Anda di halaman 1dari 91

BAB I

1.1 Pendahuluan
Asuhan Antenatal adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan
umum ibu,menegakkan secara dini komplikasi kehamilan,dan menetapkan risiko
kehamilan(risiko tinggi,risiko meragukan,risiko rendah).Asuahn antenatal juga
menyiapkan persalinan menuju well born baby dan well health
mother,memperdiapkan perawatan bayi dan laktasi,serta memulihkan kesehatan
ibu yang optimal saat akhir kala nifas.
1.2 Tujuan Pembelajaran
Dapat memahami dan mengerti Asuhan antenatal dan dapat menerapkan langkahlangkah nya dengan baik dan benar.
Sasaran Belajar
Dapat menyebutkan dan menjelaskan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengertian Asuhan Antenatal


Tujuan dilakukannya asuhan antenatal
Anamnesa dan pemeriksaan pada asuhan antenatal
Bisa menetapkan usia kehamilan
Mengidentifikasi resiko kehamilan
Menentukan jadwal kunjungan ANC
Komplikasi yang harus diwaspadai
Dapat mlakukan penyuluhan kesehatan terkait ANC
Penatalaksanaan terkait depresi antenatal.

1.3 Skenario

Primigravida muda usia 16 tahun, merasa hamil 9 bulan. Hari Pertama Haid
Terakhir tidak diketahui Datang ke Rumah Sakit untuk memeriksaan kehamilan.
Selama ini belum pernah memeriksakan kehamilan oleh karena tidak ada biaya.
Postur pasien pendek dan kecil dengan tinggi badan 140 cm dan berat badan 40 kg
Fundus Uteri 2 jari bawah processus xyphoideus, kesan teraba bokong. Tafsiran
berat janin 3000 gram . Pemeriksaan Leopold III, kepala masih belum engage ;
Palpasi perlimaan 5/5.
1.4 Kata Sulit dan Kata Kunci
Kata sulit :
Primigravida: Primigravida adalah seorang wanita hamil
yang untuk pertama kali
Pemeriksaan Leopold
Engage
Palpasi perlimaan 5/5
Fundus uteri 2 jari bawah Processus Xyphoideus
Primimuda: Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama
pada usia kurang dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum
berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum
siapmenghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu.
Kata kunci :

Primigravida,usia 16 tahun merasa hamil 9 bulan


HPHT tidak diketahui
Belum pernah memeriksa kehamilan
TB:140 cm
BB:40 Kg
Fundus uteri 2 jari bawah Processus Xyphoideus
Palpasi teraba bokong
Berat janin :3000 gr
Pemeriksaan Leopold III
Kepala belum engage

Palpasi Perlimaan 5/5


1.5 Mind Map

1.6 Pertanyaan :
1.Adakah Hubungan Postur tubuh pasien yang kecil dengan Kehamilan serta
proses persalinannya?
2.Sebutkan dan jelaskan bagaimana cara diagnosis awal kehamilan?
3.Jelaskan mengapa hasil pemeriksaan Leopold III;Kepala belum enggange dan
palpasi perlimaan 5/5!
4.Jelaskan tujuan dan prinsip asuhan antenatal
5.Bagaimana cara menetapkan usia kehamilan !
6.Jelaskan factor risiko dari kehamilan risiko tinggi dan rendah?
7. Jelaskan proses perkembangan janin sejak awal fertilisasi sampai menjelang
partus!
8.Jelaskan jadwal kunjungan ANC dari
penatalaksanaan dan usaha promosi ANC!

awal

kehamilan

serta

proses

9.Jelaskan komplikasi yang harus diwaspadai pada kehamilan trisemester I,II,III


10.Jelaskan hubungan BB dan TB dengan Hasil palpasi 5/5?
11.Jelaskan pengertian dan indikasi dilakukannya Sectio caesarea elektif!

BAB II
PEMBAHASAN

Sabrina Qurottaayun

(2013730173)

1.Adakah hubungan postur tubuh pendek dengan proses persalinan dan kehamilannya ?
Karakteristik Fisik :
USIA
Usia 16 tahun atau kurang Kehamilan pada usia yang amat muda ini memiliki beberapa resiko
kehamilan , resiko ini akan menjadi sangat tinggi terutama bila pasien berasaldari kalangan sosial
ekonomi rendah dimana akses pada pelayanan kesehatan amat terbatas.
Preeklampsia atau eklampsia
Persalinan preterm
Anemia
Bayi dengan berat badan lahir rendah
Distosia
BERAT BADAN
Berat badan kurang dari 50 kg wanita hamil dengan berat badan yang kurang dari 50 kg
sebelum kehamilan cenderung memiliki janin dengan kecil masa kehamilan dan persalinan
preterm.
TINGGI BADAN
Tinggi badan < 145 cm Wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm cenderungmemiliki
panggul dengan ukuran sempit sehingga gerakan janin melalui panggul dan vaginaselama
persalinan menjadi sulit. Komplikasi kehamilan dan persalinan :
Distosia bahu
Persalinan preterm
PJT Pertmbuhan janin terhambat

Fikri Akbar Alfarizi (2013730143)


2. Jelaskan bagaimana cara diagnosis awal kehamilan!

Sebagian besar ibu hamil menyadari keadaan mereka sat berkonsultasi


dengan dokter, walaupun keterangan ini mungkin tidak disampaikan secara
langsung, kecuali jika ditanya. Kesalahan diagnosis paling sering dibuat
langsung pada beberapa minggu prtama kehamilan, saat uterus masih
berada didalam panggul.
Diagnosis kehamilan didasarkan pada gejala dan tanda yang diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik seta hasil dari pemeriksaan laboratorium.
Gejala dan tanda kehamilan diklasifikasikan kedalam tiga kelompok: dugaan
(presumptive evidence), kemungkinan (probable sign), dan tanda posotif.
BUKTI DUGAAN ADANYA KEHAMILAN
Bukti adanya digaan kehamilan terutama didasarkan pada gejala gejala
subjektif, seperti:
1.
2.
3.
4.

Mual dengan atau tanpa muntah.


Gangguan berkemih.
Kelelahan
Persepsi gerakan janin.

Tanda tandanya meliputi :


1.
2.
3.
4.
5.

Penghentian haid,
Perubahan anatomic,
Diskolorisasi mukosa vagina,
Peningkatan pigmentasi kulit dan pembentukan stria abdomen, dan
Kepercayaan pasien bahwa ia hamil.

1. GEJALA KEHAMILAN
Kehamilan sering ditandai oleh gangguan system pencernaan, yang
terutama bermanifestasi sebagai mual dan muntah. Morning sickness (mual
dipagihari) ini biasanya timbul pagi hari tetapi berkurang setelah beberapai
jam walaupun kadang gejala ini dapat menetap lebih lama dan dapat terjadi
dilain waktu. Muntah tidak selalu terjadi. Gejala yang mengganggu ini

biasanya muncul sekitar 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
biasanya menghilang secara spontan 6-12 minggu kemudian.
Selama trisemester pertama kehamilan, uterus yang membesar dan
menekan kandung kemih dapat menyebabkan pasien sering berkemih.
Frekuensi berkemih secara bertahap menurun seiring dengan perkembangan
kehamilan dan uterus membesar kearah ambomen. Namun gejala ini muncul
kembali mendekati hari akhir kehamilan, saat kepala janin turun kedalam
panggu ibu.
Aktivitas janin biasanya pertama kali diketahui oleh perempuan hamil pada
usia gestasi antara 16 20 minggu dan dirasakan sebagai quickening atau
persepsi adanya kehidupan. Tanda ini hanya merupakan bukti yang
menguatkan adanya kehamilan dan jika bersiri sendiri nilai diagnostiknya
kecil. Namun, tanda ini merupakan patokan penting dalam perkembangan
kehamilan; jika ditentukan saatnya secara tepat; tanda ini dapat berfungsi
sebagai bukti penguat dalam penentuan usia gestasi.
2. TAANDA KEHAMILAN
Pada oerempuan sehat yang sebelum nya mengalami haid yang mendadak
merupakan petunjuk kuat adanya kehamilan. Namun penghentian haid yang
mendadak merupakan petunjuk yang kuat adanya kehamilan. Namun,
penghentian haid baru dapat dipercaya sebagai tanda kehamilan jika telah
melewati 10 hari atau lebih dari perkiraan haid berikutnya. Jika haid
berikutnya masih belum dialami, kemungkinan hamil jauh lebih besar.
Penghentian atau tidak dialaminya haid dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan selain kehamilan terutama akibat anovulasi yang dapat disebabkan
berbagai factor secara umum, perubahan anatomik pada payudara yang
menyertai kehamilan cukup khas pada primipara tetapi kurang pada
multipara, yang payudaranya mengandung sedikit susu atau kolostrum
selama beberapa bulan atau bahkan tahun setelah pesalinan anak terakhir.
Kadang perubahan payudara yang serupa dengan yang disebabkan oleh

kehamilan dijumpai pada perempuan yang mengidap tumor hipofisis


penghasil prolactin dan yang mendapat obat yang memicu
hiperprolaktinemia.
Selama kehamilan, mukosa vagina sering tampak merah keunguan atau biru
gelap dan membengkak yang disebut sebagai tanda chadwick. Sering terjadi
peningkatan pigmentasi kulit dab munculnya stria abdomen. Namun, tanda
tanda ini tidak selalu ada selama kehamilan atau dapat juga disebabkan oleh
pemakaian kontrasepsi estrogen progestin.
Pernyataan pasien sendiri dengan adanya kehamilan harus dipertimbngkan
secara serius oleh dokter. Jika pasien beranggapan bahwa ia hamil, dokter
harus menganggap hal itu benar sampai dibuktikan.
TANDA TANDA KEMUNGKINAN HAMIL>
Tanda-tanda kemungkinan kehamilan meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pembesaran abdomen;
Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus;
Perubahan anatomic di serviks;
Kontraksi di Braxton-Hicks;
Ballotement;
Janin secara fisik teraba dai luar dan;
Hasil uji endokrin

1. PEMBESARAN ABDOMEN
Pada usia gestasi 12 minggu, uterus biasanya dapat diraba melalui dinding
abdomen tepat diatas simfis pubis, sebagai suatu benjolan; setelah itu,
uterus secara bertahap membesar sampai akhir kehamilan. Pembesaran
abdomen biasanya kurang mencolok pada perempuan primipara
disbandingkan dengan multipara, yang biasanya telah mengalami penurunan
tonus oto abdomen; memang, pada sebagian perempuan multipara, hingga
uterus melorot kedepan dan bawah, menyebabkan abdomen pendulum

(pendulous abdomen). Hal ini terjadi akibat diastasi rekti fisiologik, atau
renggangnya otot otot rektus abdominis.
2. PEUBAHAN UKURAN, BENTUK, DAN KONSISTENSI UTERUS.
selama beberapa minggu pertama kehamilan, penigkatan ukuran uterus
terutama terbatas di diameter anteroposterior, tetapi kemudian korpus
uterus berbentuk hampir globular. Pada pemeriksaan bimanual, korpus
uterus seama kehamilan teraba lembut atau elastic dan kadang sangat
lunak.
Pada sekitar 6-8 minggu setelah hari pertama haid terakhir, tanda hegar
mulai tampak. Dengan satu tangan diabdomen dan dua jari dari tangan yang
lain divagina, tereba serviks yang masih terfiksasi serta korpus uterus yang
elastic diatan isthmus yang teraba lunak (terletak diantara serviks dan
uterus) dan dapat ditekan. Kadang kadang perlunakan isthmus yang secara
demikian menjadi colok sehingga serviks dan korpus uterus seolah olah
tampak dua organ yang terpisah.
3. PERUBAHAN PADA SERVIKS
Pada minggu ke 6 sampai ke 8, serviks sering menjadi cukup lunak. Pada
primigravida, konsistensi jaringan serviks disekitar os eksternal lebih
menyerupai konsistensi bibir daripada tulang rawan hidung, seperti pada
perempuan yang tidak hamil. Namun, keadaan lain dapat pula menyebabkan
perlunakan serviks. Contohnya, kontrasepsi yang mengandung esterogenprogestin, ynag sering menyebabkan perlunakan dan kongestif serviks
uterus. Sering dengan kemajuan kehamilan, kanalis servikalis menjadi cukup
terbuka sehingga cukup dimasuki ujung jari tangan pemeriksa.
4. KONTRAKSI BRAXTON-HICKS
Selama kehamilan, terdapat kontraksi uterus yang dapat teraba tapi tidak
nyeri; intervalnya tidak teratur dan timbul sejak awal masa gestasi.

Frekuensi dan amplitude kontraksi Braxton-Hicks ini dapat meningkat jika


uterus dipijat.
5. BALLOTTEMENT
Mendekat ipertengahan kehamilan, volume janin lebih kecil daripada volume
cairan amnion, dan akibatnya, tekanan mendadak yang diberikan ke
uterusdapat menyebabkan janin terbenam dalam cairan amnion, kemudian
memantul kembali ke posisinya semula; dengan demikian, benturan
(ballottement) yang terjadi dapat dirasakan oleh jari pemeriksa.
6. JANIN TERABA DILUAR
Pada paruh kedua kehamilan, batas batas luar tubuh janin dapat dipalpasi
melalui dinding abdomen ibu, dan semakin mendekati akhir kehamilan,
batas batas ini semakin mudah ditentukan.
7. UJI ENDOKRIN UNTUK KEHAMILAN.
Adanya human chorionic gonadotropin (hCG; gonadotropin karionik
kehamilan) di plasma ibu dan eksresinya di urin merupakan dasar bagi uji uji
endokrin untuk kehamilan. Hormone ini dapat diidentifikasi di berbagai
cairan tubuh oleh berbagai macam teknik immunoassay atau bioassay.
hCG penting bagi ibu untuk dapat mengenali kehamilannya oleh ibu karena
efeknya pada ovarium yang mencegah involusi korpus luteum, tempat
utama pembentukan progesterone pada 6-8 minggu pertama kehamilan.
Selain itu hCG adalah zat mirip luteinizing hormone yang bekerja sebagai
pengganti LH dijaringan yang responsive, misalnya ovarium (korpus luteum)
dan testis. Deteksi hCG dicairan biologis (urin atau serum) sejauh ini menjadi
uji kehamilan yang paling sering digunakan. Dengan demikian, setiap orang
yang mempelajari obstetric harus memahami kimia, kerja biologic dan
deteksi trofoblas selama kehamilan manusia.

Melalui uji yang peka-misalnya, radioimmunoassay yang menggunakan


antibody terhadap subunit B-hCG-hormon kehamilan dapat dibuktikan ada 89 hari pasca ovulasi, mungkin pada hari implantasiblastokista. Diperkirakan
bahwa pada kehamilan dini, waktu pengadaan konsntrasi hCG dalam plasma
adalah 1,4-2 hari. Kadar hCG da;am darah dan urin meningkat dari hari
terjadinya implantasi sampai sekitar hari ke 60 sampai 70 kehamilan.
Setelah itu, konentrasinya hCG berkurang sampai titik nadir, yaitu pada hari
ke 100 sampai ke 130 kehamilan.
IMMUNOASSAY hCG
A. Inhibisi aglutinasi:
banyak prosedur immunoassay memanfaatkan prinsip inhibisi aglutinasi,
yaitu pencegahan flokulasi partikel yang dusah dilapisi oleh hCG missal,
partikel lateks yang berikatan dengan hCG secara kovalen. Perangkat yang
tersedia di pasaran untuk digunakan dikamar praktik ataupun laboratorium
menggunakan prinsip kegagalan aglutinasi partikel lateks sebagai pertanda
adanya hCG di urin; perangkat ini mengandung dua regen. Uji kehamilan
dianggap positif jika tidak terjadi aglutinasi dan negative jika terjadi
aglutinasi. Baru baru ini, tersedia alat di pasaran dengan antibody terhadap
hCG, yang ditujukkan secara spesifik ke epitope epitope di subunit B,
sehingga raktivitas-silang dengan LLH dapat dihindari.
B. Radioimmunoassay
Pada radio immunoassay, digunakan hCG sebagai ligan berlabel radio aktif
untuk antibody yang ditukan terhadap hCG (khususnya subunit b hCG) dan
bergantung pada penggeseran atau kompetisi dengan ligan berlabel
radioaktif oleh hCG yang tidak berlabel radioaktif dalam sampel biologiknya.
C. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Pada metode pemeriksaan hCG ini, suati antibody monoclonal yang terikat
ke suatu fase solid berikatan dengan hCG disampel pemeriksaan; kemudian
ditambahkan antibody kedua untuk mengapit hCG. Antibody kedua ini yang
akan berikatan dengan suatu enzyme, misalnya fosfatase alkali; jika
ditambahkan substrat untuk enzim ini akan timbul warna biru yang
intensitasnya berbanding lurus dengan jumlah enzim.
TANDA POSITIF KEHAMILAN
Tiga tanda positif kehamilan adalah:
1. Identifikasi denyut jantung janin yang terpisah dan berbeda dengan
denyut jantung ibu
2. Persepsi gerakan janin yang aktif oleh pemeriksa dan
3. Pengenalan mudigah atau janin melalui tekhnik pencitraan seperti
ultrasonografi atau sinar X

NIA FITRIYANI (2013730161)


3. Jelaskan mengapa pemeriksaan Leopold III pada pasien : kepala belum engage dan palpasi
perlimaan 5/5!
Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan
cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan
pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara
tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard
Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin

sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan
letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan
memperkirakan berat janin.
Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding
perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat
menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan diposisikan
secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu
dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah:
1.

Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya

2.

Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di
bawah kepala untuk kenyamanan. Dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika
berkontraksi harus ditunggu dahulu sampai hilang.

3.

Tungkai ibu hamil dapat dapat di tekuk pada pangkal paha dan lutut.

4.

Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat


merangsang kontraksi rahim)

5.

Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.


Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan menurut

Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap kea rah muka wanita yang di periksa. Pada
pemeriksaan menurut Leopold IV pemeriksa menghadap kea rah kaki wanita tersebut.
A. Pemeriksaan Leopold I
Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian apa dari janin yang
terdapat dalam fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Teknik:

Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam diganjal
bantal) dan pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil menghadap ke arah ibu.

Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilikal.

Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan tinggi fundus uteri.

Meraba bagian fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.

Hasil:

Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan
melenting (seperti mudah digerakkan)

Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting

Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada fundus teraba kosong.

Tinggi fundus uteri dapat dinyatakan dalam ukuran sentimeter terhadap tulang simfisis, dapat
pula dengan mengukur jarak fundus uteri terhadap simfisis, pusat, atau processus xyphoideus
dengan menggunakan jari tangan, misalnya :
-

Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simfisis.

Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simfisis dan pusat.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus

Xipoideus dan pusat.


Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus.
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat.

B. Pemeriksaan Leopold II
Tujuan: untuk mengetahui letak punggung janin dan bagian-bagian kecilnya.
Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu

Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama

Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata
dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).

Hasil:

Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan

Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

C. Pemeriksaan Leopold III


Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).
Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu

Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan bawah perut ibu.

Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi.

Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian
terbawah janin.

Hasil:

Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak
dan kurang simetris adalah bokong.

Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang,
sudah tidak bisa (seperti ada tahanan).

D. Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu,
serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
Teknik:

Muka dan badan pemeriksa menghadap kaki ibu hamil.

Telapak tangan kiri pemeriksa diletakkan di perut ibu sebelah kiri setinggi pusat, telapak
tangan pemeriksa di dinding perut ibu sebelah kanan setinggi pusat, kemudian keduanya di
tekan-tekan sambil diarahkan ke kaudal ke arah simfisis.

Bilamana sebelum menyentuh simfisis salah satu jari tangan pemeriksa (biasanya jari
tengah) menyentuh bagian dari kepala janin (sinisput), maka gerakan dihentikan.

Bila jari tangan sebelah kiri yang menyentih sinisput, maka ibu jari tangan kiri diletakkan
di sebelah kanan perut ibu sehingga jika ditarik garis khayal antara jari tengah tadi dengan
ibu jari pemeriksa akan membentuk garis sejajar dengan simfisis.

Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari
tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah
telah memasuki pintu atas panggul.

Hasil:

Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah
janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa
membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) maka bagian terendah janin sudah memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP).

Penurunan kepala dinilai dengan:


-

5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisis dan (3/5)

bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas

simfisis dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul.


0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.

Pada kasus di skenario diketahui bahwa letak fundus uteri 2 jari di bawah processus
xyphoidheus, kesan teraba bokong. Pemeriksaan leopold III kepala masih belum engage. Palpasi
perlimaan 5/5. Hal ini menunjukkan bahwa kepala janin belum masuk pintu atas panggul,
dibuktikan juga pada

hasil palpasi perlimaan 5/5.

Berikut ini ada

beberapa hal yang bisa jadi

penyebab kepala janin

belum masuk ke rongga panggul

pada usia 36-38 minggu

1. Kepala janin

terlalu besar dibandingkan rongga

panggul ibu.
2. Posisi belakang

kepala janin berhadapan dengan

tulang belakang
3. Ukuran janin

ibu (occiput posterior)


yang terlalu besar, umumnya lebih

berat dari 4kg.


4. Rongga panggul sempit atau memiliki kelainan panggul (bentuk oval atau hati). Bentuk
panggul yang ideal untuk melahirkan adalah panggul bundar (panggul ginekoid).
5. Janin terlilit tali pusat.
6. Ada tumor yang menghalangi jalan lahir ibu.

Syifa ramadhani (2013730182)


4. Jelaskan tujuan dan prinsip asuhan antenatal care!

Prinsip Umum
1. Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan cara
menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-emptive
strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas.
2. Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan continuum of care dengan
sumber dana.
3. Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan "Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya" seperti Puskesmas, bidan praktek,
Rumah Bersalin, Dokter Praktek Umum, dan lain-lain.
4. Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat dihubungi 24 jam.
5. Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk mendukung
kegiatan persalinan di RS.
6. Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
Kelompok A. Mengalami masalah dalam kehamilan saat di ANC dan di prediksi akan
mempunyai masalah dalam persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
Kelompok B.Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah. Dalam persalinan, ternyata
ada yang bermasalah dalam persalinan sehingga membutuhkan penanganan
emergency. Di kelompok ini ada 3 golongan:
Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency ke RS
PONEK 24 jam.
Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk ke RS
PONEK 24 jam
Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal.
7. Menekankan pada koordinasi antar lembaga dan pelaku
8. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk mendanai
ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2.

Prinsip Pembagian Jenis Kehamilan dan Persalinan serta Bayi Baru Lahir

Penjelasan

1. Ibu Hamil dapat mendapatkan pelayanan ANC diberbagai Sarana Pelayanan Kesehatan
(Bidan, Puskesmas biasa, Puskesmas PONED, RB, RS biasa atau RS PONEK)
2. Sarana Pelayanan Kesehatan mengidentifiksi jenis kehamilan dan perkiraan jenis
persalinan dari ibu-ibu yang mendapatkan pelayanan ANC dimasing-masing sarana.
3. Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokan jenis kehamilan dan jenis persalinan
menjadi 2 kelompok. Kelompok A: merupakan ibu-ibu yang dideteksi mempunyai
permasalahan dalam kehamilan dan diprediksi akan mempunyai permasalahan dalam
persalinan; Kelompok B: merupakan ibu-ibu yang dalam ANC tidak ditemukan
permasalahan.
4. Untuk kelompok A, Rujukan bisa dilakukan pada saat ANC dimanaSarana Pelayanan
Kesehatan akan merujuk Ibu Hamil Kelompok A ke RS PONEK (kecuali ibu hamil
tersebut sudah ditangani di RS PONEK sejak ANC)
5. Sarana Pelayanan Kesehatan akan menangani persalinan ibu Hamil Kelompok B
6. Pada saat persalinan Sarana Pelayanan Kesehatan akan mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya penyulit pada persalinan menggunakan proses dan tehnik yang baik (misalnya
penggunaan partogram)
7. Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3 kelompok:
Kelompok B1: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam persalinan dan harus
dirujuk emergency (dirujuk dalam keadaan in-partu); Kelompok B2: Ibu-ibu yang
mengalami permasalahan di dalam persalinan tapi tidak memerlukan rujukan; Kelompok
B3: Ibu-ibu dengan persalinan normal
8. Ibu Bersalin Kelompok B1 akan dirujuk ke RS PONEK (kecuali persalinan memang
sudah ditangani di RS PONEK
9. Ibu Besalin Kelompok B2 dapat ditangani di Puskesmas PONED
10. Ibu Bersalin Kelompok B3 dapat ditangani di seluruh jenis sarana pelayanan
kesehatan/persalinak (Puskesmas, RB, RS)
11. Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah neonatus berusia antara 0-28
hari.
12. Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani di seluruh jenis sarana pelayanan
kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang ibu bersalin di RS PONEK tersebut (karena
masuk kelompok A dan B1)
13. Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan komplikasi persalinan
maupun dari ibu yang melahirkan normal, baik di Rumah Sakit PONEK atau di sarana
pelayanan kesehatan primer
14. Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali lagi ke fasilitas
kesehatan karena menderita sakit juga termasuk dalam manual rujukan ini.
15. Bayi baru lahir kontrol ke sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan surat kontrol yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan di tempat kelahiran.
16. Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan berdasarkan algoritme
MTBS. Bayi baru lahir dengan sakit berat dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, bayi baru
lahir dengan sakit sedang-berat dirujuk ke Puskesmas PONED, sementara bayi baru lahir
sakit ringan ditangani di sarana pelayanan kesehatan primer atau di sarana pelayanan
kesehatan tempat bayi kontrol

Tujuan Asuhan Antenatal Care

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal
care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan
antenatal antara lain:

1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin
3. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi
sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5. Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi
eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang
bayi.

Rani Rahmadiyanti

(2013730168)

5. Bagaimana cara menetapkan usia kehamilan?


Usia kehamilan merupakan salah satu prediktor penting bagi kelangsungan
hidup janin dan kualitas hidupnya. Ketepatan ramalan tanggal persalinan
bisa ditingkatkan dengan mempergunakan beberapa cara tersebut di bawah
dan mencatat tanda-tanda ini dalam status prenatal.
Tanda-tanda presumtif:
Usia kehamilan dapat diketahui dengan cara menanyakan tanda-tanda
presumtif pada pasien sejak kapan dan pertama kali timbulnya kapan,
berikut merupakan bagian dari tanda-tanda presumtif
- Riwayat Menikah
- Riwayat Haid Terakhir
Tanggal haid terakhir selalu harus ditanyakan karna merupakan perkiraan
usia kehamilan yang paling diandalkan. dengan perkiraan tanggal persalinan
280 hari ke depan. Taksiran tanggal persalinan dapat juga dihitung dengan
rumus Naegele dengan menambahkan tujuh hari ke hari pertama haid
terakhir dan menghitung mundur tiga bulan. Rumus Naegele: TTP= (hari HT
+ 7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1)
- Kulit:
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain
striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau
yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba)
akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan
leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum. selain itu,
pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang
berlebihan.
- Payudara:
Pada minggu-minggu awal kehamila, progesterone berperan dalam
perkembangan system alveoli kelenjar susu, sehingga ibu hamil akan
merasakan terjadinya pembesaran payudara yang disertai rasa penuh atau

tegang dan sensitive terhadap sentuhan (dalam dua bulan pertama


kehamilan), terjadi pembesaran puting susu dan pengeluaran kolostrum
(mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki 12
minggu).
- Berat badan:
Pada ibu hamil akan terjadi penambahan berat badan sejak masa kehamilan
karna sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya, kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan akan bertambah 12,5 kg.
- Mual dan muntah:
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness.
Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan disebut
hyperemesis gravidarum. Hyperemesis pada kehamilan digolongkan normal
apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.
- Tidak ada selera makan (anoreksia):
Hanya berlangsung pad triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan
timbul kembali.
- Poliuria:
Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.
Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai
turun ke pintu atas panggul, keluhan tsb akan timbul kembali.
- Rasa lelah dan fatigue:
Gejala metabolic lain yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama
adalah rasa lelah atau fatigue. Dengan meningkatnya aktivitas metabolic
produk kehamilan sesuai usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi
selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan konsisi
ibu hamil akan menjadi lebih segar
- Varises

Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijummpai pada trimester
akhir.
Perasaan terhadap gerakan janin
Seorang primigravida biasanya baru merasakan gerakan janin yang tidak
begitu kuat pada usia kehamilan 19-20 minggu, dan seorang multigravida
sering telah merasaknnya pada usia kehamilan 17-18 minggu. Sedangkan
gerakan janin baru dapat dirasakan oleh pemeriksa pada kehamilan sesudah
24 minggu. Parameter ini sering tidak pasti.

Pengukuran fundus uteri


Untuk mengetahui letak fundus uteri harus dilakukan palpasi Leopold I
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menentukan umur kehamilan sebelum
dilakukan pengukuran tinggi fundus uterik, tekniknya dengan kedua telapak
tangan ada di fudus uteri, untuk meraba pada letak membujur, 95% letak
kepala. Dengan keterangan kepala keras, bulat dan terdapat gerak
balotemen, jika berisi bokong identitasnya lunak tidak bulat, tanpa
balotemen dan besar.

Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan


sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi
adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang
meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari
satu atau kemungkinan adanya hidramnion. Pengukuran tinggi fundus uteri
ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang konsisten pada setiap
kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini
dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang
dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi

sipinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan


lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan dibagian tengah
abdomen dan diukur mulai dari batas atas simphisis pubis hingga batas atas
fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve fundus. Cara
pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat ukur dibagian tengah
abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus
tanpa mengikuti kurve atas fundus.
Menurut Kelaziman:
Sebelum akhir bulan III: fundus uteri belum teraba di luar/di atas simfisis
Akhir bulan III (usia kehamilan 12 minggu), fundus uteri 1-2 jari di atas
simfisis
Akhir bulan IV (usia kehamilan 16 minggu), fundus uteri pertengahan simfisis
pusat
Akhir bulan V ( 20 minggu ), Fundus uteri 3 jari dibawah pusat
Akhir bulan VI (24 minggu), Fundus setinggi pusat
Akhir bulan ke VII (28 minggu), fundus 3 jari dibawah pusat
Akhir bulan ke VIII (32 minggu), Fundus uteri mencapaiarkus kostae atau
3 jari dibawah prosessus xyphoideus
Akhir bulan X (40 minggu), fundus uteri pertengahan antara prosesus xyphoideus
dan pusat

Menurut McDonald:
Umur hamil (bulan) = tinggi fundus uteri (cm)
3,5 cm

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel ini:


Tinggi
fundus
Uteri
20
23
26
30
33
Menurut hukum Empat Bartholomew

Umur Hamil
5
6
7
8
9

Auskultasi denyut jantung janin


Auskultasi yang diperkuat dengan alat Doppler dapat mendekteksi denyut
jantung janin pada kehamilan 12 minggu atau lebih awal, tergantung pada
apakah Rahim terdorong atau tidak keluar ruang panggul oleh kandung
kemih yang penuh. Dengan stetoskop tanpa alat penguat denyut jantung
janin baru bisa terdengar pada usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang
tidak kegemukan.

Uji Humoral Kehamilan

Uji kehamilan didasarkan adanya produksi korionik gonadotropin (hCG) oleh


sel-sel sinsiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke
dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urine. Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi
dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan di
antara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70
hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir
kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari.

Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ultrasonografi pada janin bisa ditemukan gangguan
perkembangan, membuktikan pergerakan janin dan denyut jantungnya, usia
dan ukuran janin, letak janin, dan memperlihatkan setiap gangguan yang
mengenai organ-organ yang berkaitan
Untuk menghitung usia kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara:
- Mengukur diameter kantong kehamilan (GS=gestational sac) pada usia
kehamilan kira-kira 6-12 minggu.
Pada kehamilan 5-6 minggu, biasanya gambaran yang didapatkan adalah
kantung kehamilan berupa cincin di daerah fundus uteri. Pada kehamilan 7-8,
ukuran kantung kehamilan berkisar 22 mm, dengan probe abdominal
kantung kehamilan sudah dapat dideteksi. Biasanya fetal pole (bakal janin)
sudah dapat diidentifikasi. Pada kehamilan 9 minggu, janin tampak sebagai
dua kutub dimana kepala dan ektremitas sudah dapat diidentifikasi.
- Mengukur jarak kepala-bokong janin (GRI=grown rump length) pada usia
kehamilan 7-14 minggu.
Prosedurnya janin diukur pada sumbu representative terpanjang. Bila umur
kehamilan telah diketahui, pengukuran ini dilakukan untuk konfirmasi.
- Mengukur diameter kepala janin atau diameter biparietal pada usia
kehamilan diatas 12 minggu.
Prinsipnya dengan menentukan diameter yang melalui tulang tengkorak
secara sonografi dengan mengukur jarak terlebarnya. Prosedurnya ambil
potongan horizontal pada bidang tulang tengkorak yang diperlukan. Setelah
11 minggu kehamilan, kepala janin menunjukan gambaran garis tengah
dengan gema yang kuat yang menunjukan batas otak kanan dan kiri.

Berdasarkan data pada scenario pasien hari pertama Haid Terakhir tidak
diketahui. Karena HPHT pasien tidak di ketahui usia kehamilan tidak bisa ditentukan
dari riwayat haid pasien, dengan begitu penentuan usia pasien dilakukan dengan
memakai tanda-tanda presumtif yang dapat ditanyakan pada anamnesis pasien,
kemudian dapat di tanyakan apakah pasien merasakan gerakan janin dari kapan
dan sejak kapan, lalu dapat juga dengan melakukan pengukuran fundus uteri,
auskultasi denyut jantung janin, uji humoral kehamilan, dan yang terakhir USG. USG
menjadi alat konfirmasi jika pasien mengetahui HPHT.

Reza Achmad Prasetyo (2013730169)


6.Jelaskan mengenai kehamilan yang memiliki resiko ( tinggi ) !
Kehamilan Risiko Tinggi
Definisi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar terhadap ibu atau janin selama kehamilan, persalinan, maupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal.
Klasifikasi

Dalam menentukan kehamilan risiko tinggi dapat digunakan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah wanita tersebut memiliki keadaan atau ciri faktor risiko yang
menyebabkan ibu maupun janin lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Terdapat 2 cara
yang bisa digunakan yaitu cara skoring (skrining/deteksi ibu risiko tinggi) dan cara kriteria.
Faktor Risiko
Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu selama kehamilan,
persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang
dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non
medis. Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat, tradisi,
kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara berkembang, yang
berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan
pula dalam faktor non medis adalah sosial ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.
Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan
genetik.Universitas Sumatera UtaraMenurut Backettfaktor risiko itu bisa bersifat biologis,
genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat
membaginya secara lebih spesifik, yaitu:
1.
Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan
2.
Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria.
3.
Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.
4.
Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis, dan lain-lain.
5.
Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan.Seharusnya faktor risiko dikenali
oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu dengan kehamilan risiko tinggi mendapat
pertolongan yang semestinya

Penjelasan mengapa factor diatas bisa menyebabkan resiko


1. Umur ibu kurang dari 20 tahun
Bagi ibu hamil dengan umur yang kurang dari 20 tahun bukan berarti ibu termasuk tidak
normal melainkan ibu tergolong dengan resiko tinggi. Hamil pada usia remaja tentu akan
berdampak besar bagi masa depan ibu. Organ reproduksi remaja belum matang untuk menerima
kehamilan. Dari kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga juga akan
berpengaruh bagi ibu muda. Memang ada kemungkinan ibu untuk melahirkan secara normal,
namun untuk kehamilan ibu sendiri harus dalam pengawasan. Resiko yang kemungkinan dialami
yaitu perdarahan pasca persalinan, pre-eklamsi sampai terjadinya eklamsi, bayi beresiko
mengalami kecacatan kongenital. Resiko yang kemungkinan dialami adalah terjadinya kanker
serviks atau kanker leher rahim dimana yang menjadi faktor predisposisinya yaitu kontak seksual
pertama kali di usia muda.
2. Hamil dengan umur diatas 35 tahun
Beberapa wanita hamil di atas umur 35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur
wanita maka kualitas sel telur yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko
melahirkan bayi dengan kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko
lain yang kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes
gestasional sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan darah tinggi,

resiko bayi yang dilahirkan dengan kelainan kromosom (sindrom down) dan besar kemungkinan
terjadinya keguguran di awal kehamilan.
3. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm
Tinggi badan seseorang mempengaruhi bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang
kurang dari 145 cm beresiko terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi
bayi. Bayi dapat lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan. Apabila
jalan untuk lahir sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka dapat di pastikan bayi tidak
bisa dilahirkan secara normal. Namun, tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm
diharuskan untuk operasi caesar. Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul
dengan besar bayi.
4. Berat badan ibu kurang dari 45 kg
Saat dimulainya kehamilan ibu memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus
melakukan tindakan untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga bisa mnegalami
penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak adekuat. Resiko lain yang mungkin
ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahhun


Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu besar. Ibu beresiko 3 kali lebih
besar melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr
Keely Cheslack Postava dari Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak
kehamilan terlalu dekat semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme.
6. Jumlah anak lebih dari 4
Jumlah anak yang terlalu banyak tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi.
Banyak komplikasi yang bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi
baik selama kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu terjadinya
perdarahan antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa
menimbulkan kematian janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta sehingga perlu pemeriksaan
dan penanganan dari dokter spesialis kandungan anda.

CARA SKORING

Rafhani Fayyadh

(2013730167)

7. Jelaskan proses perkembangan janin sejak awal fertilisasi sampai menjelang partus!
Proses kehamilan diawali dengan adanya ovulasi pada perempuan yang rutin terjadi 1x setiap
bulannya. Selanjutnya, jika ovum ini tidak dibuahi oleh sperma, maka ovum akan dikeluarkan bersamaan
dengan meluruhnya dinding endometrium dan pembuluh darah pada saat menstruasi. Akan tetapi, jika terjadi
pembuahan oleh sperma di tuba fallopii maka akan terjadi kehamilan,
Terdapat beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim wanita. Fase-fase ini
secara garis besar dapat kita bagi menjadi :
1. Tahap Pre embrionik (cleavage, germinal)
Merupakan waktu pembelahan sel secara mitosis yang terjadi secara cepat pada 2 minggu pertama
setelah fertilisasi. Dalam 18-39 jam setelah fertilisasi zigot membelah mitosis membentuk 2 sel. Setelah 60
jam, terbentuk 4 sel. Sel-sel ini terus berlipat ganda menjadi Morula dan berakhir menjadi Blastosit. Terbentuk
pula Trofoblast yaitu sel-sel yang membentuk dinding terluar blastosit. Nantinya akan membentuk plasenta dan
membran ekstra-embrionik. Selanjutnya, pada hari ke-6 setelah ovulasi sampai hari ke-11 terjadi implantasi
blastosit ke endometrium.

2. Tahap Embrionik
Berlangsung sejak minggu ke-2 sampai minggu ke-8 kehamilan. Sebagian besar uji kehamilan
menunjukkan HCG positif dan lempeng embrionik terbentuk sempurna. Diawali dengan proses implantasi dan
pembentukan lapisan germ, membran embrionik dan plasenta. Lapisan germ berdifferensiasi menjadi :
Lapisan Ektoderm : membentuk persyarafan, otak, sumsum tulang belakang, indra khusus,
kulit dan rambut
Lapisan Mesoderm : membentuk otot polos, rangka tubuh, sistem kardioavaskular, dan
urinaria
Lapisan Endoderm : membentuk saluran pencernaan, saluran pernapasan, sistem reproduksi
dan organ kelenjar

Terjadi pula proses pembentukan membran janin (ekstra embrionik) yang berfungsi untuk melindungi
dan memberi nutrisi bagi embrio dan janin selama kehamilan. Beberapa membrane ekstra-embrionik itu
adalah:
Amnion berasal dari mesoderm ekstra-membrionik dan trofoblas. Amnion membentuk
rongga amniotik yang akan membesar dan terisi cairan amnion yang membungkus embrio
dan korda umbilicus. Berfungsi untuk melindungi janin dari berbagai benturan/trauma serta
memungkinkan pergerakan bebas.
Kantong Kuning Telur (Yolk Salk) terbentuk dalam endoderm dan sebagian menyatu
dengan korda umbilicus. Yolk Salk tetap ada sampai minggu ke-6 gestasi. Berfungsi sebagai
organ pernapasan dan pencernaan awal.
Korion terbentuk dari trofoblas dan mesoderm. Merupakan jaringan terluar pembungkus
embrio dan janin. Korion membentuk Vili Korionik yang kemudian membentuk plasenta dan
sumber HCG. Serupa dengan amnion, korion berfungsi membentuk kantong yang
membungkus embrio dan janin.
Alantois adalah pertumbuhan sebagian kecil Yolk Salk yang sangat tervaskularisasi.
Membentuk struktur dasar korda umbilikus yang menghubungkan embrio ke plasenta.
Plasenta berasal dari penggabungan vili korionik dan endometrium uterus. Berperan sebagai
pencernaan, pernapasan, eksresi, endokrin dan fungsi metabolic. Plasenta yang sudah lengkap
terbentuk merupakan diskus berwarna merah tua dengan panjang 20 cm tebal 2,5 cm dan
berat 0,5 kg.

3. Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini sampai mau melahirkan bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak
akhir minggu ke-8 sampai terjadi partus. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia,
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, semua organnya
telah nampak. Tahap ini berlangsung selama 40 minggu, dan selama itu pula terjadi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Minggu ke 1&2 :
Terjadi pembelahan mitosis pada zigot menjadi morula sampai menjadi blastosit. Selanjutnya terjadi
proses implantasi blastosit ke endometrium

Minggu ke-3 :
Embrio mulai terbentuk dan ukurannya hanyalah sepanjang 0.08 inci/2 mm. Mulai
mempersiapkan untuk pembentukan lapisan germ dan membrane janin.

Minggu ke-4 :
Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin - HCG), sehingga apabila
Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat
ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (arteri besar yang
membawa darah ke jantung).

Minggu ke-5 :
Terbentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas
yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk otot,
rangka tubuh, system kardiovaskular dan urinaria . Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang
akan membentuk organ pernapasan, pencernaan, dan reproduksi.

Minggu ke-6 :
Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga bokong. Tuba saraf sepanjang
punggung bayi telah menutup. Meski Ibu belum bisa mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada
minggu ini. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang
menjadi lengan kaki pun mulai tampak.

Minggu ke-7 :
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 2-3 gram, kira-kira sebesar biji kacang
hijau. Kepala janin seolah-olah tertunduk dan berada dalam cairan amnion. Pucuk
lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik
kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.

Minggu ke-8 :
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada fetus. Ujung hidung dan kelopak mata
mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronchi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan
tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan memiliki siku. Mulai terbentuk
diantaranya lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah
membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna

Minggu ke 9-12 (Bulan ke-3)


Uterus biasanya teraba di simfisis pubis. Panjang kepala-bokong janin adalah 6-7 cm. Tulang janin makin
terbentuk , jari tangan dan kaki semakin berkembang. Organ genitalia eksterna mulai memperlihatkan
kejelasan antara laki-laki atau perempuan. Janin mulai melakukan gerakan spontan.

Minggu ke 13-16 (Bulan ke-4)


Panjang kepala-bokong janin sudah mencapai 12 cm dengan berat 110 gram. Tungkai mencapai bentuk
akhir. Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak
matanya masih tertutup. Karakteristik wajah semakin jelas dan mulai tumbuh rambut halus, bulu
mata dna alis. Tulang tubuh semakin keras. Inilah tahap paling awal di mana ibu dapat
merasakan gerakan bayi. Rasanya seperti ada seekor kupu-kupu dalam perut.

Minggu ke 17-20 (Bulan ke-5)


Merupakan titik pertengahan kehamilan. Berat janin saat ini > 300 gram. Janin mulai bergerak aktif 1030% dan dapat dirasakan hampir setiap menit, Kulit janin mulai menebal dan mulai ditumbuhi lanugo
(rambut halus yang menutupi seluruh tubuh janin) dan sudah mulai tumbuh rambut di kepala. Kening dan
sidik jari mulai terbentuk.

Minggu ke 21-25 (Bulan ke-6)


Berat janin saat ini mencapai 600- 900 gram. Kulit berkerut dan translusen, mulai terjadi penimbunan
lemak. Kulit nampak kemerahan sebab darah dalam pembuluh dermis dapat terlihat dari kulit. Kepala
masih relatif besar, alis dan bulu mata dapat dikenali. Perkembangan organ pernapasan yakni paru-paru,
bronkus & bronkiolus membesar, perkembangan alveolus hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada usia
ini akan berusaha bernapas namun banyak yang meninggal karena sakus terminalis yang diperlukan untuk
pernapasan belum terbentuk.

Minggu ke 26-29 (Bulan ke-7)


Panjang kepala-bokong sekitar 35 cm dengan berat 1100 gram. Kulit sudah tidak terlalu mengkerut
karena lemak subkutan mulai terdeposit. Kelopak mata mulai terbuka dan Bayi sudah bisa
mengedipkan matanya bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. selain itu
retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. paru-paru, hati dan sistem
kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki
peluang 85% untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan
menelan air ketuban yang mengelilinginya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah.
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga
membuat kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui). Selain itu
otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari bayi.

Minggu ke 30-33 (Bulan ke-8)


Panjang kepala-bokong mencapai 38-45 cm. Kepala bayi sekarang sudah proporsional
dengan tubuhnya. Ibu mungkin mengalami tekanan di bagian diafragma dan
perut. Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di
plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak
500 ml sehari di dalam air ketuban. Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat
pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan
lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada tubuh bayi
sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat penting
seperti kalsium, zat besi, fosfor. perkembangan otaknyalah yang berkembang
dengan sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan
musik, bayi akan bergerak
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis
dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi
mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Kulit
bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran
telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil
sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin
panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi . Bayi telah memiliki bentuk wajah yang
menyerupai ayah dan ibunya. bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa
menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-otot
bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam
walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi
sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.

Minggu ke 34-40 (Bulan ke-9)


Panjang kepala-bokong mencapai 48-50 cm dengan berat bayi mencapai 3500
gram.Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata
apabila mengantuk dan tidur. Tubuh Ibu sedang mengirimkan antibodi melalui darah
ibu ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan

proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat ibu mulai
menyusui. Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim ibu.
Apabila bayi laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Bayi sudah hampir
sepenuhnya berkembang. Kulit bayi sudah halus sekarang dan tubuhnya montok.
Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan
sempurna.
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bayi siap lahir. Ibu tidak perlu khawatir jika
bayinya tidak lahir tepat pada waktu yang telah diperkirakan.. Persentasenya hanya
5% bayi lahir tepat pada tanggal yang diperkirakan.

Harishal aryaputra (2013730147)


8.Jelaskan jadwal kunjungan ANC dari awal kehamilan serta proses penatalaksanaan dan usaha
promosi ANC!
Jadwal Kunjungan ANC
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena
itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periodeantenatal:

Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).


Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu
ke 36)
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin
tidak bergerak lebih dari 12 jam

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14


1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28


Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang
gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36


Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Penatalaksanaan Antenatal Care


Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

Anamnesis : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya


dan kehamilan sekarang.
Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari,
perawatan payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan
kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah
melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
Usaha Promosi ANC
Ada bermacam-macam usaha promosi yang dilakukan agar ibu memiliki kesadaran untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin. Seperti hal nya poster poster di tempat umum atau di
rumah sakit maupun di puskesmas. Agar ibu lebih sadar bisa di bangun Poli Hamil dengan
pamphlet yang besar di setiap puskesmas di setiap daerah, diharapkan ibu menjadi tidak segan
untuk memeriksakan kehamilannya.
Dengan sudah adanya fasilitas dari pemerintah yang berup kartu-kartu kesehatan harus
nya itu mempermudah masyarakat unuk melakukan pemeriksaan, karena mereka tidak perlu
khawatir lagi mengenai biaya. Yang harus ditingkattkan adalah kesadaran para ibu untuk
memeriksakan kehamilannya dan kita sebagai pihak medis harus lebih banyak memberikan
penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

Sandra Natasha Mahendra

(2013730174)

9.Jelaskan komplikasi yang harus diwaspadai pada kehamilan


trimester I,II,III?
KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I, II & III
ANEMIA KEHAMILAN
Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglon < 11 gr/dL pada trimester
1 dan 3, atau jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2
Tingkatan anemia

Anemia ringan : 9-10 gr/dL

Anemia sedang : 7-8 gr/dL

Anemia berat : < 7 gr/dL

Gejala : pucat, mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat terlihat pada tubuh yang
malnutrisi
Jika hasil pemeriksaan kadar hemoglobin tidak akurat, hal ini mungkin akibat dari kadar LED
darah yang cepat ataupun spesimen yang tidak tercampur dengan baik.
Pembagian anemia

Anemia defisiensi besi

Anemia megaloblastik

Anemia hipoplastik

Anemia hemolitik

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi
Patofisiologi

Darah meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah tidak
sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%)

Terjadi pengenceran darah

Pembentukan sel darah merah terlalu lambat

Volume darah bertambah sejak usia kehamilan 10 minggu

Puncaknya penambahan darah pada usia kehamilan 32-36 minggu

Etiologi

Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe)

Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan

Adanya gangguan penyerapan (penyakit usus)

Kebutuhan Fe meningkat

Gejala klinis

Data subjektif : ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas

Data objektif : konjungtiva pucat, muka pucat, ujung-ujung kuku pucat

Komplikasi

Trimester 1 : missed abortus, kelainan kongenital, abortus

Trimester 2 : partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin


dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan karena kehamilan, IQ bayi
rendah, dekompensasi kordis)

Trimester 3 : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan dengan
tindakan tinggi, ibu cepat lelah

Pemantauan

Periksa kadar Hb setiap 2 minggu

Bidan memberikan suplemen zat besi kepada kliennya yang memeriksakan diri

Efek samping berupa gejala gangguan gastrointestinal : konstipasi, diare, rasa terbakar di
ulu hati, nyeri abdomen dan mual

Pencegahan

Sulfas ferrosus 1 tablet/hari

Anjurkan makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung
vitamin dan mineral

Pemberian preparat besi

Pemeriksaan kadar Hb pada trimester 1 dan 2

Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi yang
terbaik adalah pada waktu perut kosong

Susu dan antasida dapat mengurangi penyerapan zat besi

Hindari kafein, misalnya kopi dan teh

Sebelum dan selama kehamilan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi, asam folat
dan vitamin B

Penatalaksanaan

Oral : pemberian fero sulfat,/fero gluconat/Na-fero bisitrat 60 mg/hari, 800 mg selama


kehamilan, 150-100 mg/hari

Parenteral : pemberian ferum dextran 1000 mg (20 ml) IV atau 210 ml/IM

ANEMIA MEGALOBLASTIK
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat
Peran asam folat

Untuk pertumbuhan dan replikasi sel

Mencegah terjadinya perubahan pada DNA yang dapat menyebabkan kanker

Penting dalam pembentukan sel

Darah merah membutuhkan asam folat

Membantu perkembangan janin

Gejala

Tangan atau kaki kesemutan dan kaku

Kehilangan sensasi sentuh

Kehilangan kemampuan indera penciuman

Sulit berjalan dan terlihat goyah

Demensia (kehilangan kemampuan psikis atau mental)

Kejiwaan terganggu (halusinasi, paranoia, psikosis/gangguan jiwa yang disertai dengan


disintegrasi kepribadian)

Sumber asam folat

Hewani maupun nabati seperti hati, kuning telur, ginjal, ragi, sayuran hijau (bayam,
brokoli) dan susu

80% kandungan asam folat hilang selama proses pemasakan

Sereal siap saji yang difortifikasi mengandung asam folat

Asam folat sintesis, struktur kimianya lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap
tubuh (asam pteroil glutamat)

Kebutuhan

Orang dewasa 400 mcg (0,4 mg)/hari

Ibu hamil 600 mcg/hari

Ibu menyusui 500 mcg/hari

Harus disiapkan sebelum kehamilan, karena gangguan sering terjadi pada bulan pertama
kehamilan, dimana ibu biasanya belum menyadari bahwa dirinya tengah hamil

Efek samping

Terselubungnya komplikasi syaraf akibat defisiensi vitamin B12

Tidak dianjurkan > 1000mg/hari

Asam folat termasuk golongan vitamin B yang larut dalam air, jika kelebihan dapat larut
dalam air

ANEMIA HIPOPLASTIK

Adalah anemia yang terajdi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru

Jarang dijumpai dalam kehamilan

Disertai dengan trombositopenia, dan leucopenia

Disertai kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi, irradiasi,
leukemia dan kelainan immunologik

Bisa juga trejadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah berulang kali

ANEMIA HEMOLITIK

Adalah anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari
pembentukannya

Etiologi tidak jelas

Kejadian langka

Hemolisis berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah
bersalin

Penambahan darah tidak memberikan hasil

Transfusi darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia
pada janin

HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)

Adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil

Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan dan keadaan umum menjadi buruk

Etiologi belum diketahui secara pasti

Dibagi menjadi 3 tingkatan menurut beratnya gejala yang timbul

HEG tingkat 1

Muntah terus menerus

Ibu merasa lemah

Nafsu makan tidak ada

Berat badan turun

Nyeri epigastrium

Nadi meningkat sekitar 100x/menit

Tekanan darah turun

Turgor kulit mengurang

Lidah mengering

Mata cekung

HEG tingkat 2

Ibu lebih lemah dan apatis

Turgor kulit lebih mengurang

Lidah mengering dan nampak kotor

Nadi rendah dan cepat

Suhu tubuh kadang-kadang naik

Mata cekung dan sedikit ikterus

BB dan TD turun

Hemokonsenterasi, oliguria dan konstipasi

Ditemukan aseton pada air kencing

HEG tingkat 3

Keadaan umum lebih parah

Muntah berhenti

Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma

Nadi kecil dan cepat

Suhu meningkat

TD dan BB turun

Ensepalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental

Penatalaksanaan

Rawat inap

Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama

Obat-obatan diberikan secara parenteral

Infus D10% (2000 ml) dan RL 5% (2000 ml) per hari

Pemberian antiemetik (metokopramid hidrochlorid)

Roborantia/obat penyegar

Diazepam 10 mg IM (jika perlu)

Psikoterapi

Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama

Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap

Bila keadaan tidak berubah : stop makan/minum, ulangi penatalaksanaan seperti


sebelumnya untuk 24 jam kedua

Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangkan untuk rujukan

Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah

Jika dehidrasi berhasil diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi sering,
hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak makan
makanan yang mengandung gula

Kriteria pulang

Mual dan muntah tidak ada lagi

Keluhan subjektif sudah tidak ada

TTV baik

ABORTUS

Adalah berhentinya kehamilan pada usia < 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin

BBL <500 gram, PB <25 cm

Angka harapan hidup sangat kecil yaitu <1%

Batasan berbeda tentang abortus 18-24 minggu, WHO 22 minggu

Pembagian abortus

Abortus spontan (imminens, insipiens, incompletus, completus)

Abortus induced (therapeutik, sugenic, electiv)

Abortus septik

Abortus habitualis

Missed abortion

Etiologi

Maternal

Kelainan kromosom

Infeksi kronis (sifilis, TB aktif)

Keracunan

Trauma fisik

Gangguan endokrin (hipotiroid, DM)

Penyakit kronis

Oksidan (rokok, alkohol)

Defisiensi hormonal

Fetal

Kematian janin akibat kelainan bawaan

Mola hidatidosa

Penyakit plasenta dan desidua

ABORTUS IMMINENS

Perdarahan bercak-sedang

Perdarahan ringan (lebih dari 5 menit basahi pembalut)

Dilatasi serviks tertutup

Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

Gejala/tanda : kram perut bawah uterus (hilang timbul)

USG, pengaruhi rencana tindakan

Diagnosa banding : mola, KET

Penatalaksanaan

Bed rest, tidak perlu pengobatan khusus ataupun tirah baring total

Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan

Kurangi hubungan seksual

Tidak perlu terapi hormonal baik estrogen maupun progesteron

Tidak perlu pemberian tokolitika ( salbutamol, indometasin)

Pemberian fenobarbital 330 mg/hari

Pemberian papaverin 340 mg/hari

Observasi perdarahan (jika berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika terjadi perdarahan lagi. Jika terus berlangsung : nilai kondisi janin lewat uji
kehamilan/USG, konfirmasi penyebab lain jika ditemukan ukuran uterus yang lebih besar
dari usia kehamilan.

ABORTUS INSIPIEN (sedang berlangsung)

Perdarahan sedang-banyak

Konsepsi dalam uterus

Perdarahan berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut

Serviks terbuka

Ukuran uterus sesuai usia kehamilan

Gejala/tanda ; kram/nyeri pada perut bagian bawah

Penatalaksanaan
Jika usia kehamilan < 16 minggu, evaluasi uterus dengan AVM, jika evaluasi tidak dapat
dilakukan, segera lakukan :

Pemberian ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu), atau
pemberian misoprostol 400 mg/oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)

Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus

Jika usia kehamilan >16 minggu

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi

Jika perlu pasang infus 20 IU oksitosin dalam RL atau garam fisiologik 500 ml IV,
dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi

Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan


Pasang infus D5% = oksitosin 10 IU
ABORTUS INKOMPLETUS

Perdarahan sedang-banyak

Serviks terbuka

Uterus sesuai usia kehamilan

Gejala/tanda : kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit yang kuat

Terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi

Penatalaksanaan

Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok, infeksi/sepsis)

Keluarkan sisa konsepsi secara digital atau dengan menggunakan cunam ovum dan
evaluasi perdarahan

Jika perdarahan berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg/oral

Jika perdaraan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM

Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika profilaksis

Jika terjadi perdarahan hebat dan < 16 minggu, segera evakuasi dengan AVM

Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu (anemia
sedang ) atau transfusi darah (anemia berat)

ABORTUS KOMPLETUS

Perdarahan bercak-sedang

Serviks tertutup atau terbuka

Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal

Gejala/tanda : sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian bawah

Riwayat ekspulsi hasil konsepsi

Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun alat bantu

Penatalaksanaan

Tidak perlu evaluasi

Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak

Bila kondisi baik, cukup berikan ergometrin 31 tablet/hari selama 3 hari

Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan

Bila terjadi anemia sedang berikan sulfas ferrosus tablet 600 mg/hari selama 2 mingg dan
anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

Untuk anemia berat lakukan transfusi darah

Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila
khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis

Lakukan konseling pasca abortus dan lakukan pemantauan lebih lanjut

ABORTUS HABITUALIS

Adalah kejadian abortus berulang, umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan faktor-faktor
immunologi

Idealnya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi

MISSED ABORTION

Adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi
pada usia kehamilan 4 minggu atau lebih (beberapa buku 8 minggu)

Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan

Pentalaksanaan

Keluarkan jaringan konsepsi dengan laminaria, dan stimulasi kontraksi uterus dengan
oksitosin

Jika diputuskan untuk melakukan tindakan kuretase, harus sangat berhati-hati karena
jaringan telah mengeras dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat
hipofibrinogenemia

ABORTUS THERAPEUTIK

Adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila
kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita dengan
penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban perkosaan (masalah psikis)

Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat

Syarat-syarat abortus therapeutik

Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang

Meminta pertimbangan ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi)

Melakukan informed consent

Saran kesehatan memadai

Prosedur tidak dirahasiakan

Dokumen medik harus lengkap

ABORTUS SEPTIK

Adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus spontan/tidak
aman

Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi

Tindakan : resusitasi dan perbaiki keadaan umum ibu, berikan antibiotik spektrum luas
dosis tinggi, keluarkan sisa konsepsi dalam 6 jam

DIAGNOSTIK ABORTUS

Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidaknya gejala/keluhan lain,
cari faktor resiko/predisposisi, riwayat penyakit umum dan obstetri

Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan pervaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan

Pemeriksaan fisik umum : KU, TTV, jika KU buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi
segera

Pemeriksaan ginekologik : ada tidaknya tanda akut abdomen, jika memungkinkan cari
sumber perdarahan apakah dari dinding vagina atau jaringan serviks atau keluar ostium.
Jika perlu ambil darah/cairan/jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan
sebelum PD), lakukan PD dengan hati-hati

Bimanual : tentukan besar dan letak uterus, tentukan apakah 1 jari pemeriksa dapat
masuk kedalam ostium dengan mudah/lunak atau tidak (lihat ada/tidaknya dilatasi
serviks), jangan dipaksakan. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada/tidaknya massa
atau tanda akut lainnya.

PENATALAKSANAAN PASCA ABORTUS

Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab aborts agar kejadian ini tidak
berulang pada kehamilan berikutnya

Perhatikan involusi uterus dan kadar B-hCG selama 1-2 bulan

Anjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan

Anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil

PRINSIP (perdarahan pervaginam pada kehamilan < 12 minggu)

JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE

Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan periksa dengan USG

Jangan terpengaruh dengan B-hCG yang positif, meski janin sudah mati, kadar B-hCG
mungkin masih tinggi dan bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Akibat : perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan
infeksi

Cara umum : olah raga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun
tangga, trauma

Cara lokal : menggunakan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina, alat memasang
IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi jarum suntik

METODE KONTRASEPSI PASCA ABORTUS


Kontrasepsi
Kondom
Pil

Waktu
Segera
Segera

Suntik
Implan/susuk
AKDR
Tubektomi

Segera
Segera
Segera
Segera

Efektivitas
Kedisiplinan klien, mencegah PMS
Minum secara teratur setiap hari dengan waktu yang
sama
Konseling untuk pilihan hormon tunggal dan kombinasi
Punya > 1 anak, jangka panjang
Setelah kondisi pulih
Menghentikan fertilitas

Beberapa wanita mungkin butuh

Jika klien pernah imunisasi, dinding vagina atau kanalis servikalis luka, berikan booster
TT 0,5 ml

Riwayat imunisasi tidak jelas, beri serum anti tetanus 1500 IU IM diikuti dengan TT 0,5
ml setelah 4 minggu

Penatalaksanaan PMS

Penapisan kanker serviks

KEHAMILAN EKTOPIK
Patofisiologi

Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium kavum uteri

Gangguan interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju kavum uteri

Kemungkinan implantasi : paling sering di tuba falopii (90-95 %, dengan 70-80% di


ampula), serviks, ovarium, abdomen dan sebagainya.

Etiologi

Kelainan tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis

Riwayat operasi tuba, sterilisasi

Riwayat penyakit radang panggul

IUD

Ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan
sebagainya

Gejala

Amenorhea

Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh perut
bagian bawah akibat robeknya tuba

Penderita bisa sampai pingsan dan syok

Perdarahan pervaginam biasanya berwarna hitam

Pusing, perdarahan, berkeringat, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina


dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi BAK meningkat

Diagnosis

Pemeriksaan panggul, tentukan lokasi sakit

Lakukan tes B-hCG

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui konsentrasi hormon progesteron

Pemeriksaan USG

Diagnosis banding : usus buntu (apendisitis akut), radang panggul

Penanganan : methotrexate

Prognosis : HCG (kuantitatif) untuk melihat sisa jaringan

Kesempatan hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%, jika slauran
satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik dan komservatif : 30%)

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


Gejala

Kolaps dan kelelahan

Nadi cepat dan lemah (110x/menit atau lebih)

Hipotensi

Hipovolemia

Abdomen akut dan nyeri pelvis

Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas

Nyeri lepas

Pucat

Diagnosis

Anamnesis : riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda
dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan/kiri bawah

Pemeriksaan fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio

Pemeriksaan penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG

Penatalaksanaan KE dengan ruptur tuba

Optimalisasi KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai adanya infeksi
diberikan juga antibiotika

Hentikan sumber perdarahan segera dengan laparatomi dan salpingektomi (memotong


bagian tuba yang terganggu)

Sebelum pulang

Konseling prognosis kesuburannya

Konsleing metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi

Perbaiki anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu

Kontrol ulang 4 minggu

KEHAMILAN SERVIKAL

Jarang terjadi

Perdarahan pervaginam tanpa disertai rasa nyeri

Terjadi abortus spontan sangat besar

Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau ruptur yang terjadu sangat besar
dan bisa dilakukan histerektomi lokal.

KEHAMILAN OVARIAL
Ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :

Tuba pada sisi kehamilan harus normal

Kantung janin harus terletak di ovarium

Jaringan ovarium yang nyata harus ditemuka dalam dinding kantung janin

MOLA HIDATIDOSA

Hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik

Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan sperti rangkaian buah
anggur

Resiko terjadi keganasan (koriokarsinoma)

Pembagian
Mola hidatidosa klasik/komplet

Janin atau bagian tubuh janin tidak ada

Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30%)

Mola hidatidosa parsial/inkomplet

Janin atau bagian tubuh janin ada

Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada
trimester pertama

Gejala

Hiperemesis

Hipertiroid

Preeklampsia

Anemia

Uterus lebih besar dari umur kehamilan

Tanda pasti kehamilan tidak ditemukan

Perdarahan

Bisa juga disertai preeklampsia/ eklampsia

Diagnosa

Ditegakkan dengan USG

Pengosongan jaringan mola dengan vakum kuret

Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan

Kadar hCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase

Bila >8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif

Anamnesis : hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa

Pemeriksaan fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia kehamilan yang
sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang sonde tidak ada tahanan massa
konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion, uterus < gestasi

Pemeriksaan penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran
seperti badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance)

Penatalaksanaan

Perhatikan
sindroma
yang
mengancam
fungsi
vital
hipertiroid/tirotoksikosis dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk

Evakuasi jaringan mola : dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan
sebagian besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan
induksi, pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan
mencegah refluks cairan mola ke arah tuba

Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi

(depresi

nafas,

Follow up

Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok resiko


keganasan tinggi

Pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3 bulan-1
tahun

Foto toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat

Kontrasepsi hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral selama
2 tahun

Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan

KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA KEHAMILAN TRIMESTER III


PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang
dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22
minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 22
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh
karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih
merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan
mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan
dapat menurun.
Perdarahan antepartum dikelompokan sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan

Plasenta previa

Solusio plasenta

Perdarahan pada plasenta letak rendah

Pecahnya sinus marginalis

Pecahnya vasa previa

Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan

Pecahnya varises vagina

Perdarahan polipus servikalis

Perdarahan perlukaan serviks

Perdarahan karena keganasan serviks

Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3%-4% dari semua persalinan, sedangkan kejadian
perdarahan antepertum di rumah sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Penanganan perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi
dan merugikan janin dan ibunya. Setiap perdarahan antepartum yang dijumpai oleh bidan,
sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau ke tempat dengan fasilitas yang memadai karena
memerlukan tata laksana khusus.
PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm dan
berat rata-rata 500 gram. Plasenta berhubungan dengan tali pusat, jika letak tali pusat ditengah
plasenta maka keadaan ini disebut insertio sentralis, jika letak tali pusat agak ke pinggir, disebut
insertio lateralis, dan bila dipinggir disebut insertio marginalis. Namun, terkadang tali pusat
terletak diluar plasenta dan hubungan antara tali pusat dan plasenta melalui selaput janin, jika
demikian maka keadaan ini disebut insertio velamentosa.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan
pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
Fungsi plasenta, antara lain

Sebagai alat yang memberikan nutrisi pada janin (nutritif)

Sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)

Sebagai alat yang memberikan zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)

Sebagai alat yang membentuk hormon

Penyalur antibodi ke janin

PERDARAHAN YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEHAMILAN


A. SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat
janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau
separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta
totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada
sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.

Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari ibu maupun
janin. Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15%
kematian prenatal. 50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian besar dari
sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia intrauterin. Terlepasnya plasenta sebelum
waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Penyulit terhadap ibu dapat dalam bentuk :

Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum

Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan

Penderita tampak anemis

Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler


yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan
terjadinya perdarahan

Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena atonia uteri atau
gangguan pembekuan darah

Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi
sekunder

Peningkatan timbunan darah dibelakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras,
padat dan kaku

Penyulit terhadap janin dalam rahim, tergantung luas plasenta yang lepas, dimana dapat
menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.

Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah selaput
ketuban, yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar, atau tersembunyi dibelakang
plasenta membentuk hematoma retroplasenter. Hematoma retroplasenter yaitu pada solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya atau perdarahannya menembus
selaput ketuban masuk kedalam kantung ketuban. Solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya daripada
solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
Solusio plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan penderita
lebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering berkaitan dengan hipertensi.

2)
Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum
penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan jarang berhubungan
dengan hipertensi.
Etiologi/penyebab
Etiologi solusio plasenta belum diketahui. Keadaan
predisposisi/pemicu timbulnya solusio plasenta, yaitu:

berikut

merupakan

faktor

Trauma langsung terhadap uterus ibu hamil

Terjatuh terutama tertelungkup

Tendangan anak yang sedang digendong

Trauma eksternal lainnya

Traum kebidanan, artinya terjadi karena tindakan kebidanan yang dilakukan

Setelah dilakukan versi luar

Setelah memecahkan ketuban

Persalinan anak kedua hamil kembar

Faktor predisposisi

Hipertensi esensialis atau hipertensi

Tali pusat pendek

Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior

Hamil pada usia lanjut

Multiparitas

Bersamaaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia

Defisiensi asam folat

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian
besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian

kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak mengakibatkan gawat
janin.
Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak
(plasenta terlepas kurang dari luasnya), sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun
janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian
bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus
apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu
tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan
pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa
yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi.
Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai
duapertiganya luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada
solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam nampak
sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai 1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam
syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar
diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa,
harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan persalinan itu akan
selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,
walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang
seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan
syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan
telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal. Solusio plasenta berat dengan
couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :

a. Anamnesa

Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri

Terjadi spontan atau karena trauma

Perut terasa nyeri

Tampak anemis

Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim

b. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum penderita tampak tidak sesuai dengan jumlah perdarahan

Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat

Penderita tampak anemis

Pemeriksaan khusus

Palpasi abdomen

Perut tegang terus menerus


Terasa nyeri saat di palpasi
Bagian janin sukar ditentukan

Auskultasi

Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat

Pemeriksaan dalam

Terdapat pembukaan
Ketuban tegang menonjol
c. Pemeriksaan penunjang, dengan ultrasonografi dijumpai perdarahan antara plasenta dengan
dinding abdomen

Tanda dan gejala solusio plasenta berat

sakit perut terus menerus

nyeri tekan pada uterus

uterus tegang terus menerus

perdarahan pervaginam

syok

bunyi jantung janin tidak terdengar lagi

air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah

Pada solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata, seperti sakit
perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dan uterus tegang terus menerus. Akan tetapi dapat
dikatakan tanda ketegangan uterus yang terus menerus merupakan tanda satu-satunya yang selalu
ada pada solusio plasenta, juga ada pada solusio plasenta ringan. Menegakkan diagnosis solusio
plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami keraguraguan dalam menegakkan diagnosis.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya
solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
Komplikasi pada ibu

Perdarahan
o Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
o Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anemis sampai syok
(waspada perdarahan tersembunyi)
o Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
o Gangguan pembekuan darah

Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah


pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis

menyebabkan

Terjadi penurunan fibrinogen, sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu


pembekuan darah

Oliguria

Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan


produksi urin makin berkurang

Perdarahan postpartum

Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah


ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan
perdarahan karena atonia uteri

Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan

Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta


hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan
persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum
bebas dari bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala 3 dan
kelainan pembekuan darah. Kontraksi uterus yang tidak kuat itu
disebabkan ekstravasasi darah diantara otot-otot miometrium,
seperti yang terjadi pada uterus couvelaire.

Komplikasi pada janin

Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah
janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam
rahim

Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin tergantung pada seberapa bagian
plasenta telah lepas dari implantasinya si fundus uteri

Penatalaksanaan
Lakukan uji pembekuan darah, kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau
terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya koagulapati.
Transfusi darah segar
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.
Seksio caesarea dilakukan jika:

janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan
segera (pembukaan belum lengkap)

janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu singkat

persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi
merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan

Partus pervaginam, dilakukan apabila :


janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul.

Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi
forcep/vakum

Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari 2 cm

Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit
oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi
uterus.

Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam,
kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari
kemudian.

Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta


Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan,
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam bentuk rujukan diberikan pertolongan darurat

Pemasangan infus

Tanpa melakukan pemeriksaan dalam/vaginal toucher

Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan

Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat

Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan


pertolongan pertama

B. PLASENTA PREVIA
Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus
uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagian plasenta previa :

Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan (ostium uteri internum) tertutup oleh
jaringan plasenta

Plasenta previa parsialis : hanya sebagian pembukaan yang tertutup oleh jaringan
plasenta

Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan

Plasenta letak rendah : plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium
uteri internum, pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga
tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir

Tingkatan dari plasenta previa ini tergantung dari besarnya ukuran dilatasi serviks. Klasifikasi
plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik dilatasi serviks.
Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa total pada
pembukaan 2 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm
karena dilatasi serviks telah melebihi tepi plasenta.
Pada keadaan ini, baik plasenta parsialis maupun totalis akan terjadi pelepasan sebagian plasenta
yang tidak dapat dihindari, sebagai akibat dari pembentukan segmen bawah rahim dan dilatasi
serviks. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang disebut perdarahan
antepartum.
Etiologi
Etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat diterangkan
dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa antara lain adalah pertambahan usia ibu
multiparitas. Dalam sebuah penelitian dari 314 wanita denagn paritas 5 atau lebih, Babinski
(1999) melaporkan bahwa 2,2% insiden dari previa meningkat secara signifikan seiring dengan
pertambahan usia masing-masing kelompoknya. Ekstrimnya, 1 dari 1500 wanita berusia 19
tahun kebawah dan 1 banding 100 pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
William dkk juga menerangkan bahwa dengan merokok resiko terjadinya plasenta previa
meningkat 2x lipat. Teori yang diberikan adalah bahwa hipoksemi menyebabkan terjadinya
kompensasi dari plasenta sehingga terjadi hipertropi.

Secara ultrasonografi pada usia kehamilan muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah.
Hal ini disebabkan pada kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk, tetapi dengan
meningkatnya usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta.
Perubahan plasenta tampaknya terjadi karena pembesaran segmen atas rahim dan pembentukan
segmen bawah rahim, sehingga disarankan bagi wanita hamil untuk melakukan USG pada usia
kehamilan 32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi perubahan letak plasenta atau tidak.
Faktor terpenting terjadinya plasenta previa adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua
sehingga menyebabkan atrofi dan peradangan pada endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat
pada :

Multipara, terutama kalau jarak kehamilan yang pendek

Pada mioma uteri

Kuretase yang berulang-ulang

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta tumbuh/berimplantasi


mendekati atau menutupi ostium internum untuk mencukupi kebutuhan janin. Implantasi
palsenta pada segmen bawah rahim menyebabkan kanalis servikalis tertutup dan mengganggu
proses persalinan dengan terjadinya perdarahan.
Implantasi plasenta yang kurang baik disebabkan oleh :

Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi

Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan bagi plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin

Villi korealis pada korion leave yang persisten

Gambaran klinik

Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar

Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari sebelumnya

Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim

Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan
letak plasenta yang berada dibawah janin

Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi, teraba jaringan plasenta

Diagnosis
Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum
ataukah dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radio isotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada
pemeriksaan radiografi dan radio isotop, ibu dan janin akan dihadapkan pada bahaya radiasi
sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan ultrasonografi (USG) tidak menimbulkan bahaya
radiasi dan rasa nyeri sehingga cara ini dianggap sangat tepat untuk mengetahui letak plasenta.
Penentuan letak secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat. Sehingga
pemeriksaan secara langsung lewat pemeriksaat dalam harus dilakukan di meja operasi, dimana
jari-jari masuk secara hati-hati ke dalam ostium uteri internum (OUI) untuk meraba adanya
jaringan plasenta.
Komplikasi
Pada ibu

Perdarahan pascasalin

Syok hipovolemik

Infeksi-sepsis

Laserasi serviks

Plasenta akreta

Emboli udara (jarang)

Kelainan koagulapati sampai syok

Kematian

Pada anak

hipoksia

anemia

prolaps tali pusat

prolaps plasenta

prenaturiotas atau lahir mati

kematian

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi dimana akan dilakukan
penatalaksanaan aktif, yaitu mengakhiri kehamilan (terminasi) ataupun mempertahankan
kehamilan selama mungkin (ekspektatif).
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah
sakit tanpa dilakukan pemeriksaan dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan
banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan dengan baik. Tindakan yang akan kita pilih tergantung dari faktorfaktor :

jumlah perdarahan banyak/sedikit

keadaan umum ibu/anak

umur kehamilan/taksiran BB janin

besarnya pembukaan/kemajuan persalinan

tingkat plasenta previa

paritas

Penanganan ekspektatif
kriteria

keadaan umum ibu dan anak baik

janin masih kecil

perdarahan sudah berhenti atau masih sedikit sekali

kehamilan kurang dari 37 minggu

belum ada tanda-tanda persalinan

rencana penanganan

istirahat baring mutlak

infus dextrose 5% dan elektrolit

spasmolitik, tokolitika, plasentotrofik, roborantia

periksa Hb, HCT, C OT, golongan darah

USG

Awasi perdarahan terus menerus, TD, nadi dan DJJ

Penanganan aktif/terminasi
Yaitu kehamilan harus segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, bila
keadaan umum ibu dan anak tidak baik, perdarahan banyak (lebih dari 500 cc), ada tanda-tanda
persalinan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu.

Persalinan dengan seksio caesarea

Segera melahirkan bayi dan plasenta sehingga memungkinkan uterus berkontraksi dan
perdarahan dapat segera dihentikan, selain itu juga mencegah terjadinya laserasi serviks.
Misalnya pada penderita dengan perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan
tingkat plasenta previa yang berat.
Indikasi SC

Plasenta previa totalis

Plasenta previa pada primigravida

Plasenta previa janin letak lintang atau sungsang

Anak berharga dan fetal distress

Plasenta previa lateralis jika :

Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak


Sebagian besaar OUI ditutupi plasenta
Plasenta terletak disebelah belakang

Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir cepat

Persalinan pervaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah
meninggal atau prematur. Dengan adanya penurunan kepala diharapkan dapat menekan plasenta
pada tempat implantasinya didaerah terjadinya perdarahan selama proses persalinan berlangsung.
Sehingga bagian terbawah janin berfungsi sebagai tampon untuk mencegah perdarahan yang
lebih banyak.
Indikasi partus pervaginam

Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecahkan (amniotomi) jika
his lemah, berikan oksitosin per drip

Bila perdarahan masih terus berlangsung, lakukan SC

Tindakan versi Braxton-hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan


(kompresi atau tamponade bokong kepada janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada
keadaan darurat, janin masih kecil atau sudah meninggal dan tidak ada fasilitas untuk
dilakukan operasi

C. PERDARAHAN KARENA PECAHNYA VASA PREVIA


Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal dari insertio
velamentosa pada kanalis servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput
janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali
pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi
funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh
darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus
umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah
ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Untuk menegakan diagnosis vasa previa agak sukar dan memerlukan pengalaman, disamping
jumlahnya tidak terlalu banyak bila dapat ditemukan pada pembukaan dalam, maka satu-satunya
sikap adalah mengirim penderita ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio sesarea.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak

dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah
ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung
anak menjadi buruk.
D. PECAHNYA SINUS MARGINALIS
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah
persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan
lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk
ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta.
Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya
melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini
menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul
ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding
uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui
sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.
PERDARAHAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEHAMILAN
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahayakan janin
dalam rahim, tetapi lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat berlangsung
sebelum hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat
perdarahan sedikit, spotting (bercak/flek) atau intermitten (sewaktu-waktu). Untuk dapat
menegakan asal perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam dan
melakukan pemeriksaan inspekulo. Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan asal
perdarahan

Varises pecah

Polip serviks atau endometrium

Perlukaan serviks

Keganasan pada serviks

Penanganan lebih lanjut dapat dilakukan oleh bidan dengan melakukan konsultasi ke puskesmas,
dokter ataupun rumah sakit.

Megi Annisa Rahmah (2013730152)


10. Jelaskan hubungan berat badan dan tinggi badan dengan hasil palpasi 5/5?
Hasil pemeriksaan berupa Palpasi 5/5 bisa kita temukan pada pemeriksaan leopold IV
Leopold IV
Tujuan :

Untuk membuktikan bagian terbawah janin ( kepala / bokong ) sudah atau belum masuk
PAP. ( konvergen atau divergen )
Untuk mengetahui sejauh mana bagian terbawah janin masuk PAP
Cara Kerja :

Posisi berbalik menghadap ke kaki pasien

Kedua kaki pasien diluruskan


Letakkan kedua tangan diatas sympisis pubis pada kedua sisi bagian terbawah janin
( bokong atau kepala janin ) untuk membuktikan kepala atau bokong janin sudah masuk
PAP atau belum. Jika ujung jari tangan yang meraba sisi kepala atau bokong janin bisa
bertemu/ berbentuk kerucut berarti belum masuk PAP ( konvergen ). Sebaliknya jika
posisi tangan terbuka di kedua sisi kepala atau bokong janin / ujung jari tangan tidak bisa
bertemu berarti kepala atau bokong janin sudah masuk PAP ( divergen )

KONVERGEN DIVERGEN
Letakkan telapak tangan kanan diatas sympisis pubis sambil meraba bagian terbawah janin (
bokong/kepala). Raba dengan menggunakan jari, berapa jari kepala atau bokong janin yang
teraba diatas syimpisis pubis ( tekhnik perlimaan )

5/5 = kepala/bokong janin bisa teraba dengan 5 jari, menandakan kepala/bokong janin
belum masuk PAP
4/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 4 jari
3/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 3 jari
2/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 2 jari
1/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 1 jari
0/5 = kepala / bokong janin tidak teraba menandakan bagian kepala telah masuk PAP
seluruhnya

Untuk melihat Kesehatan Umum Kehamilan dilakukan anamnesis dan juga beberapa
rangkaian pemeriksaan fisik salah satu nya adalah Tinggi Badan(TB) dan Berat
badan(BB).Pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi banyak hal salah satunya yang berkaitan dengan
skenariio adalah TB,jadi pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan tinggi ibu
hamil,pengukuran ini berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit apabila tinggi badan
kurang dari 150 cm.Pada scenario dikatakan bahwa tinggi pasien adalah 140 cm yang
menandakan dia kemungkinan memiliki panggul yang kecil.Hal ini diperkuat dengan hasil
pemeriksaan Leoplad IV dengan palpasi 5/5 nya yang menandakan janin belum turun ke PAP.
Pada primigravida dengan ruang panggul yang normal,kepala janin akan sudah masuk ke
PAP mulai minggu ke-36,masuknya kepala janin ke pintu atas panggul pada minggu ke-36
dijumpai pada sekitar 90-95%.Kadang dijumpai kepala janin belum masuk ke PAP setelah
minggu ke-36 yang mungkin disebabkan oleh:
1.Kesalahan memperkirakan umur kehamilan
2.Panggul yang sempit
3.Bentuk panggul yang abnormal

4.Kemungkinan terdapat tumor yang menghalangi masuknya kepala ke pintu atas panggul
5.Kemungkinan terdapat lilitan tali pusat(umbilicus) pada leher janin yang menghambat
masuknya kepala
6.Belum sempurnanya pembentukan segmen bawah rahim
7.Kemungkinan terdapat plasenta previa
8.Kelainan posisi kepala saat masuk ke PAP

Untuk pengaruh dari berat badan sendiri dapat dilihat dari berat janin,karena semakin besar berat
ibu,semakin besar janin yang dilahirkan.Pada scenario ibu memiliki BB normal dan diperkirakan
berat dari bayi nya yaitu 3000 gr juga masih bisa dikatakan normal karena bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

RR. Hestin Diah Prasanty (2013730172)


11. Jelaskan pengertian dan indikasi dari sectio caesarea !
DEFINISI
Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan
keadaan utuh dan sehat.
INDIKASI
1. Faktor janin.
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan
lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan
yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat

janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin
yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin
terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksio caesarea.
b. Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan
4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat
penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan
kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat.
Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun
kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral
abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit,
kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak,
kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan
macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan
janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
- Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang
diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air
ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan
seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan
asidosis yang progresif.
- Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus dan kerusakan genetik.
2. Plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian dan atau seluruh jalan
lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahir lebih dahulu dari janin. Hal ini menyebabkan
janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan
SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks menjadi
tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC
dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin.
Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang
menumpuk di dalam rahim.

c. Placenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang
menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan
rahim.
d. Vasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak.
3. Kelainan tali pusat.
a. Pelepasan tali pusat
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin, atau
tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat
tertekan.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau
terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali pusat
mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya
terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.

4. Faktor ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan
dengan seksio caesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti
hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
b. Cephalopevic disproportion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih,
PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12>6
minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban. Retensio plasenta atau plasenta rest, gangguan
pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta.
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga
menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :

Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intrauterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.

d. Trauma tindakan operasi persalinan .


Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma
jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :
Perluasan luka episiotomi
Perlukaan pada vagina
Perlukaan pada serviks
Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
Terjadi fistula dan ingkontinensia
5. Komplikasi pada janin
Terjadi trias komplikasi bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia
Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada
medula oblongata
Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
Fraktura ekstremitas
Dislokasi persendian
Ruptur alat-alat vital : hati, lien dan robekan pada usus.
Fraktur tulang kepala
Perdarahan atau trauma jaringan otak
Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi.
Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai