DISUSUN OLEH :
Kelompok II
Aprika Dwi Susanti
Fitri Sudarirawati
Lindiana Rodiah
Riska Triana M
Tri Aisha Wijayanti
(P27820112044)
(P27820112041)
(P27820112108)
(P27820112040)
(P27820112032)
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN PADA LANSIA
I.Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas antara
lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan sendi. Latihan atau olahraga
pada lansia harus dianjurkan untuk mempertahankan dan memperkuat kemampuan
fungsi dan meningkatkan kesehatan. Latihan atau olahraga yang teratur untuk
meningkatkan kemampuan fungsi dapat dimasukkan ke dalam aktivitas sehari-hari
lansia. Misalnya, pergelangan tangan dan pergelangan kaki dapat digerak-gerakkan.
II.
Epidemiologi/Insiden Kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah pada
orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
III.
Etiologi/Penyebab
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan sistem saraf pusat
4. Trauma langsung pada sistem mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
IV.
Faktor Predisposisi
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan gerak
3. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
4. Kerusakan sensori persepsi
5. Nyeri, tidak nyaman
6. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
7. Keengganan untuk memulai gerak
8. Gaya hidup menetap, tidak fit
9. Malnutrisi
V.
Patofisiologi
Setiap manusia akan mengalami proses menua yaitu suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, Dengan begitu manusia
secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk
makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit
EFEK
Penurunan konsumsi oksigen
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
3.
4.
5.
6.
Gangguan sensori
7.
Gangguan tidur
HASIL
Intoleransi ortostatik
- Peningkatan denyut jantung
- Sinkop
Penurunan toleransi latihan
Konstipasi
Penurunan evakuasi kandung
kemih
- Depresi dan ansietas
- Perubahan persepsi
- Bermimpi pada siang hari
- Halusinasi
VIII. Penatalaksanaan
1.
Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
2.
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
IX.
X.
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan. Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik
secara seksama, pengkajian tentang faktor-faktor pengganggu berikut
ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman:
1) Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum,
selama dan setelah aktivitas diberikan.
2) Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah
latihan khusus).
3) Kesulitan yang dirasakan.
4) Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan.
5) Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa
seseorang akan berhasil).
c. Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau
latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas
yang tepat.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi.
Latihan Pada Lansia yang Mengalami Gangguan Aktivitas dan Latihan
Lansia yang mengalami gangguan aktivitas dan latihan seperti
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, tirah baring total atau pasien paralisis
ekstermitas total maka perlu dilakukan latihan ROM untuk mencegah
kontraktur sendi. Berikut adalah penjelasannya :
1. Definisi ROM
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
2. Tujuan ROM (Range Of Motion)
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kekakuan pada sendi
b. ROM Pasif
1) Indikasi :
a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total
2) Sasaran :
a) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d) Membantu kelancaran sirkulasi
Rentang
rentang 45
rentang 45
rentang 40-45
rentang 40-45
rentang 180
Rentang
Fleksi
Ekstensi
Hiperektensi
Abduksi
Adduksi
Rotasi dalam
Rotasi luar
Sirkumduksi
c. Siku
Gerakan
Fleksi
Ektensi
rentang 180
Penjelasan
Menggerakkan siku sehingga lengan bahu
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Meluruskan siku dengan menurunkan
tangan,
Rentang
rentang 150
d. Lengan bawah
Gerakan
Penjelasan
Supinasi
Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas,
Pronasi
Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah,
e. Pergelangan tangan
Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian
dalam lengan bawah,
Ekstensi
Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-
rentang 180
rentang 45-60
rentang 180
rentang 320
rentang 90
rentang 90
rentang 360
rentang 150
Rentang
rentang 70-90
rentang 70-90
Rentang
rentang 80-90
rentang 80-90
Hiperekstensi
Abduksi
Adduksi
rentang 89-90
rentang 30
rentang 30-50
Rentang
rentang 90
rentang 90
rentang 30-60
rentang 30
rentang 30
Rentang
rentang 90
rentang 90
rentang 30
rentang 30
Rentang
rentang 90-120
rentang 90-120
rentang 30-50
rentang 30-50
rentang 30-50
rentang 90
Rotasi luar
Sirkumduksi
i. Lutut
Gerakan
Fleksi
Ekstensi
j. Mata kaki
Gerakan
Dorsifleksi
Plantarfleksi
k. Kaki
Gerakan
Inversi
Eversi
l. Jari-Jari Kaki
Gerakan
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
XI.
tungkai lain,
Memutar kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain,
Menggerakan tungkai melingkar
rentang 90
Penjelasan
Mengerakan tumit ke arah belakang paha,
Mengembalikan tungkai kelantai,
Rentang
rentang 120-130
rentang 120-130
Penjelasan
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke atas,
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke bawah,
Rentang
rentang 20-30
rentang 45-50
Penjelasan
Memutar telapak kaki ke samping dalam,
Memutar telapak kaki ke samping luar,
Rentang
rentang 10
rentang 10
Penjelasan
Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,
Meluruskan jari-jari kaki,
Menggerakan jari-jari kaki satu dengan
yang lain,
Merapatkan kembali bersama-sama,
Rentang
rentang 30-60
rentang 30-60
rentang 15
rentang 15
Senam Lansia
1. Definisi
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan
maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut. (Santosa, 2010)
2. Manfaat olahraga
a. Perbaikan serta terpeliharanya kesegaran jantung dan sistem
pernafasannya.
b. Perbaikan serta terpeliharanya otot, daya tahan dan kelenturannya.
c. Pengaturan metabolism serta kenaikan berat badannya dapat
terkendali.
d. Tekanan darahnya dapat bertahan stabil.
e. Mencegah terjadinya kehilangan massa tulang.
3) Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar
pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan ke samping.
Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut ke samping
kiri dan kanan.
4) Tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan kedua
bahu ke belakang.
NO
1
Berpindah/ berjalan
Memakai baju
10
Mandi
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi
roda.
Berjalan dengan bantuan 1
orang.
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
Mandiri.
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri
: Mandiri
: Ketergantungan ringan
: Ketergantungan sedang
: Ketergantungan berat
: Ketergantungan total
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernapasan
Seiring penuaan terjadi penurunan kekuatan otot dinding dada
dan mobilitas fisik yang terbatas sehingga reflek batuk menjadi
kurang efektif yang mengakibatkan penumpukan sekret.
Penumpukan sekret dapat menimbulkan penurunan ventilasi
pernapasan yang dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi
pernapasan.
2) Sistem Kardiovaskular
Lansia dapat mengalami hipotensi onrthostatik saat melakukan
aktivitas dan latihan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan
curah jantung dengan gejala seperti peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan,
berkeringat, dan sinkop.
3) Sistem Saraf Pusat
Gangguan gerak pada lansia yang disebabkan oleh gangguan
saraf, sering ditemui pada kelumpuhan karena stroke,
3.
Implementasikan teknik
penghematan energi, contoh:
3. Memaksimalkan sediaan
lebih baik duduk daripada
energi untuk tugas
berdiri, penggunaan kursi untuk
perawatan diri.
mandi. Bantu aktivitas lain
sesuai indikasi.
4.
Pertahan
kan
tempat
tidur
pada.
posisi
terendah
dimalam
hari.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil yang dapat ditemukan setelah melakukan intervensi adalah
sebagai berikut :
1. Berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
2. TTV dalam batas normal
3. Individu menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta
tungkai yang sakit.
4. Memperlihatkan penggunaan alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan
mobilitas.
5. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera.
6. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
7. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. (2012). Askep Lansia dengan Gangguan Aktivitas. Available from :
http://dewiemarchfooach.blogspot.com/2012/05/askep-klien-dgn-gangguanaktivitas.html (diakses 2 Maret 2015)
Mass, Meridean L, (et al). 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik : diagnosis
NANDA, kriteria hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta : EGC
Setiahardja, Andi Sugiarto. (2005). Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari pada Lansia Panti Werdha Pelkris Elim Semarang
dengan menggunakan Balance Scale dan Indeks Barthel Program Studi
Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Available from : http://eprints.undip.ac.id/12804/1/2005PPDS4437.pdf
(diakses 3 Maret 2015)
Setiono, Wiwing. (2013). Laporan Pendahuluan Gangguan Mobilitas Fisik.
Available from : http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporanpendahuluan-gangguan-mobilitas.html#.VPRhRfmUdtY (diakses 3 Maret
2015)