Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

AMDAL PESISIR DAN LAUT


MAKALAH DOKUMEN ANDAL
REKLAMASI LAHAN SELUAS 22,0198 HA DI
PELABUHAN TANJUNG EMAS, SEMARANG

Disusun oleh:
Kelompok 3

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

SUSUNAN TIM TEKNIS


KELOMPOK 3

Ketua

: Ridho Hans Gurning (26020212140042)

Sekretaris

1. Hasana Kushadi Ratnasari


2. Tegar Ramadhan
Kepala Bidang
1.
2.
3.
4.

(26020212130023)
(26020212130039)

Hanif Nur Oktavia Hera G.


Mihmidati Al-Faizah
M. Hafidz Ibnu Khaldun
Aulia Surya Gemilang

(26020212120006)
(26020212130043)
(26020212130016)
(26020212140095)

I.1 Komponen Geofisika


Keadaan geografis Semarang secara umum.
Letak geografis
: 10950 - 11035 BT dan 650 - 710 LS
Iklim
: iklim tropis agak basah yang dipengaruhi oleh angin
muson tropis
: 28,3C
: 75%
: 5,9 km/jam (rata-rata per tahun)
: 1.924 mm

Suhu udara rata-rata


Kelembaban relatif
Kecepatan angin
Curah hujan
1. Hidro Oseanografi
a. Pasang surut
Tahap pra-konstruksi
Berdasarkan survei awal dan pra konstruksi, diketahui perairan
Semarang memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian
tunggal. Hasil tersebut didapat dari perhitungan menggunakan metode
Admiralti yang mendapatkan hasil bilangan Formzhal sebesar 2,79
dengan nilai MSL sebesar 56 cm. Pada saat data pasut tersebut di
kalibarsi dengan data pasang surut yang diambil dari buku Pasut
Dishidros 2014, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara
pasut hasil pengukuran dengan data pasut dari Buku Pasut Dishidros.
Berdasarkan hasil di atas, kami member angka 4/5 karena tidak
terjadi perbedaan yang nyata pada saat data pasut hasil pengukuran

dengan data pasut dari Buku Pasut Dishidros.


Tahap konstruksi
Pada tahap kontruksi kami memberi angka 4/5 karena pasut di
perairan sekitar daerah reklamasi tidak terjadi perbedaan yang nyata.
Tahap pasca kontruksi
Pada tahap pasca kontruksi kami member angka 4/5 karena pasut
di perairan sekitar daerah reklamasi tidak terjadi perbedaan yang nyata
pada saat dibandingkan dengan pengamatan pasang surut pada saat
tahap pra konstruksi dan tahap konstruksi.

b. Bathimetri
Tahap pra-konstruksi
Pada tahap pra konstruksi dilakukan survey awal di sekitar rencana
tapak rekalamasi. Dari survey tersebut diperoleh kelerengan pantai <

2% dan elevasi 0,5-1,5 m. Berdasarkan peta bathimetri yang diperoleh


dari Dishidros dan Dinas Pertambangan Jawa Tengah (2004)
menunjukkan bahwa kedalaman perairan sampai jarak 2 km yang
dihitung dari garis pantai berkisar antara 1 sampai 3 m dan mempunyai
kelandaian 1 : 1.000 sehingga perairan di Tanjung Emas dikategorikan
sebagai perairan dengan morfologi dasar yang landai.
Sehingga pada tahap ini kami member angka 4/5 karena perairan ini

memiliki kedalaman yang sesuai untuk dilakukan kegiatan reklamasi.


Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi, kami member angka2/5 karena terjadi
perubahan bathimetri karena kegiatan pembangunan dermaga dan pada
saat kegiatan pengurugan. Sehingga dapat mempengaruhi alur

pelayaran yang ada di pelabuhan Tanjung Emas.


Tahap pasca kontruksi
Pada tahap pasca kontruksi, kami member nilai 2/5 karena terjadi
perubahan kedalaman perairan pada daerah sekitar srtuktur reklamasi
karena adanya perubahan pola arus dan gelombang yang membantu
dalam

pendistribusian

sedimen

yang

menyebabkan

terjadinya

pendangkalan di daerah sekitar struktur reklamasi dan alur pelayaran


untuk menuju/keluar dari pelabuhan Tanjung Emas.
c. Arus
Tahap pra-konstruksi
Pada tahap pra konstruksi, dilakukan pengukuran arus pada bulan
November 2014 menggunakan dua ADCP yang ditempatkan di lokasi
yang berbeda. ADCP 1 ditempatkan di lokasi yang agak jauh dari daratan,
sedangkan ADCP 2 diletakkan dekat dengan daratan. Dari hasil
pengukuran, ADCP 1 diperoleh hasil kecepatan arus rata-rata yang
berkisar antara 4,2-7 cm/s, kecepatan arus minimum 0-0,3 cm/s dan
kecepatan arus maksimumberkisarantara 15,9-24,9 cm/s dengan arah
dominan ke arah timur laut-timur. Sedangkan pada ADCP 2 diperoleh
hasil kecepatan arus rata-rata sebesar 3,9-30,5 cm/s, kecepatan arus

minimum 0,1-0,7 cm/s dan arus maksimum 18,7-59,5 cm/s dengan arah
arus dominan ke arah barat daya.
Berdasarkan data yang diperoleh, kami memberi angka 4/5 karena
menggambarkan keadaan awal yang baik untuk dilakukan kegiatan
reklamasi karena daya angkut arus untuk material reklamasi tidak terlalu
besar.
Tahap konstruksi
Pada tahap kontruksi kami memberi angka 4/5 karena arus di perairan
sekitar daerah reklamasi tidak membawa banyak material pengurugan ke
arah laut.
Tahap pasca kontruksi
Pada tahap pasca konstruksi, kami memberi angka 3/5 karena terjadi
perubahan pola arus yang disebabkan oleh adanya struktur reklamasi.
d. Gelombang
Tahap pra-konstruksi
Pada tahap pra konstruksi, dilakukan pengukuran gelombang yang
dilakukan pada bulan November 2014 dengan menggunakan ADCP 1
yang di tempatkan di daerah yang jauh dari daratan. Pada ADCP 1
diperoleh tinggi gelombang berkisar antara 5,3 cm- 42,2 cm dengan
periode 3,4-9,8 detik.
Pada tahap pra konstruksi ini, kami memberi angka 4/5 karena di perairan
sekitar reklamasi memiliki gelombang yang baik untuk dilakukan
rekalamasi.
Tahap konstruksi
Pada tahap pra konstruksi, kami memberi angka 4/5 untuk mobilitas
tenaga kerja, peralatan, pengangkutan material urug, pembangunan
dermaga, demolitas tenaga kerja, dan demolitas peralatan karena
gelombang tidak mempengaruhi. Tetapi kami memberikan angka 3/5
karena gelombang sangat mempengaruhi kegiatan pengurugan/reklamasi.
Tahap pasca kontruksi
Pada tahap pasca konstruksi, kemi memberi angka 3/5 karena terjadi pola
perambatan gelombang yang disebabkan adanya penambahan daratan,
sehingga gelombang dapat mempengaruhi struktur bangunan dinding
reklamasi.
2. Fisiografi

Geologi
Tahap pra-konstruksi
Pada tahap pra konstruksi dilakukan survey awal di sekitar rencana
tapak rekalamasi. Dari survey tersebut diperoleh kelerengan pantai < 2%
dan elevasi 0,5-1,5 m. daerah tersebut memiliki litologi berupa endapan
alluvium pantai yang terdiri dari kerikil, pasir, kerakal, lanau dan
lempung. Sedangkan sedimen dasar berupa pasir dan pada kedalaman 5
meter dijumpai sedimen berupa lanau pasiran.
Pada tahap pra konstruksi, kami memberi angka 3/5 karena dari hasil
uji SPT diperoleh tanah lempung kaku pada kedalaman -43 meter dengan
nilai N-spt = 20-25.
Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi, kami member nilai 2/5 karena terjadi
penurunan/perubahan pada saat berlangsungnya kegiatan konstruksi
Tahap pasca kontruksi
Pada tahap pasca konstruksi, kami member nilai 2/5 karena terjadi
perubahan struktur pantai setelah dilakukannya reklamasi
I.2 Komponen Kimia
1. Kualitas udara
Rona lingkungan
Pada rona lingkungan awal dilakukan pengukuran terhadap beberapa
senyawa yang terkandung di udara yaitu : nitrogen dioksisa, sulfur
dioksida, amonia , karbon monoksida, hidrogen sulfida dan total partikel
debu. Pada rona awal, kualitas udara memiliki nilai yang bagus karena
nilai yang didapat dari pengukuran senyawa kimia tersebut berada
dibawah standar batu muku lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bawa
rona lingkungan kualitas udara dalam keadaan bagus dengan memberikan

nilai 4/5.
Pra konstruksi
Para tahap ini diberikan nilai 4/5 dikarenakan kedaaan masih bersifat

normal dan belum terjadi gangguan kualitas udara.


Konstruksi
Pada tahapan konstruksi nilai dari kualitas udara akan menurun pada tahap
mobilitasi peralatan, pengangkutan material urug, pengurugan perairan
laut (reklamasi), pembangunan dermaga, gudang dan terakhir pada tahap

demobilisasi peralatan yang membuat nilai kualitas udara menurun

menjadi 3/5.
Pasca konstruksi
Pada tahapan ini diberikan nilai 4/5 karena kualitas akan mulai membaik
dengan berjalannya waktu kualitas udara akan kembali ke keadan awal,

sehingga diberikan nilai 4/5.


Evaluasi
Pada tahapan evaluasi didapatkan nilai yang sama dengan keadaan rona
awal yaitu, 4. Nilai ini tidak mempunyai selisih dengan rona awal,
sehingga di nyatakan kualitas udara tidak mempunyai dampak penting
dalam rencana reklamasi ini

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitas Udara


No

Parameter

Satuan

Hasil Pemeriksaan

Baku
Mutu
Udara

Titik 1

Titik 2

Titik

Titik 4

Titik 5

3,357

7,843

316

g/Nm

3,938

20,1

3
5,789

g/Nm3

< 13,91

< 13,83

< 13,4 < 14,03

< 14,87

632

(SO2)
Oksidan

g/Nm3

32,57

18,64

18,82

21,81

200

(Ox)
Ammonia

ppm

0,03

< 0,01

< 0,01 0,02

0,02

(NH3)
Karbon

g/Nm3

724,5

724,5

1060

245,5

171,8

15.000

g/Nm3

< 0,001

0,001

0,001

< 0,001

< 0,001

0,02

Nitrogen

dioksida
2

(NO2)
Sulfur
oksida

24,9

monoksida
6

(CO)
Hidrogen

sulfida
(H2S)
Total

g/Nm3

16

143

257

109

84

230

partikel
debu (TSP)
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitas Udara
No

Parameter

Satuan

Hasil Pemeriksaan

Baku
Mutu
Udara

Titik 1
1
2

Suhu udara
Tekanan udara

Kelembaban

udara
Kecepatan

angin
Arah angin

C
mmHg

32,4
750

Titik 2

Titik

Titik 4

Titik 5

32,4
750

3
35,2
753,7

36,5
753,75

33,7
750

5
45,1 61,4 1,92 -

57

57

m/dt

64,9
1,58

64,9
53,3
69,2
2,98
1,58 1,28 0,62 1,92 -

2,71
Utara

2,71
Utara

2,46
Utara

1,36
Timur

2,98
Barat

Laut

Laut

2. Kondisi fisik
Rona lingkungan
Pada tahap rona awal, dilakukan pengukuran terhadap suhu udara, tekanan
udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan arah angin. Pada tahap ini
di berikan nilai 3/5 karena dianggap rona awal merupakan keadaan yang

alami dan belum terjadi gangguan dari aktivitas lain.


Pra konstruksi
Para tahap ini diberikan nilai 3/5 dikarenakan kedaaan masih bersifat

normal dan belum terjadi gangguan dari aktivitas lain.


Konstruksi
Pada tahap konstruksi ini nilai kondisi fisik akan mengalami penurunan
pengurugan perairan laut (reklamasi), pembangunan dermaga, gudang

menjadi 2/5, dan pada tahap yang lain tidak mengalamu perubahan yang

signifikan sehingga masih tetap bernilai 3/5.


Pasca konstruksi
Pada tahapan ini diberikan nilai 3/5 karena kondisi fisik akan kembaki ke
keadaan semua seiring berjalannya waktu. Sehingga nilainya pun sama

dengan kondisi awal yaitu 3/5


Evaluasi
Pada tahapan evaluasi didapatkan nilai yang sama dengan keadaan rona
awal yaitu, 3. Nilai ini tidak mempunyai selisih dengan rona awal,
sehingga di nyatakan kondisi tidak mempunyai dampak penting dalam

rencana reklamasi ini


3. Kebisingan
Rona lingkungan
Pada tahap ini dilakukan pengukuran kebisingan pada 5 tempat yaitu :
depan OPSICO, depan terminal peti kemas, pemukiman dekat Indonesia
Power, depan kawasan industri cipta guna dan samping KKP semarang.
Tabel 3. Kondisi Kebisingan
No

Lokasi

Satuan

Hasil

Baku Tingkat

Depan

dBA

54

Kebisingan
70

OPISCO
Depan

dBA

70

70

dBA

64

55

dBA

54

70

dBA

59

70

Terminal
3

Peti Kemas
Pemukiman
dekat
Indonesian

Power
Depan
Kawasan
Industri

Cipta Guna
Samping

KKP
Semarang

Pra konstruksi
Para tahap ini diberikan nilai 3/5 dikarenakan kedaaan masih bersifat
normal dan belum terjadi gangguan dari aktivitas lain.
Konstruksi
Saat pelakasaan tahap konstruksi nilai dari tahap pra konstruksi menjadi
turun pada sat tahap : Mobilisasi Peralatan, Pengangkutan material Urug,
Pengurugan Perairan Laut/Reklamasi, Pembangunan Dermaga, Gudang
dan Tangki/Silo dan Demobilisasi Peralatan yang menyebabkan nilainya
turun menjadi 2/5. Turunnya nilai ini karena ramainya kendaraaan yang

lalu lalang selama pengerjaan konstruksi.


Pasca konstruksi
Pada tahap ini nilai menurun menjadi 2/5 dikarenakan banyaknya
kendaraan yang akan berlalu-lalang. Sehingga membuat tinggkat

kebisingan semakin tinggi.


Evaluasi
Dari perhitungan evaluasi didapat kan nilai 3. Dan tidak memiliki selisih
angka dengan rona awal. Hal ini menyebabkan kebisingan bukanlah
dampak penting dari proses reklamasi ini. Meskipun kebisingan

mempunyai dampak, namun dampaknya bukanlah dampak penting.


4. Kualitas air laut
Rona lingkungan
Pada tahap rona awal ini dengan mengukur beberapa pareameter fisika
dan kimia antara lain : kecerahan, kebauan, padatan tersuspensi, sampah,
suhu udara, lapisan minyak, pH, salinitas, ammonia total (NH3-N),
sulfida(H2S), kadium (Cd), tembaga (Cu) dan lain-lain.pada pengukuran
ini tidak selalu memiliki nilai yang baik, dan buruk, sehingga dirata

ratakan memiliki sedang yaitu 3/5


Pra konstruksi
Para tahap ini diberikan nilai 3/5 dikarenakan kedaaan masih bersifat
normal dan belum terjadi gangguan dari aktivitas lain.
Konstruksi

Pada tahap konstruksi nilai kualitas air laut menurun pada tahap
pengurugan perairan laut (reklamasi), sehingga membuat kualitas air laut
menjadi turun dari 3/5 menjadi 2/5. Sedangkan di tahap yang lain kualitas

air laut bernilai tetap atau tidak berubah.


Pasca konstruksi
Pada pasca konstruksi ini akan membuat nilai kualitas air laut menjadi

turun menjadi 2/5 dari rona awal.


Evaluasi
Dari perhitungan evaluasi didapat kan nilai 3. Dan tidak memiliki selisih
angka dengan rona awal. Hal ini menyebabkan nilai kualitas aor tidak
berubah.

Sebenarnya

nilai

kualitas

aiir

berubah

dan

memiliki

dampak.Tetapi,dari hasil evaluasi dampak ini bukanlah salah satu dampak


penting dari proses reklamasi ini.
I.3 Komponen Biologi
Rona Lingkungan Awal
Menurut kami saat menysun rona awal, pada plankton terlihat bahwa
keadaan pertama-tama dari plankton dalam keadaan baik dengan nilai
keanekaragaman yang tinggi namun masih di dominasi oleh beberapa spesies
tertentu. Untuk bentos kami juga memberi nilai 3/5. karena pada saat survey
awal keadaan bentos masih baik dan memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi namun pada dasar perairan hanya terdapat beberapa jenis bentos yang
dapat hidup. hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menggambarkan
bahwa kondisi dasar perairan telah tercemar.
Pra-Konstruksi
Pada tahap pra-konstruksi diberi nilai 3/5 karena pada tahapan ini
menurut saya tidak memiliki pengaruh secara langsung kepada komponen

biologi baik plankton dan benthos.


Konstruksi
Pada tahapan konstruksi, bagian mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi
peralatan, pengangkutan material urug, demobilisasi tenaga kerja dan
demobilisasi peralatan diberi nilai 3/5 karena pada tahapan ini tidak memiliki

pengaruh secara langsung kepada komponen biologi baik plankton dan


benthos.
Tetapi nilai 2/5 diberikan pada tahap pengurugan perairan laut/reklamasi
karena pada tahap pengurugan perairan laut/reklamasi akan memberikan
pengaruh negatif terhadap plankton dan benthos karena perairan menjadi
keruh yang disebabkan oleh proses pengurugan dan menyebabkan kualitas
perairan menurun karena plankton tidak dapat hidup dengan baik. Selain itu
nilai 2/5 juga diberikan pada tahap pembangunan dermaga, gudang dan
tangki/silo karena pada tahap pembangunan dermaga, gudang dan tangki/silo
juga akan memberikan dampak terhadap komponen biologi yang mana
dikasus ini yang terpengaruh adalah plankton dan benthos. Saat proses ini
akan ada banyak bahan bangunan yang masuk ke perairan termasuk zat
pencemar yang dapat menurunkan nilai keanekaragaman biota dan

memperburuk kondisi perairan.


Pasca-konstruksi
Pada tahap pasca konstruksi saya memberi 4/5 karena menimbang hasil dari
pengerjaan yang akan membuat nutrien yang ada di dasar perairan akan
terangkat dan menyebabkan perairan menjadi subur dimana saat konstruksi
terjadi kekeruhan yang menurunkan kualitas perairan tetapi hal itu lamakelamaan akan hilang karena terendapkan sedangkan nutrien nya akan

kembali melayang dan menyebar ke perairan dan menyuburkan perairan


Evaluasi
pada kesimpulan akhir didapatkan bahwa nilai kondisi awal dan akhir tidak
memiliki perbedaan dengan nilai selisih 0 hal ini karena saat di analisis pada
setiap tahapan baik pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi memiliki
nilai yang saling menutupi dimana di tahap konstruksi beberapa tahan
mengalami penurunan namun di saat pasca mengalami penaikan nilai dengan
mempertimbangakan

banyaknya

menyuburkan perairan
I.4 Komponen Sosial-Budaya
1. Terbukanya Kesempatan Kerja
Tahap Survei Awal

nutrien

yang

terlepas

dan

dapat

Berdasarkan survei awal, mata pencaharian responden disekitar lokasi


kegiatan reklamasi yang terbesar adalah sebagai buruh bangunan dengan
persentase 15 %, kedua adalah karyawan swasta sebesar 10 %, ketiga
adalah sebagai Buruh Nelayan sebesar 3,8 % dan keempat sebagai PNS
sebesar 1.3 %. Sedangkan proporsi paling besar adalah pekerjaan lainnya
seperti ibu rumah tangga, satpam, sopir, penjual makanan/minuman, pelaut,
serabutan dengan persentase 70 %.
Sebesar 15 % dari responden memiliki pekerjaan sampingan untuk
menambah penghasilan, selain itu responden juga memiliki waktu luang
untuk mengisi kekosongan pekerjaan. Pekerjaan sampingan terbesar
responden adalah sebagai tukang ijek dan serabutan.
Berdasarkan data di atas kami mengambil angka 3/5 sebagai skala
Terbukanya kesempatan kerja Responden. Hal ini didasarkan banyaknya
responden yang bekerja sebagai buruh bangunan yang kemungkinan dapat
direkrut ke dalam proyek reklamasi apabila memenuhi persyaratan. Selain
itu proyek reklamasi ini akan memicu para responden yang memiliki waktu
luang, penjual makanan dan serabutan membuka usaha, misalnya warung
makan dan home stay untuk pekerja di sekitar lokasi proyek reklamasi. Hal
ini tentu dapat memicu peningkatan kesempatan kerja masyarakat di sekitar

proyek.
Tahap Pra Konstruksi
Kami memberi angka 3/5 karena pada tahap pra konstruksi
kemungkinan masih dilakuakan seleksi terhadap calon pekerja proyek
reklamasi. Karena itu nilainya masih sama dengan tahap survei awal karena
masyarakat sekitar, terutama yang akan terlibat langsung menjadi pekerja

di proyek ini belum secara resmi bergabung.


Tahap Konstruksi
Kami memberikan angka 3/5 diawal kemudian naik menjadi 4/5
karena dalam tahap konstruksi dibutuhkan banyak tenaga kerja baik tenaga
kerja terampil maupun tenaga kerja kasar. Selain itu masyarakat yang
membuka usaha di sektor jasa seperti warung makan dan home stay bagi
pekerja proyek reklamasi diperkirakan akan mendapatkan tambahan

konsumen sehingga dimungkinkan merekrut karyawan baru untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan.


Tahap Pasca Konstruksi
Pada tahap ini kami memberi angka 3/5 karena proyek sudah
mendekati akhir dan banyak dari pekerja sudah kembali ke pekerjaan
awalnya. Bagi masyarakat yang membuka usaha di sektor jasa misalnya
warung makan dan home stay akan mengalami penurunan jumlah
konsumen karena akan berakhirnya proyek, yang secara otomatis akan

mengurangi jumlah karyawannya.


2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Tahap Survei Awal
Berdasarkan survei awal didapatkan hasil tingkat pendapatan
responden terbesar yakni Rp 500.000,00 Rp 1.000.000,00 sebesar 27,5
%. Kedua terbesar yakni Rp 1.500.000,00 Rp 2.000.000,00 sebesar 18,8
% dan diurutan ketiga Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00 sebesar 3,8 %
serta total pendapatan terkecil yaitu kurang dari Rp 500.000,00 sebesar 5

%. Karena itu kami memberikan angka 2/5.


Tahap Pra Konstruksi
Kami memberi angka 2/5 pada tahap ini karena pendapatan masyarakat
belum mengalami peningkatan disebabkan anggota masyarakat yang
mendaftar sebagai pekerja belum secara resmi bergabung dalam proyek

dan belum mendapatkan penghasilan.


Tahap Konstruksi
Tahap Konstruksi memeberikan pengaruh peningkatan pendapatan
masyarakat cukup signifikan terutama bagi masyarakat yang dapat
bergabung atau diserap menjadi tenaga kerja selama proyek berlangsung.
Dengan asumsi kegiatan reklamasi dapat menyerap tenaga kerja terampil
dan kasar dengan upah berkisar antara Rp 50.000,00 Rp 100.000,00 per
hari maka potensi pendapatan masyarakat yang terlibat langsung berkisar
antara Rp 1.250.000,00 Rp 2.500.000,00 per bulan. Selain itu masyarakat
sekitar yang membuka usaha seperti warung makan dan home stay akan
mendapatkan

penghasilan

tambahan

karena

meningkatnya

jumlah

konsumen dari perkerja proyek. Karena itu kami memberi angka 4/5.

Tahap Pasca Konstruksi


Kami memberi angka 3/5 karena setelah proyek berakhir masyarakat
yang terlibat langsung akan kembali pada pekerjaan awal, namun telah
memiliki tabungan dari penghsailannya bekerja pada proyek. Begitupun
bagi masyarakat yang membuka usaha di sektor jasa makanan dan

penginapan.
3. Perubahan Persepsi Masyarakat
Tahap Survei Awal
Persepsi masyarakat terkait kegiatan Reklamasi ini sebanyak 82,5 %
belum pernah mendengar akan adanya kegiatan tersebut, hanya 17,5 %
yang sudah mendengar adanya kegiatan tersebut. Sebesar 17,5 %
masyarakat yang sudah mendengar adanya kegiatan tersebut diketahui
2,5% dari ketua Rt, 1,5% dari kyai/ustadz dan 12,5% dari teman/keluarga.
Terkait respon masyarakat terhadapproyek reklamasi ini terdapat
proporsi besar dan berimbang yakni 47,5% menyatakan setuju, 47,5%
menyatakan biasa saja dan 5 % menyatakan tidak setuju. Sebanyak 5%
masyarakat yang tidak setuju beralasan bahwa belum diadakannya
musyawarah, berdampak buruk, dapat mengganggu lingkungan dan tidak
mau digusur karena sudah lama tinggal disini.
Sedangkan persepsi masyarakat terhadap kegiatan reklamasi ini sebesar
85% sangat bermanfaat dan 15 % menyatakan tidak bermanfaat namun
tudak berkenan memberikan alasannya. Dengan data ini kami memberikan

angka 3/5.
Tahap Pra Konstruksi
Kami memberikan angka 3/5 pada tahap pra konstruksi, angka tidak
berubah dari tahap survei awal karena manfaat yang didapat masyarakat
belum terlalu terasa karena belum ada kegiatan yang mencolok terkait

proyek reklamasi ini.


Tahap Konstruksi
Kami memberikan angka 3/5 kemudian naik menjadi 4/5 karena pada
tahap konstruksi manfaat yang didapat masyarakat sudah tersasa terutama
di sektor Peningkatan kesempatan kerja yang secara otomatis berdampak
pada peningkatan pendapatan masyarakat.

Tahap Pasca Konstruksi


Setelah berakhirnya proyek reklamasi ini menjadikan kawasan sekitar
menjadi lebih ramai terutama oleh kegiatan yang berkaitan dengan
pelabuhan, hal ini dapat memicu tumbuhnya usaha kecil menengah berupa
warung di sekitar lokasi sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Karena itu kami memberi nilai 4/5 yakni masyarakat merasa
proyek ini cukup bermanfaat karena pendapatan mereka mengalami

peningkatan.
4. Munculnya Keresahan Masyarakat
Tahap Survei Awal
Keresahan masyarakat terhadap proyek reklamasi ini adalah proyek ini
akan semakin memperburuk kondisi rob karena lokasi proyek reklamasi ini
merupakan lokasi yang sering mengalami rob. Karena itu kami

memberikan angka 3/5.


Tahap Pra Konstruksi
Kami memberikan angka 3/5 pada tahap pra konstruksi. Pada tahap ini
sudah dilakukan sosialisasi dan penjelasan secara detail rencana
pengelolaan lingkungan terhadapa penanganan banjir dan rob di
lingkungan sekitar proyek. Namun karena belum adanya bukti nyata, kami
berangganpan persepsi masyarakat masih sama seperti saat survei awal

dilakukan.
Tahap Konstruksi
Kami memberikan angka 2/5 dan sempat naik menjadi 3/5 kemudian
turun lagi menjadi 2/5 karena keresahan masyarakat mulai menurun
disebabkan sudah adanya bukti nyata pengelolaan dan penanganan banjir

dan rob.
Tahap Pasca Konstruksi
Kami memberikan angka 1/5 karena keresahan masyarakat terkait banjir
dan rob akibat kegiatan reklamasi ini sudah banyak berkurang. Hal ini
dikarenakan sudah dilakukan pengelolaan dan penanganan banjir dan rob
oleh pihak penyelenggara proyek.

II. EVALUASI KESELURUHAN TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

Anda mungkin juga menyukai