Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
>
A.B
Dimana :
A = adsorbant
B = adsorbent
A.B = jumlah bahan yang terjerap
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der
Waals menyebabkan bahan yang teradsorp berkumpul pada permukaan penjerap.
Bila reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan
karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat pada
ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah selesai.
(Arifin, 2008)
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent antara
fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengn fasa ruah saat kesetimbangan
pada suhu tertentu. Dibawah ini adalah beberapa contoh isotherm yang biasa
digunakan dalam adsorpsi :
GAMBAR. 9 :
BERBAGAI JENIS KURVA ISOTERM
ADSORPSI
(Sumber : Carlos Moreno Castilla, 2003)
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung
85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
(batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan
dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawasenyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu
25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif
banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di
dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan
lemak, kimia dan farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003)
GAMBAR. 10 :
STRUKTUR KARBON AKTIF
(Sumber : Arifin dan Heri Rizky, 2008)
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas
500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang
sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan
akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam
biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu
biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap
tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun
demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif
sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu
diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).
Menurut M.T Sembiring, dkk, 2003 bahwa karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu
karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap.
1. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus,
diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang
tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan
kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
2. Karbon aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granula atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih
halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali
pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung
kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang
mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan karbon aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas
bukan merupakan suatu keharusan.
Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif
yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300oC 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi
kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat
basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat
asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat
dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada
perlakuan pertukaran ion.
2. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan
pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada
atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga
tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air
tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat
hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah
dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka
asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam
Karbon aktif disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat
pemberat. Zat pemberat (weighing agent) digunakan untuk menambah partikel
partikel untuk tumbukan pada pembentukan/ pertumbuhan flok (membantu proses
flokulasi). Penambahan zat pemberat, yang mempunyai berat jenis (specific
gravity) relatif besar, menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan
cepat. (Perpamsi, 2002).
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm)
lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh
80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5 mm). (PAC)
lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang
sederhana. Metode ini adalah salah satu metode yang potensial, karena prosesnya
yang sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah, dapat di daur ulang, dan
biaya yang dibutuhkan relatif murah. (Arifin dan Heri Rizky, 2008).
https://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/adsorpsi-karbon-aktif/
I. Tujuan
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich.
II. Latar Belakang Teori
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Proses
adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada
temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:
x/m = k. Cn..............................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan
maka persamaan (1) menjadi :
log x/m = log k + n log c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat
dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase
teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan
isoterm adsorbsi (anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
3. Gelas ukur 5 mL
3 buah
4. Erlenmeyer 50 mL
4 buah
5. Erlenmeyer 50 mL
4 buah
6. Pipet tetes
5 buah
7. Buret 50 mL
1 buah
8. Statip
1 buah
b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam klorida(HCl)
2. Asam asetat (CH3COOH)
3. Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)
5. Arang aktif
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
V. Hasil Pengamatan
No
Campuran
.
1. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,125 N
2.
3.
4.
No.
Campuran
1. Arang aktif 0,5 gr +
CH3COOH 0,125 N
2. Arang aktif 0,5 gr +
CH3COOH 0,05 N
3. Arang aktif 0,5 gr +
CH3COOH 0,1 N
4. Arang aktif 0,5 gr +
CH3COOH 0,01 N
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
Pengamatan
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
Pengguncangan I
Tercampur sebentar, lalu
terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu
terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu
terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu
terpisah lagi
Konsentrasi CH3COOH
0,125 N
0,05 N
0,1 N
0,01 N
VI. Perhitungan
1. Pengenceran CH3COOH 1 N dalam 100 mL menjadi :
a. CH3COOH 0,125 N
V1N1
=
V2N2
V1.1M
= 100 mL. 0,125 N
V1.M
= 12,5 mL. N
V1
= 12,5 mL
b. CH3COOH 0,05 N
V1N1
=
V2N2
Pengguncangan II
Tercampur sebentar,
terpisah lagi
Tercampur sebentar,
terpisah lagi
Tercampur sebentar,
terpisah lagi
Tercampur sebentar,
terpisah lagi
Volume NaOH
3,8 mL
1,6 mL
3,6 mL
0,5 mL
lalu
lalu
lalu
lalu
V1.1M
= 100 mL. 0,05 N
V1.M
= 5 mL. N
V1
= 5 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1
=
V2N2
V1.1M
= 100 mL. 0,1 N
V1.M
= 10 mL. N
V1
= 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1
=
V2N2
V1.1M
= 100 mL. 0,1 N
V1.M
= 10 mL. N
V1
= 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1
=
V2N2
V1.1M
= 100 mL. 0,1 N
V1.M
= 10 mL. N
V1
= 10 mL
d. CH3COOH 0,01 N
V1N1
=
V2N2
V1.1M
= 100 mL. 0,01 N
V1.M
= 1mL. N
V1
= 1 mL
2.
V1N1 = V2N2
a. CH3COOH 0,125 N
5 mL . N1 = 3,8 mL . 0,125 N
5 N1 = 0,475 N
N1 = 0,095 N
b. CH3COOH 0,05 N
5 mL . N1 = 1,6 mL . 0,05 N
5 N1 = 0,08 N
N1 = 0,016 N
c. CH3COOH 0,1 N
5 mL . N1 = 3,6 mL . 0,1 N
5 N1 = 0,36 N
N1 = 0,072 N
d. CH3COOH 0,01 N
5 mL . N1 = 0,5 mL . 0,01 N
5 N1 = 0,005 N
N1 = 0,001 N
3. X = W awal W akhir
a. CH3COOH 0,125 N
Wawal = N.V. Be
Wakhir = N.V.Be
= 0,125 N.0,01 L. 60
= 0,095 N.0,01 L. 60
X= 0,075 gr 0,057 gr
= 0,018 gr
= 0,075 gr
b. CH3COOH 0,05 N
Wawal = N.V. Be
= 0,05 N.0,01 L. 60
= 0,03 gr
c. CH3COOH 0,1 N
Wawal = N.V. Be
= 0,1 N.0,01 L. 60
= 0,06 gr
d. CH3COOH 0,01 N
Wawal = N.V. Be
= 0,01 N.0,01 L. 60
= 0,006 gr
4. x/m (gram)
a. CH3COOH 0,125 N
x/m = 0,018 gr/0,5 gr
= 0,036 gr
= 0,057 gr
Wakhir = N.V.Be
= 0,016 N.0,01 L. 60
= 0,0096 gr
X= 0,03 gr 0,0096 gr
= 0,0096 gr
Wakhir = N.V.Be
= 0,072 N.0,01 L. 60
= 0,0432gr
X= 0,06gr 0,0432 gr
= 0,0168 gr
Wakhir = N.V.Be
= 0,001 N.0,01 L. 60
= 0,0006 gr
X= 0,006gr 0,0006 gr
= 0,0054 gr
b. CH3COOH 0,05 N
x/m = 0,0204 gr/0,5 gr
= 0,0408 gr
c. CH3COOH 0,1 N
x/m = 0,0168 gr/0,5 gr
= 0,0336 gr
d. CH3COOH 0,01 N
x/m = 0,0054 gr/0,5 gr
= 0,0108 gr
5. log x/m
a. CH3COOH 0,125 N
log 0,036 = -1,443
c. CH3COOH 0,1 N
log 0,0336 = -1,473
6. log C
a. CH3COOH 0,125 N
log 0,095 = -1,022
c. CH3COOH 0,1 N
log 0,072 = -1,142
7. Tabel
No.
m
(gram
)
1.
0,5
2.
0,5
3.
0,5
4.
0,5
b. CH3COOH 0,05 N
log 0,0408 = -1,389
d. CH3COOH 0,01 N
log 0,0108 = -1,966
b. CH3COOH 0,05 N
log 0,16 = -1,795
d. CH3COOH 0,01 N
log 0,001 = -3
Konsentrasi
awal
Konsentrasi
akhir
X
(gram)
x/m
(gram)
Log
x/m
Log C
0,125 N
0,05 N
0,1 N
0,01 N
0,095 N
0,016 N
0,072 N
0,001 N
0,018
0,0204
0,0168
0,0054
0,036
0,0408
0,0336
0,0108
-1,443
-1,389
-0,473
-1,996
-1,022
-1,795
-1,142
-3
8. Grafik x/m Vs C
berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta larutan NaOH 0,05 N sebagai larutan standar.
Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan
didiamkan selama 30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik
dimana asam asetat lebih mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon)
hanya mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat diketahui
dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar NaOH
0,05 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang digunakan. Semakin
besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan
karena semakin besar konsentrasi, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga
susah untuk mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.
VIII. Pertanyaan dan Jawaban
1. Sebutkan pembagian absorbsi dan pada percobaan ini termasuk jenis adsorpsi apa?
Jelaskan!
Jawab:
Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :
a. adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia
b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika
pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan yang terlibat
dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan van der waals dan melalui
panas reaksi yang rendah.
2. Apakah sebenarnya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan pemanasan?
Jawab :
Pengaktifan arang dengan metoda pemanasan merupakan metoda aktifasi fisika yang
merupakan terjadinya proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan
panas, uap dan karbon dioksida.
3. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat?
Dan apa batasnya?
Jawab :
Isoterm Freundlich berlaku untuk gas yang bertekanan rendah, semua tempat di atas
permukaannya tidak sama dan lapisan molekul gas padat, zat apadat bersifat multilayer
dengan persamaan :
V + k p 1/n
dalam hal ini :
v = gas yang teradsoi pada setiap suhu, satuan massa adsorpsi pada tekanan gas
k,n = konstanta dengan n > 1
p = tekanan gas yang teradsorpsi
batasannya adalah kelarutan harus ideal. Nilai batasannya adalah Vm, yaitu volume gas yang
diserap ( 0 C, 76 mmHg). Vm tidak akan dicapai walaupun tekanan gas yang dibutuhkan
untuk menutupi satuan-satuan massa adsorben.
4. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang
memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir?
Jawab :
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan karena nilai
Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar. Sedangkan pada isoterm Langmuir
mengemukakan asumsi yang lebih baik.
IX. Kesimpulan
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar pula volume
yang diperlukan untuk pengenceran.
2. warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah kuning keruh menjadi merah jambu.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,05 N dengan indikator pp
4. Ketika arang dicampurkan asam asetat dengan berbagai konsentrasi, arang menimbulkan
perilaku yang sama.
5. Arang dapat dilakukan aktifasi dengan aktif karbon bahan-bahan kimia.
6. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.
http://berburudggema.blogspot.com/
ADSORBSI
Thursday, January 15, 2015
1.
Definisi adsorbsi
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan
zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gayagaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair,
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang
diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya
terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990).
Suatu adsorben dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang
dapat diserap, makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas
tersebut mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang
digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar
ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa adsorben.
Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorben, jenis
gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas (Atkins, 1990).
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa
yang bersih ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan
sangat mempengaruhi sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah
molekul yang teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface
aktif). Jumlah zat yang terserap setiap berat adsorbens, tergantung
konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh,
konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan)
merupakan kesetimbangan (Atkins, 1990).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu
orde satu, orde dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat
dipelajari hubungan konsentrasi spesies terhadap perubahan waktu. Kinetika
adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya
dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan adsorpsi) atau dengan
grafik.
2.
m = k . C 1/n
keterangan:
m = massa zat teradsorpsi per satuan massa adsorben
C = konsentrasi larutank dan n adalah tetapan
3.
Macam-macam adsorbsi
Contoh :
Adsorpsi
oleh
karbon
aktif.
Aktivasi
karbon
aktif
p a d a t e m p e r a t u r y a n g t i n g g i a k a n menghasilkan struktur berpori
dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka
semakin
banyak
mediaadsorpsi.
substansi
terlarut
yang
melekat
pada
permukaan
Ion exchange
Adsorbat
Adsorben
yang
disisihkan
4.
Karakteristik adsorben
Luas permukaanS e m a k i n l u a s p e r m u k a a n a d s o r b e n , m a k a
m a k i n b a n y a k z a t y a n g t e r a d s o r p s i . L u a s permukaan adsorben
ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
Jenis adsorbat:
Konsentrasi Adsorbat
semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansiyang terkumpul pada permukaan adsorben
Temperatur
pH
Waktu Kontak
http://acityawara.com/Detail-1362-adsorbsi-padat-cair.html
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
NaOH ini memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa padatan yang tidak berbau
dan tidak berasa dengan berat molekul 40 g/mol dan berwarna putih. Bahan ini memiliki titik
didih 1388C dan titik leleh 323C. Bahan ini mudah larut dalam air dingin. Bahan ini sangat
berbahaya jika terjadi kontak denagan kulit (korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritan,
korosif), menelan dan inhalasi. Jika terkena mata akan mengakibatkan kerusakan kornea atau
kebutaan. Bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan ditempat yang
sejuk dan berventilasi baik. Apabila berupa padatan maka harus dibuang ditempat sampah
yang memang digunakan untuk membuang sampah padatan bahan kimia, sedangkan apabila
bahan ini berupa cairan, maka dapat dibuang di wastafel (Anonim, 2014).
c. MSDS Karbon Aktif
Karbon aktif memiliki sifat fisik dan kimia antara lain penampilannya hitam pelet, tidak
berbau dengan titik didih 8721F, berupa padatan atau gas yang tidak mudah terbakar. Jika
terjadi kontak dengan bahan ini dapat menyebabkan iritasi ringan, sedangkan jika tertelan dan
konsumsi karbon aktif yang berlebihan dapat menyebabkan mual atau tidak nyaman. Apabila
terjadi kontak dengan mata, maka segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit,
jika terjadi kontak dengan kulit, maka cuci bagian yang terkena dengan sabun dan air.
Apabila tertelan, bilas mulut dengan air dan minum banyak cairan agar ketidaknyamanan
ringan dapat terjadi (Anonim, 2014).
d. MSDS Indikator PP
Indikator pp atau Phenolphtalein memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa
cairan yang tidak berbau dan tidak berasa serta tidak berwarna dengan memiliki titik didih
terendah yang diketahui 78,5C dan titik leleh -114,1C. Bahan ini mudah larut dalam air,
baik air dingin maupun air panas. Bahan ini juga larut dalam metanol, dietil eter, serta larut
dalam aseton. Bahan ini berbahaya jika terkena kulit (iritan), mata (iritan), dan tertelan.
Bahan ini tidak korosif untuk kulit, mata, dan paru-paru. Tindakan pencegahan yang
dilakukan agar tidak terjadi bahaya yaitu, bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup dan
dijauhkan dari sumber api (Anonim, 2014).
I.3.2 Dasar Teori
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan
atau juga cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain
yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain disebut
adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan absorpsi atau penyerapan, sebab pada
proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap. Secara kimia absorpsi
adalah masuknya gas ke dalam padatan atau larutan,atau masuknya cairan ke dalam padatan.
Sedangkan secara fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi,
berkas partikel,dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika dilewatkan pada suatu medium.
Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadaan tereksitasi (Daintith, 1994).
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam
fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berberda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben, sedangkan pada adsorpsi, zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya
(Sukardjo, 1989).
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara. Dalam fisisorpsi
(kependekan dari adsorpsi fisika), terdapat interaksi Van der Waals antar adsorbat dan
substrat. Interaksi Van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah dan energi yang
dilepaskan jika partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi
kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat diadsorpsi sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan
sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada permukaan seperti batuan itu akan
kehilangan energinya perlahan-lahan dan akhirnya teradsorpsi pada permukaan itu, dalam
proses yang disebut akomodasi. Entalpi fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan
temperatur sampel dengan kapasitas kalor yang diketahui,dan nilai khasnya berada di sekitar
20 kJ mol-1. Perubahan entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan
ikatan, sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya, walaupun
molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya penukaran (Atkins, 1997).
Jenis-jenis adsorpsi ada dua macam, yaitu :
1. Adsorpsi fisik atau Van der Waals
- Panas adsorpsi rendah (
10.000 kal/mol)
- Kesetimbangan adsorpsi reversibel dan cepat
Misalnya : adsorpsi gas pada charcoal
2. Adsorpsi kimia atau adsorpsi aktivasi
- Panas adsorpsi tinggi (20.000 100.000 kal/mol)
- Adsorpsi disini terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga ikatannya lebih kuat
Misalnya : adsorpsi CO pada W, adsorpsi O 2 pada Ag, Au, Pt, C, adsorpsi H2 pada Ni
(Sukardjo, 1989)
Bila pada permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti antara gascairan dan cairan
cairan) ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga inilah yang akan teradsorpsi
pada permukan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat permukaan. Sebagai
contoh bila komponen ketiga tadi adalah n-pentanol (alkohol rantai pendek), yang dilarutkan
dalam air maka ketegangan permukaan airudara akan berkurang karena adanya adsorpsi npentanol tadi. Contoh lain adalah penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi airminyak.
Kestabilan akan meningkat karena dalam kasus ini molekul sabun akan teradsorpsi pada
permukaan antara kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Dalam kedua kasus
diatas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada permukaan
(dan karenanya dinamakan sebagai surface active / surfaktan) (Bird, 1993).
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti basa). Dalam proses adsorpsi dikenal juga kolom adsorpsi dimana kolom
adsorpsi itu sendiri adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini
dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut (Warnana, 2007).
Langmuir menganggap permukaan suatu zat padat terdiri dari ruang elementer yang
masing-masing dapat mengadsorpsi satu molekul gas. Ia mengandaikan bahwa semua ruang
elementer adalah identik dalam afinitasnya untuk molekul gas dan adanya molekul gas pada
satu ruang tak mempengaruhi sifat dari ruang yang ada di dekatnya. Bila adalah fraksi
permukaan yang ditempati oleh molekul gas, laju penguapan dari permukaan adalah r,
dengan r adalah sebagai laju penguapan dari permukaan yang tertutup sempurna pada suhu
tertentu. Pada kesetimbangan, laju penguapan gas yang teradsorpsi sama dengan laju
kondensasi (Alberty, 1992)
Alat
Erlenmeyer 50 mL
Buret 50 mL
Corong gelas
Kertas saring
Statif
2.1.2
-
Bahan
Asam asetat 1M
NaOH 0,5 M
Karbon aktif
Indikator PP
Konsentrasi
Percobaan
Asam Asetat
Titrasi 10 mL asam asetat dengan 0,1 M
0,2 M
NaOH 0,5 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1,0 M
Titrasi filtrate 10 mL asam asetat 0,1 M
dengan NaOH 0,5 M
Volume NaOH
3,2 mL
5,8 mL
7,9 mL
10,8 mL
16,5 mL
29,7 mL
2,2 mL
4,4 mL
6,9 mL
9,2 mL
14 mL
17,2 mL
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1,0 M
Asam asetat
yang
teradsorpsi
x/m (Gram)
Log x/m
Log C
(x) (gram)
0,11
0,03
0,03
-1,52
0,035
0,22
0,042
0,042
-1,38
0,041
0,345
0,03
0,03
-1,52
0,043
0,46
0,048
0,048
-1,32
0,046
0,7
0,075
0,075
-1,12
0,036
0,86
0,375
0,375
-0,43
0,053
BAB 4. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang penentuan entalpi adsorpsi. Adsorpsi
atau penyerapan itu sendiri adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan atau
kadang-kadang cairan. Percobaaan kali ini menggunakan asam asetat sebagai bahan bahan
yang diadsorpsi, NaOH 0,05 M sebagai bahan yang digunakan untuk standarisasi asam asetat,
serta digunakan karbon aktif yang berfungsi sebagai adsorben.
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah membuat asam asetat dengan beberapa
konsentrasi. Konsentrasi yang dibuat antara lain 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 N. Asam asetat ini
dibuat dengan cara pengenceran. Asam asetat untuk masing-masing konsentrasi diambil 10
ml untuk dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH. Sebelum dititrasi dengan NaOH,
asam asetat yang akan dititrasi ditetesi dengan indikator pp. Tujuan penambahan indikator pp
ini untuk menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Indikator pp ini dipilih karena indikator pp memiliki trayek pH pada rentang antara 8,3
sampai 10,0. Tujuan titrasi dengan NaOH ini untuk menstandarisasi asam asetat yang telah
dibuat. Titik akhir titrasi pada percobaan ini ditunjukkan dengan berubahnya warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Penambahan NaOH untuk masing-masing konsentrasi pada
asam asetat antara lain 3,2 mL; 5,8 mL; 7,9 mL; 10,8 mL; 16,5 mL; 29,7 mL. Adapun
persamaan reaksi untuk perlakuan ini yaitu :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O(l)
Perlakuan kedua yang dilakukan yaitu diambil 25 mL asam asetat untuk masing-masing
konsentrasi yang telah dibuat lalu ditambahkan dengan karbon aktif. Karbon aktif disini
berguna sebagai adsorben. Asam asetat yang diberi dengan karbon aktif didiamkan selama 30
menit. Didiamkan 30 menit ini bertujuan agar asam asetat yang teradsorpsi cukup banyak.
Filtrat dari campuran asam asetat dengan karbon aktif ini diambil 10 ml kemudian dititrasi
dengan NaOH. Hal ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan asam asetat yang dicampur
dengan karbon aktif (adsorben). Sebelum titrasi dilakukan, asam asetat ini ditetesi dengan
indikator pp. Titik akhir titrasi menunjukkan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Penambahan NaOH untuk masing-masing konsentrasi pada asam asetat yang
telah diberi karbon aktif ini antara lain 2,2 mL; 4,4 mL; 6,9 mL; 9,2 mL; 14 mL; 17,2 mL.
Adapun reaksi dari perlakuan ini yaitu
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O(l)
Hasil perhitungan dari kedua perlakuan diatas didapat konsentrasi asam asetat yang
teradsorpsi antara lain 0,11; 0,22; 0,345; 0,46; 0,7; 0,86 M. Data konsentrasi ini dapat
digunakan untuk menentukan banyaknya asam asetat yang teradsorpsi. Hasil perhitungan
menujukkan banyaknya asam asetat yang teradsorpsi untuk masing-masing konsentrasi antara
lain 0,03; 0,042; 0,03; 0,048; 0,075; 0,375 g. Data ini dapat disimpulkan bahwa semakin
besar konsentrasi asam asetat maka semakin banyak pula asam asetat yang teradsorpsi. Hasil
perhitungan dapat diplotkan pada suatu grafik. Adapun grafik dari hasil perhitungan antara
log
x
m
0.04
0.04
0.05
0.05
0.06
-0.4
-0.6
log x/m -0.8
-1
-1.2
Linear ()
-1.4
-1.6
log C
Dari kurva ini akan didapat nilai slope (n) dan nilai intersep (k). Persamaan y = mx + c
inilah yang digunakan untuk menentukan nilai slope dan intersep. Huruf m pada persamaan
y = mx + c merupakan slope (n), sehingga slope dari percobaan ini yaitu 43,16. Sedangkan
intersepnya adalah fungsi logaritma dari huruf c yang terdapat pada persamaan y = mx + c,
sehingga nilai intersep dari percobaan ini didapat sebesar 0,48.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan tentang penentuan entalpi adsorpsi ini
yaitu sifat-sifat adsorpsi suatu bahan adsorben dapat dipelajari secara kuantitatif dengan cara
menghitung konsentrasi asam asetat dan menghitung jumlah asam asetat yang dapat
teradsorpsi, serta dapat diketahui dengan ditambah dengan bahan adsorben seperti karbon
aktif. Asam asetat yang teradsorpsi untuk masing-masing konsentrasi yaitu sebesar 0,03;
0,042; 0,03; 0,048; 0,075; 0,375 g. Sehingga didapat nilai slope dan intersepnya masingmasing sebesar 43,16 dan 0,48.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari percobaan ini yaitu saat melakukan titrasi, harus
dilakukan secara hati-hati dan benar agar hasil yang didapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Safety
Data
Sheet.
2014.
MSDS
Asam
Asetat
[serial
online]
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Indikator Phenolphtalein [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926477 [8 Maret 2014].
Material
Safety
Data
Sheet.
2014.
MSDS
Karbon
Aktif
[serial
online]
Safety
Data
Sheet.
2014.
MSDS
NaOH
[serial
online]
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Konsentrasi Asam Asetat Setelah adsorbsi
a. Ketika Volume NaOH 2,2 ml
3. Log x/m
a. m = 0,03 gram
log
x
0,03
=log
=1,52
m
1
b. m = 0,042 gram
log
x
0,042
=log
=1,38
m
1
c. m = 0,03 gram
log
x
0,03
=log
=1,52
m
1
d. m = 0,048 gram
log
x
0,048
=log
=1,32
m
1
e. m = 0,075 gram
log
x
0,075
=log
=1,12
m
1
f. m = 0,375 gram
log
x
0,375
=log
=0,43
m
1
4.Log C
1. Log 1,085 = 0,035
2. Log 1,098 = 0,041
3. Log 1,104 = 0,043
4. Log 1,112 = 0,046
5. Log 1,113 = 0,036
6. Log 1,129 = 0,053
https://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/isoterm-adsorbsi.pdf
1. TUJUAN
Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi proses adsorbsi asam klorida atau
asam klorida arang.
2. LATAR BELAKANG TEORI
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent adalah
merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan
adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air buangan proses adsorbsi
adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia yang sulit dibedakan,
namun tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses
adhesi yang terjadi pada permukaan suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan
media lainnya, sehingga menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul
molekul. (Soedarsono dan Benny Syahputra, 2005).
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain,
sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Proses
adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
x/m= k. Cn .........................................................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :
log x/m = log k + n log c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis
dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase
teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan
isoterm adsorbsi (anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu
molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang
terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut : selalu ada
ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak inert dan mekanisme
adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir
yang teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai
berikut : A(g) + S AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah permukaan adsorpsi
(anonim,2008).
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada tekanan tiggi
gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana pada pertimbangan
teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai adsorpsi isoterm Langmuir
(anonim,2010).
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekulmolekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada
isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme
yang diajukan dalam isoterm ini adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan
isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi fisik
(anonim,2008).
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat
digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap
molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan
persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben
dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan,
karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (anonim,2008).
4. CARA KERJA
5. HASIL PENGAMATAN
Table pengamatan 1
Konsentrasi
HCl Awal Akhir
(dengan penambahan arang)
HCl
(ml) NaOH 0,1 N
(ml) HCl
(ml) NaOH 0,1 N
(ml)
0,5 N 5 24,5 24 10 32,8 31,8
0,25 N 5 11,5 11,2 10 12,8 12,4
0,125 N 5 6,1 6 10 8,8 9,4
0,0625 N 5 3,1 3,1 25 13,5 12,7
0,0313 N 5 1,6 1,5 25 6,5 6,3
Tabel pengamatan 2 :
No Massa
(gram) Konsentrasi asam (N) X
(gram) X/m Log x/m Log C
Awal Sisa C
1 1,0022 0,485 0,319 0,166 0,6053 0,6040 -0,2190 -0,7799
2 1,0018 0,227 0,126 0,101 0,3683 0,3676 -0,4346 -0,9957
3 1,0014 0,121 0,091 0,03 0,1094 0,1092 -0,9618 -1,5229
4 1,0012 0,062 0,0594 0,0096 0,0350 0,0349 -1,4572 -2,0178
5 1,0011 0,031 0,0256 0,0054 0,0196 0,0195 -1,7100 -2,2676
6. PEMBAHASAN
Adsorbsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya.
Percobaan yang dilakuakan pada bab isotherm adsorpsi arang aktif adalah dengan
menggunakan larutan organic yaitu HCl dengan variasi 5 konsentrasi. Adsorben yang
digunakan adalah arang yang telah diaktifkan sebelumnya. Pengaktifan arang dapat
dilakukan dengan beberapa cara.
Pada percobaan ini pengaktifan arang dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan
suhu yang tinggi, hal ini dilakukan karena percobaan ini mengadsorbsi larutan organic
(asam klorida) sehingga pengaktifan dilakukan dengan suhu tinggi dan tidak sampai
membara. Perlakuan ini dimaksudkan supaya arang tidak menjadi abu, dimana jika telah
menjadi abu, arang tersebut tidak dapat lagi untuk menjadi absorben. Tujuan dari
pemanasan ini adalah untuk membuka pori-pori permukaan dari arang agar mampu
3.
pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan
penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan
yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
4.
Waktu Singgung
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi
waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel
karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar pula
volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. Warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah pink muda.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,1 N dengan indikator pp
4. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.
5. Konsentrasi asam klorida sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini
karena asam klorida telah diadsorpsi oleh arang aktif.
Saran :
1. Lebih teliti dalam melakukan segala hal praktikum.
2. Mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum praktikum agar tidak terjadi
kesalahan selama praktikum.
3. Jangan lupa menggunakan indikator PP, sehingga tidak terjadi kesalahan titrasi karena
lupa menggunakan indikator PP.
4. Penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid membuat percobaan kurang
efisien.
5. Membuat rancangan pembagian tugas pada kelompok, sehingga waktu termanfaatkan
dengan baik dan benar.
http://poeraindonesia.blogspot.com/2012/11/praktikum-kimia-fisika-isotermadsorpsi.html
PENENTUAN ENTALPI ADSORPSI
NamaPraktikan
NIM
Kelompok
Fak/Jurusan
: Solehan.com
: 78267567
: 1 (satu)
: dunia/jagad raya
Nama asisten
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga inilah yang akan teradsorpsi pada
permukan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat permukaan. Sebagai contoh bila
komponen ketiga tadi adalah n-pentanol ( alcohol rantai pendek ), yang dilarutkan dalam air
maka ketegangan permukaan airudara akan berkurang karena adanya adsorpsi n-pentanol
tadi. Contoh lain adalah penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi airminyak. Kestabilan
akan meningkat karena dalam kasus ini molekul sabun akan teradsorpsi pada permukan antara
kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Dalam kedua kasus diatas, komponen
ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya
dinamakan sebagai surface active / surfaktan) (Bird, 1993: 309).
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat
larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa).Dalam proses adsorpsi dikenal juga kolom adsorpsi dimana kolom adsorpsi itu sendiri
adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini
dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut (Warnana 2007:49).
Persyaratan absorben : memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin, selektif, memiliki tekanan uap yang rendah, tidak korosif, mempunyai viskositas yang
rendah, stabil secara termis, murah (Daintith.1994:34).
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara. Dalam fisisorpsi
(kependekan dari adsorpsi fisika), terdapat interaksi van der Waals antar adsorpat dan substrat.
Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah, dan energi yang dilepaskan jika
partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Kuantitas
energi sekecil ini dapat diadsorpsi sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal.
Molekul yang melambung pada permukaan seperti batuan itu akan kehilangan energinya
perlahan-lahan dan akhirnya teradsorpsi padapermukaan itu, dalam proses yang disebut
akomodasi. Entalpi fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur sampel dengan
kapasitas kalor yang diketahui, dan nilai khasnya berada di sekitar 20 kJ mol -1. Perubahan
entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan, sehingga molekul yang
terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya, walaupun molekul itu dapat terdistorsi dengan
adanya penukaran (Atkins, 1997:285).
BAB. 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Erlenmeyer 250 ml
Buret 50 ml
Corong gelas
Kertas saring
3.1.2 Bahan :
Karbo aktif
Indikator PP
3.2
Skema Kerja
Asam asetat
Dilarutkan dalam aquades sebanyak 50 ml dengan normalitas (1 ; 0.8 ; 0.6 ; 0.4 ; 0.2 ;
0.1).
Hasil
Asam asetat
Hasil
BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
volum
NO Normalitas
asam asetat
1
2
3
1N
0.8 N
0.6 N
50 ml
40 ml
30 ml
4
5
6
0.4 N
0.2 N
0.1 N
20 ml
10 ml
5 ml
1,2 ml
1.1 ml
0.7 ml
2,5 ml
1.3 ml
0.4 ml
4.2 Pembahasan
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang
terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Karbon aktif, atau sering
juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang
sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya
dengan satu gram karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki permukaan
sebesar 500m2. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan
saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon
aktif itu sendiri.
Adsorpsi yang dipakai pada percobaan kali ini adalah karbon aktif, dmana karbon aktif memiliki
sifat-sifat diantaranya sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang melakukan kontak dengan
karbon tersebut, baik di udara maupun di dalam air. Larutan asam asetat dapat diserap oleh
karbon aktif sehingga asam asetat yang awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat
lain yang ikut pada asam asetat menjadi terserap oleh karbon aktif. Sehingga asam asetat yang
semula konsentrasinya tinggi menjadi lebih rendah konsentrasinya.
Apabila luas permukaan pada karbon aktif semakin besar, maka penyerapan yang dilakukan
terhadap zat-zat lain juga semakin besar. Karena ruangan yang dimiliki karbon aktif untuk
melakukan penyerapan zat-zat semakin besar maka semakin banyak pula zat-zat yang terserap
didalamnya, serta semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk proses penyerapannya.
Pada percobaan ini dilakukan pengenceran asam asetat agar diperoleh konsentrasi yang
berbeda-beda. Pengadukan yang dilakukan setelah penambahan karbon aktif bertujuan supaya
terjadi penyerapan warna dari larutan. Pengadukan larutan seharusnya menggunakan stirer
magnetik agar pengadukan dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar
penyerapan warna dari larutan dengan konsentrasi berbeda memerlukan waktu yang sama.
Selain itu, pengadukan dengan stirer dilakukan untuk efektifitas waktu. Erlenmeyer ditutup
dengan kertas saring agar larutan tidak terpecik keluar erlenmeyer serta menghalangi gangguan
dari luar sehingga larutan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mempengaruhi daya
asam asetat oleh karbon aktif. Pengadukan dilakukan selama 30 menit karena dianggap sebagai
waktu yang cukup bagus untuk adsorbsi larutan.
Pada percobaan ini juga terjadi penambahan indikator pada saat melakukan titrasi. Indikator
disini berfungsi untuk mengetahui kapan penambahan titran harus dihentikan dan untuk
mengetahui titik ekivalen yaitu jumlah titran sama dengan jumlah titratnya.Juga untuk
menentukan titik akhir yaitu titik dimana titrasi harus dihentikan karena terjadi perubahan warna.
Pada umumnya, titik akhir tidak sama tepat dengan titik ekivalen sehingga terjadi kesalahan
titrasi,tetapi kesalahan ini tidak perlu dianggap sebagai suatu kegagalan dalam melakukan
titrasi. Pada percobaan kali ini indikator yang digunakan adalah indikator PP, dimana indikator
PP merupakan jenis indikator asam. Dimana pada saat suasana asam indikator PP tidak
berwarna, tetapi pada suasana basa indikator PP berubah warna menjadi merah.
Hasil percobaan kami diperoleh berikut : pada konsentrasi 0,1 N nilai ( x/m ) sebesar 0,009 ;
konsentrasi 0,2 N nilai x/m sebesar -0,006 ; konsentrasi 0,4 N nilai x/m sebesar -0,039 ;
konsentrasi 0,6 N nilai x/m sebesar 0,009 ; konsentrasi 0,8 nilai x/m sebesar 0,003 ; konsentrasi
1 N nilai x/m sebesar 0,012. Menurut teori nilai adsorbsi semakin meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Hal ini seharusnya didapatkan hubungan grafik
yang cukup linier, tetapi dalam percobaan kami didapatkan hasil yang kurang sesuai, yaitu grafik
yang diperoleh kurang linier. Didapatkan volume akhir (setelah ditambah adsorben) NaOH yang
dibutuhkan lebih banyak daripada volume awal, pada larutan asam asetat dengan konsentrasi
0,4 N yaitu 2,5 mL NaOH sedangkan awalnya hanya dibutuh 1,2 mL NaOH. Begitu juga dengan
asam asetat yang memiliki konsentrasi 0,2 N. Pada percobaan ini ada beberapa kesalahan yang
dilakukan pada saat praktikum. Pada saat melakukan titrasi titik ekivalen dan titik akhir terlambat
dicapai, hal ini dikarenakan dalam proses pengenceran asam asetat tidak dilakukan dengan hatihati sehingga tidak tepat pada garis batas labu ukur yang menyebabkan konsentrasi yang
diperoleh tidak sesui dengan yang diharapkan. Kesalahan yang lain yaitu pada saat melakukan
titrasi, pada saat indikator berubah warna,titrasi tidak langsung dihentikan,sehingga titik akhir
dan titik ekivalen tidak sesuai dengan yang diharapkan. Serta pada saat mengocok dan menutup
larutan yang berisi asam asetat dengan karbon aktif yang bersifat higroskopis akan menyerap air
yang berupa gas disekitarnya sehingga konsentrasi yang diinginkan terjadi perubahan dan dapat
menyebabkan data yang diinginkan tidak valid.
BAB. 5 PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Semakin kecil konsentrasi ( normalitas ) semakin sedikit jumlah NaOH yang dibutuhkan
untuk titrasi, begitu pula sebaliknya semakin semakin besar konsentrasi ( normalitas )
semakin banyak pula jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi asam asetat yang telah diadsorpsi lebih
sedikit dibandingkan jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi pertama (tanpa karbon).
http://chemistryofdrizzle.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-kimia-fisikii_26.html