PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, menyebabkan permintaan bahan
baku mentah, intermediet maupun bahan jadi semakin bertambah. Salah satu sektor yang
dapat menjadi parameter kenaikan kebutuhan manusia yaitu sektor industri. Permintaan
material yang semakin bertambah namun tidak diiringi dengan persediaan yang
mencukupi kebutuhan pasar. Selama ini kebutuhan dalam negri masih bergantung pada
impor. Sebagai contohnya yaitu impor paraxylene di Indonesia dari tahun 2013 hingga
2014 setiap bulannya cenderung mengalami kenaikan (BPS,2015).
Paraxylene atau 1,4 dimetil benzene adalah salah satu isomer dari xylene yang paling
penting. Dewasa ini paraxylene banyak digunakan sebagai bahan baku dasar bagi pabrik
penghasil dimetyl terephtalate (DMT) dan terephtalic acid (TPA) dimana keduanya
adalah perantara dalam produksi polyester. Keduanya digunakan dalam pembuatan resi
polybutylene terephtalate (PBT). Selain itu, paraxylene dapat digunakan untuk bahan
fiber, plasticizer, film, resin, dll. (Monika dan Lanny, 2010).
Xylene dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku dan setiap bahan baku yang
digunakan memiliki proses yang berbeda. Xylene dapat dibuat dari naphta, toluene, dan
biomass. Proses pembentukan xylene dari toluene ada dua, yaitu transkilasi dan
disporporsionasi, sedangkan pembuatan xylene dari naphta menggunakan proses katalitik
reforming. Pembuatan Xylene dari biomassa ini sedang diteliti dan dikembangkan namun
belum diterapkan dalam industri.
Para-xylene memiliki banyak kegunaan karena merupakan bahan baku untuk banyak
industri kimia seperti PTA, resin ester, pelapis cat, emulsifier, bahan penggosok, pewarna,
dan perekat. Perihal kegunaan para-xylene maka dibutuhkan pasokan dalam negri yang
mencukupi kebutuhan pasar.
1.2 Kapasitas Rancangan
1.2.1 Proyeksi Kebutuhan Paraxylene Di Indonesia
Beberapa industri yang membutuhkan paraxylene di Indonesia dapat dilihat di
tabel 1.1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan paraxylene di Indonesia
cukup besar dan hampir selalu meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia belum ada
perusahaan yang memproduksi paraxylene dalam skala yang besar. Hingga saat ini,
Paraxylene (kg)
2008
586.496
2009
34463
2010
3.071.786
2011
5.937.575
2012
2.036.881
2013
1.661.136
2014
2.851.407
Sumber : BPS.com
Bila direncanakan pabrik akan didirikan pada tahun 2017 , maka dapat diprediksi
kebutuhan impor paraxylene Indonesia pada tahun tersebut 1,7 juta ton. Sedangkan selama ini
kebutuhan paraxylene dari dalam negeri dipasok oleh kilang paraxylene UP IV Cilacap yang
berkapasitas 270.000 ton / tahun.
1.2.2
1.2.3
1.3 Lokasi
Pemilihan lokasi pabrik penting dalam perancangan karena hal ini
berhubungan dengan nilai ekonomi pabrik, daya saing dan kelangsungan proses
produksinya. Pada perancangan ini lokasi pabrik paraxylene yang dipilih yaitu Indramayu
jawa Barat dengan faktor yang dijadikan acuan dalam penentuan pabrik dibagi dua faktor
utama yaitu :
1. Faktor primer
a. Bahan baku
Bahan baku merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan suatu pabrik
sehingga kontinuitasnya harus dijaga. Sumber bahan baku merupakan faktor penting
dalam pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan konsumsi jumlah bahan baku
yang sangat besar. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan.
Lokasi pabrik yang dipilih di daerah Indramayu jawa Barat karena dekat dengan
sumber bahan baku yang dapat diperoleh dengan mudah dari Pertamina Balongan.
Pabrik ini merupakan bagian Unit produksi paraxylene di Pertamina Balongan
indramayu jawa Barat. Bahan baku paraxylene yaitu toluene dan hidrogen yang
diperoleh secara inline melalui pipa dengan kapasitas yang memenuhi kebutuhan
proses.
b. Pemasaran
Pemasaran pabrik paraxylene ditekankan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Lokasi pabrik di wilayah jawa barat yang dapat menjangkau kawasan industri
di wilayah Cilegon seperti PT Amoco Mitsui Indonesia, PT. Polyprima Karyareksa,
dan PT. Mitsubishi Chemical Indonesia memproduksi Purified Terephtalic Acid
(PTA).
c. Transportasi
Sarana transportasi diperlukan untuk mengangkut bahan, memasarkan produk
dan lainnya. Telah tersedia sarana transportasi yang memadai yaitu jalan raya dan
pelabuhan laut yang memudahkan distribusi dan pemasaran produk ke wilayah lain.
d. Utilitas
Sarana utilitas untuk pabrik paraxylene ini terintegrasi dengan
utilitas Pertamina Balongansehingga kebutuhan utilitas seperti air dan
listrik telah tersedia.
e. Buruh dan tenaga kerja
Faktor buruh atau tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu
perusahaan, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi
oleh faktor buruh atau tenaga kerja yang berkualitas dan berkemampuan tinggi. Pabrik
paraxylene ini yang merupakan bagian dari Pertamina Balongan, sehingga tenaga
kerja yang digunakan sama seperti Pertamina yang terdiri dari tenaga kerja lokal
dengan tujuan meningkatkan tafar hidup masyarakat dan tenaga kerja alhi
dikhususkan pada bidang engineering.
f. Lahan
Faktor lahan berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Kawasan
Pertamina balongan telah memiliki lahan khusus untuk pendirian atau pengembangan
pabrik dimasa yang akan datang.
g. Kemungkinan perluasan pabrik
Apabila permintaan terus bertambah maka dapat dilakukan perluasan pabrik untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Kemungkinan perluasan pabrik ini dapat dilakukan
oleh dinas tata kota.
2. Faktor sekunder
a. Kondisi Tanah dan Daerah
Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dengan kondisi
iklim yang stabil sepanjang tahun sangat menguntungkan. Disamping itu,
Indramayu merupakan kawasan unit pengolahan minyak pertamian balongan
sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampak lingkungan telah
dilaksanakan dengan baik.
b. Iklim
Keadaan iklim di Indonesia khususnya di Indramayau secara umum cukup
mendukung dan daerah yang tidak mudah dilanda topan dan banjir. Sehingga
akan menunjang kemajuan dari pabrik yang akan dibangun.
c. Kebijakan Pemerintah
Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan pemerintah
yang terkait didalamnya seperti kebijakan pengembangan industri dan hubungan
dengan pemerataan kesempatan kerja serta hasil-hasil pembangunan.
d. Sarana penunjang lain
Kawasan Pertamina balongan indramayu telah memiliki fasilitas terpadu seperti
perumahan, sarana olah raga, sarana kesehatan, sarana hiburan, dan lainnya.
Tinjauan Pustaka
toluene methanol
paraxylene
air
Reaksi samping :
1.
Dehidrasi methanol :
CH3OH
2. Disproporsionasi :
Toluene
: 2 C6H5CH3
Dealkilasi xylene
: C6H4 (CH3)2
CH3
CH3
Toluene
paraxylene
benzene
Xylene yang terjadi dari campuran ini adalah campuran xylene dan benzene. Para
selektivity adalah jumlah proporsi p-xylene dalam total campuran xylene. Dari
percobaan yang dilakukan Young Butter dan Kaeding (Journal of Catalyst 76,
1982, hal. 418432) didapatkan bahwa penggunaan katalis modified ZSM5
Zeolith pada reaksi disproporsionasi toluene akan memberikan konsentrasi 7090
% p-xylene dalam campuran xylene tersebut. Konsentrasi tersebut jauh lebih besar
daripada konsentrasi paraxylene dalam kesetimbangan yang hanya mencapai 24 %.
Kenaikan para selektivity dalam katalis ini disebabkan adanya kontrol dispersi
secara selektif dari pori-pori katalis. Benzene yang terbentuk dari reaksi
disproporsionasi toluene dapat dengan cepat meninggalkan permukaan katalis,
kemudian diikuti p-xylene, sedang o- dan m-xylene lebih lama waktu tinggalnya
dalam katalis sebab difusifitasnya lebih rendah dari paraxylene. Proses
disproporsionasi toluene ini telah dikembangkan oleh beberapa perusahaan, yaitu
perusahaan Mobil di Enichem Refinery dengan nama MSTDP dan oleh perusahaan
Fina oil and Chemical Co. dengan nama Finas T2BX. Sealin itu juga ada proses
yang dikembangkan oleh perusahaan ExxonMobile yang diberi nama PxMax.
Hasil yang diperoleh dengan proses ini lebih baik dari kedua proses diatas, yaitu
kemurnian produk p-xylene yang lebih tinggi, total yield dari xylene yang lebih
baik, dan rasio xylene-benzene yang lebih baik, juga kebutuhan H 2/hidrokarbon
yang dapat ditekan sehingga diharapkan keuntungan yang didapat lebih besar.
Tabel 1.3. Proses pembuatan paraxylene
Proses
Parameter
o
Adsorbsi dan
Isomerasi
Xylene
T = 450 C
Kristalisasi
T = -18 C
P = 24 atm
X = 83%
Katalis ZSM-5
Dan
Isomerisasi
Xylene
P=
X = 95 %
Alkilasi
Toluene
T = 400-450 C
Disproporsiona
si toluene
T = 390-400 C
P = 1-5 atm
X=
Katalis ZSM-5
P = 30 atm
X = 99%
Katalis ZSM-5
Umur katalis 3
tahun
1.4.1
Kegunaan Produk (ratri)
Paraxylene merupakan produk antara yang banyak digunakan dalam industri
kimia bila dibandingkan dengan isomer- isomernya yang lain (ortho dan meta),
dimana bahan ini dapat diolah lebih lanjut menjadi beberapa produk akhir,
diantaranya untuk pembuatan Asam Terephtalat (PTA) dan Dimetyl Terephtalat
(DMT) yang digunakan sebagai bahan antara industri platik dan tekstil. Gambaran
proses pemakaian paraxylene dalam berbagai industri :
Tabel 2.4 Kegunaan Paraxylene Pada Industri (Kristiono,2013)
No
1
2
Jenis Penggunaan
Proses Pemakaian
PTA
Solven Penguapan
Xylidine
yang diuapkan
Nitrasi xylene
Petroleum
6
7
dan insektisida
Solven resin
Pewarna
Pelarut phenol
Digunakan dalam fotografi
menjadi
Fasa ( P = 1 atm ; T = 25 C )
: gas
BM
: 92,13
0
TD
(P = 1 atm)
: 110,629 C
TB
(P = 1 atm)
: - 94,99 C
Density ( gr / cm ) pada 25 C
: 0,8667
Temperatur kritis
: 318,7 C
Tekanan kritis
: 40,62 atm
Volume kritis
: 0,13 l / mol
Sifat Kimia
Substitusi gugus metil
CH3
CH2Cl
+ 3Cl2
CHCl2
+
CCl3
+ 3 H2
b. Hidrogen
Sifat Fisis
o
Fasa ( P = 1 atm ; T = 25 C )
BM ( kg / mol )
: gas
o
o
Titik leleh
Suhu kritis
: 2,001
0
:-7 C
o
o
o
o
Density kritis ( gr / ml )
0
: -239,9 C
: 12,83
: 0,031
Density ( gr / ml ) pada 25 C
Viscositas ( Cp ) pada 25 C
: -259,1 C
: 0,0352
o
: 0,013
c. Methane
Sifat Fisis
BM ( kg / mol )
: 16,04
Titik Didih
: -161,6 C
Titik Beku
: -182,5 C
Density
0
0
- gas
: 0,77 kg/m
- cair
: 415 kg/m
2. Produk : Paraxylene
Sifat Fisis
Berat molekul
: 106,17
: 13,263 0 C
: 138,351 0 C
Density ( gr / ml )
Pada T = 200 C
: 0,861
Pada T = 400 C
: 0,8437
Viscositas , Cp
Pada T = 200 C
: 0,644
Pada T = 400 C
: 0,508
: 8,6 mmHg
Tc,0C
: 345
Pc ,0C
: 34
Density kritis
: 0,29 gr / ml
Spesific gravity
: 0,868
b. Sifat Kimia
Reaksi sulfonasi
Reaksi sulfonasi pada senyawa xylene terjadi sangat lambat dan
3. Produk :
Benzene
Sifat Fisis
Berat molekul
: 78,11
0
Titik Beku
( P = 1 atm)
: 5,5 C
Titik Didih
(P = 1 atm)
: 80,1 C
Viscositas , Cp
0
Pada T = 16 C
Density kritis
Spesific gravity
: 0,8
: 0,29 gr / ml
20 0C
: 0,88
b. Sifat Kimia
Reaksi dalam benzene yaitu :
nitrobenzene
Jika benzene direaksikan dengan asam sulfat berasap maka akan terbentuk
benzene sulfonate
1.4.3
Reaksi ini menghasilkan konversi toluene 48% dan Xylene yang dihasilkan
memiliki selektivitas p-xylene yang tinggi yaitu mencapai 90%. Serta menghasilkan
produk samping berupa Benzene yang memiliki nilai jual tinggi. Toluene yang belum
bereaksi akan di recycle kembali sebagai umpan proses. Proses pemurnian produk
menggunakan dua menara distilasi. Sebagai hasil atas menara distilasi pertama adalah
benzene, sedangkan produk xylenen didapat dari hasil bawah menara distilasi kedua
yang kemudian diteruskan ke unit kristalisasi untuk diambil para xylene nya.
BAB 2
DESKRIPSI PROSES
2.1 Spesifikasi Bahan Baku Dan Produk (ilham)
2.2 Konsep Proses (ratri)
2.2.1 Dasar reaksi
Reaksi pembentukan paraxylene dari disproporsionasi toluene adalah sebagai berikut :
Reaksi pembuatan paraxylene ini berlangsung pada kondisi operasi reaktor sebagai
berikut:
- Temperature = 470 C
- Tekanan
= 21 atm
- Fase
= gas
- Sifat reaksi = endotermis, irreversible
2.2.2 Sifat Reaksi
Sifat reaksinya adalah ireversibel (searah). Ditinjau dari besarnya harga panas
reaksi yang terjadi pada suhu 25oC adalah sebagai berikut : Hfo = 570 j/mol. Jadi
reaksi tersebut berjalan searah dan membutuhkan panas (endotermis).
Dari harga Hfo yang harganya positif dapat disimpulkan bahwa reaksi yang
terjadi adalah reaksi endotermis yang berarti ada penyerapan panas. Hal ini
mengakibatkan suhu reaktor akan mengalami penurunan terus-menerus. Oleh karena
itu perlu adanya jaket pemanas untuk mempertahankan suhu reaktor.
2.2.3
Tinjauan Termodinamika
Tinjauan termodinamika adalah untuk mengetahui reaksi itu memerlukan panas
= Hproduk - Hreaktan
= (1,803 x 107 + 8,288 x 107) (2x5,017x107)
= 0,057 x 107 J/kmol = 570 J/mol
= Gproduk - Greaktan
= (12,14 x 107 + 12,96x107) (2x 12,22 x 107)
= 0,66 x 107 j/kmol
Dari harga Hfo tersebut dapat dilihat bahwa reaksi pembentukan ammonium
chloride adalah endotermis. Sedangkan reaksi ini bersifat irreversible dengan harga G r
>0 yang berarti reaksi tidak berlangsung secara spontan.
2.2.4 Tinjauan Kinetika (liat file esterifikasi)
= -RT ln K
Ln K =
Ln k = -2,66167
K = 0,0698
Persamaan K pada suhu 470 C (743,15 K) dapat dihitung :
ln (K2/K1) =
ln (K743,15/K298,15) =
ln (K743,15/0,0698) = -0,13762
ln K743,15 ln 0,0698 = -0,13762
ln K743,15 = 2,5245
K743,15 = e (2,5245)
K743,15 = 12,48465
Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K >1 , maka dapat disimpulkan
reaksi disproporsionasi toluene untuk mengahsilkan metanol merupakan reaksi
irreversible.
2.2.5 Perbandingan Mol Reaktan
Pada proses pembuatan paraxylene reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada reaksi ini perbandingan mol reaktan terhadap produk adalah 2:1. Reaktan berupa
toulene sebanyak 2 mol dapat menghasilkan 1 mol paraxylene.
Diagram Alir
Langkah proses
Tahap Penyiapan Bahan Baku
Tahap Pembentukan Produk
2.3.5
DAFTAR PUSTAKA
Monika dan Lanny.2010. Tugas Prarancangan Pabrik Paraxylene Dari Proses Selektivitas
Disporposionasi Toluene Dengan Kapasitas 300 Ton/Tahun. Universitas sebelas Maret
Surakarta.
Kristiono,
2013.
PRARANCANGAN
PABRIK
PARAXYLENE
PROSES
DISPROPORSIONASI TOLUENE KAPASITAS 200.000 TON/TAHUN. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto
Perry, R.H. & P.W., Green,1986,Perrys Chemical Engineering Hand Book, 6th ed., Mc.
Graw Hill Book Co., International Student Edition, Singapura.