Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

DISUSUN OLEH :
Kelompok II
Aprika Dwi Susanti
Fitri Sudarirawati
Lindiana Rodiah
Riska Triana M
Tri Aisha Wijayanti

(P27820112044)
(P27820112041)
(P27820112108)
(P27820112040)
(P27820112032)

Tingkat 3 Non Reguler


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN PADA LANSIA
I.Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas antara
lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan sendi. Latihan atau olahraga
pada lansia harus dianjurkan untuk mempertahankan dan memperkuat kemampuan
fungsi dan meningkatkan kesehatan. Latihan atau olahraga yang teratur untuk
meningkatkan kemampuan fungsi dapat dimasukkan ke dalam aktivitas sehari-hari
lansia. Misalnya, pergelangan tangan dan pergelangan kaki dapat digerak-gerakkan.
II.
Epidemiologi/Insiden Kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah pada
orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
III.
Etiologi/Penyebab
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan sistem saraf pusat
4. Trauma langsung pada sistem mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
IV.
Faktor Predisposisi
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan gerak
3. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
4. Kerusakan sensori persepsi
5. Nyeri, tidak nyaman
6. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
7. Keengganan untuk memulai gerak
8. Gaya hidup menetap, tidak fit
9. Malnutrisi
V.
Patofisiologi
Setiap manusia akan mengalami proses menua yaitu suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, Dengan begitu manusia
secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk
makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif ini dapat menyerang sistem tubuh manusia


termasuk sistem kardiovaskuler, pernapasan, saraf dan musculoskeletal. Apabila salah
satu sistem terganggu maka akan mempengaruhi sistem lainnya yang dapat
mengakibatkan terganggunya aktivitas dan latihan lansia.
VI.
Manifestasi Klinis
1. Mudah lelah saat beraktivitas
2. Peningkatan frekuensi pernapasan
3. Tidak mampu bergerak atau beraktivitas sesuai kebutuhan
4. Keterbatasan menggerakkan sendi
5. Pemenuhan ADL dibantu orang lain
6. Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
VII. Dampak
Dampak fisik dari gangguan aktivitas pada lansia sangat banyak dan bermacammacam. Masalah-masalah yang berhubungan dapat mempengaruhi semua sistem
tubuh.
Dampak fisiologis dari gangguan aktivitas lansia.
NO
1.
2.

EFEK
Penurunan konsumsi oksigen
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri

3.
4.
5.

Penurunan curah jantung


Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi

6.

Gangguan sensori

7.

Gangguan tidur

HASIL
Intoleransi ortostatik
- Peningkatan denyut jantung
- Sinkop
Penurunan toleransi latihan
Konstipasi
Penurunan evakuasi kandung
kemih
- Depresi dan ansietas
- Perubahan persepsi
- Bermimpi pada siang hari
- Halusinasi

VIII. Penatalaksanaan
1.
Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
2.
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.

3.

4.

5.

6.
7.

8.
9.
IX.

Dilakukan pengkajian, perumusan target fungsional, dan pembuatan


rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mencapai target terapi.
Temui dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan
dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/
kondisi penyetara lainnya.
Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif
dan aktif, latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan
koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu
berdiri dan ambulasi.
Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.
Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang
dapat timbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan.
a. Hambatan terhadap latihan
1) Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi
ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal.
2) Perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan
diet yang buruk)
3) Depresi gangguan tidur
4) Kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.
5) Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman
untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
b. Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan
mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang

X.

teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan. Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik
secara seksama, pengkajian tentang faktor-faktor pengganggu berikut
ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman:
1) Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum,
selama dan setelah aktivitas diberikan.
2) Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah
latihan khusus).
3) Kesulitan yang dirasakan.
4) Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan.
5) Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa
seseorang akan berhasil).
c. Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau
latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas
yang tepat.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi.
Latihan Pada Lansia yang Mengalami Gangguan Aktivitas dan Latihan
Lansia yang mengalami gangguan aktivitas dan latihan seperti
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, tirah baring total atau pasien paralisis
ekstermitas total maka perlu dilakukan latihan ROM untuk mencegah
kontraktur sendi. Berikut adalah penjelasannya :
1. Definisi ROM
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
2. Tujuan ROM (Range Of Motion)
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kekakuan pada sendi

d. Merangsang sirkulasi darah


e. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur
3. Manfaat ROM (Range Of Motion)
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
c. Memperbaiki tonus otot
d. Meningkatkan mobilisasi sendi
e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
b. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
e. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
5. Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif).
6. Indikasi dan Sasaran ROM
a. ROM Aktif :
1) Indikasi :
a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau
tidak.

b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat


menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara
manual atau mekanik, karena otot penggerak primer
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas
diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
2) Sasaran :
a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran
ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.
b) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan
pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
c) Sasaran spesifik
- Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari
otot yang terlibat
- Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang
berkontraksi
- Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas
jaringan persendian
- Meningkatkan sirkulasi
- Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

b. ROM Pasif
1) Indikasi :
a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total
2) Sasaran :
a) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d) Membantu kelancaran sirkulasi

e) Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan


serta difusi persendian
f) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
g) Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h) Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
7. Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
1) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan
memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
2) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang
salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
1) PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
2) Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan
lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan
dalam pengawasan yang ketat

8. Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebagai berikut :
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Menggerakan dagu menempel ke dada,
Ekstensi
Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
Hiperektensi
Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin,
Fleksi lateral
Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh
mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi
Memutar kepala sejauh mungkin dalam
gerakan sirkuler,
b. Bahu
Gerakan
Penjelasan

Rentang
rentang 45
rentang 45
rentang 40-45
rentang 40-45
rentang 180

Rentang

Fleksi
Ekstensi
Hiperektensi
Abduksi

Adduksi
Rotasi dalam

Rotasi luar
Sirkumduksi

c. Siku
Gerakan
Fleksi

Ektensi

Menaikan lengan dari posisi di samping


tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Mengembalikan lengan ke posisi di samping
tubuh,
Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku
tetap lurus,
Menaikan lengan ke posisi samping di atas
kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala,
Menurunkan lengan ke samping dan
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan
menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Dengan siku fleksi, menggerakan lengan
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
Menggerakan lengan dengan lingkaran
penuh,

rentang 180

Penjelasan
Menggerakkan siku sehingga lengan bahu
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Meluruskan siku dengan menurunkan
tangan,

Rentang
rentang 150

d. Lengan bawah
Gerakan
Penjelasan
Supinasi
Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas,
Pronasi
Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah,
e. Pergelangan tangan
Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian
dalam lengan bawah,
Ekstensi
Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-

rentang 180
rentang 45-60
rentang 180

rentang 320
rentang 90

rentang 90
rentang 360

rentang 150

Rentang
rentang 70-90
rentang 70-90

Rentang
rentang 80-90
rentang 80-90

Hiperekstensi
Abduksi
Adduksi

jari, tangan, lengan bawah berada dalam


arah yang sama,
Membawa permukaan tangan dorsal ke
belakang sejauh mungkin,
Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu
jari,
Menekuk pergelangan tangan miring ke arah
lima jari,

f. Jari- jari tangan


Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Membuat genggaman,
Ekstensi
Meluruskan jari-jari tangan,
Hiperekstensi
Menggerakan jari-jari tangan ke belakang
sejauh mungkin,
Abduksi
Mereggangkan jari-jari tangan yang satu
dengan yang lain,
Adduksi
Merapatkan kembali jari-jari tangan,
g. Ibu jari
Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Mengerakan ibu jari menyilang permukaan
telapak tangan,
Ekstensi
menggerakan ibu jari lurus menjauh dari
tangan,
Abduksi
Menjauhkan ibu jari ke samping,
Adduksi
Mengerakan ibu jari ke depan tangan,
Oposisi
Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama.
h. Pinggul
Gerakan
Penjelasan
Fleksi
Mengerakan tungkai ke depan dan atas,
Ekstensi
Menggerakan kembali ke samping
tungkai yang lain,
Hiperekstensi
Mengerakan tungkai ke belakang tubuh,
Abduksi
Menggerakan tungkai ke samping
menjauhi tubuh,
Adduksi
Mengerakan tungkai kembali ke posisi
media dan melebihi jika mungkin,
Rotasi dalam
Memutar kaki dan tungkai ke arah

rentang 89-90
rentang 30
rentang 30-50

Rentang
rentang 90
rentang 90
rentang 30-60
rentang 30
rentang 30
Rentang
rentang 90
rentang 90
rentang 30
rentang 30
Rentang
rentang 90-120
rentang 90-120
rentang 30-50
rentang 30-50
rentang 30-50
rentang 90

Rotasi luar
Sirkumduksi
i. Lutut
Gerakan
Fleksi
Ekstensi
j. Mata kaki
Gerakan
Dorsifleksi
Plantarfleksi
k. Kaki
Gerakan
Inversi
Eversi
l. Jari-Jari Kaki
Gerakan
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
XI.

tungkai lain,
Memutar kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain,
Menggerakan tungkai melingkar

rentang 90

Penjelasan
Mengerakan tumit ke arah belakang paha,
Mengembalikan tungkai kelantai,

Rentang
rentang 120-130
rentang 120-130

Penjelasan
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke atas,
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke bawah,

Rentang
rentang 20-30

rentang 45-50

Penjelasan
Memutar telapak kaki ke samping dalam,
Memutar telapak kaki ke samping luar,

Rentang
rentang 10
rentang 10

Penjelasan
Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,
Meluruskan jari-jari kaki,
Menggerakan jari-jari kaki satu dengan
yang lain,
Merapatkan kembali bersama-sama,

Rentang
rentang 30-60
rentang 30-60
rentang 15
rentang 15

Senam Lansia
1. Definisi
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan
maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut. (Santosa, 2010)
2. Manfaat olahraga
a. Perbaikan serta terpeliharanya kesegaran jantung dan sistem
pernafasannya.
b. Perbaikan serta terpeliharanya otot, daya tahan dan kelenturannya.
c. Pengaturan metabolism serta kenaikan berat badannya dapat
terkendali.
d. Tekanan darahnya dapat bertahan stabil.
e. Mencegah terjadinya kehilangan massa tulang.

f. Turunnya kadar lemak dalam dara, sehingga dapat mengurangi


kemungkinan timbulnya serangan penyakit jantung.
g. Dapat memperbaiki kesehatan jiwanya, serta dapat memperbaiki
kepercayaan diri.
h. Pembuluh darahnya lebih elastis, tidak cepat menebal atau
menyempit.
i. Dapat terpeliharanya bahkan dapat terjadi perbaikan
dari
pengambilan oksigen secara maksimal.
j. Lebih terpeliharanya gula darah dan lain-lain
(Margatan, 2000)

3. Gerakan senam lansia


Latihan senam dilakukan secara bertahap. Pada awal latihan setiap
gerakan dilakukan 2-3 kali. Bila sudah lancar dapat ditingkatkan
menjadi 8-10 kali untuk setiap gerakan.
a. Latihan kepala dan leher
1) Putar kepala ke samping kiri, kemudian ke kanan, sambil
melihat ke bahu
2) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan, lalu ke kiri
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian
turunkan kembali perlahan-lahan
2) Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan lengan ke
depan setinggi bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua
tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala
3) Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang dan leher, raihlah
punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai.
4) Letakkan tangan di pinggang, kemudian coba meraih ke atas
sedapatnya
c. Latihan tangan
1) Letakkan telapak tangan tertelungkup di atas meja. Lebarkan jari-jari
dan tekan ke meja.
2) Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jari
kelingking, kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan
menyentuh tiap-tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian regangkan jari-jari selurus
mungkin.
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping, bengkokkan badan ke satu sisi
kemudian ke sisi yang lain.
2) Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu ke kiri lalu ke kanan.

3) Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar
pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan ke samping.
Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut ke samping
kiri dan kanan.
4) Tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan kedua
bahu ke belakang.

e. Latihan paha dan kaki


1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak atau dengan posisi
tidur. Lipat satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi. Bergantian
dengan yang lain.
2) Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin kembali lagi.
3) Kerjakan satu per satu.
4) Duduklah dengan satu kaki lurus ke depan. Usahakan lutut tidak
bengkok.
5) Pertahankan kaki tetap lurus tanpa membengkokkan lutut,
kemudian tarik/tegangkan telapak kaki kea rah badan dan kemudian
lepaskan kembali.
6) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa
menggerakkan/membengkokkan lutut.
7) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam sehingga
permukaannya saling bertemu, kemudian kembali ke posisi semula
f. Latihan muka
1) Kerutkan muka sedapatnya, kemudian tarik alis mata ke atas
2) Tutup kedua mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar.
3) Kembungkan pipi semampunya, kemudian hisap ke dalam
4) Tarik bibir ke belakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul.
(Depkes, 2004)
g. Latihan pernafasan
Duduk dengan punggung bersandar pada bahu rileks. Letakkan
kedua telapak tangan pada tulang rusuk bawah. Tarik nafas dalam-dalam
secara perlahan, jangan mengangkat bahu, maka dada akan merasa
mengembang. Kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan. Jika sudah
merasa bisa melakukan dengan benar, tidak perlu lagi menahan tulang rusuk
bawah dengan tangan. Lakukan berulang- ulang sampai minimal 10 kali.
Latihan ini dapat pula untuk membantu relaksasi pada saat istirahat
dalam melakukan latihan lainnya.
h. Latihan relaksasi
Latihan relaksasi ini berguna untuk mengendorkan otot-otot yang tegang
dan mengendurkan ketegangan pikiran serta mengurangi kecemasan.

Posisi tubuh duduk di kursi atau berbaring di lantai. Caranya adalah


sebagai berikut :
1) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan otot-otot lengan selama
10 hitungan dan kemudian bukalah genggaman tangan serta
kendurkan otot-otot selama 30 hitungan.
2) Kerutkan dahi ke atas dan pada saat yang sama kepala
didongakkan ke belakang, kemudian kepala diputar searah jarum
jam secara perlahan-lahan sebanyak 2 putaran, kemudian kepala
diputar.
3) Kerutkan otot muka, mata ditutup dengan kuat, mulut
dimonyongkan ke depan, lidah ditekan ke langit-langit dan bahu
ditekukkan ke depan. Pertahankan selama 10 hitungan kemudian
kendorkan semua otot-otot.
4) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan selam 10
detik, kemudian kendorkan.
5) Selanjutnya ibu jari sambil mengencangkan betis dan paha selama
10 hitungan kemudian kendurkan selama 10 hitungan.
6) Tariklah nafas secara perlahan-lahan dan sedalam mungkin,
pertahankan selama 10 hitungan kemudian keluarkan udara
seperlahan mungkin.
(Arifin, 2003)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA LANSIA


DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
I.Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data demografi
1) Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Semakin
usia bertambah lanjut maka semakin berisiko mengalami
gangguan aktivitas dan latihan.
2) Jenis kelamin
Jemis kelamin memiliki peranan penting yang berpengaruh
pada gangguan aktivitas dan latihan hal ini karena wanita yang
telah menopause mengakibatkan hormone estrogen turun
sehingga terjadi penurunan densitas tulang dan persendian
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : yang biasa muncul pada pasien dengan
gangguan aktivitas dan latihan adalah rasa nyeri pada sendi,
kelemahan pada ekstermitas, pusing, mengeluh sakit kepala
berat, dan badan cepat lelah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan-keluhan yang dirasakan klien seperti rasa
nyeri pada sendi, kelemahan pada ekstermitas, pusing,
mengeluh sakit kepala berat, dan badan cepat lelah sehingga
timbul perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu
yang berpengaruh pada aktivitas dan latihan yang dilakukan
klien.
3) Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya
gangguan pada sistem kardiovaskuler, pernapasan, saraf dan
muskuloskeletal sebab sistem-sistem tersebut berfungsi secara
terintegrasi yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan
yang dilakukan klien, ketergantungan terhadap orang lain
dalam melakukan aktivitas, dan jenis latihan atau olahraga
yang sering dilakukan klien.
c. Pola Fungsi Kesehatan (GORDON)
1) Pola Aktivitas Dan Latihan
Penurunan ketajaman penglihatan, gangguan
pendengaran, arthritis, osteoporosis (terutama pada lansia
wanita), penurunan kekuatan, keseimbangan buruk, dan
konfusi mental meningkatkan risiko jatuh pada lansia;

NO
1

akibatnya semakin menghambat aktivitas dan latihan lansia


sehingga membuat lansia bergantung pada bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
seperti makan, minum, personal toilet, mandi, berjalan, naik
turun tangga, berpakaian, kontrol buang air besar, dan kontrol
buang air kecil.
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian
yang berfungsi untuk mengukur kemandirian fungsional dalam
hal perawatan diri dan mobilitas.
FUNGSI
SKOR
KETERANGAN
Mengendalikan
Tak terkendali/ tak teratur
rangsang pembuangan
(perlu pencahar).
tinja
Kadang-kadang tak
terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
Mengendalikan
Tak terkendali atau pakai
rangsang berkemih
kateter
Kadang-kadang tak
terkendali (hanya 1x/24
jam)
Mandiri
Membersihkan diri
Butuh pertolongan orang
(seka muka, sisir
lain
rambut, sikat gigi)
Mandiri
Penggunaan jamban,
Tergantung pertolongan
masuk dan keluar
orang lain
(melepaskan,
Perlu pertolongan pada
memakai celana,
beberapa kegiatan tetapi
membersihkan,
dapat mengerjakan sendiri
menyiram)
beberapa kegiatan yang
lain.
Mandiri
Makan
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong
makanan
Mandiri
Berubah sikap dari
Tidak mampu
berbaring ke duduk
Perlu banyak bantuan
untuk bisa duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri

Berpindah/ berjalan

Memakai baju

Naik turun tangga

10

Mandi

Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi
roda.
Berjalan dengan bantuan 1
orang.
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
Mandiri.
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri

Total Skor BAI :


20
12 - 19
9 - 11
58
0-4

: Mandiri
: Ketergantungan ringan
: Ketergantungan sedang
: Ketergantungan berat
: Ketergantungan total

d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernapasan
Seiring penuaan terjadi penurunan kekuatan otot dinding dada
dan mobilitas fisik yang terbatas sehingga reflek batuk menjadi
kurang efektif yang mengakibatkan penumpukan sekret.
Penumpukan sekret dapat menimbulkan penurunan ventilasi
pernapasan yang dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi
pernapasan.
2) Sistem Kardiovaskular
Lansia dapat mengalami hipotensi onrthostatik saat melakukan
aktivitas dan latihan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan
curah jantung dengan gejala seperti peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan,
berkeringat, dan sinkop.
3) Sistem Saraf Pusat
Gangguan gerak pada lansia yang disebabkan oleh gangguan
saraf, sering ditemui pada kelumpuhan karena stroke,

syndroma dan penyakit parkinson. Selain itu, ketajaman


penglihatan menurun seiring penuaan, yang dapat menghambat
aktivitas fisik, penurunan keseimbangan, dan peningkatan
insiden jatuh pada lansia.
4) Sistem Muskuloskeletal
Kertilago hialin yang melapisi permukaan sendi akan terurai
dan terkikis seiring usia sehingga menyebabkan tulang menjadi
kontak langsung satu sama lain. Tendon, ligamen, membran
sinofial dan kapsula sendi menjadi kaku dan kurang elastis
sehingga menyebabkan nyeri dan mudah terjadi cedera. Selain
itu rentang pergerakan sendi menjadi terbatas sehingga terjadi
hambatan mobilitas fisik.
II.
Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas,
mobilitas yang kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular,
kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
3.
Resiko cedera berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif,
depresi, gangguan kognitif.
III.
Intervensi Keperawatan
1. Dx. Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest
atau imobilitas, mobilitas yang kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien
meningkatkan ambulansi atau aktivitas.
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan
TTV dalam batas normal
No Intervensi
Rasional
.
1.
Observasi laporan kelemahan,
1. Nyeri yang dirasakan
perhatikan ketidakmampuan
dapat membatasi aktivitas
untuk berpartisipai dalam
sehari-hari.
aktivitas sehari-hari.
2.
Berikan lingkungan tenang dan
2. Menghemat energi untuk
periode istirahat tanpa
aktivitas dan regenerasi
gangguan serta anjurkan
selular.
istirahat sebelum makan.

3.

Implementasikan teknik
penghematan energi, contoh:
3. Memaksimalkan sediaan
lebih baik duduk daripada
energi untuk tugas
berdiri, penggunaan kursi untuk
perawatan diri.
mandi. Bantu aktivitas lain
sesuai indikasi.

2. Dx. Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


intoleransi aktivitas, gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan
neuromuskular, kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan
menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria Hasil :
Individu menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta
tungkai yang sakit.
Memperlihatkan penggunaan alat-alat yang adaptif untuk
meningkatkan mobilitas.
No
Intervensi
Rasional
.
1.
Ajarkan untuk melakukan
1. Latihan rentang gerak
latihan rentang gerak aktif
sangat membantu lansia
pada anggota gerak yang sehat
untuk mandiri dan
sedikitnya empat kali sehari.
meminimalkan risiko
- Lakukan latihan rentang
cidera.
gerak pasif pada anggota
gerak yang sakit. Lakukan
dengan perlahan, sangga
ekstremitas di bagian atas
dan bawah sendi.
- Secara bertahap lakukan
latihan rentang gerak aktif
untuk aktivitas fungsional.
Amati dan ajarkan penggunaan 2. Penggunaan alat bantu
2.
yang tepat dapat
alat bantu mobilisasi misal:
memaksimalkan
kruk, walker, kursi roda, dsb.
mobilisasi untuk aktivitas
fungsional.
3.
Meningkatkan harga diri,
3. Anjurkan partisipasi aktivitas
meningkatkan rasa kontrol
sehari-hari.
dan kemandirian.

4.

Dx. Keperawatan : Resiko cedera berhubungan dengan gangguan


neuromuskular, menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, kerusakan
persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan klien memperlihatkan
upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera.
Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.
No Intervensi
Rasional
.
1.
1. Menentukan intervensi
Kaji
lebih lanjut.
ulang
adanya
faktor2. Penerangan yang efektif
faktor
2.
membantu lansia
risiko
mengenali benda
jatuh
disekitarnya sehingga
pada
mengurangi risiko cidera.
klien,
tulis dan
3. Menghindari risiko jatuh
laporkan
3.
dari tempat tidur.
adanya
faktor4. Mengurangi risiko jatuh.
faktor
4.
risiko.
Gunakan
lampu
dimalam
hari,
anjurkan
individu
untuk
meminta
bantuan
dimalam
hari.

Pertahan
kan
tempat
tidur
pada.
posisi
terendah
dimalam
hari.

Ajarkan penggunaan tongkat,


walker, kursi roda dengan
tepat.
IV.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil yang dapat ditemukan setelah melakukan intervensi adalah
sebagai berikut :
1. Berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
2. TTV dalam batas normal
3. Individu menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta
tungkai yang sakit.
4. Memperlihatkan penggunaan alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan
mobilitas.
5. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera.
6. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
7. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi. (2012). Askep Lansia dengan Gangguan Aktivitas. Available from :
http://dewiemarchfooach.blogspot.com/2012/05/askep-klien-dgn-gangguanaktivitas.html (diakses 2 Maret 2015)
Mass, Meridean L, (et al). 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik : diagnosis
NANDA, kriteria hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta : EGC
Setiahardja, Andi Sugiarto. (2005). Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari pada Lansia Panti Werdha Pelkris Elim Semarang
dengan menggunakan Balance Scale dan Indeks Barthel Program Studi
Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Available from : http://eprints.undip.ac.id/12804/1/2005PPDS4437.pdf
(diakses 3 Maret 2015)
Setiono, Wiwing. (2013). Laporan Pendahuluan Gangguan Mobilitas Fisik.
Available from : http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporanpendahuluan-gangguan-mobilitas.html#.VPRhRfmUdtY (diakses 3 Maret
2015)

Anda mungkin juga menyukai