disetujui dan Disahkan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Madrasah
Berstandar Nasional (UAMBN) Tahun Ajaran 2010-2011.
Tangerang,.....Februari 2011
Disetujui Oleh :
( Drs. H . Sudirman )
Guru Pebimbing,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................... ......... i
MOTTO ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................
1.1; Latar Belakang Masalah ............................................
1.2; Batasan Masalah .........................................................
1.3; Tujuan Penulisan .......................................................
1.4; Rumusan Penulisan ....................................................
1.5; Metode Penulisan ......................................................
1.6; Alasan Memilih Judul ................................................
1.7; Sistematika Penulisan ..............................................
BAB II
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN SAMPAI PEMILU 1955 ...............
2.1;
2.2;
2.3;
2.4;
2.5;
2.6;
BAB III
BAB IV
KEHIDUPAN EKONOMI
PASCA KEDAULATAN ...........................................
4.1 Peristiwa-Peristiwa Politik Dan Ekonomi
IndonesiaPasca Pengakuan Kedaulatan..................................
BAB V
BAB VI
BAB VII
PENUTUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan karya tulis berupa
makalah yang berjudul nama judul karya tulisnya
Sumber dari makalah ini berupa buku-buku sejarah yang ditambah dengan
informasi yang didapat dari bapak ibu guru di sekolah, browsing di internet referensi
dan sumber-sumber lainnya. Diantara sumber-sumber tersebut saya susun semua
informasi dan fakta yang sesuai dengan karya tulis ini, sehingga menurut saya datadata di dalam paper ini sudah cukup akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui
namun saya berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Akhir kata jika ada sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati
pembaca mohon dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1; LATAR BELAKANG
Supaya lebih dapat mengetahui sejarah-sejarah perkembangan politik dan
ekonomi pada masa Orde Lama dan Orde Baru dan juga rasa keingintahuan tentang
ilmu sejarah, dalam mempelajari ilmu sejarah dapat menambah wawasan atau ilmu
pengetahuan terutama tentang sejarah perkembangan politik dan ekonomi pada tahun
1995-1998 yang termasuk kedalam sejarah politik dan ekonomi di Republik
Indonesia dan untuk mengembangkan rasa kebersamaan serta kerjasama antar siswa.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan kaya tulis ini yaitu:
1; Sebagai salah satu syarat memenuhi UN/UANBN tahun ajaran 2010-2011.
2; Menambah pengetahuan tentang sejarah Republik Indonesia bagi para siswa.
3; Mengembangkan kemampuan dalam penjurusan karya tulis ini.
4;
dan
ekonomi pada masa lampau.
5; Menambah informasi terhadap sejarah politik dan ekonomi di negara Republik
Indonesia.
1.3 METODE PENULISAN
Dalam penyelusuran karya tulis ini, pencarian data dan bahannya penulis
menggunakan metode:
a;
Study Literature
Yaitu penulis menyusun karya tulis ini dengan cara mempelajari buku-buku
yang berhubungan dengan judul yang di bahas.
b;
c;
Media Massa
Penulis juga mencari data melalui media massa seprti majalah, koran dan
internet.
PENDAHULUAN .............................................................
1.8; Latar Belakang Masalah ............................................
1.9; Batasan Masalah .........................................................
1.10; Tujuan Penulisan .......................................................
1.11;
BAB II
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN SAMPAI PEMILU 1955 ...............
2.7;
2.8;
2.9;
BAB III
BAB IV
KEHIDUPAN EKONOMI
PASCA KEDAULATAN ...........................................
4.1 Peristiwa-Peristiwa Politik Dan Ekonomi
IndonesiaPasca Pengakuan Kedaulatan..................................
BAB V
BARU
5.1 Tabel dimensidimensi Sistem Ekonomi
5.2 Periode Orde Lama (1945 1966)
5.3 Periode Orde Baru (1966 1998)
BAB VI
BAB VII
PENUTUP
BAB II
KEMBALI KE NEGARA KESATUAN SAMPAI
PEMILU 1955
2.1. KEMBALI KE NEGARA KESATUAN RI
Negara RIS yang berbentuk federal berdiri sejak Indonesia
memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda tanggal 27 Desember
1949, ternyata tidak mencerminkan cita-cita persatuan dan kesatuan
bangsa seperti yang diamanatkan pada proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Rakyat Indonesia sebagian besar menyadari bahwa RIS
merupakan warisan kolonial Belanda dan bukan keinginan rakyat
Indonesia.
Atas dasar kesadaran itu, maka rakyat di negara-nagara bagian
berusaha kembali ke negara kesatuan. Mereka menuntut bergabung
dengan Negara RI. Pada tanggal 5 April 1950 Negara RIS hanya tinggal
tiga Negara bagian, yaitu Negara Bagian RI, Negara Indonesia Timur dan
Negara Sumatera Timur.
Pada tanggal 19 Mei 1950 berlangsung perundingan antara
Pemerintah RIS yang diwakili Moh Hatta dengan pemerintah RI yang
diwakili oleh Abdul Halim. Perundingan tesebut menghasilkan piagam
persetujuan yang isinya :
a. RIS dan RI sepakat untuk mmbentuk Negara Kesatuan berdasarkan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
tidak
mempercayai
harus
atau
mendukung
kabinet,
maka
kabinet
Alasan bubar
Alasan Bubar
Alasan bubar
Prestasi
Alasan bubar
Prestasi
Alasan bubar
Alasan Bubar
Alasan bubar
Negara Islam
Indonesia (TII).
Dan DI / TII dilakukan dengan mencoba menghalang-halngi
Divisi Siliwangi kemabli ke Jawa Barat. Waktu itu pasukan Siliwangi
baru kemabali dari Jateng untuk melakukan perang gerilya, dalam aksi
mIliter Belanda II. Disamping itu gerombolan DI / TII sering melkukan
bersama rakyat
militer Gerakan
1965.
Orang kedua yang bernama Gerunga juga dapat ditangkap pada bulan
Juli 1965.Berbagai kajian yang menelaah krisis keuangan Asia telah
banyak dilakukan, dari berbagai sudut pandang pula. Secara umum
terlihat suatu pola dan karakteristik yang berlaku sama di seluruh
negara yang dilanda krisis. Namun, dalam hal kedalamannya dan
jangka waktunya, Indonesia dapat dikatakan sangat unik. Sulit mencari
pembandingnya,
barangkali
negara
yang
paling
layak
untuk
4. Di Aceh
Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureueh. Ia pernah
menjabat Gubernur Militer di Aceh. Gerakan ini diproklamasikan pada
tanggal 20 September 1953 yang menyatakan bahwa Aceh merupakan
bagian NII Kartosuwiryo. Ia juga mengeluarkan maklumat yang
menyatakan bahwa Dengan lahirnya proklamasi Negara Islam
Indonesia di Aceh, lenyaplah kekuasaan Pancasila di Aceh dan diganti
pemerintah dari Negara Islam.
Usaha pemerintah menumpas gerakan itu antara lain: 1) operasi
militer yang berhasil merebut kota-kota yang direbut gerombolan
DI/TII. 2)musyawarah kerukunan rakyat Aceh. Musyawarah ini
Indonesia.
c. Pemberontakan Andi Azis
Andi Azis adalah bekas tentara KNIL di Makasar. Pada tanggal 5
April 1950 ia melakukan pemberontakan dengan tujuan ingin
memperthankan Negara Indonesia Timur. Adapun latar belakang
pembrontakan adalah :
juga
menjadi
dalang
pemberontakan
Andi
Azis.
Ketika
jalan damai
politik saling
menjatuhkan.
c; Lahirnya konsepsi presiden Soekarno tahun 1957 tentang pelaksanaan
Indonesia)
Pada tanggal 15 Pebruari 1958, Ahmad Husein
memproklamasikan berdirinya PRRI dengan Syafrudin Prawiranegara
seabagai Perdana Menterinya. Namun sebelum lumnya di dahului
adanya pembentukan dewan-dewan di daerah seperti :
1; Dewan Banteng di Sunmatera barat dipimpin oleh Letkol Ahmad
Husein
2; Dewan Gajah di Medan dipimpin oleh Kolonel M. Simbolon
3; Dewan Garuda di Palembang dipimpin oleh Letkol Berlian
tahun 1959
sidang
Dewan
Konstituante
tidak
mampu
Gotong Royong.
Melihat keadaan yang serba tidak stabil, rakyat merasa tidak puas.
Mereka telah lama mendambakan keadaan yang tenteram, aman dan
damai. Melihat kenyataan itu maka timbul pendapat untuk kembali ke
UUD
1945.
Presiden
Sukarno
sendiri
mengamanatkan
Dewan
BAB III
A; PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN DAN PERTENTANGAN
IDEOLOGIS
Setelah Dekrit Presiden semestinya kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada UUD 1945 dan pelaksanaan Pancasila.
Namun
dalam
kenyataannya
justru
melakasanakan
Demokrasi
Rakyat
Sementara
maka dibentuk
(MPRS).
MPRS
Majelis
dibentuk
dalam liga demokrasia adalah NU, Parkindo, Partai katolik, Liga Muslim,
PSI, PSII, IPKI dan Masyumi. Liga Demokrasi pada bulan Maret 1960
mengeluarkan pernyataan agar dibentuk DPR yang demokratis dan
Konstitusional. Atas usulan atau pernyataan itu peresmian DPR-GR
ditangguhkan sementara. Namun akhirnya anggota DPR-GR tetap
dilantik oleh presiden.
2. PERTENTANGAN ANTAR IDEOLOGI POLITIK
Berbagai upaya untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin telah
dilakukan. Seiring dengan itu, penyelewengan terhadap UUD 1945 juga
banyak dilakukan. Di samping itu terjadi pula pertentangan antar
kelompok politik dengan idiologi yang berbeda.
a. Persaingan kelompok Agama dan Komunis
Persaingan dan pertentangan antara partai politik berdasarkan
ideology semakain nampak sejak pemilu tahun 1955. Hal itu terbukti
dengan empat partai besar pemenang pemilu, yaitu PNI, Masyumi, NU
dan PKI yang memberi gambaran adanya persaingan antara kelompok
Nasionalis, Agama dan komunis.
Pada saat pembentukan DPR-GR, kelompok agama mulai tersisih
(Masyumi). Masyumi tidak terwakili sama sekali. Masyumi dengan
dukungan PSI dan partai-partai lain membentuk liga demokrasi
menentang pembentuka DPR-GR. Para tokoh masyumi mendapat
tekanan dari berbagai pihak yang pro pemerintah. Akhirnya Masyumi
membubarkan diri dan bulan Agustus 1960 Masyumi dilarang oleh
pemerintah.
memperjuangkan
cita-cita
proklamasi.
Namun
dalam
dan pangan;
2; Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti tercantum
kepentingan
nasional
sesuai
dengan
Ketatapan
MPRS
No.XI/MPRS/1966, dan;
4; Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam
ini
Soekarno
berpidato
dengan
nama
BAB IV
KEHIDUPAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN
KEDAULATAN
4.1; Peristiwa-Peristiwa Politik Dan Ekonomi Indonesia Pasca
Pengakuan Kedaulatan
Sejak pengakuan kedaulatan pemerintah Indonesia dihadapkan pada
masalah yang berkaitan dengan dipertahankannya dominasi Belanda atas
ekonomi
Indonesia.Pemerintah
Indonesia
masih
menghormati
pengusaha
lemah
dengan
bantuan
pemberian
sehingga
kemungkinan
ekspor
semakin
berkurang.Untuk
perusahaan-perusahaan
Belanda.
Setealah
itu
terjadi
Politik
Dan
Ekonomi
Indonesia
Pasca
Pengakuan Kedaulatan
Dapatkah kalian menyebutkan kembali isi KMB? Seperti yang
pernah dibahas pada materi sebelumnya, KMB telah menghasilkan
kesepakatan yang diterima oleh masing-masing pihak. Salah satunya
adalah Belanda mengakui kedaulatan RIS. Bagaimanakah kondisi politik
dan ekonomi pada masa pasca pengakuan kedaulatan RIS? Apakah jauh
lebih lebih buruk atau membaik? Setelah kembali ke bentuk negara
kesatuan, RI mengalami dua kali pergantian sistem pemerintahan. Apa
sajakah sistem pemerintahan tersebut? Bagaimana kehidupan politik dan
presiden
menganjurkan
konstituante
untuk
kembali
tanggal
16
September
1963
pemerintah
Malaya
berjangka
pendek,
telah
menciptakan
kondisi
bagi
Selain itu, hutang swasta tersebut banyak yang tidak dilandasi oleh
kelayakan ekonomi, tetapi lebih mengandalkan koneksi politik, dan
seakan didukung oleh persepsi bahwa negara akan ikut menanggung
biaya apabila kelak terjadi kegagalan. Lembaga keuangan membuat
pinjaman atas dasar perhitungan aset yang telah digelembungkan
yang pada gilirannya mendorong lagi terjadinya apresiasi lebih lanjut
(Kelly and Olds 1999). Ini adalah akibat dari sistem yang sering disebut
sebagai crony capitalism. Moral hazard dan penggelembungan aset
tersebut, seperti dijelaskan oleh Krugman (1998), adalah suatu strategi
kalau untung aku yang ambil, kalau rugi bukan aku yang tanggung
(heads I win tails somebody else loses). Di tengah pusaran (virtous
circle) yang semakin hari makin membesar ini, lembaga keuangan
meminjam US dollar, tetapi menyalurkan pinjamannya dalam kurs lokal
(Radelet and Sachs 1998). Yang ikut memperburuk keadaan adalah
batas waktu pinjaman (maturity) hutang swasta tersebut rata-rata makin
pendek. Pada saat krisis terjadi, rata-rata batas waktu pinjaman sektor
swasta adalah 18 bulan, dan menjelang Desember 1997 jumlah hutang
yang harus dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun adalah sebesar
US$20,7 milyar (World Bank 1998).
2. Yang kedua, dan terkait erat dengan masalah di atas, adalah banyaknya
kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan
sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung
beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Ketika
liberalisasi
sistem
perbankan
diberlakukan
pada
BAB V
PERKEMBANGAN BIDANG EKONOMI PADA MASA
ORDE BARU
Dalam upaya pembangunan dalam bidang ekonomi Orde Baru
dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
yang dimulai pada tanggal 1 April 1969. Sektor pertanian merupakan
sektor yang terbesar dalam ekonomi Indonesia. Kurang lebih 55% dari
produksi nasional berasal dari sektor pertanian, sedangkan 75%
penduduk memperoleh penghidupan dari sektor pertanian. Kedudukan
yang menentukan dari sektor pertanian dapat dilihat juga dari sumbangan
penghasilan devisa negara. Lebih 60% dari ekspor Indonesia berasal dari
sektor pertanian. Sebagai sektor terbesar dalam ekonomi Indonesia maka
sektor pertanian merupakan landasan bagi setiap usaha pembangunan.
Sasaran pembangunan dirumuskan secara sederhana dalam Repelita ini
yaitu:
1. pangan;
2. sandang;
3. perbaikan prasarana;
4. perumahan rakyat;
5. perluasan lapangan kerja; dan
6. kesejahtraan rohani.
Kolusi
dan
Nepotisme)
yang
merajalela,
krisis
ekonomi.
Dalam kutub LAISSEZ-FAIRE, negara membiarkan mekanisme
dan lembaga-lembaga pembuatan dan penerapan keputusan ekonomi
dikendalikan oleh swasta. Dan dalam Dirigisme / hegemoni, negara
mengendalikan sepenuhnya mekanisme dan lembaga-lembaga itu. Dua
kutub laissez-faire hegemoni adalah gambaran yang ideal .
Tidak ada negara yang sepenuhnya bersifat laissez-faire ataupun
hegemoni. Artinya tidak ada negara yang sepenuhnya berlepas tangan,
sebaliknya juga tidak ada yang mampu sepenuhnya mengendalikan
Pertanyaan
Siapa pembuatan keputusan
1.
Laisser-Faire
Dirigisme
Desentralisasi
Sentralisasi
(individu)
(negara)
Bagaimana transaksi
2.
informasi alokasi
sumberdaya dan koord.
Pasar
Proses
administrasi
keputusan dilakukan?
3.
Pemilikan Pribadi
Pemilikan
kolektif
penggunaannya?
Bgmn mekanisme
4.
Insentif Ekonomi
Komando
Kompetitif
Non-kompetitif
Internasionalis
Nasionalis
prshn?
5.
6.
1.
2.
4.
dan Hak Milik Intelektual juga merupakan bagian dari berbagai paket
di atas (Pangestu, 1989:3-8, dan 1992:196-197; Nelson, 1990:3-5).
Reformasi besar besaran dalam mekanisme kerja administrasi
negara Indonesia seperti yang disebutkan di atas, menimbulkan dampak
positif terhadap pertumbuhan sektor industri ekspor dan pertumbuhan
ekonomi pada umumnya. Dalam ekonomi mikro terjadi penurunan
hambatan masuk ke pasar (entry barrier), pelonggaran kendala terhadap
kegiatan sektor bisnis dan swastanisasi terbatas yaitu perpindahan
pemilikan BUMN dari pemerintah ke swasta. (Nasution, 1991:14-17)
Dampaknya cukup meyakinkan terhadap ekonomi makro, seperti
investasi asing terus meningkat, sumber pendapatan bertambah dari
perbaikan sistem pajak, produktivitas industri yang mendukung ekspor
non-migas juga meningkat. Namun hutang Indonesia membengkak
menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah hutang komersial
swasta) dan debt-service rationya sudah melewati 30%. Hutang inilah
sebagai salah satu faktor penyebab Rezim Orde Baru runtuh akibat krisis
moneter (penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika dari
2.000-an menjadi 10.000-an per 1 US$). Rezim Orde Baru membangun
ekonomi hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pengendalian inflasi tanpa memperhatikan pondasi ekonomi. Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah satu
faktor produksi, tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
Barang barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia
Dari hasil analisis di., dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
memperhatikan
pemerataan
hasil
pembangunan
dan
BAB VI
PERBEDAAN :
- Orde Lama (Demokrasi Terpimpin)
1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari
satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara
waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands
East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan
tingkat harga.
b. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945
untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
c. Kas Negara kosong.
d. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
ekonomi, antara lain :
a. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.
penerapan dunia swasta dan BUMN yang baik dan bersih. Oleh karena
itu pemerintah selalu dihadapkan pada kritikan yang menyatakan bahwa
penetapan asumsi APBN tersebut tidaklah realistis sesuai keadaan yang
terjadi.
Format APBN pada masa Orde baru dibedakan dalam penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan
berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun
fiskal ini diterapkan seseuai dengan masa panen petani, sehingga
menimbulkan kesan bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan
petani.
APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip
berimbang, yaitu anggaran penerimaan yang disesuaikan dengan
anggaran pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang sama antara
penerimaan dan pengeluaran. Hal perimbangan tersebut sebetulnya
sangat tidak mungkin, karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu
mengalir. Pinjaman-pinjaman luar negeri inilah yang digunakan
pemerintah untuk menutup anggaran yang defisit.
Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan pada
anggaran penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman tersebut
adalah utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban
pengeluaran di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pada dasarnya
APBN pada masa itu selalu mengalami defisit anggaran.
mengalami kemunduran.
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat
keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari
1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan
Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas
membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.
Pakdes 1987
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi
saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut
oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka
pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49%
dari total emisi.
Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa
efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten
yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Pakto 88
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai
dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang
ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga
deposito.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar
modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah
memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar
modal.
Pakdes 88
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada
pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa.
Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode
1988 hingga sekarang.
patih
di Purwokerto (1896), mendirikan koperasi yang bergerak dibidang
simpanpinjam.
Untuk memodali koperasi simpan- pinjam tersebut di samping
banyak menggunakan uangnya sendiri, beliau juga menggunakan kas
mesjid
yang dipegangnya (Djojohadikoesoemo, 1940, h 9). Setelah beliau
mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah
dikembalikan secara utuh pada posisi yang sebenarnya.
Kegiatan R Aria Wiriatmadja dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf
Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas.
Ketika
ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja wolksbank secara Raiffeisen
(koperasi simpan-pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-Delitzsch
(koperasi
simpan-pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia kembali
dari
cuti melailah ia mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana
telah
dirintis oleh R. Aria Wiriatmadja . Dalam hubungan ini kegiatan
simpanpinjam
yang dapat berkembang ialah model koperasi simpan-pinjam lumbung
dan modal untuk itu diambil dari zakat.
Selanjutnya Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908
untuk
melakukan kegiatan distribusi barang yang jumlahnya semakin hari
semakin
kurang karena situasi perang dan tekanan ekonomi Internasional
(misalnya
gula pasir, minyak tanah, beras, rokok dan sebagainya). Di lain pihak
Pemerintah pendudukan bala tentara Jepang memerlukan barang-barang
yang dinilai penting untuk dikirim ke Jepang (misalnya biji jarak, hasilhasil
bumi yang lain, besi tua dan sebagainya) yang untuk itu masyarakat agar
menyetorkannya melalui Kumiai. Kumiai (koperasi) dijadikan alat
kebijaksanaan dari Pemerintah bala tentara Jepang sejalan dengan
kepentingannya. Peranan koperasi sebagaimana dilaksanakan pada
zaman
Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang tersebut sangat merugikan
bagi para anggota dan masyarakat pada umumnya.
dalam UUD 1945. DR. H. Moh Hatta sebagai salah seorang Founding
Father Republik Indonesia, berusaha memasukkan rumusan
perkoperasian
di dalam konstitusi. Sejak kemerdekaan itu pula koperasi di Indonesia
mengalami suatu perkembangan yang lebih baik. Pasal 33 UUD 1945
ayat 1
beserta penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan azas
kekeluargaan tersebut adalah koperasi. Di dalam pasal 33 UUd 1945
tersebut
diatur pula di samping koperasi, juga peranan daripada Badan Usaha
Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Swasta.
Pada akhir 1946, Jawatan Koperasi mengadakan pendaftaran
koperasi dan tercatat sebanyak 2500 buah koperasi di seluruh Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia bertindak aktif dalam pengembangan
perkoperasian. Disamping menganjurkan berdirinya berbagai jenis
koperasi
Pemerintah RI berusaha memperluas dan menyebarkan
pengetahuantentang
koperasi dengan jalan mengadakan kursus-kursus koperasi di berbagai
tempat.
Pada tanggal 12 Juli 1947 diselenggarakan kongres koperasi se Jawa
di
muka Dewan Perwakilan Rakyat yang berkaitan dengan program
perekonomian antara lain sebagai berikut :
.. Menggiatkan pembangunan organisasi-organisasi
rakyat , istimewa koperasi dengan cara pendidikan, penerangan,
pemberian
kredit yang lebih banyak dan lebih mudah, satu dan lain seimbang
dengan
kemampuan keuangan Negara.
Untuk memperbaiki perekonomian-perekonomian rakyat Kabinet
Wilopo antara lain mengajukan suatu program koperasi yang terdiri
dari tiga
bagian, yaitu :
a. Usaha untuk menciptakan suasana dan keadaan sebaik-baiknya bagi
perkembangan gerakan koperasi;
b. Usaha lanjutan dari perkembangan gerakan koperasi;
c. Usaha yang mengurus perusahaan rakyat yang dapat diselenggarakan
atas dasar koperasi.
Selanjutnya Kabinet Ali Sastroamidjodjo menjelaskan program
Pemerintahannya sebagai berikut :
Untuk kepentingan pembangunan dalam
lapangan perekonomian rakyat perlu pula diperluas dan dipergiat gerakan
koperasi yang harus disesuaikan dengan semangat gotong royong yang
spesifik di Indonesia dan besar artinya dalam usaha menggerakkan rasa
kekuatankekuatan
politik di dalam koperasi sebagaimana diatur oleh UU
Perkoperasian tersebut. Dalam kesempatan tersebut, juga diputuskan
bahwa
KOKSI (Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia) Menyatakan
keluar dari keanggotaan ICA.
Tindakan berselang lama yakni dalam bulan September 1965 terjadi
pemberontakan Gerakan 30 September yang didalangi oleh Partai
Komunis
Indonesia (PKI) yang terpengaruh besar terhadap pengembangan
koperasi.
Mengingat dalam UU no. 14 tahun 1965 secara tegas memasukan warna
politik di dalam kehidupan perkoperasian, maka akibat pemberontakan
G30S/PKI pelaksanaanya perlu di pertimbangkan kembali. Bahkan
segera
disusul langkah-langkah memurnikan kembali kekoprasi kepada azasazas
yang murni dengan cara deverpolitisering . Koperasi-koperasi
menyelenggarakan rapat anggota untuk memperbaharui kepengurusan
dan
Badan Pemeriksaannya. Reorganisasi dilaksanakan secara menyeluruh
untuk memurnikan koperasi di atas azas-azas koperasi yang sebenarnya
(murni).
Istimewa
untuk memungkinkan bagi koperasi mendapatkan kedudukan
hokum
dan tempat yang semestinya sebagai wadah organisasi perjuangan
ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan sebagai alat
pendemokrasian ekonomi nasional.
b. Bahwa koperasi bersama-sama dengan sector ekonomi Negara dan
swasta bergerak di segala sektor ekonomi Negara dan swasta
bergerak di segala kegiatan dan kehidupan ekonomi bangsa dalam
rangka memampukan dirinya bagi usaha-usaha untuk mewujudkan
masyarakat Sosialisme Indonesia berdasarkan Panvcasila yang adil
dan makmur di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bahwa berhubungan dengan itu, maka Undang-Undang No. 14 tahun
1965 perlu dicabut dan perlu mencerminkan jiwa, serta cita-cita yang
terkandung dalam jelas menyatakan, bahwa perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan
dan koperasi adalah satu bangunan usaha yang sesuai dengan susunan
perekonomian yang dimaksud itu. Berdasarkan pada ketentuan itu dan
untuk mencapai cita-cita tersebut Pemerintah mempunyai kewajiban
membimbing dan membina perkoperasian Indonesia dengan sikap ing
ngarsa sung tulada, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani .
Dalam rangka kembali kepada kemurnian pelaksanaan UndangUndang Dasar 1954, sesuai pula dengan Ketetapan MPRS No.
XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan
Ekonomi,
Keuangan dan Pembangunan, maka peninjauan serta perombakan
UndangUndang No. 14 tahun 1965 tentang Perkoperasian merupakan suatu
keharusan karena baik isi maupun jiwanya Undang-Undang tersebut
mengandung hal-hal yang bertentangan dengan azas-azas pokok,
landasan
kerja serta landasan idiil koperasi, sehingga akan menghambat kehidupan
dan perkembangan serta mengaburkan hakekat koperasi sebagai
organisasi
ekonomi rakyat yang demokratis dan berwatak social.
Peranan Pemerintah yang terlalu jauh dalam mengatur masalah
perkoperasian Indonesia sebagaimana telah tercermin di masa yang
lampau
pada hakekatnya tidak bersifat melindungi, bahkan sangat membatasi
gerak
serta pelaksanaan strategi dasar perekonomian yang tidak sesuai dengan
jiwa dan makna Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33. Hal yang
demikian itu
akan menghambat langkah serta keswakertaan yang sesungguhnya
merupakan unsur pokok dari azas-azas percaya pada diri sendiri yang
pada
gilirannya akan dapat merugikan masyarakat sendiri.
Oleh karenanya sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966
penjelasannya.
Menurut pasal. 3 UU No. 12/1967, koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social, beranggotakan orangorang
atau badan hukum koperasi yang merupakan tata azas kekeluargaan.
Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa koperasi Indonesia adalah
kumpulan orang-orang yang sebagai manusia secara bersamaan, bekerja
untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan
kepentingan masyarakat.
Dari pengertian umum di atas, maka cirri-ciri seperti di bawah ini
seharusnya selalu nampak:
a. Bahwa koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang dan bukan
kumpulan modal. Pengaruh dan penggunaan modal dalam koperasi
Indonesia tidak boleh mengurangi makna dan tidak boleh
mengaburkan
pengertian koperasi Indonesia berdasarkan perkumpulan orang-orang
dan bukan sebagai perkumpulan modal. Ini berarti bahwa koperasi
Indonesia harus benar-benar mengabdikan kepada perikemanusiaan
dan bukan kepada kebendaan;
b. Bahwa koperasi Indonesia bekerjasama, bergotong-royong
berdasarkan
persamaan derajat, hak dan kewajiban yang berarti koperasi adalah dan
seharusnya merupakan wadah demokrasi ekonomi dan social. Karena
dasar demokrasi ini, milik para anggota sendiri dan pada dasarnya
harus
diatur serta diurus sesuai dengan keinginan para anggota yang berarti
bahwa hak tertinggi dalam koperasi terletak pada Rapat Anggota.
c. Bahwa segala kegiatan koperasi Indonesia harus didasarkan atas
kesadaran para anggota. Dalam koperasi tidak boleh dilakukan
paksaan, ancaman, intimidasi dan campur tangan dari pihak-pihak lain
yang tidak ada sangkut-pautnya dengan soal-soal intern koperasi;
d. Bahwa tujuan koperasi Indonesia harus benar-benar merupakan
kepentingan bersama dari para anggotanya dan disumbangkan para
anggota masing-masing. Ikut sertanya anggota sesuai dengan kecilnya
karya dan jasanya harus dicerminkan pula dalam hal pembagian
pendapatan dalam koperasi.
Dengan berlakunya UU No. 12/1967 koperasi-koperasi yang telah
berdiri harus melaksanakan penyesuaian dengan cara menyelenggarakan
Anggaran dan mengesahkan Anggaran Dasar yang sesuai dengan
UndangUndang tersebut. Dari 65.000 buah koperasi yang telah berdiri ternyata
yang
memenuhi syarat sekitar 15.000 buah koperasi saja. Sedangkan
selebihnya
koperasi-koperasi tersebut harus dibubarkan dengan alasan tidak dapat
menyesuaikan terhadap UU No. 12/1967 dikarenakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Koperasi tersebut sudah tidak memiliki anggota ataupun pengurus
serta
Badan Pemeriksa, sedangkan yang masih tersisa adalah papan nama;
b. Sebagian besar pengurus dan ataupun anggota koperasi yang
bersangkutan terlibat G30S/PKI ;
c. Koperasi yang bersangkutan pada saat berdirinya tidak dilandasi oleh
kepentingan-kepentingan ekonomi, tetapi lebih cenderung karena
dorongan politik pada waktu itu ;
d. koperasi yang bersangkutan didirikan atas dasar fasilitas yang tesedia,
selanjutnya setelah tidak tersedia fasilitas maka praktis koperasi telah
terhenti.
Sejak awal Pelita I pelaksanaan pembangunan telah diarahkan untuk
menyentuh segala kehidupan bangsa sebagai suatu gerak perubahan
kearah kemajuan. Seperti halnya Negara-negara berkembang yang
menderita penjajahan di masa lalu, maka pembangunan yang berlangsung
dalam suatu hubungan kemasyarakatan yang terbentuk dalam
kemerdekaan, merupakan gerak perubahan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh. Dalam kaitan ini, proses pembangunan yang berlangsung
dalam periode transisional dari hubungan saling pengaruh mempengaruti
yang berlaku dalam lingkungan masyarakat colonial kea rah susunan dan
hubungan kemasyarakatan baru, sungguh merupakan pekerjaan besar
yang tidak mudah.
Periode pelita I pembangunan perkoperasian menitikbertkan pada
investasi pengetahuan dan ketrampilan orang-orang koperasi, baik
sebagai orang gerakan koperasi maupun pejabat-pejabat perkoperasian.
sendiri-sendiri.
5. Pembebasan resiko dari anggota-anggota kepada koperasi sebagai satu
unit usaha, yang selanjutnya hal tersebut kembali ditanggung secara
bersama di antara anggota-anggotanya.
menunjukkan
bahwa struktur pasar dari usaha koperasi mempengaruhi performance
dan
success koperasi (Ismangil, 1989).
Kelahiran Bapepam
Pada waktu Pasar Modal dihidupkan kembali tahun 1976, dibentuklah
Bapepam, singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal.
Menurut Keppres No.52/1976, Bapepam bertugas:
Bapepam dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh Presiden dan
dalam melaksanakan tugasnya ia bertanggung-jawab kepada Menteri
Keuangan.
Akhir Dualisme
Pada mulanya, selain bertindak sebagai penyelenggara, Bapepam
sekaligus merupakan pembina dan pengawas. Namun akhirnya dualisme
pada diri Bapepam ini ditiadakan pada tahun 1990 dengan keluarnya
Keppres No. 53/1990 dan SK Menkeu No. 1548/1990.
Keluarnya Keppres 53 tentang Pasar Modal dan SK Menkeu No. 1548
tahun 1990 itu menandai era baru bagi perkembangan pasar modal.
Dualisme fungsi Bapepam dihapus, sehingga lembaga ini dapat
memfokuskan diri pada pengawasan pembinaan pasar modal.
Dengan fungsi ini, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan
kegiatan pasar modal yang teratur wajar, efisien, serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Dibandingkan dengan tugas pokok
Securities Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat, tugas ini
hampir sama. SEC bertugas menjaga keterbukaan pasar modal secara
penuh kepada masyarakat investor dan melindungi kepentingan
masyarakat investor dari malpraktik di pasar modal.
Latar Belakang
1. Meskipun koperasi pertanian pernah menjadi model pengembangan
pada tahun 1960an hingga awal tujuh puluhan, namun pada dasarnya
koperasi pertanian di Indonesia diperkenalkan sebagai bagian dari
dukungan terhadap sektor pertanian. Sejak dahulu sektor pertanian di
koperasi yang ada ketika itu, namun dalam hal bisnis mereka mewakili
sekitar 43% dari seluruh volume bisnis koperasi di Indonesia. KUD
meskipun bukan koperasi pertanian namun secara keseluruhan
dibandingkan koperasi lainnya tetap lebih mendekati koperasi pertanian
dan karakternya sebagai koperasi berbasis pertanian juga sangat
menonjol. Diantara koperasi yang ada di Indonesia yang jumlahnya pada
saat ini lebih dari 103 ribu unit, KUD termasuk yang mempunyai jumlah
KUD aktif tertinggi yaitu 92% atau sebanyak 7931 unit KUD pada saat
ini tidak berbeda dengan koperasi lainnya dan tidak memperoleh
privilege khusus, tidak terikat dengan wajib ikut program sektoral,
sehingga pada dasarnya sudah menjadi koperasi otonomi yang memiliki
rata-rata anggota terbesar.
4. Koperasi pertanian yang digerakan melalui pengembangan
kelompok tani setelah keluarnya Inpres 18/1998 mempunyai jumlah yang
besar, namun praktis belum memiliki basis bisnis yang kuat dan mungkin
sebagian sudah mulai tidak aktif lagi. Usaha mengembangkan koperasi
baru di kalangan tani dan nelayan selalu berakhir kurang
menggembirakan. Mereka yang berhasil jumlah terbatas dan belum dapat
dikategorikan sebagai koperasi pertanian sebagai mana lazimnya
koperasi pertanian di dunia atau bahkan oleh KUD-khusus pertanian
yang ada.
Posisi Pertanian : Kini dan Ke Depan
5. Posisi sektor pertanian sampai saat ini tetap merupakan penyedia
lapangan kerja terbesar dengan sumbangan terhadap pembentukan
dan simpan pinjam sebagai ciri umum. Pada saat ini saja hampir di semua
KUD, unit simpan pinjam telah menjadi motor untuk menjaga
kelangsungan hidup Koperasi. Sementara kegiatan pengadaan sarana
produksi dan pemasaran hasil menjadi sangat selektif. Hal ini terkait
dengan struktur pertanian dan pasar produk pertanian yang semakin
kompetitif, termasuk jasa pendukung pertanian (jasa penggilingan dan
pelayanan lainnya) yang membatasi insentif berkoperasi.
10. Koperasi Nelayan karena kekuatan utamanya terletak pada
kekuatan monopoli penguasaan pendaratan dan lelang oleh pemerintah,
akan sangat di tentukan oleh policy daerah hak itu akan diberikan kepada
siapa ? Pemerintah daerah juga potensial untuk melahirkan pesaing baru
dengan membangun pendaratan baru. Dengan pengorganisasian atas
dasar kesamaan tempat pendaratan pada dasarnya kekuatannya terletak
pada daya tarik tempat pendaratan. Persoalan yang dihadapi koperasi
nelayan ke depan adalah alih fungsi dari "nelayan tangkap" menjadi
nelayan budidaya, karena hampir sebagian terbesar perairan perikanan
pantai sudah di kategorikan overfishing. Fenomena ini juga terjadi di
negara seperti Canada, Korea Selatan dan Eropa dimana koperasi nelayan
sedang menghadapi situasi surut.
11. Koperasi perkebunan tetap mempunyai prospek yang bagus
terutama yang terkait dengan industri pengolahan. Namun dalam situasi
kesulitan menarik investasi karena kurangnya insentif, kebangkitan ini
akan tertunda. Potensi besar sektor perkebunan untuk memanfaatkan
kelembagaan koperasi dapat direalisasi dengan dukungan restrukturisasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief. 1991. Negara dan Pembangunan, Studi tentang
Indonesia dan Korea Selatan. Indonesia: Yayasan Padi dan Kapas.
BAB VII
PENUTUP