Anda di halaman 1dari 7

GASTRITIS

A. Konsep Medis
1. Pengertian gastritis
a.

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal

b.

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung.


Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.

c.

Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa


lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath,
2000 : 1405)

2. Macam-macam gastritis
Berdasarkan manifestasi klinis gastritis dapat dibagi menjadi
akut dan kronik.
a.

Gastritis akut erosif atau gastritis hemoragik.


Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.

b.

Gastritis kronik
1)

Ditinjau

dari

etiologi

gastritis

kronik

diklasifikasikan dalam tiga kelompok :


a)

Gastritis kronik tipe A (autoimun)


Terjadi

gangguan

absorbsi

vitamin

B12

yang

menyebabkan timbulnya anemia pernisiosa.


b)

Gastritis kronik tipe B


Etiologi

pasti

tidak

diketahui,

tetapi

mempunyai

hubungan yang erat dengan kuman Helicobacter pylori.


c)

Gastritis kronik tipe AB


Merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya
menyebar ke seluruh gaster. Penyebaran ke arah corpus

tersebut cenderung meningkat dengan bertambahnya


usia.
2)

Ditinjau dari aspek patologis gastritis kronik


ada dua macam :
a)

Gastritis kronik atrofik


Ciri khas kelainan ini ialah sifatnya yang progresif,
ireversibel, sekresi asam lambung dan pepsin menurun.

b)

Gastritis kronik superfisial


Pada lamina proria terdapat infiltrasi sel radang limfosit,
sel plasma dan neutrofil bertambah terutama di sekitar
tubulus bagian superfisial. Jumlah kelenjar tidak ada
perubahan, terutama pada mukosa corpus lambung.

3. Etiologi
Penyebab yang sering dijumpai :
a. Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin.
b. Bahan kimia misalnya lisol.
c. Merokok.
d. Alkohol.
e. Stress.
f. Refluks usus-lambung.
g. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang
terkontaminasi).
h. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada dan cuka.
i. Aspek imunologis
Hubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi
jelas dengan ditemukannya autoantibodi terhadap faktor
intrinsik pada pasien dengan anemia pernisiosa.
j. Aspek bakteriologis

Helicobacter pylori lebih sering dijumpai. Atropi mukosa


lambung akan terjadi pada banyak kasus, setelah bertahuntahun mendapat infeksi Helicobacter pylori.
4. Patofisiologi
Aspirin, alkohol, nikotin dan zat-zat lain masuk ke dalam
lambung. di dalam lambung terdapat sawar mukosa lambung
yang berfungsi sebagai proteksi. Tetapi bila sawar mukosa
lambung melemah atau rusak oleh bahan tersebut di atas, asam
hidroklorida dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa. Asam
hidroklorida merangsang pengeluaran histamin 2. Histamin 2
yang dikeluarkan tersebut merangsang sel-sel parietal untuk
mensekresi lebih banyak asam yang berdifusi kembali ke mukosa
untuk merangsang pengeluaran histamin lebih lanjut, yang
memicu pengeluaran lebih banyak asam dan seterusnya sehingga
tercipta suatu lingkaran setan menyebabkan erosi mukosa yang
terus membesar di bawah pengaruh asam dan pepsin.
5. Gambaran klinik
Dapat timbul rasa nyeri di sekitar epigastrium, anoreksia,
nausea, kembung, muntah, dan keluhan-keluhan anemia seperti
cepat letih, lesu, lemah. Jika terjadi lesi yang berat pada mukosa
lambung dapat terjadi hematemesis dan melena.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Analisis HCl lambung untuk mengetahui sekresi lambung.
b. Endoskopi untuk mengetahui erosi pada mukosa lambung.
c. Histopatologi untuk melihat batasan-batasan kelainan pada
sel-sel kelenjar mukosa lambung.
d. Tes serologis untuk mendeteksi Helicobacter pylori.

7. Pengobatan
a.

Diberikan anti histamin Cimetidine 1 amp/8 jam.

b.

Diberikan anti emetik misalnya Raclonid 1 amp/8


jam 3 x 1 atau kalau perlu.

c.

Diberikan obat penetralisir asam lambung misalnya


Antasida 3 x 1.

d.

Diberikan antibiotik misalnya Amoxicillin 500 mg 3


x 1.

8. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
d. Anemia pernisiosa.
e. Penyempitan daerah antrum pilorus.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji
Riwayat kesehatan berkaitan dengan status kesehatan pasien
dan faktor-faktor seperti gaya hidup, hubungan/pola dalam
keluarga dan pengaruh budaya.
Pada kasus gastritis, pengkajian yang didapatkan yaitu :
a. Data subjektif : timbulnya anoreksia, mual dan tidak nyaman
pada perut.
b. Data objektif
dan

nyeri

: muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah)


tekan

midepigastrium.

yang

ringan

pada

epigastrium

atau

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Nyeri hilang (terkontrol) dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
KH : - Nyeri klien berkurang atau hilang.
- Skala nyeri 0.
- Klien dapat relaks.
- Keadaan umum klien baik.
Intervensi
1. Observasi TTV.
2. Kaji skala nyeri klien.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasionalisasi.
1. Mengetahui perkembangan klien.
2. Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien
terhadap nyeri.
4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien dapat teratasi dan BB klien dapat
dipertahankan.
KH : - Nafsu makan klien membaik.: - BB klien menunjukkan peningkatan.
Intervensi
1. Anjurkan istirahat sebelum makan.
2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5. Beri makanan selagi hangat.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
Rasionalisasi
1. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
3. Menghindari terjadinya mual karena pengisian lanbung secara tiba-tiba.
4. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan membatasi masukan
nutrisi.
5. Dapat membangkitkan nafsu makan.
6. Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas.
KH : - Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan,
- Skala aktivitas 0-1

Intervensi
1. Observasi sejauh mana klien dapat melakukan aktivitas.
2. Berikan lingkungan yang tenang.
3. Berikan bantuan dalam aktivitas.
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
Rasionalisasi
1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Menigkatkan istirahat klien.
3. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu
sendiri.
4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
4. Ganguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sakit kepala dan
pusing.
Tujuan : Kebutuhan istirahat dan tidur klien tidak terganggu.
KH : - Klien dapat istirahat dan tidur secara normal atau biasa.
- Klien merasa lebih sehat.
- Klien tidak kelihatan lesu.
Intervensi
1. Kaji pola istirahat dan tidur klien.
2. Ciptakan lingkungan tenang.
Rasionalisasi
1. Memberi informasi untuk intervensi berikutnya.
2. Mempercepat klien untuk tidur.
5. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ansietas klien dapat teratasi.
KH : - Kepercayaan diri klien meningkat.
Intervensi
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
Rasionalisasi
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2. Indikator derajat ansietas.
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan
dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping.
5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002.


Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta
Carpenito J. Lynda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, 2001,
Cetakan 1, Edisi 8, EGC, Jakarta
Doenges E Marilynn et al, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000,
Cetakan 1, Edisi 3, EGC, Jakarta
Price A Sylvia, Wilson M Lorraine, Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, 2006, Edisi 6, Volume 1, EGC, Jakarta
Wilkinson M Judith, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, 2007,
Cetakan 1, Edisi 7, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai