LAPORAN TETAP
TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA
Pembuatan Briket Batubara Ukuran 170 Mesh Karbonisasi dan Non Karbonisasi
dengan Komposisi 80% Batubara, 10% Sekam dan 10% Tapioka
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Ahmad Banuaji
Bayu Fajri
Erik Saputra
Mulyati
Nyayu Aisyah
Ramadhan Kodri
1. I.
Tujuan Percobaan
Mampu membuat briket batubara dengan dan tanpa proses karbonisasi
Mampu menganalisa lamanya waktu penyalaan, kadar air, kadar abu dan kadar
zat terbang di dalam briket batubara
1. II.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
Beaker Glass
4 buah
Hot Plate
2 buah
Spatula
2 buah
Neraca Analitik
1 buah
Oven
1 buah
Furnace
1 buah
Cawan Porselen
2 buah
Krusibel
4 buah
Alat Press
1 buah
Cetakan Briket
1 buah
Desikator
1 buah
Botol Aquadest
Tepung Tapioka
Sekam Padi
Aquades
150 gr
15 gr
15 gr
1. III.
Dasar Teori
Akhir-akhir ini harga baha bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada
meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia.
Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat
bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49
trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun.
Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi
subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun
untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan
bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.
Briket Batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara, bahan bakar
padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak Tanah
yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu
yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif
sederhana.
1. A. Briket Batubara
Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara dengan sedikit
campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak Tanah sepeti untuk : Pengolahan Makanan, Pengeringan,
Pembakaran dan Pemanasan. Bahan baku utama Briket Batubara adalah Batubara yang
sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang
150 tahun. Teknologi pembuatan Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan
oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia
telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat
berkembang dengan baik mengingat Minyak Tanah masih disubsidi sehingga harganya
masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak Tanah untuk bahan
bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak
mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti
Briket Batubara.
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat
yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit
Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan
dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah
juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap
dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara pengeringan (mengurangi
kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)
2. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan
proses pembakaran
Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar
dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari
Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi
Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya
Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan
membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang
1. C.
Jenis Briket Batubara
1. Jenis Berkarbonisasi (super), jenis ini mengalami terlebih dahulu proses
dikarbonisasi sebelum menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang
yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin
sehingga produk akhirnya tidak berbau an berasap, namun biaya produksi
menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar
50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih
aman dalam penggunaannya.
2. Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi
sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun lebih murah. Karena zat
terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya
lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari Briket
akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya
digunakan untuk industri kecil.
Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim
Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan kapasitas terpasang
115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat beberpa perusahaan swasta lain yang
meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan
belum berproduksi secara kontinyu. Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak
Tanah dan Solar, tentunya penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga
maupun industri kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, namun
demikian kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi
kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk
memproduksi dan mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah.
1.
D.
Keunggulan Briket Batubara
Lebih murah
Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
Tidak beresiko meledak/terbakar
Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga
Sumber Batubara berlimpah
Namun demikian Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan
waktu 5 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan
awal, Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu datas 2
jam. (sumber ; pt. ba, bppt)
Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket
Parameter Minyak Tanah Briket
Nilai Kalori 9.000 kkal/ltr
5.400 kkal/kg
Ekivalen
1 ltr
1,60 kg
Biaya
Rp. 2.800
Rp. 1.300
1. E.
Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan
bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah.
6. Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya
1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :
Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih
cara dijemur atau dipanaskan dengan oven sebelum dikemas dalam karung. Hal
ini untuk menghindari briket lembab saat digunakan nantinya
2. Berasap dan berbau, solusinya :
Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar
membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari
pembakaran briket tersebut juga akan berkurang
Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur
1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau
Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara
karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :
batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil pembakarannya
Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap
lama pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih
rekat, padat dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran
Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh
Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga
mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering
Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga berpengaruh
terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan baku akan membuat
partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur
Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan adonan tapioka yang baik sehingga
didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat
yang baik
Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering sebelum
dikemas dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan mutu yang
buruk saat pengiriman dan pemakaian
Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan konsumen.
Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih mudah bersaing di pasar
Proses produksi yang baik dan benar, untuk mengurangi kegagalan produksi atau
1. IV.
Prosedur Kerja
4.1
1. Tanpa Karbonisasi
Sekam padi ditimbang sebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass
yang sama dengan batubara
Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak 30ml
dan 5 gr tepung tapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem.
Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat press, setelah jadi maka
briket tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.
2. Dengan Karbonisasi
Krusibel tersebut dipanaskan di dalam oven pada suhu 110oC selama 2 jam
Krusibel dikeluarkan dari dalam oven lalu selanjutnya batubara hasil pemanasan
tersebut ditimbang sebanyak 50 gr dan ditempatkan pada beaker glass
Sekam padi ditimbang sebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass
yang sama dengan batubara
Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak 30ml
dan 5 gr tepung tapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem.
Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat press, setelah jadi maka
briket tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.
4.2
Cawan porselen dipanaskan pada suhu 110oC selama 1 jam dan setelah selesai
kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit
Sebanyak 1 gr sampel briket batubara ditimbang dan dimasukkan ke dalam
cawan porselen
Cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu yang sama
yaitu 110oC selama 2 jam
Setelah suhu furnace telah mencapai 900oC maka krusibel dimasukkan kedalam
furnace selama 7 menit
Briket batubara dipersiapkan dan plat kawat serta ranting-ranting pohon dan
batubata dipersiapkan dan dikondisikan sebagaimana tungku untuk membakar briket
Saat batubara telah mulai menyala, waktu yang diperlukan batubara tersebut
dicatat dan dilakukan analisa.
1. V.
Data Pengamatan
5.1 Data Pembuatan Briket Batubara
Sampel Briket Tanpa Karbonisasi
Sampel 1
Berat Batubara 20 mesh
= 70 gr
= 5 gr
= 5 gr
Berat Total
= 70,8 gr
Sampel 2
Berat Batubara 20 mesh
= 50 gr
= 5 gr
= 5 gr
Berat Total
= 59,9 gr
= 30 gr
= 5 gr
= 5 gr
Berat Total
= 29,8 gr
Sampel
Berat Cawan
Kosong (gr)
Berat Smapel
(gr)
Berat Cawan +
Sampel (gr) Berat Akhir (gr)
49,0
1,0
50,0
49,9
50,7
1,0
51,7
51,4
Sampel
Berat Cawan
Kosong (gr)
Berat Smapel
(gr)
Berat Cawan +
Sampel (gr) Berat Akhir (gr)
20,8
1,0
21,8
21,3
18,75
1,0
19,95
18,8
Sampel
Berat Cawan
Kosong (gr)
Berat Smapel
(gr)
19,7
1,0
20,7
19,8
21,6
1,0
22,6
21,8
Waktu Penyalaan
Berat Cawan +
Sampel (gr) Berat Akhir (gr)
1. VI.
Perhitungan
Neraca Massa Pembuatan Briket Batuabara
NO
Komponen
70
Tepung Tapioka
Sekam Padi
Briket
70,8
80 gr 70,8 gr = 9,2 gr
50
Tepung Tapioka
Sekam Padi
Briket
59,9
60 gr 59,9 gr = 0,1 gr
30
Tepung Tapioka
Sekam Padi
Briket
29,8
40 gr 29,8 gr = 10,2 gr
= 1,0 gr
Maka,
% kadar air (moisture) = (1,0 0,9) x 100%
1,0
= 10%
Sampel 2 (Briket Non Karbonisasi)
Dik :
Berat Sampel Awal
= 1,0 gr
Maka,
% kadar air (moisture) = (1,0 0,7) x 100%
1,0
= 30%
2. Kadar abu
Sampel 1 (Briket Karbonisasi)
Dik :
Berat Sampel Awal
= 1,0 gr
Maka,
% kadar abu
= 1,0 gr
Maka,
% kadar abu
= 80 %
= 1,0 gr
Maka,
% kadar zat terbang
Sehingga % VM
= 40 %
Sampel 2 (Briket Non Karbonisasi)
Dik :
Berat Sampel Awal
= 1,0 gr
Maka,
% kadar zat terbang
Sehingga % VM
= 65 %
Perhitungan Nilai Ekonomis Briket Batubara
Asumsi :
1 kg batubara
= Rp 400,-
50 gr
= Rp 20,-
1 kg sekam padi
= Rp 1.000,-
5 gr
= Rp 5,-
1 kg tepung tapioka
= Rp 5.000,-
5 gr
= Rp 25,-
Maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat briket dengan campuran 50 gr batubara +
5 gr sekam padi + 5 gr tepung tapioka adalah Rp 50,Jika 60 gr briket batubara dibuat menjadi 2 potong briket, sehingga 1 potong briket = 30
gr. Apabila ada 1000 gr briket maka dapat dihasilkan 33 potong briket dengan biaya :
33 x Rp 50,-
1. VII.
Analisa Data
Percobaan pertama dalam praktikum teknologi pemanfaatan batubara adalah
pembuatan briket batubara. Sebagaimana yang diketahui, briket batubara merupakan
suatu bahan bakar alternatif pengganti BBM yang terbuat dari suatu campuran tertentu.
Pada praktikum yang dilakukan ini, campuran dalam pembuatan briket terdiri dari 80%
batubara, 10% sekam padi dan 10% tepung tapioka.
Yang dapat dianalisa dari praktiikum ini adalah pertama, yaitu dalam proses pembuatan
briket. Faktor penting dalam pembuatan briket batubara yaitu ukuran batubara (dalam
mesh) dan pembuatan adonan tepung tapioka (lem) karena kedua hal ini sangat
berpengaruh terhadap hasil briket itu sendiri. Ukuran batubara yang baik dalam
pembuatan briket adalah 20 mesh, jika lebih kecil dari 20 mesh, misalnya mencapai 170
mesh maka briket yang dihasilkan akan mudah rapuh karena struktur penyusun briket
tersebut yang sangat halus. Sedangkan untuk pembuatan adonan tepung tapioka (lem)
memiliki perbandingan dengan air sebanyak 1 : 6. Karena jika air yang ditambahkan
terlalu banyak maka briket yang dihasilkan akan berair dan setelah dikeringkan akan
mengalami keretakan. Dan jika air yang ditambahkan terlalu sedikit maka adonan yang
dibuat akan terlalu keras dan tidak dapat berfungsi sebagaimana peruntukannya yaitu
sebagai perekat (lem).
Hal kedua yang dapat dianalisa yaitu mengenai hasil perhitungan kadar air,
volatile matter dan kadar abu yang sering disebut sebagai analaisa proksimat batubara.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap dua buah sampel batubara yaitu yang satu
mengalami proses karbonisasi dan yang satunya lagi tidak mengalami proses
karbonisasi, dapat dianalisa bahwa briket yang mengalami proses karbonisasi memiliki
kadar air yang lebih rendah daripada briket yang tidak mengalami karbonisasi karena
briket yang terkarbonisasi telah banyak melepas air saat proses pemanasan selama lebih
kurang 2 jam. Selanjutnya briket yang terkarbonisasi memiliki kadar volatile matter yang
lebih rendah dari briket yang tidak mengalami karbonisasi, karena volatile matter pada
briket sebelumnya telah berkurang saat proses karbonisasi. Kemudian untuk kadar abu,
briket batubara yang terkarbonisasi memiliki kadar abu yang cukup tinggi dibandingkan
briket yang tidak mengalami karbonisasi.
Dalam analisa proksimat semakin tinggi kadar air suatu batubara maka akan
semakin tinggi kadar volatile matter nya karena salah satu contoh volatile matter adalah
air. Sedangkan untuk kadar abu tidak dapat ditentukan, kadar abu bisa saja semakin
tinggi ataupun semakin rendah, sebagaimana hasil perhitungan pada praktikum ini kadar
abu menjadi semakin tinggi juga.
Hal Ketiga yang dapat dianalisa adalah nilai ekonomis dari pemanfaatan batubara
sebagai briket. Sebagaimana hasil perhitungan nilai ekonomis briket batubara dapat
diketahui bahwa batubara sangatlah ekonomis dari segi harga atau modal dalam
Briket merupakan bahan bakar padat alternatif yang dibuat dari campuran
batubara, sekam padi dan tepung tapioka. Komposisi ketiganya sangatlah berpengaruh
terhadap kekerasan briket yang dihasilkan.
Waktu penyalaan briket yang cukup lama yakni 7 menit membuat briket kurang
efektif jika digunakan untuk keperluan pemanasan yang hanya memerlukan waktu
singkat.
Briket karbonisasi dan briket non karbonisasi memiliki beberapa perbedaan, jika
ditinjau dari tiga parameter yang dianalisa yaitu pertama kadar air dan kedua zat
terbang, dimana dari dua parameter ini briket karbonisasi memiliki nilai yang lebih
rendah dari briket non karbonisasi. Ketiga kadar abu, briket karbonisasi memiliki kadar
abu yang hampir sama dengan briket non karbonisasi.
1. IX.
Daftar Pustaka
Jobsheet Praktikum Pemanfaatan Batubara. 2013. POLSRI
About these ads