OLEH :
NURUL REZQI AMALIAH
C111 11 314
PEMBIMBING :
dr. Nildawati
SUPERVISOR:
dr. Husaini Umar, Sp.PD, K-EMD
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
C111 11 314
Universitas
Hasanuddin
Judul
telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul tersebut dalam rangka kepaniteraan
klinik pada bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Makassar,
Supervisor
April 2015
Pembimbing
dr. Nildawati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan
potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.1
Penyakit artritis gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari metabolisme purin.
Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan
saturasi jaringan tubuh terhadap urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus
meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit artritis gout
ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan kristal monosodium urat secara
mikroskopis maupun makroskopis berupa tophi (Mandel, 2008).1
Dua etiologi yang menyebabkan keadaan hiperurisemia adalah ekskresi asam
urat menurun (90% pasien) atau sintesis asam urat meningkat (10% pasien). Keadaan
ekskresi asam urat yang menurun terdapat pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal,
penyakit jantung, terapi obat-obatan seperti diuretik, dan penurunan fungsi ginjal
karena usia. Sedangkan keadaan sintetis asam urat meningkat terdapat pada pasienpasien dengan predisposisi genetik, diet tinggi purin, dan konsumsi alkohol.1
1.2 LATAR BELAKANG
Gout Arthtritis sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah
satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit
para raja" karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan
dan minuman yang enak-enak. Penyakit asam urat erat kaitannya dengan pola makan.
Salah satu cara penyembuhan tentu dengan mengontrol asupan makanan. Jika pola
makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan
menimbulkan penumpukan kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan
sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat).2
Berdasarkan jurnal penelitian Best Practice & Research Clinical Rheumatology
pada tahun 2010, terhadap 4683 orang dewasa menunjukkan bahwa angka prevalensi
gout dan hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah masing-masing 1,7 dan 24,3%.
Dimana rasio perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 34:1 untuk gout, dan 2:1
untuk hiperurisemia.2
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo
(RSCM), Jakarta, penderita penyakit gout dari tahun ketahun semakin meningkat dan
terjadi kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti dengan
hasil rekam medik RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu pada
tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus umur 2-25
tahun, 12 kasus umur 30-50 tahun, dan 5 kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995
jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita ( 2 kasus umur 2-25
tahun, 40 kasus umur 30-50 tahun dan 4 kasus umur > 65 tahun). Jadi prevalensi
kejadian gout lebih banyak terjadi antara umur 30-50 tahun.2
Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk membuat laporan kasus untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi artritis gout yang terjadi pada pasien
yang memiliki perilaku konsumsi alkohol dan makan tinggi purin dan terdiagnosa
dengan Gout Arthtritis.2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita
: Tn. B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
Tanggal Pemeriksaan
: 7/4/2015
Nama RS
Anamnesis
: Autoanamnesis
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
Bengkak dan nyeri pada persendian dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada
sendi kedua tangan, lutut dan kaki terutama bila digerakkan. Nyeri sebelumnya
ada, tapi tidak berat semenjak 3 tahun yang lalu. Riwayat demam ada, dialami 2
hari yang lalu, bersamaan dengan timbulnya nyeri pada sendi-sendi. Saat ini nyeri
kepala (-). batuk (-) batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat sesak
dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), riwayat
nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali sehari
berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning
jernih.
Riwayat asam urat tinggi (+) sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat penyakit
rematik dan asam urat dalam keluarga (-)
Riwayat batu ginjal ada (+) sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sedang menjalani
hemodialisa sejak 1 bulan yang lalu, 3 kali seminggu.
Riwayat DM tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-). Riwayat jika
mendapatkan luka sukar sembuh (-)
Riwayat Hipertensi (-).
Riwayat penyakit jantung (-). Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-)
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
BB= 50 kg; TB= 160 cm; LLA=22 cm; IMT=19,53 kg/m2 (normal)
Tanda Vital:
Tensi
: 110/60 mmHg
Nadi
: 88
kali/ menit
Pernapasan
: 20
kali/ menit
(Thoracoabdominal)
Suhu
: 37
(axilla)
Kepala:
Ekspresi
: Normal
Simetris Muka
Deformitas
Rambut
: (-)
: Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus: (-)
Gerakan
: Kesegala arah
Kelopak Mata
Konjungtiva
: Anemis (+)
Sklera
: Ikterus (-)
Kornea
Pupil
: Bulat, isokor,
RCTL +/+
Telinga:
Tophi
: (-)
Pendengaran
Hidung:
Perdarahan
Sekret
: (-)
: (-)
Mulut:
Bibir
Gigi Geligi
: Karies (-)
Gusi
Farings
: Hiperemis (-)
Tonsil
Lidah
: Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok
DVS
: R+2 cmH2O
Kaku Kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Dada:
-
Inspeksi
Bentuk
: Normothoraks
Pembuluh Darah
: Bruit (-)
Buah Dada
Sela Iga
Lain-lain
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba
: Kiri = Kanan
Nyeri Tekan
: (-)
o Perkusi:
Paru Kiri
: Sonor
Paru Kanan
: Sonor
o Auskultasi:
Bunyi Tambahan :
Ronkhi
- -
Wheezing
- -
- -
Jantung:
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
BJ I/II
: Murni reguler
Perut:
o Inspeksi
o Palpasi
Hati
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
o Perkusi
Alat Kelamin
Punggung
o Palpasi
: Gibbus (-)
o Nyeri Ketok
: (-)
o Auskultasi
: Rh
o Gerakan
-/-
Wh -/-
Ekstremitas
- Tampak benjolan pada manus dextra sinistra, kontraktur digiti
I,II,III,IV,V manus dextra, genu dextra sinistra, dan pedis dextra sinistra.
Nyeri tekan pada benjolan (+)
Jenis Pemeriksaan
DARAH
WBC
RBC
RUTIN
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Hasil
24.1 x 103/uL
3.08 x 106/uL
8.8 g/dL
28 %
88.0 fL
27.6 pg
31.4 g/dL
184 x 103/uL
Nilai Normal
4 - 10 x 103/uL
46 x 106/uL
12 - 16 g/dL
37 48%
80 97 fL
26.5 33.5 pg
31.5 35.0 g/dL
150-400 x 103/uL
KIMIA
Neutrophil
Monosit
Limfosit
Eosinofil
Basofil
SGOT
SGPT
DARAH
Ureum
Kreatinin
GDS
Albumin
Asam Urat
ELEKTROLIT Natrium
Kalium
DARAH
Klorida
Warna
pH
Bj
Protein
Glukosa
Bilirubine
Urobilinogen
Keton
Nitrit
Blood
Lekosit
Vit. C
URINE
Sedimen
RUTIN
Lekosit
Sedimen
Eritrosit
Sedimen
Torak
Sedimen
Kristal
Sedimen
Epitel Sel
Sedimen
Lain-lain
82.4 x 103/uL
6.4 x 103/uL
10.5 x 103/uL
0.5 x 103/uL
0.2 x 103/uL
30 U/L
31 U/L
52.0-75.0 x 103/uL
2.0-8.0 x 103/uL
20.0-40.0 x 103/uL
1-3 x 103/uL
0.00-0.10 x 103/uL
< 38 U/L
< 41 U/L
117 mg/dL
4.8 mg/dL
104 mg/dL
3.6
11
138
4.4
103
Kuning muda
6.0
>=1.030
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
+/70
Negatif
10 50mg/dL
< 1,3 mg/dL
<200mg/dL
3.5-5.0 gr/dl
3.4-7.0 mg/dl
136-145 mmc
3.5-5.1 mmc
97-111 mmc
Kuning muda
4.5-8.0
1.005-1.035
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
<5 lpb
6
1
Mucus 6
< 5 lpb
-
Jenis Pemeriksaan
Fe
TIBC
Ferritin
Analisa darah tepi
Nilai Normal
Hasil
6
59-148 ug/dL
281
274-389 ug/dL
13-400 ng/dL
56
Kesan : Anemia normositik normokrom +
defisiensi Fe
Kontrol Darah rutin, Kimia darah, analisis darah tepi (Fe, TIBC, ferritin).
E. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubia et malam
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal
H-1
Perjalanan Penyakit
Perawatan Hari I
Instruksi Dokter
7/4/2015
T :110/60
N: 88x
P:20x
S: 37C
P:
kuning jernih
O: SS/GC/CM
Kep:
Anemis
(+),
ikterus
hari
Meloxicam
7,5mg/12jam/oral
Recolfar
0,5mg/8jam/oral
Paracetamol
1gr/8jam/drips
Ceftriaxon
2gr/24jam/intravena
Cosmofer
100mg,
2x/minggu
HD
3x/minggu
sinistra,
kontraktur
digiti
purin,
(-),
sianosis(-)
rendah
Diet
reguler
defisiensi Fe
Perawatan Hari II
P:
hari
Meloxicam
7,5mg/12jam/oral
Recolfar
0,5mg/8jam/oral
Paracetamol
1gr/8jam/drips
Ceftriaxon
2gr/24jam/intravena
Cosmofer
100mg,
2x/minggu
HD
Anemis
(+),
ikterus
(-),
sianosis(-)
DVS : R+2 cmH2O
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)
3x/minggu
sinistra,
kontraktur
digiti
purin,
kuning jernih
rendah
Diet
reguler
H-3
9/4/2015
T: 110/70
N: 84x/i
P: 20x/i
S: 37C
defisiensi Fe
Perawatan Hari III
P:
Diet
rendah
purin,
hari
Meloxicam
7,5mg/12jam/oral
Recolfar
0,5mg/8jam/oral
Paracetamol
1gr/8jam/drips
Ceftriaxon
2gr/24jam/intravena
Cosmofer
100mg,
2x/minggu
HD
Anemis
(+),
ikterus
(-),
sianosis(-)
DVS : R+2 cmH2O
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor: BJ I/II murni reguler
3x/minggu
sinistra,
kontraktur
digiti
reguler
H-4
9/4/2015
T : 120/60
N: 84x/i
P: 24x/i
S: 36,5C
P:
Diet
rendah
purin,
hari
Meloxicam
7,5mg/12jam/oral
Recolfar
0,5mg/8jam/oral
Paracetamol
1gr/8jam/drips
Ceftriaxon
2gr/24jam/intravena
Cosmofer
100mg,
2x/minggu
HD
kuning jernih
BAB : Biasa, warna kuning konsistensi
lunak.
O: SS/GC/CM
Kep:
Anemis
(+),
ikterus
(-),
sianosis(-)
DVS : R+2 cmH2O
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor: BJ I/II murni reguler
Abd:H/L TTB, NT epigastrik (-),
reguler
3x/minggu
peristaltik (+) N
Ext: Tampak benjolan pada manus
dextra
sinistra,
kontraktur
digiti
defisiensi Fe
S: bengkak dan nyeri pada sendi kedua
tangan, lutut dan kaki (+), Demam (-)
P:
-
Diet
rendah
purin,
N: 88x/i
P: 24x/i
S: 36,7C
hari
Meloxicam
7,5mg/12jam/oral
Recolfar
0,5mg/8jam/oral
Paracetamol
1gr/8jam/drips
Ceftriaxon
2gr/24jam/intravena
Cosmofer
100mg,
2x/minggu
HD
lunak.
O: SS/GC/CM
Kep:
Anemis
(+),
ikterus
(-),
sianosis(-)
DVS : R+2 cmH2O
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor: BJ I/II murni reguler
Abd:H/L TTB, NT epigastrik (-),
peristaltik (+) N
Ext: Tampak benjolan pada manus
dextra
sinistra,
kontraktur
digiti
3x/minggu
reguler
BAB III
DISKUSI
Pasien laki-laki, 56 tahun, MRS dengan keluhan utama bengkak dan nyeri pada
persendian memberat dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada sendi kedua tangan,
lutut dan kaki terutama bila digerakkan. Nyeri sebelumnya ada, tapi tidak berat
smenjak 3 tahun yang lalu. Terdapat tofus di manus dextra sinistra, kontraktur digiti
I,II,III,IV,V manus dextra, genu dextra sinistra, dan pedis dextra sinistra. Nyeri tekan
pada tofus (+)
Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-) batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-),
riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-),
riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali
sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning
jernih.
Riwayat asam urat tinggi (+) sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat penyakit
rematik dan asam urat dalam keluarga (-). Riwayat batu ginjal ada (+) sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien sedang menjalani hemodialisa sejak 1 bulan yang lalu, 3 kali
seminggu. Riwayat minum obat diuretik (+). Riwayat minum anti-purin (-). Riwayat
benjolan (+) pada kedua tangan, lutut, dan kaki. Riwayat penyakit lain tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan anemis (+).
Pada pasien ini memenuhi kriteria 3a,b,c,d,e,f,h,i,k (memenuhi lebih dari 6 poin
pada kriteria 3).
Secara umum penatalaksanaan atritis gout adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan farmakologis. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain, misalnya pada
ginjal. Pengbatan arthritis gout akut bertujuan menghilangkan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat antara lain dengan kolkisin, obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti
alopurinol atau obat urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut. Namun pada
pasien yang telah rutin mendapatkan obat penurun asam urat, sebaiknya tetap
diberikan. Pemberian kolkisin dosis standar utnuk arthritis gout akut secara oral 3-4
kali, 0,5-0,6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg. Pemberian OAINS dpaat pula
diberikan. Dosis tergantung dari jenis OAINS yang dipakai. Di samping efek anti
inflamasi obat ini juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS yang banyak
digunakan pada arthritis gout adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150200mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100mg/hari sampai minggu
berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang. Kortikosteroid dan ACTH
diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif atau merupakan kontraindikasi
pada gout dapat diberikan oral atau parenteral. Indikasi pemberian adalah pada
arthritis gout yang akut yang mengenai banyak sendi (poliartikular). Pada stadium
interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat
sampai kadar normal guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah garam dan pemakaian obat allopurinol
bersama dengan obat urikosurik yang lain.4
Nyeri merupakan keluhan utama pasien rematik, dalam hal ini gout arthritis.
Nyeri pada penyakit rematik umumnya karena inflamasi. Untuk menghilangkan dan
meringankan keluhan ini digunakanlah obat yang mampu menghambat proses
inflamasi dan memiliki efek analgesik serta anti piretik yang diklasifikasikan sebagai
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Penggunaan OAINS yang kurang
tepat dapat menyebabkan gastropati.4
OAINS
kerusakan
dikenal
mukosa
sebagai
salah
satu
faktor yang
dapat
menyebabkan
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan
potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.1
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling
sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat
juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,
pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari
waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang
dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia).1
1.2 Epidemiologi
Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit ini meningkat hampir 2
kali lipat di Amerika. Di Cina, penduduk Cina yang mengalami keadaan
hiperurisemia berjumlah hingga 25%. Hal ini mungkin disebabkan karena gaya hidup
seperti diet purin tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan medikasi-medikasi
lain (Wortman, 2002).5
1%
yaitu
karena
peningkatan
aktivitas
varian
dari
enzim
purin,
sedangkan
hiperurisemia
akibat
penurunan
ekskresi
memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko
penting independen untuk gout. (Luk, 2005)6
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah
menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis
tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.(Doherty, 2009)6
1.3.6 Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan
pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III,
perbandingan laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan
9:1. Dalam populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari
65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien
perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter
didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih
tua dari 80 tahun. ( Luk, 2005)6
1.3.7 Diet Tinggi Purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari
kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi
dalam kesimpulan penelitian tentang faktor resiko dari hiperurisemia dengan studi
kasus pasien di rumah sakit Kardinah Tegal. (Purwaningsih, 2010)6
1.4 Gejala Klinis
1.4.1 Hiperurisemia Asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya
manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut gout
arthritis, atau urolithiasis dan biasanya setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia
asimptomatik. Terdapat 10-40% pasien dengan gout mengalami sekali atau lebih
serangan kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi
ketika asam urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang
melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan sendi yang
menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal tersebut dapat membentuk tofi - benjolan
di sendi dan jaringan sekitarnya.(Putra, 2009)7
1.4.2 Gout Arthritis Simptomatik
1.4.2.1 Gout Arthritis Stadium Akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra.
Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan
tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat
diuretik dan lain-lain.(Putra, 2009)7
1.4.2.2 Gout Arthritis Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.(Putra,
2009) Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.(Putra,
2009)7
1.4.2.3 Gout Arthritis Stadium Menahun ( Kronik Bertofus )
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya
sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara
teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada aurikula, MTP-1,
olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi
mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada
sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada stadium ini kadang-kadang disertai
batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun. (Putra, 2009)7
1.5 Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal
urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan
diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College
Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi7
Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun
kadar asam urat normal.(Hidayat, 2009)7
1.6 Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis
akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat,
antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau
hormon ACTH. Obat penurun asam urat penurun asam urat seperti alupurinol atau
obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang
secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan.
Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar
asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam
urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol
bersama obat urikosurik yang lain. (Putra, 2009)8
Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi, susu
rendah lemak produk dan vitamin C merupakan faktor pencegah gout.(Doherty,
2009)8
DAFTAR PUSTAKA
1. Bettschen
J.,
2010.
Gouty Arthritis:
Current Treatments
&
New
Developments. p:1-8.
2. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease. 2010.
What is Gout? p:1-4
3. Tulaar, A.B.M., 2008. Nyeri punggung dan leher. MKI, Volum: 58, Nomor: 5,
Mei 2008
4. Albar, Z. 2010. Gout: Diagnosis and Management. Rheumatology division,
Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of
Indonesia, Jakarta, Indonesia
5. Roddy. E., and Doherty.M. 2010. Epidemiology of Gout. Arthritis Research &
Therapy, 12:223
6. Choi H, Atkinson K, Karlson E, Willett W, Curhan G. 2004. Purine-Rich
Foods, Dairy And Protein Intake, And The Risk Of Gout In Men. N Engl J
Med, 350:1093- 1103.
7. The American Rheumatism Association.1977.ACR criteria for classification
of acute gouty arthritis.
8. Hui Yu, K., et al. 2012. Risk of end-stage renal disease associated with gout: a
nationwide population study. Arthritis Research and Therapy:1-6