PEREKAHAN HIDROLIK
2.
3.
4.
Perekahan juga baik untuk dilakukan pada sumur yang diproduksi dari
lapisan dengan kadar lempung yang tinggi, atau lapisan tercemar oleh filtrat
lumpur pemboran, walaupun lapisan tersebut sebetulnya mempunyai
permeabilitas yang cukup besar. Jika kerusakan yang terjadi begitu parah dan
masuk ke dalam lapisan yang jauh dari lubang bor, stimulasi dengan
pengasaman atau surfaktan untuk membersihkan lapisan mungkin tidak
memperoleh hasil yang memuaskan. Perekahan perlu dilakukan pada lapisan
yang mengalami kerusakan tersebut.
5.
6.
Perekahan tidak hanya dilakukan pada sumur produksi, tetapi juga pada
sumur injeksi atau sumur pembuangan (disposal well).
adalah perekahan vertikal, dan jenis perekahan inilah yang biasanya dilakukan.
Tekanan dasar sumur (Bottom Hole Pressure) merupakan variabel yang dapat
dipakai untuk membedakan antara perekahan horizontal ataukah vertikal. Tekanan
dasar sumur (BHP) diukur selama proses perekahan berlangsung.
Dalam perekahan hidrolik, tekanan awal yang diberikan harus cukup untuk
menghancurkan atau merekahkan suatu formasi dan seterusnya harus mampu
mengembangkan rekahan yang telah ada tersebut. Pertama kali suatu rekahan
dibentuk, fluida di dalamnya akan berfungsi sebagai pendesak, memberikan gaya
pada rekahan agar dapat terus berkembang. Suatu rekahan akan lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan fluida penetrasi (fluida perekah) berviskositas
rendah daripada
Gambar 4.1.
Perilaku Ideal dari Tekanan Selama Proses Perekahan19)
Dari gambar, terlihat bahwa laju fluida injeksi adalah konstan, kecuali
untuk situasi tertentu di mana aliran fluida dihentikan guna pengukuran tekanan
penutupan sesaat (instantaneous shur-in). Dari gambar juga dapat dilihat plot
antara tekanan dasar sumur
dengan selesai. Di sini tekanan permukaan sudah tentu berbeda dengan tekanan di
dasar sumur karena adanya pengaruh berat fluida serta adanya kehilangan friksi di
dalam lubang bor. Bagian-bagian dari kurva yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
menjelaskan tahap-tahap dari tekanan yang diberikan.
FG BISIP / D ..........................................................................(4-2)
dari 1800 m berkisar antara 15,6 16,7 kPa/m (0,69 0,74 psi/ft). Hal ini berarti
ada penambahan tekanan dari data yang ada yakni sebesar 2,2 KPa/m.
Tekanan overburden yang normal berkisar antara 22,3 24,6 kPa/m (0,99
1,08 psi/ft). Bila gradien rekah lebih kecil dari nilai tersebut maka suatu formasi
akan lebih mudah untuk dipisahkan atau dibagi daripada diangkat sehingga yang
akan terbentuk adalah perekahan vertikal. Kurva gradien rekah menunjukkan
bahwa untuk reservoir dengan kedalaman lebih dari dari 600 m akan memiliki
gradien rekah kurang dari 22,3 kPa/m sehingga yang terbentuk adalah rekahan
vertikal. Untuk reservoir yang dangkal, gradien rekahan akan lebih besar dari 24,6
kPa/m sehingga yang terbentuk adalah rekahan vertikal.
Prinsip
yang
merupakan stress terkecil dari ketiga stress utama yang diberikan pada batuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rekahan akan terbentuk ke arah
stress utama yang paling kecil di sepanjang bidang normal. Pada Gambar 4.2.
telah diketahui bahwa gradien rekah bernilai lebih kecil dari tekanan overburden
(untuk formasi yang dalam) sehingga yang terbentuk adalah rekahan vertikal
dengan catatan bahwa stress horizontal lebih kecil dari stress vertical.
Keadaan stress di bawah permukaan adalah fungsi kompleks dari
kedalaman dan aktivitas tektonik di daerah tersebut 19). Banyak teori yang
menjelaskan tentang stress horizontal di antaranya dikemukakan oleh Hubbert
dan Willis19) yaitu :
Batuan akan menunjukkan awal dari arah sesar di mana keadaan stress
tidak berhubungan dengan elastisitas batuan.
Gambar 4.2.
Gradien Rekah U.S. Gulf Coast dan Inland 19)
Gambar 4.3.
Rekahan Batuan Tegak Lurus dengan Arah Stress Terkecil19)
Stress hanya dapat ditahan dengan pemberian strain ke arah vertikal secara
bersama-sama. Persamaan yang menggambarkan suatu material elastis adalah :
v
i p 2G i
e (i = x, y, z)..................................... .(4-3)
1
2
v
di mana
p = tekanan formasi
G = modulus shear
V = perbandingan poisson
Bila strain dibatasi pada arah z (axial) seperti pada Gambar 4.4. maka :
x y 0 dan e z ....................................................... ..(4-4)
1 2v
......................................................(4-6)
1 v
v
v
o Dg p 1
y ......................................(4-7)
1 v
1 v
Di sini menarik untuk diketahui bila kita membandingkan besar x atau y dengan
z. Bila z lebih besar dari x maka yang terjadi adalah rekahan vertikal.
Bila suatu rekahan dengan pembukaan secara vertikal yang bekerja
berlawanan dengan stress x maka memungkinkan bagi kita mengidentifikasi x
sebagai PBISIP yang merupakan tekanan yang diperlukan untuk menahan rekahan
setelah rekahan tersebut terbuka.
PBISIP
p
v
v
FG
o g 1
.......................... . (4-8)
D
D
1 v
1 v
Gambar 4.4.
Geometri Rekahan Vertikal19)
4.1.2.1. Azimuth Rekahan.
Untuk formasi yang dalam, perekahan biasanya
dilaksanakan secara
atau azimuth-nya. Hal ini penting terutama bila perekahan tersebut direncanakan
untuk dilaksanakan pada sumur-sumur pengembangan.
Pada bagian sebelumnya telah dianggap bahwa stress-stress utama pada
arah horizontal akan berharga sama namun pergerakan lapisan bumi selama waktu
geologi akan mengakibatkan deformasi berulang kali, sesar, dan juga patahan di
dalam formasi sehingga variasi secara substansi pada ketiga komponen stress
utama akan selalu ada. Hal ini ditegaskan lagi oleh Hubbert dan Willis dengan
menggunakan contoh sistem sederhana, yakni menggunakan kotak pasir yang
dibagi menjadi dua bagian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5a.
Gambar 4.5.
Model Kotak Pasir yang Menunjukkan Simulasi Perubahan
Stress Horizontal Akibat Pergerakan Tektonik8)
a) Stress-stress Utama dalam Keadaan Sama
b) Stress-stress utama dalam Keadaan Tidak Sama
kemiringan (dip) dengan sudut 60o. Dengan demikian stress horizontal sebagai
komponen dari stress yang tegak lurus dengan sesar normal akan terus turun bila
terjadi pergerakan sekat. Di sini x merupakan stress terkecil (dari ketiga stress
yang ada) sehingga rekahan vertikal akan tegak lurus dengan x atau dapat
dikatakan suatu rekahan yang vertikal akan paralel dengan arah sesar.
Pada Gambar 4.5. pergerakan sekat ke kanan akan menghasilkan suatu
seri pendesakan sesar dan akan mengakibatkan x naik. Selanjutnya rekahan, bila
vertikal, akan paralel dengan x dan tegak lurus dengan sesar tersebut.
Aktivitas tektonik lokal merupakan faktor paling berpengaruh dalam
menentukan azimuth suatu rekahan. Untuk mengetahui arah perkembangan dari
rekahan dapat digunakan cara-cara pengukuran seperti dari pengaruh packers,
caliper logs, tiltmeter, analisa core, dan metoda seismik.
Caliper log pada suatu lubang terbuka dapat memberikan indikasi dari arah
stress horizontal minimum di mana lubang bor tersebut akan terdeformasi oleh insitu stress. Oleh sebab itu bila diberikan aliran fluida yang berlebihan baik itu ke
dalam maupun ke luar formasi yang mengakibat terjadinya pengikisan dinding
sehingga lubang bor akan berbentuk elips, maka caliper log akan menampakkan
garis lurus untuk arah stress horizontal sebagai stress terkecil.
Tersedianya sampel core yang masih segar dapat digunakan untuk
menentukan arah stress horizontal (stress terkecil) yakni dengan menggunakan
metoda relaksasi pada saat core diangkat dari dasar lubang menuju permukaan. Di
sini dapat ditentukan strain utama yang mana akan dapat pula dihitung besar stress
utama yakni dengan asumsi bahwa stress utama akan berkurang sesuai dengan
penurunan besar strain utama.
4.1.2.2. Tinggi Rekahan
Salah satu hal yang perlu ditelaah adalah tentang ketahanan dari suatu
rekahan untuk tidak menutup kembali setelah direkahkan. Dalam kenyataannya
rekahan yang terjadi biasanya cenderung untuk bertambah panjang ke arah
horizontal atau semakin bertambah tinggi untuk arah vertikal. Rekahan yang
terjadi ke arah vertikal ini akan terus bertambah tinggi sampai pada akhirnya akan
mencapai seluruh daerah produktif namun dapat juga rekahan tersebut akan
menembus daerah-daerah yang tidak diinginkan seperti daerah aquifer atau
menembus daerah yang berada di bagian bawah atau bagian atas dari daerah
produktif (payzone).
Seperti yang telah dikemukakan, in-situ stress merupakan faktor yang
paling penting dalam menentukan ketahanan dari berkembangnya suatu rekahan.
Sebelum di bahas lebih lanjut, akan dibahas terlebih dahulu tentang mekanisme
dari pelebaran rekahan.
A. Faktor Intensitas Stress (Stress Intensity Factor)
Dalam teori linier perekahan, stress di sekitar rekahan dapat diprediksi
secara singular dengan rumus
1
2
Gambar 4.6.
Komponen-komponen Stress Sekitar Ujung Rekaran19)
Kekuatan dari stress tersebut diukur dengan menetapkan faktor intensitas rekahan
(K) di mana untuk satu tensile crack besarnya harga K :
2r ..............................................................................(4-9)
K = lim
r 0
Di mana :
Di sini harga K bergantung pada geometri rekahan dan besarnya gaya yang
diberikan. Untuk rekahan yang panjang (tinggi) dan material bersifat homogen,
maka:
K 1,25 p
............................................................................(4-10)
Di mana :
p = p f pBISIP
p f = tekanan fluida di dalam rekahan
Untuk rekahan yang berbentuk penny-shaped dengan radius R,
K 0,8 p
..............................................................................(4-11)
Gambar 4.7.
Perkembangan Rekahan dengan Ketahanan
In-situ Stress 344 kPa (50 psi) 19)
(E=5,8x106 kPa, v=0,3, =150 cp, t=3,18 m3/min, C=1,83x10-4 m/min)
dengan keadaan rekahan pada Gambar 4.7. di mana pada saat stress mencapai
tekanan 1380 kPa (200 psia), rekahan tetap terus terbuka.
Gambar 4.8.
Perkembangan Rekahan dengan Ketahanan
In-situ Stress 690 kPa (100 psi) 19)
(Kondisi Treatment Seperti pada Gambar 4.7.)
Gambar 4.9.
Perkembangan Rekahan dengan Ketahanan In-situ
Stress 1,38 x 103 kPa (200 psi) 19)
(Kondisi Treatment Seperti pada Gambar 4.7.)
menunjukkan hasil dari perekahan dengan kondisi yang sama seperti pada
Gambar 4.9. kecuali untuk harga Modulus Young formasi yang telah dinaikkan.
Di sini tekanan fluida dinaikkan dengan maksud agar dapat terus mengembangkan
rekahan yang ada namun peningkatan tekanan ini pun dapat mengakibatkan harga
K melewati Kc di sepanjang batas luar vertikal rekahan. Gu 8) telah membuat
perhitungan (dalam kasus di atas) bahwa diperlukan in-situ stress sebesar 5,5 x
103 kPa (800 psi) untuk menahan suatu rekahan agar tidak kembali menutup.
Gambar 4.10.
Perkembangan Rekahan dengan Ketahanan In-situ
Stress 1,38 x 103 kPa (200 psi) 19)
(Kondisi Treatment Seperti pada Gambar 4.7. Kecuali Harga E
Dinaikan Menjadi 2,91 x 1010)
yang tinggi akan memerlukan minimum horizontal stress yang besar agar dapat
menahan penutupan rekahan daripada sifat batuan yang mempunyai ductilitas
yang rendah.
Harga perbandingan Poisson yang besar dapat menjadi indikator
kenaikkan minimum horizontal stress seperti di daerah Lousiana Gulf Coast yang
merupakan formasi sandstone. Di sini stress diukur dengan menggunakan log
sonic yang memakai gelombang S dan gelombang P. Namun teknik tersebut
kurang akurat apalagi bila pada formasi ada penambahan jumlah clay yang akan
mengurangi perbandingan shale dan sandstone. Pada akhirnya dapat dikatakan
bahwa perbandingan Poisson tidak bisa dijadikan indikator yang akurat dalam
penentuan ketahanan suatu horizontal stress.
Metoda yang paling akurat dalam penentuan in-situ stress adalah dengan
menggunakan uji lapangan minifracture. Tekanan penutupan sesaat bisa diukur
pada zona terisolasi yang lebih spesifik sehingga nantinya akan memberikan data
terbaik guna memprediksi perkembangan dari suatu rekahan.
4.1.2.3. Model Geometri Rekahan
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (3D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi 3D
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
Gambar 4.11.
Skematis Model Carter 4)
Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang
rekah satu sayap :
A(t )
qiW
4C 2
2c
e
A(t )
qiW
4C 2
t W
2 erfc 2c t 4C t 1
............... ..(4-12)
W
W
atau
2x
x2
e erfc x 1 .....................................(4-13)
Dimana:
x
2C t w
A(t)
= total leak off coeffisient = Ct di bab III, ft/V men, dan erfc adalah
0
1,0000
0,8875
0,7773
0.6714
0,5716
0,4795
0,3961
0,3222
0,2579
0,2031
0,1573
0,1195
0,0697
0,0660
0,0477
0,0339
0,0237
0,0162
0,0109
0,0072
0,00468
0,00295
0,00186
0,00114
0,00069
0,00041
0,00024
1
0,9887
0,8764
0,7665
0,6611
0,5620
0,4708
0,3883
0,3153
0,2520
0,1981
0,1532
0,1165
0,0870
0,0639
0,0461
0,0327
0,0228
0,0156
0,0105
0,0069
0,00448
0,00285
0,00178
0,00109
0,00065
0,00039
0,00022
0,9774
0,8652
0,7557
0,6509
0,5525
0,4621
0,3806
0,3086
0,2462
0,1932
0,1492
0,1132
0,0845
0,0619
0,0446
0,0316
0,0220
0,0150
0,0101
0,0066
0,00428
0,00272
0,00169
0,00103
0,00062
0,00037
0,00021
0,9662
0,8541
0,7450
0,6407
0,5431
0,4535
0,3730
0,3019
0,2405
0,1884
0,1452
0,1100
0,0819
0,0600
0,0431
0,0305
0,0212
0,0144
0,0097
0,0063
0,00409
0,00259
0,00161
0,00098
0,00059
0,00035
0,00020
0,9549
0,8431
0,7343
0,6300
0,5335
0,4451
0,3654
0,2953
0,2349
0,1837
0,1414
0,1069
0,0795
0,0581
0,0417
0,0294
0,0204
0,0139
0,0093
0,0061
0,00391
0,00247
0,00154
0,00094
0,00056
0,00033
0,00019
0,9436
0,8320
0,7237
0,6206
0,5245
0,4367
0,3550
0,2888
0,2283
0,1791
0,1376
0,1039
0,0771
0,0562
0,0403
0,0284
0,0196
0,0133
0,0089
0,0055
0,00374
0,00236
0,00146
0,00089
0,00053
0,00031
0,00018
0,9324
0,8210
0,7131
0,6107
0,5153
0,4254
0,3506
0,2825
0,2239
0,1746
0,1339
0,1009
0,0745
0,0544
0,0359
0,0274
0,0189
0,0128
0,0085
0,0056
0,00358
0,00225
0,00139
0,00085
0,00050
0,00029
0,00017
0,9221
0,8110
0,7026
0,6008
0,5063
0,4202
0,3434
0,2762
0,2186
0,1701
0,1302
0,0960
0,0752
0,0527
0,0376
0,0264
0,0182
0,0123
0,0032
0,0053
0,00342
0,00215
0,00133
0,00080
0,00048
0,00028
0,00016
0,9099
0,7991
0,6921
0,5910
0,4973
0,4121
0,3362
0,2700
0,2133
0,1658
0,1267
0,0952
0,0703
0,0510
0,0363
0,0255
0,0175
0,0118
0,0078
0,0051
0,00327
0,00205
0,00126
0,00076
0,00045
0,00026
0,00015
0,8987
0,7882
0,6817
0,5813
0,4883
0,4041
0,3292
0,2639
0,2082
0,1615
0,1232
0,0924
0,0684
0,0493
0,0351
0,0245
0,0168
0,0114
0,0075
0,0049
0,00312
0,00195
0,00120
0,00072
0,00043
0,00025
0,00014
2,7
2,8
2,9
0,00013
0,000075
0,000041
0,00013
0,000071
0,000039
0,00012
0,000067
0,000036
0,00011
0,000063
0,000034
0,00011
0,000059
0,000032
0,00010
0,000056
0,000030
0,00009
0,000052
0,000028
0,00008
0,000049
0,000027
0,00008
0,000046
0,000025
0,00008
0,000044
0,000023
Fracture Efficiency
Dari Persamaan (4-13) dapat diturunkan persamaan untuk fracture
efficiency, yaitu volume rekahan dibagi fluida yang dipompakan atau disebut juga
sebagai fluid efficiency.
Eff V f Vi WA(t ) qi t ............................................. (4-14)
2x
x2
e erfc x 1
Eff
W qiW
qi t 4C 2
Eff
W x2
2x
e erfc ( x)
1
2
4C t
Eff
1
x2
2x
x2
e erfc x 1 ................................(4-15)
Karena efisiensi hanya merupakan fungsi dari x saja maka bisa diplot
versus x seperti pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12.
Plot Fluid Efficiency sebagai Fungsi dari x 4)
2. PKN dan KGD
PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
jauh lebih besar dari tinggi rekahan (x fhf). Apabila sebaliknya, dimana tinggi
rekahan jauh lebih besar dari kedalamannya (xfhf) maka metode KGD-lah yang
harus dipilih. Sebenarnya ada bentuk lain yang disebut radial atau berbentuk
mata uang logam(penny shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai. Gambar 4.13.
menunjukkan skematik dari geometri model PKN, dan Gambar 4.14.
menunjukkan skematik dari model KGD.
Gambar 4.13.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan.
Menurut Model PKN 4)
Gambar 4.14.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan
Menurut Mode KGD dan Radial 4)
Dalam Persamaan harga E sering diganti dengan G, yaitu Modulus Shear
Elastis yang hubungannya dengan Modulus Young adalah :
G
E
...........................................................(4-16)
21 v
maka harus dibagi dengan 3,28. Viskositas dalam kPa.men dan kalau di cp harus
dikali terlebih dahulu dengan 1,67 10-8 . K dalam kPav cm maka kalau dalam
Tabel IV-2
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan 4)
Model
Geometri
L(t)
Model PKN
(1 v)h f 4
Model KGD
1/ 5
G qo3
C1
t 4C/ 5 (1 v) q o
1/ 5
t 2C/ 3 (1 v) q o
5
Gh f 3
1/ 4
1/ 4
G qo3
C4
(0,t) - H
W(0,t)
(1 v)h f 3
Gh f
4/5
1/ 3
C 3 Gq o 3 L
H f (1 v) 3
1/ 4
C 4 Gq o h f 3
2H f (1 v) 3 L2
1/ 4
dalam kPa,
PKN
KGD
Satu
Sayap
Dua
Sayap
C1
C2
C3
C1
C2
C3
C1
C2
C3
0,60
2,64
3,00
0,68
2,50
2,75
0,68
1,87
2,27
0,395
2,00
2,52
0,45
1,89
2,31
0,48
1,32
1,19
rekahannya dan berbetuk setengah elips diujungnya. Dalam hal ini tinggi rekahan
juga diambil sama dengan tebal reservoir. Di sini tiffness batuan bekerja
horizontal. Dengan model KGD (Halliburton) maka rekahannya relatif lebih
pendek, lebih lebar, serta konduktivitasnya akan lebih besar dari PKN.
Harga w yang maksimum dapat dihitung dengan persamaan dalam Tabel
IV-2 tadi, tetapi untuk harga lebar rekahan rata-rata w, maka w
dikalikan dengan faktor geometri, yang besarnya
tadi harus
(1 v) q0 R
w(0) C1
.....................................(4-17)
di mana :
untuk PKN C1 = 1,4
untuk KGD C1 = 2,15.
Tinggi Rekahan dalam batuan Menurut SPE. Mon. No. 12, untuk Griffith crackstability, dapat diturunkan di mana Kc = critical stress intensity factor
dengan K c
K
2
bilamana P1 p H 1 dan P2 p H 2
persamaan :
K 2 P h
h2
1
c
............................(4-18)
2
h2
h1
f
hg h f sin
h2 P
..................................(4-19)
H2
H1
hg h f sin
atau
P H1
...............................(4-20)
hg h f sin 1
H 2 H 1
Metode di atas digunakan untuk metode PKN kalau stress di atas dan di
bawahnya diketahui. Misalnya suatu lateral stress minimum stress katakan 2750
psi (19 Mpa) di target batuan, dan batuan di atas dan di bawahnya (bariernya)
misalnya 3045 psi (21 Mpa). Tekanan rekah 2900 psi (29 Mpa) maka dengan
Persamaan (4-19) akan didapat hR h f sin 2 0,50 0,71. Tetapi andaikan
untuk stress dan tekanan yang sama, h f = 1,181 in. (3103 cm), maka dari
Persamaan (4-18) maka hR h f sin 2 0,56 0,77. Jadi dalam hal ini,
rekahan akan keluar dari formasi dan merekahkan juga barier di atas dan di
bawahnya sebesar 30-40% dan hal ini umum terjadi.
Gambar 4.15.
Penetrasi Rekahan pada Formasi diantara Dua Barrier
dengan Stress Tinggi 4)
4.1.2.4. Kombinasi Efek Non-Newtonian dan Fluid Loss
Peter Valko dan Economides
KGD dengan kombinasi efek baik untuk non Newtonian maupun adanya fluid
loss (laminer). Penurunannya menggunakan viskositas apparent pada fluida non
Newtonian baik untuk PKN maupun KGD. Hasilnya adalah sebagai berikut :
xf
( w 2 S p ) q0
2
exp( 2 )erfc ( )
1
2
4C1 h f
. ..(4-21)
di mana :
E
E
2C1 t
w 2S p
E
1 v2
Sp
qo
Ct
hf
= tinggi rekahan, m
= waktu, detik
w(0)
xf
A. Untuk PKN :
1 ( 2n 2)
w(o) 9.15
(4-22)
x3.98
n ( 2n 2)
1 2n 2
q n0 h1f n x f
1 ( 2n 2)
e erfc
B. Untuk KGD:
1 (2n 2)
w(0) 11.1
x3.24
n (2n 2)
1 ( 2 n 2)
1 2n 2
qn x f 2
0
2
h f E
(4-
24)
di sini harga xf seperti pada PKN di atas dan w 4 w(0) serta
Pnet Pf E ( w(0) / 4 x f ) ......................................(4-25)
Gambar 4.16.
Petunjuk Pemilihan Model Perekahan 4)
4.1.3. Perekahan Horizontal
Pada kedalaman yang cukup dangkal mungkin saja terjadi perekahan pada
bidang datar atau rekahan horizontal. Analisa stress akan hampir sama seperti
penny shape (radial) pada perekahan vertikal, walaupun pemecahan matematiknya
berbeda. Distribusi tekanan sepanjang rekahan dianggap simetris di sekitar sumur,
yang akan menghasilkan lebar rekahan yang berdasarkan persamaan elastisitas
ideal, tetapi untuk mengetahui kehilangan tekanan fluida, diperlukan harga lebar
rekahannya. Maka pemecahannya harus dilakukan secara simultan.
4.1.3.1. Aliran Laminer
Dalam hal ini fluida dialirkan secara radial dari sumurnya. Gambar 4.17.
menunjukkan suatu rekahan radial. Bila efek fluid loss diabaikan dan lebar
rekahan dianggap konstan, fluidanya Newtonian, juga dengan mengabaikan
inersia fluida yang pada aliran radial akan tergantung pada posisinya, maka kita
dapat menghitung distribusi dari tekanan sebagai fungsi dari posisi radialnya.
Fungsi tekanan terhadap posisi perlu diketahui untuk menentukan lebar
rekahannya.
Mulai dengan kecepatan, vt = vz
(t,z)
kecepatan adalah:
p
p
v
1
( rvr ) 2r 0 ..............(4-26)
r r
z
( rvr ) 0 .....................................................(4-27)
z
= jari-jari rekahan
= jari-jari sumur
fr
= r/R
Gambar 4.17.
Skematik dari Perekahan Horisontal 4)
p
r
d 2
0 .................................................(4-29)
dz 2
(z)
r d p w2
4z 2
1
.............................................(4-30)
dr 8
w2
2rv dz ..........................................................(4-31)
t
r 3 dp
w
......................................................... .(4-32)
6
dr
6i r dr 6 i r
.............................(4-33)
ln
w3 r0 r w3 rw
6 i f r
.(4-34)
ln
w3 f rw
4rC
w
2r
........................................(4-35)
t
t (r )
1 4 l 2t
...............................(4-36)
C2
Jadi jari-jari dari penny shape (berbentuk uang logam bundar) untuk
rekahan horizontal akan tumbuh sebagai fungsi dari t1,4 (rekahan linear tumbuh
sebagai fungsi dari t1/2). Juga perlu diketahui bahwa Persamaan (4-36) ini
diturunkan tanpa anggapan adanya spurt loss.
Geertsma dan de Klerk menurunkan persamaan untuk perekahan radial
horizontal untuk lebar rekahan sebagai berikut :
wn 24
lR
............................................................(4-37)
G
5 Gwn R
............................................(4-38)
ln
4 R
rw
atau kalau harga R meningkat tekanan malah menurun. Valko dan Economides 22)
telah menurunkan persamaan disertai adanya fluid loss yakni sebagai berikut :
iR
w 2.24
(w 2S p )
4C 2 2
2C t
w 2S p
14
........................................................................(4-39)
exp ierfc
1 ................................(4-40)
....................................................................................(4-41)
Gambar 4.18.
Pengaruh Radius Perekahan Horizontal terhadap
Laju Produksi 12)
Kurva pada gambar menunjukkan bahwa laju produksi yang tinggi akan
diperoleh untuk waktu yang lama ketika rekahan yang dalam dibuat. Di sini
penetrasi rekahan memiliki pengaruh yang kecil terhadap laju produksi. Selain itu,
hasil perhitungan dari plot grafik pada Gambar 4.18. menunjukkan laju produksi
yang lebih tinggi dapat diperoleh sampai hampir semua minyak yang diproduksi
dapat diperoleh kembali dari dalam reservoir.
4.1.4.2. Post-Flush Production
Hasil penetrasi pada saat produksi mencapai keadaan steady state (setelah
penurunan pada tahap flush production) ditunjukkan melalui studi model
elektrikal. Gambar 4.19. merupakan grafik hasil dari plot antara perbandingan
produktivitas (perbandingan produktivitas setelah perekahan dengan produktivitas
sebelum perekahan) terhadap lebar rekahan.
Gambar 4.19.
Pengaruh Penetrasi Rekahan terhadap Produktivitas 12)
Di sini menunjukkan pengaruh peningkatan luas rekahan terhadap
perbandingan produktivitas untuk satu rekahan horizontal di tengah-tengah zona
produktif dan juga untuk rekahan vertikal yang memiliki dua sayap dengan jarak
dan luas yang sama. Dari gambar dapat dilihat bahwa perbandingan produktivitas
meningkat sesuai dengan luas rekahan yang semakin bertambah.
Perlu diketahui bahwa rekahan yang lebih dalam tidak hanya
meningkatkan produksi minyak namun juga meningkatkan ultimate recovery-nya.