Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG

Oleh :
Diwiasti F. Yasmin

G99131034

Annisa Budiastuti

G99131017

Aga Suganda

G99141078

Gunung Mahameru

G99141077

Pembimbing :
Evi Rokhayati, dr., Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

BAB I

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. B

Umur

: 1 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jebres, Surakarta

Tanggal masuk

: 24 Agustus 2014

Tanggal Pemeriksaan : 25 Agustus 2014


No. RM
II.

: 01 26 72 42

ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita.

A. Keluhan Utama
Muntah dan mencret.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muntah dan mencret sejak 1 hari
SMRS Dr. Moewardi. Muntah dirasakan sebanyak kurang lebih 10 kali
setiap habis minum susu, masing-masing 1/4 - 1/2 gelas aqua. Muntah
berisi makanan, darah (-). Mencret sebanyak kurang lebih 5 kali, buang
air besar berwarna kuning, konsistensinya cair lebih banyak, ampas (+)
sedikit. Masing-masing kurang lebih 1/4 gelas aqua. Lendir (-), darah (-),
berbau (-), seperti cucian beras (-), menangis/tampak kesakitan saat BAB
(-). Pasien terlihat haus, rewel (+), air mata (+/+) menurun, buang air kecil
warna kuning jernih jumlah banyak. Demam (-), batuk (-), pilek (-) kejang
(-). Pasien tetap mencret walaupun pemberian susu dihentikan.
1 jam SMRS, pasien buang air kecil terakhir jumlahnya lebih
sedikit daripada biasanya, warna kuning pekat. Pasien tampak haus, rewel

(+), air mata (+/+) menurun. Demam (-), batuk (-), pilek (-) kejang (-).
Karena dirasakan semakin parah, kemudian oleh keluarganya pasien
dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi.
Saat di IGD pasien tampak haus, muntah (+) 1x, BAB cair 1x,
berwarna kuning, lendir (-), darah (-). Pasien tidak ganti susu atau
mencoba makanan baru. Penurunan berat badan (-). Pasien sehari-hari
mengkonsumsi ASI dan nasi tim sayur, tidak menggunakan susu formula.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit diare

: disangkal

Riwayat makan sembarangan

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat ganti susu

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit diare
Riwayat alergi makanan
Riwayat lingkungan sekitar terkena diare

: disangkal
: disangkal
: disangkal

E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal


Pemeriksaan di

: Bidan

Frekuensi

: Trimester I

: 1x/ 1 bulan

Trimester II

: 2x/ 1 bulan

Trimester III

: 2x/ 1 minggu

Keluhan selama kehamilan : tidak ada


Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.

F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3200 gram dan panjang
47 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia
kehamilan 37 minggu.
G. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
H. Riwayat Imunisasi
Hb 0

: 0 bulan

BCG, Polio 1

: 1 bulan

DPT/Hb 1, Polio 2

: 2 bulan

DPT/Hb 2, Polio 3

: 3 bulan

DPT/Hb 3, Polio 4

: 4 bulan

Campak

: 9 bulan

Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.


J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1 bulan

: tersenyum

2 bulan

: mengangkat kepala

3 bulan

: tengkurap sendiri

4 bulan

: meraih benda, berteriak

6 bulan

: duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh

9 bulan

: merangkak, bicara penggal kata

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.


K. Riwayat Makan Minum Anak
1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diberikan tiap kali
menangis, lama menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan
dan kiri, sesudah disusui anak tidak menangis.

2. Buah dan sayur : pisang sejak umur 6 bulan, sayur bayam, wortel,
lauk ati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan.
3. Makanan padat dan bubur :
a. Bubur susu

: sejak usia 6 bulan

b. Nasi tim

: sejak usia 9 bulan

L. Pohon Keluarga
I

II
Tn. P, 38 tahun

Ny. W, 35 tahun

III

An. BM, , 11 bulan, 9 kg

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Keadaan umum

: tampak sakit sedang, kompos mentis

Status gizi

: kesan obesitas

B. Tanda vital
BB

: 74 kg

TB

: 76 cm

TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris

RR

: 24x/menit

Suhu

: 36,4 C (per aksiler)

C. Kulit
Warna sawo matang, ikterik (-), ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

E. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), air mata (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga
Normotia, sekret (-), tragus pain (-), mastoid pain (-). Benjolan di
belakang telinga kanan (+), nyeri (+)
I. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
J. Leher
Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak
meningkat
K. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo :

Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar

: SIC V kanan

Batas paru-lambung

: SIC VI kiri

Redup relatif

: SIC V kanan

Redup absolut

: SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi

Suara

dasar

vesikuler

(+/+),

tambahan (-/-)
Cor :

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar


Kiri atas

: SIC II LPSS

Kiri bawah

: SIC IV LMCS

suara

Kanan atas

: SIC II LPSD

Kanan bawah : SIC IV LPSD


Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,


bising (-)

L. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa
abdomen (-), turgor kulit kembali cepat.

M. Urogenital : oedema skrotum (-), phymosis (-)


N. Anorektal : hiperemis (-)
O. Ekstremitas
Akral dingin -

oedema

Capillary Refill Time = 2 detik, Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat


P. Perhitungan Status Gizi
Secara Antropometris
BB : 74 kg
Umur : 15 tahun
TB : 160 cm
BB : 74 x 100% = 132, 14% % P90 < BB/U < P97
U

56

TB : 160 x 100% = 94,11 % TB/U P10


U

170

BB : 74 x 100% = 154,17%
TB

48

(CDC, 2000)
Status gizi secara antropometris : gizi baik.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 25 Agustus 2014 pukul 06.25


Hb

: 12,1 g/dL

Hct

: 36 %

AE

: 5.190.000 /L

AL

: 9.900 /L

AT

: 357.000 /L

GD

:A

MCV

: 88,9 / um

MCH

: 28,3 pg

MCHC

: 33,8 g/dL

Na

: 138 mmol/L

: 4,8 mmol/L

Cl

: 102 mmol/L

V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan muntah dan mencret sejak 1 hari
SMRS Dr. Moewardi. Muntah dirasakan sebanyak kurang lebih 10 kali
setiap habis minum susu, masing-masing 1/4 - 1/2 gelas aqua. Muntah
berisi makanan, darah (-). Mencret sebanyak kurang lebih 5 kali, buang
air besar berwarna kuning, konsistensinya cair lebih banyak, kurang lebih
1/4 gelas aqua. Lendir (-), darah (-), berbau (-), seperti cucian beras (-).
Pasien terlihat haus, rewel (+), air mata (+/+) menurun, buang air kecil
warna kuning jernih jumlah banyak. Demam (-), batuk (-), pilek (-) kejang
(-). Pasien tetap mencret walaupun pemberian susu dihentikan.
1 jam SMRS, pasien buang air kecil terakhir jumlahnya lebih
sedikit daripada biasanya, warna kuning pekat. Pasien tampak haus, rewel
(+), air mata (+/+) menurun. Karena dirasakan semakin parah, kemudian
oleh keluarganya pasien dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi.
Saat di IGD pasien tampak haus, muntah (+) 1x, BAB cair 1x,
berwarna kuning, lendir (-), darah (-). Pasien tidak ganti susu atau

mencoba makanan baru. Penurunan berat badan (-). Pasien sehari-hari


mengkonsumsi ASI dan nasi tim sayur, tidak menggunakan susu formula.
Riwayat

imunisasi

dasar

lengkap

sesuai

umur.

Riwayat

perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal


baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 37 minggu,
pemeliharaan postnatal baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel, tampak
kehausan, dan gizi kesan baik. Tanda vital Nadi: 110x/menit, RR:
27x/menit, Suhu = 36,7 oC, pemeriksaan neurologi dalam batas normal.
Status gizi secara antropometris (WHO, 2005) : gizi baik. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan, Hb: 12,1 g/dL, Hct: 36 %, AE: 5.190.000 /L,
AL: 9.900/L, AT: 357.000/L, GD: A, MCV: 88,9 / um, MCH: 28,3 pg,
MCHC: 33,8 g/dl, Na: 138 mmol/L, K: 4,8 mmol/L, Cl: 102 mmol/L.
VI. DAFTAR MASALAH
1. Rewel, tampak kehausan
2. BAB cair
3. Muntah
4. BAK menurun
5. UUB cekung (+/+)
6. Mata cowong (+/+)
7. Air mata (+/+) menurun
8. BU (+) meningkat

VII. DIAGNOSIS BANDING


1.
2.
3.
4.

Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c virus


Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c bakteri
Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c keracunan makanan
Gizi baik

VIII. DIAGNOSIS KERJA

1. Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c virus


2. Gizi baik
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal GE anak
2. Diet bubur 900 kal/hari
3. ASI/ASB on demand
4. IVFD Asering (200 cc/kgBB/hr) = 1800 cc / hari = 75 cc / jam = 18 tpm
5. Probiotik 2xI sachet
6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap muntah
Monitoring
KU dan VS per jam
Balance cairan per 8 jam
Status hidrasi perjam selama rehidrasi dan per 8 jam setelah terhidrasi
Planning
Feces dan urin rutin
Pemeriksaan lab darah dan elekrolit post rehidrasi
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
Cara pemberian oralit, banyak minum
Cuci tangan setelah membersihkan kotoran anak
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering,

X. PROGNOSIS
Ad vitam

: baik

Ad sanam

: baik

Ad fungsionam

: baik

FOLLOW UP 26 Agustus 2014


S: BAB (+) 6x air lebih banyak daripada ampas, lendir (-), darah (-)
BAK (+) banyak, warna kuning jernih
muntah (+) 2x, demam (+), batuk (-), pilek (-)
O: KU sedang, compos mentis
VS: Nadi: 120x/menit

RR: 28x/menit

Suhu: 39,0 C

Kepala

mesocephal, UUB cekung (-)

Mata

Mata cowong (+/+), CA (-/-), SI (-/-)

Hidung

NCH (-/-), sekret (-/-)

Mulut

Mukosa basah (+), sianosis (-)

Thorax

Retraksi (-)

Cor

Bunyi Jantung I-II normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen Inspeksi: DP//DD


Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba,
turgor cepat kembali
Anus

Hiperemis (-)

Ekstremitas
Akral dingin -

edema

Capillary Refill Time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Ass :
1. Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c virus (terhidrasi)
2. Gizi baik
Terapi :
1. Rawat bangsal GE anak
2. Diet bubur 900 kal/hari

3. ASI/ASB on demand
4. IVFD KN3B (100 cc/kgBB/hr) = 900 cc / hari = 37,5 cc / jam = 9
tpm
5. Probiotik 2xI sachet
6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap
muntah
8. Paracetamol 10 mg/kgBB/6 jam = 3/4 cth x 4
Monitoring :
KUVS/4 jam; Status hidrasi/8 jam; Balance cairan/8 jam
Hasil Feses Rutin 26 Agustus 2014
Tinja warna kuning, tidak ditemukan parasit maupun jamur patogen.

FOLLOW UP 27 Agustus 2014


S: BAB 4x air lebih banyak daripada ampas, lendir (-), darah (-)
BAK (+) banyak warna kuning,
muntah (-), demam (+), batuk (-), pilek (-)
O: KU sedang, compos mentis
VS: Nadi: 118x/menit

RR: 26x/menit

Suhu: 38,2 C

Kepala

mesocephal, UUB cekung (-)

Mata

Mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-)

Hidung

NCH (-/-), sekret (-/-)

Mulut

Mukosa basah (+), sianosis (-)

Thorax

Retraksi (-)

Cor

Bunyi Jantung I-II normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen Inspeksi: DP//DD


Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
Anus

Hiperemis (-)

Ekstremitas
Akral dingin -

edema

CRT < 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Ass :
1. Diare Akut dengan dehidrasi sedang e/c virus (terhidrasi)
2. Gizi baik
Terapi :
1. Rawat bangsal GE anak
2. Diet bubur 900 kal/hari
3. ASI/ASB on demand

4. IVFD KN3B (100 cc/kgBB/hr) = 900 cc / hari = 37,5 cc / jam = 9


tpm
5. Probiotik 2xI sachet
6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap
muntah
8. Paracetamol 10 mg/kgBB/6 jam = 3/4 cth x 4
Monitoring :
KUVS/4 jam; Status hidrasi/8 jam; Balance cairan/8 jam

FOLLOW UP 28 Agustus 2014


S: BAB 3x ampas lebih banyak daripada air, lendir (-), darah (-)
BAK (+) banyak warna kuning,
muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-)
O: KU sedang, compos mentis
VS: Nadi: 118x/menit

RR: 26x/menit

Suhu: 37,2 C

Kepala

mesocephal, UUB cekung (-)

Mata

Mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-)

Hidung

NCH (-/-), sekret (-/-)

Mulut

Mukosa basah (+), sianosis (-)

Thorax

Retraksi (-)

Cor

Bunyi Jantung I-II normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen Inspeksi: DP//DD


Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
Anus

Hiperemis (-)

Ekstremitas
Akral dingin -

edema

CRT < 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Ass :
1. Diare akut dengan dehidrasi sedang e/c virus (terhidrasi)
2. Gizi baik
Terapi :
1. Rawat bangsal GE anak
2. Diet bubur 900 kal/hari
3. ASI/ASB on demand

4. IVFD KN3B (100 cc/kgBB/hr) = 900 cc / hari = 37,5 cc / jam = 9


tpm
5. Probiotik 2xI sachet
6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap
muntah
8. Paracetamol 10 mg/kgBB/6 jam = 3/4 cth x 4
Monitoring :
KUVS/4 jam; Status hidrasi/8 jam; Balance cairan/8 jam

BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis diare akut derajat dehidrasi sedang ditegakkan
berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami mencret mendadak sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit
2. Mencret yang dialami oleh penderita sifatnya meningkat (5 kali sehari
masing-masing gelas belimbing), berlangsung kurang dari satu
minggu, berwarna kuning, konsistensi tinja cair, lendir (-), darah (-),
seperti cucian beras (-).
3. Rasa ingin minum meningkat, rewel, produksi air mata dan buang air kecil
menurun.
4. Disertai muntah kurang lebih 10 kali setiap habis minum susu, masingmasing 1/4 - 1/2 gelas aqua. Muntah berisi makanan, darah (-).
5. Riwayat penyakit dan lingkungan diare (-).
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan
1. Kesadaran: tampak lemah, rewel, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 110 kali permenit, pengisian cukup,
kuat; frekuensi pernafasan 27 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu
adalah 36,7C.
3. UUB cekung (+), mata sedikit cekung (+/+), peristaltik meningkat, turgor
kulit kembali cepat, CRT = 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab darah
Hb

: 12,1 g/dL

Hct

: 36 %

AE

: 5.190.000 /L

AL

: 9.900 /L

AT

: 357.000 /L

GD

:A

MCV

: 88,9 / um

MCH

: 28,3 pg

MCHC

: 33,8 g/dL

Na

: 138 mmol/L

: 4,8 mmol/L

Cl

: 102 mmol/L

2. Pemeriksaan feces rutin


Makros : kuning

Konsistensi : lunak

Lendir (-)

Pus (-)

Darah (-)

Kasimpulan: Tinja warna kuning, tidak ditemukan parasit maupun jamur


patogen.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang lewat
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektolit dan
glukosa, pada kasus diare dehidrasi ringan sedang diberikan cairan oralit 75
cc/kgBB dalam 3 jam pertama (650cc). Tetapi karena padapasien ini muntah
setiap makan dan minum maka dilakukan rehidrasi secara parenteral (IVFD).
Rehidrasi dilakukan sebanyak 200 ml/kgBB/hari, sehingga kebutuhan cairan
rehidrasi perhari 1800 ml diberikan infus asering 18 tetes per menit makro.
Setelah keadaan pasien terhidrasi, pemberian infus dilakukan secara maintenance
dimana berat badan 1-10 kg kebutuhan harian cairan rumatan 100 ml/kgBB/hari,
sehingga pada penderita ini kebutuhan cairan rumatan per hari 900 ml diberikan
infus KN3B 9 tetes per menit makro.
Pada hari perawatan selanjutnya tetap diusahakan diberikan oralit sesuai
umur setiap kali buang air besar atau muntah dimana untuk anak 1 5 tahun

sebanyak 10cc/kgBB setiap habis buang air besar dan 5cc/kgBB setiap habis
muntah.
Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang . Pada
pasien ini belum perlu karena indikasinya belum jelas dan dari hasil pemeriksaan
feses rutin tidak mendukung ke arah diare yang disebabkan oleh bakteri, sehingga
untuk penanganan awalnya diberikan terapi berupa zinc dan probiotik.
Pada kasus ini pula diberikan diet bubur lunak dengan 900 kkal/hari. Hal
ini disebabkan anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering. Syarat makanan lunak yang diberikan adalah: bahan yang digunakan
tidak banyak mengandung serat, mudah dicerna, tidak menimbulkan gas dalam
saluran pencernaan, tidak boleh diberikan gorengan yang keras, bumbu yang
merangsang, dan diberikan dalam porsi kecil, buah-buahan diberikan terutama
pisang. Sedangkan penentuan kalori pada penderita ini berdasarkan BB dari
penderita adalah 9 kg. Konstanta perkalian untuk kebutuhan kalori perhari pada
usia 1 3 tahun adalah 100. Dan hasil perkaliannya adalah 900 kkal per hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut
pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :

Faktor lingkungan

Gizi

Kependudukan

Pendidikan

Keadaan sosial ekonomi

Perilaku masyarakat

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan


perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun


anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan

ibu

tentang

masalah

kesehatan.

Faktor

kependudukan

menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E.
coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,
Capillaria

philipinensis,

Fasiolopsis

buski,

Sarcocystis

suihominis,

Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).

D. PATOGENESIS
Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.

Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus


pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera.
Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae


dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi
sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan
sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti
dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella


dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau
terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.

Parasit

Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel


pada

epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang

kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara


menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan
mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat
ganas.

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi


penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari
antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh
ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara
parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya
tetrasiklin, kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah
dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume
tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM
& PLP, 1999).
Pada

diare

akan

terjadi

kekurangan

air

(dehidrasi),

gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa


pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi
(Aswitha, dkk, 2000).

F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :

Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam


sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makanan kurang.

Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana


bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.

Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan


bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
-

Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

Promosi pendidikan higiene

Pemberian ASI eksklusif

Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

Menggunakan jamban /wc

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

H. DIAGNOSIS
1.

Anamnesis
a.

Riwayat diare sekarang :


-

Sudah berapa lama diare berlangsung

Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan


jumlah tinja

Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah


tidak)

Muntah (frekuensi dan jumlah)

Demam

Buang air kecil terakhir

Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

Jumlah cairan yang masuk selama diare

Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,


oralit)

Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya

Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

Kontak dengan orang yang sakit

Penggunaan antibiotik

b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama


c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).
2.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau

tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
-

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

Keadaan umum baik baik dan sadar

Tanda vital dalam batas normal

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain


(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
-

Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih


tanda tambahan

Keadaan umum gelisah dan cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata


kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kurang

Akral hangat

Pasien harus rawat inap

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)


-

Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan

Keadaan umum lemah, letargi tau koma

Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata


tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

Turgor buruk

Akral dingin

Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas


minum

Dehidrasi berat

Cubitan kulit perut kembalinya


sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda


berikut ini:

Gelisah, rewel

Mata cekung

Haus, minum dengan lahap

Cubitan kulit perut kembalinya


lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan dehidrasi berat atau

Tanpa dehidrasi

ringan/sedang

1.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
-

Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas

b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit


(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin
darah.
c. Pemeriksaan urin

: urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
-

< 1 tahun: 50-100 cc

1-5 tahun : 100-200 cc

5 tahun : semaunya.

Dehidrasi ringan sedang


Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan

pemberian

kehilangan

cairan

yang

sedang

berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air


besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
-

< 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB


selama proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan

hasil

pemeriksaan

penunjang.

Sebagai

pilihan

adalah

kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.


3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6. Vitamin A
-

6 bulan 1 tahun : 100.000 IU

>1 tahun : 200.000 IU

7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara


pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap :

Diare akut dengan dehidrasi berat

Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami


dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah
> dari 4 kali sehari (Armon, 2001).

J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,
berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum


dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

1.

Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute


diarrhoea management.

2.

Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.


Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.

3.

Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

4.

IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta,


hal : 58-62.

5.

Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.


Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.

6.

Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis


Fungsional Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

7.

WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

Anda mungkin juga menyukai