Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan dinding
pembuluh darah tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan darah 50 mmHg, ini berarti
bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke
atas setinggi 50 mmHg (Guyton dan Hall, 2007). Menurut D.G Beevers (2002) tekanan darah
adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh.
Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah jantung, resistensi
perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2001). Tekanan sistolik di sistem vaskuler mengacu
pada tekanan puncak yang tercapai selama kontraksi ventrikel, demikian juga, tekanan diastolik
mengacu pada tekanan terendah selama diastol.
Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun ada 3 sumber yakni dari Joint National
Committee (JNC) VII yang biasanya digunakan di negara Amerika Serikat, WHO yang
digeneralisasikan ke seluruh dunia, serta dari hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia.
Klasifikasi tekanan darah dari JNC VII, WHO dan hasil Perhimpunan Hipertensi Indonesia
tersebut dapat kita lihat pada tabel-teabel berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint National Committee VII
Klasifikasi
Tekanan sistole
Tekanan diastole
(mmHg)
(mmHg)
Normal
< 120
< 80
Pre Hipertensi
120 139
80 89
Stadium I
140 159
90 99
Stadium II
160
100
Tekanan
Sistolik Dan/Atau
(mmHg)
Tekanan
(mmHg)
Normal
< 120
Dan
< 80
Pre Hipertensi
120 139
Atau
80 89
Hipertensi Tahap 1
140 159
Atau
99 99
Hipertensi Tahap 2
160
Atau
100
sistol 140
Dan
< 90
Hipertensi
terisolasi
(mmHg)
Optional
< 120
<80
Normal
< 130
< 85
140 159
90 99
140 149
90 94
100 109
180
110
140
< 90
140 149
< 90
Diastolik
(mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
140 159
90 99
140 149
90 94
100 109
180
110
140
< 90
Sub grup
140 149
< 90
memiliki efek yang posotif terhadap stressmental. di samping itu, olahraga teratur
juga dapat mengubah faktor-faktor kardiovaskuler, misalnya peredaran darah jantung
yang membaik, dan meningkatkan kolesterol HDL, 5) Merokok juga merupakan
faktor resiko mayor terhadap penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler.
zat-zat kimia dalam asap rokok terserap ke dalam aliran darah dan membuat pebuluh
darah menyempit serta membuat sel darah merah menjadi lebih lengket sehingga
mudah membentuk gumpalan. jumlah rokok yang dihisap juga berpengaruh,
risikonya meningkat sesuai tingkat konsumsi, yaitu ringan (<10 batang sehari),
sedang (10-20 batang sehari), dan perokok berat (>20 batang sehari) (davidson,
2003), 6) mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan
tekanan darah, sehingga peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi (enggar dan
puruite, 2008), 7) kondisi psikis seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah,
misalnya kondisi psikis seseorang yang mengalami stress atau tekanan. respon tubuh
terhadap stres disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. kondisi
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan
ketegangan otot. selain itu stres juga dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
aliran darah ke otot-otot angka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan
saluran pencernaan (guyton dan hall, 2007), 8) faktor genetik dalam hipertensi
termasuk golongan multifaktor, yaitu interaksi sejumlah gen dengan faktor
lingkungan(murray, 2003). secara umum bila dalam satu keluarga ada yang menderita
hipertensi pada anggota keluarga yang lainnya di masa mendatang juga dapat
meningkat (kusuma,2009).
c. hipertensi
a. pengertian hipertensi
tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak
melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90 mmHg
dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia (staessen dkk, 2003)
tekanan darah normal tinggi (prehipertensi) yaitu sistolik 130 s/d 139
mmHg, diastolik 85 s/d 89 mmHg mempunyai resiko tinggi untuk kejadian
kardiovaskuler dibandingkan dengan kelompok tekanan darah optimal sistolik <
120 mmHg dan diastolik 80 mmHg. secara umum seseorang dikatakan menderita
hipertensi jika sistolik/diastolik 140/90 mmHg (suyono, 2001)
penyempitan pembuluh nadi atau arterosklerosis merupakan gejala
awalyang umum terjadi pada hipertensi. karena arteri-arteri mengeras dan
meengerut dalam arterosklerosis, darah memaksa melewati jalan yang sempit itu,
sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi (wirakusumah, 2002)
hipertensi akan memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh
sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan
berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi
kerusakan pada pembuluh darah jantung), serta penyempitan ventrikel kiri/bilik
kiri (terjadi pada otot jantung). selain itu dapat pula menyebabkan gagal ginjal,
penyakit pembuluh lain, diabetes melitus dan sebagainya.
hipertensi dianggap sebagai faktor utama stroke, di mana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. dikemukakan
bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan
diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180
mmHg mempunyai resiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan
tekanan darah kurang 140 mmHg. akan tetapi pada penderita usia lebih dari 65
tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi (yundini, 2006).
sasaran pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. dengan menurunkan tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. terapi non
farmakaologi antara lain mengurangi asupan garam, olahraga, menghentikan
rokok, dan mengurangi berat badan dapat dimulai sebelum atau bersama-sama
obat farmakologi.
b. patogenesis hipertensi
tekanan darah yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan
dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). fungsi kerja masing-masing
penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor-faktor
tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan/atau ketahanan
periferal. selengkapnya dapat dilihat pada bagan 1.
(kaplan,2004)
3) mengidentifikasi
adanya
faktor risiko
kardivaskuler yang lain atau penyakit penyerta yang ikut menentukan prognosis
dan ikut menentukan panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadag sering merupakan satu-satunya tanda
klinis yang akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti
faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingakt hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyaklit
jantung koroner,penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,
perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat
Hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan
jelas. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer seperti bertambah umur, stres psikologis, dan hereditas
(keturunan). Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan termasuk kategori
ini. Pengobatan hipertensi primer sering dilakukan adalah membatasi
konsumsi kalori bagi orang yang kegemukan (obes), membatasi konsumsi
garam, dan olahraga. Obat antihipertensi mungkin pula digunakan tetapi
kadang-kadang menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar
kolesterol, menurunnya kadar natrium (Na) dan kalium (K) di dalam tubuh
dan dehidrasi.
2)
Hipertensi sekunder
Artinya penyebab boleh dikatakan telah pasti yaitu hipertensi yang
diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang termasuk hipertensi sekunder
seperti hipertensi karena penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes
melitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik (Kaplan, 2004).
2)
sedangkan aktifitas
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005), h) stres
dapat pula meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres
menjadi berkepanjangan dapat berakibat pada berakibat tekanan darah
menajdi lebih tinggi.
i. Penatalaksanaan hipertensi
1)
kalium),
kacang-kacangan
(banyak
mengandung
Penatalaksaan farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama
hipertensi primer adalah memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit
kardiovaskuler atau faktor risiko lain (Suyono, 2001). Terapi dengan
pemberian obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan
mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih.
Menurut Arif Mansjoer (2001), penatalaksanaan dengan obat
antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah
kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi
yang optimal harus efektif 24 jam dan lebih disukai dosis tunggal karena
kepatuhan lebih baik, lebih mudah dan dapat mengontrol hipertensi terus
menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap risiko dari .