Pendahuluan
Setiap manusia mulai mengalami pertumbuhan dan perkembangan mulai
dari lahir sampai dewasa bahkan menjadi tua. Pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat terjadi ketika manusia dalam usia anak-anak. Kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan pada setiap anak berbeda-beda. Ada yang cepat
dan ada juga yang lambat. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut dapat diukur dengan berbagai tes. Selain untuk mengukur kecepatan, tes
tersebut juga dapat menyatakan apakah pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut normal atau tidak.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis selalu dimulai dengan menanyakan keluhan utama pasien.
Setelah menyusun daftar masalah yang dikeluhkan pasien, kemudian kita harus
mengembangkan dan menetapkan setiap masalah, serta menanyakan masalahmasalah yang berhubungan. Informasi tertentu tentang latar belakang penyakit
merupakan hal yang penting pada sebagian besar masalah kesehatan.1
Beberapa informasi tentang kehidupan anak yang harus ditanyakan1 :
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah anak mendapat ASI atau susu formula dan kapan anak tersebut
disapih?
6.
7.
Apakah anak sudah diimunisasi? Jika sudah, imunisasi apa saja yang anak
dapatkan?
Selain itu perlu ditanyakan riwayat penyakit sekarang dan riwayat
Antropometri
Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui kondisi
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting
karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Penilaian hasil penimbangan memiliki tiga kategori yaitu normal jika 2500-3500
gram, prematur jika <2500 gram, dan makrosomia jika >3500 gram.2,3
Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila
perlu, cukup pakaian dalam saja.
1.1.2
1.1.3
1.1.4
Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat
badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri
menjadi berat badan anak.
1.1.5
1.2.
panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar 45-50
cm.3
Cara pengukuran tinggi badan anak kurang dari 2 tahun adalah2,3 :
1.2.1
1.2.2
1.2.3
Bagian atas kepala anak (vertex) bersentuhan dengan bagian bidang yang
statis/tidak dapat digerakkan. Sedangkan kaki diluruskan dan telapak kaki
menyentuh bagian bidang yang dapat digerakkan.
1.2.4
Baca hasilnya.
1.3.
Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif
konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat
lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm.3
Cara pengukuran lingkar kepala adalah2,3 :
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.4.
lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16
cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai
keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.2,3
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut2,3 :
1.4.1
1.4.2
1.4.3
Pada titik tengah yang sudah ditentukan, lingkarkan pita pengukur. Pita
pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak terlalu ketat.
1.4.4
2.
Denver II
Denver Development Screening Test (DDTS) adalah sebuah metode
2.2
2.3
2.4
2.5
adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang. Denver II
tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan
bahasa, gangguan emosional, dan sebagainya. Denver II diarahkan untuk
membandingkan kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia,
bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik. Tes ini tidak
memiliki kriteria kesimpulan hasil perkembangan anak abnormal, yang ada
hanyalah normal, tersangka, menolak, dan tidak dapat diuji.4
5
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan
usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir
khusus dan terbagi menjadi 4 sektor yaitu4 :
2.1
2.2
2.3
2.4
tersebut adalah benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil
dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm)
berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2
buah, botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik,
lonceng kecil, bola tenis, pensil merah, dan kertas folio berwarna putih.4
Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas
perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk
item0item tertentu pada halaman belakang. Pada garis horizontal teratas dan
terbawah terdapat skala usia dalam bulan dan tahun. Pada kotak persegi panjang
terdapat tulisn 25%, 50%, 75%, dan 90%. Persen tersebut menunjukkan bahwa
berapa persen (25%/50%/75%/90%) dari seluruh sampel anak sudah dapat
melakukan kegiatan yang tertulis pada kotak persegi panjang tersebut dengan
ukuran umur tertentu. Pada sejumlah kotak juga terdapat huruf L yang
menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT berdasarkan
laporan dari orang tua atau pengasuh anak.4 (Lihat Gambar 1)
Gambar 1. Denver II
Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Denver II
3.
kepada anak terlebih dahulu agar anak mau bekerja sama sehingga pemeriksaan
dapat berjalan dengan lancar. Bila perlu, pendekatan dapat dilakukan dengan
memberikan beberapa permainan.1
Pemeriksaan fisik diawali dengan melakukan inspeksi, memperhatikan
apakah ada ruam, benjolan tidak wajar, atau bentuk tubuh yang tidak wajar pada
anak. Kemudian melakukan palpasi untuk memeriksa benjolan atau massa yang
tidak terlihat dengan mata. Selanjutnya pemeriksaan lebih tertuju terhadap
gangguan pernapasan dengan cara memeriksa frekuensi napas, pergerakan
diafragma dan dinding dada pada pernapasan normal. Selain itu, dapat juga
dilakukan perkusi dan auskultasi untuk memeriksa ada atau tidaknya kelainan
pada paru-paru.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium
darah, pemeriksaan mantoux tuberkulin, rontgen tulang belakang, foto thorax, dan
pemeriksaan serologi.
1.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
infeksi di dalam tubuh. Pada pemeriksaan darah lengkap, yang diperiksa adalah
hemoglobin, hematocrit, leukosit (White Blood Cell / WBC), trombosit (platelet),
eritrosit (Red Blood Cell / RBC), indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju
Endap Darah (LED) atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR), hitung jenis
leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW), Red Cell Distribution
Width (RDW).5
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi
virus, penyakit sumsum tulang, dan lain-lain. Sedangkan peningkatannya bisa
ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut,
leukemia, gagal ginjal, dan lain-lain. LED dijumpai meningkat selama proses
inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). 5
2.
Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru ialah
Pemeriksaan Serologi
Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap penyakit tertentu, dapat
dilakukan tes serologi atau isolasi virus. Tes serologi yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya IgM. Salah satu tes yang dapat dilakukan adalah ICT TB
(Immunochromatographic Test Tuberculosis) untuk mendeteksi antibodi M.
tuberculosis.6,7
Differential Diagnosis
Pada kasus anak perempuan berusia 7 bulan belum bias tengkurap,
differential diagnosisnya adalah polio, rakitis, distrofia muskuler, dan kelainan
paru khronik. Untuk kelainan paru khronik, yang akan dibahas adalah tuberkulosis
paru.
A.
Polio / Poliomielitis
Etiologi
Virus polio termasuk virus RNA golongan Picornaviridae genus
Enterovirus. Genom polio berupa single stranded RNA. Terdapat tiga jenis
serotype virus polio yaitu virus polio-1, polio-2, dan polio-3. Infeksi virus ini
dapat menyerang susunan saraf pusat, khususnya kornu anterior medulla spinalis
dan nukleus batang otak. Akibat kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut
akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot. Poliovirus menginfeksi melalui jalur
fekal-oral (dari tangan ke mulut) tetapi dapat juga melalui kontak langsung.8,9
Poliomielitis
poliomeningitis
dibagi
aseptic
menjadi
non-paralitik,
asimtomatik,
dan
poliomielitis
poliomielitis
paralitik
abortif,
spinal.
skeletal
yang
kebanyakan
terjadi
di
ekstremitas
bawah,
10
paresis/paralisis/kelemahan asimetrik dan flasid pada spinal, bulbar, dan bentukbentuk ensefalitis.8,9
Epidemiologi
Secara keseluruhan, sejak Global Polio Eradication Initiative diluncurkan,
jumlah kasus telah menurun lebih dari 99%. Pada tahun 2011, hanya empat negara
di dunia tetap endemik polio. Pada tahun 1994, WHO Wilayah Amerika (36
negara) telah disertifikasi bebas polio, diikuti oleh WHO Wilayah Pasifik Barat
(37 negara dan daerah termasuk Cina) pada tahun 2000 dan WHO Wilayah Eropa
(51 negara) pada bulan Juni 2002.7
Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu,
Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah , dan Lampung. Data terakhir melaporkan
secara total terdapat 295 kasus polio 1 tersebar di 10 provinsi dan 22
kabupaten/kota di Indonesia. Kasus polio liar yang terakhir dilaporkan pada
seorang anak di Aceh Tenggara pada 16 Februari 2006. Sejak saat itu sampai
sekarang tidak terdapat laporan KLB Polio di Indonesia.9,10
Patofisiologi dan Patogenesis
Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring, berkembang
biak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional dan sistem
retikuloendotelial. Dalam hal ini timbul perkembangan virus dan terbentuknya
antibodi spesifik sebagai bentuk reaksi dari tubuh terhadap virus tersebut. Bila
proliferasi virus tersebut lebih cepat dari pembentukan zat antibodi, maka akan
timbul viremia dan gejala klinis.9
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio. Kompres hangat dan pemijatan
dapat mengurangi gejala nyeri dan spasme otot. Terapi rehabilitasi dapat
membantu pasien yang mengalami kelemahan otot permanen.11
11
Rakitis
Etiologi
Rakitis didefinisikan sebagai penurunan atau gangguan mineralisasi tulang
pada anak yang sedang tumbuh. Osteomalasia merupakan keadaan yang sama
pada dewasa. Rakitis/osteomalasia dapat disebabkan oleh defisiensi gizi vitamin
D, kalsium, atau fosfor, ketidakmampuan untuk menahan kalsium dan fosfor.
Akibat defisiensi kalsium/fosfor tersebut, tulang melemah dan mudah mengalami
deformitas dan fraktur.6,11
Epidemiologi
12
B.2.
B.4.
B.5.
B.6.
Penatalaksanaan
Rakitis biasanya diobati dengan 1,25-hidoksivitamin D dan tambahan
kalsium. Dosis vitamin D 1000 unit per hari akan mengembalikan kadar kalsium
dan fosfat plasma menjadi normal setelah kurang lebih 10 hari. Untuk
mempercepat penyembuhan kdang-kadang digunakan dosis 3000-4000 unit per
hari. Pada rakitis nutrisional, dapat diobati dengan vitamin D pada satu dosis besar
13
(20.000-60.000 unit per hari, vitamin D dependent). Selain itu, dapat dilakukan
terapi yang cukup dengan tujuan mengembalikan pertumbuhan skeletal normal
dan menyebabkan penyembuhan tanda-tanda rakitis. Pembedahan dapat
diperlukan untuk meluruskan kaki pada pasien yang ditangani dalam jangka
lama.6,13
Distrofia Muskuler
Etiologi
Distrofi muskularis merupakan sekelompok penyakit yang tidak saling
terkait, masing-masing dipindahkan oleh ciri genetik yang berbeda dan masingmasing berbeda dalam perjalanan dan gambaran klinis. Distrofi muskularis
dibedakan dari semua penyakit neuromuskular lain oleh empat kriteria pokok,
yaitu (1) penyakit ini adalah miopati primer; (2) terdapat dasar genetik pada
penyakit ini; (3) perjalanannya progresif; (4) degenerasi dan kematian serabut otot
terjadi pada beberapa stadium penyakit ini. Dari sekian banyak jenis distrofi
muskular, yang akan dibahas adalah distrofi muskular Duchenne dan distrofi
muskular Becker.6
14
distrofi
otot
terjadi
pada
anak
laki-laki
muda.
Duchenne distrofi otot terjadi pada 1 dari 3.500 kelahiran hidup laki-laki.15
Patofisiologi dan Patogenesis
Tidak adanya distrofin (protein pada otot rangka) menyebabkan degenerasi
serat otot. Terjadinya degenarasi serat otot ini bertahap dengan karakteristik
kelemahan progresif dan pengecilan otot.6
Penatalaksanaan
Tidak ada yang dapat menyembuhkan distrofi muskular, pengobatan
supportif. Terapi bersifat suportif dan harus dilakukan fisioterapi aktif. Obesitas
harus dihindari. Perhatikan nutrisi. Beri penyangga untuk mengurangi skoliosis.14
15
Etiologi
Tuberkulosis
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosis,
suatu
lini
pertama
untuk
tuberkulosis
adalah
isoniazid
(10-20
peroral 2 kali sehari, selama 4-6 bulan), etambutol (20 mg/kgbb/hari, peroral saat
lambung kosong seklai sehari, selama 1 tahun), dan streptomisin (30-50
mg/kgbb/hari, selama 1-3 bulan). Kombinasi obat-obat ini dipilih untuk memulai
terapi. Untuk mutan yang resisten, dengan pemakaian 2 obat atau lebih, dapat
dicegah terjadinya resisten yang berarti.6,7
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan dengan pemberian
vaksin BCG dan kemoprofilaksis. Pemberian vaksin BCG meninggikan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul
6-8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap
sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif
dan tidak menimbulkan komplikasi yang berat.7
Sedangkan sebagai kemoprofilaksis, biasanya dipakai INH dengan dosis
10 mg/kgbb/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak tuberculosis dan uji
tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum kena infeksi atau masih dalam
masa
inkubasi.
Kemoprofilaksis
sekunder
diberikan
untuk
mencegah
18
atau karena mengalami penyakit tertentu seperti penyakit tulang dan paru yang
berdampak pada kakinya.
Untuk itu, perlu dilihat hasil pemeriksaan fisiknya. Jika hasil pemeriksaan
fisiknya normal, maka anak tersebut tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga perlu dilaksanakan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang ini dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit tertentu seperti
penyakit tulang dan paru atau tidak.
Tapi jika hasil pemeriksaan fisiknya tidak normal, maka kemungkinan
anak tersebut mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan yang
mengakibatkan ia tidak dapat tengkurap. Jika dari pemeriksaan fisik dirasa bantuk
kaki anak tersebut tidak normal, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
lebih memastikan.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Hidayat AA. Asuhan neonates, bayi, dan balita. Edisi 1. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007.h.19-20.
4.
5.
6.
19
7.
8.
9.
10.
11.
Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar Pediatri Rudolph.
Edisi 20. Jilid 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.2031191.
12.
13.
14.
15.
20