Nature of Expense
Definition of Expense
FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan beban (expense) sebagai
: Pengeluaran atau pemakaian dari aset atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi dari
keduanya) selama satu periode dari memproduksi barang, menyediakan jasa, atau
melakukan aktivitas lain yang merupakan kegiatan operasional yang sedang berlangsung
dalam satu entitas.
Dalam pembelian dan penggunaan barang atau jasa untuk melakukan operasional
bisnis, perusahaan dapat melakukan:
1. Pembelian barang dan digunakan di masa depan, contohnya adalah membeli mesin
dan menggunakan untuk lima tahun ke depan.
2. Pembelian barang dan jasa untuk langsung digunakan. Contohnya adalah melakukan
pembelian atas labor service, yang akan mengurangi nilai asset (cash) atau
meningkatkan nilai kewajiban.
Selain itu, aset yang digunakan perusahaan manufaktur akan menjadi bagian dari Cost of
Good Sold (COGS), dan pemakaian aset tersebut tidak menimbulkan beban sampai saat
produk terjual.
Menurut Suwardjono dinyatakan bahwa ada beberapa karakteristik penting yang
melekat pada makna beban:
1. Aliran keluar/penurunan aset
Untuk menyatakan timbulnya beban, transaksi atau kejadian harus terjadi dalam
penurunan aset / yang menimbulkan aliran keluar aset. Aset yang dimaksud adalah
semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya diartikan bahwa manfaat
ekonomi aset itu telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah
diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga perusahaan sudah tidak menguasai
lagi manfaat tersebut.
2. Operasi utama atau sentral
Dinyatakan oleh Suwardjono dalam Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya,
untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan utama. Yang dimaksud
kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi
dalam kegiatan memproduksi barang. Sehingga biaya adalah penurunan aset yang
berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
3. Kenaikan kewajiban
Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan jasa
namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum mengakui kewajiban
atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Hal tersebut
menimbulkan keharusan perusahaan untuk membayar atau melakukan pengorbanan
ekonomik di masa datang sehingga timbul kewajiban. Misalnya jasa pengiriman
barang yang belum dibayar oleh perusahaan namun jasa pengirimannya telah
dinikmati perusahaan dan menimbulkan pendapatan. Dengan demikian beban (untuk
pengiriman) harus timbul dengan kenaikan kewajiban.
4. Penurunan ekuitas
Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau kenaikan
Perbedaannya dengan income adalah income mengukur pencapaian bersih dari suatu
perusahaan atau efektivitas manajeral. Pandangan perilaku secara luas ini sudah diterima
dalam akuntansi.
Untuk mengukur upaya yang dikeluarkan dalam suatu periode beban kita harus
mengidentifikasi mereka. Yang dibutuhkan adalah seperangkat aturan pengakuan untuk
membantu akuntan mengidentifikasikan dengan menggunakan aset dan layanan lainnya di
dunia nyata. Aturan-aturan inilah yang disebut sebagai matching principles.
Kriteria Pengakuan dan Penandingan
Suatu peristiwa yang memenuhi definisi beban harus diakui ketika:
1. Adanya kemungkinan yang probable dari munculnya keuntungan di masa yang
akan datang;
2. Peristiwa tersebut dapat diukur dan dapat diandalkan.
Suatu beban yang diakui dalam laporan keuangan harus memenuhi kedua kriteria
tersebut. Yang pertama, kemungkinan terjadinya keuntungan di masa yang akan datang
harus probable. Kerangka kerja menyatakan konsep kemungkinan atau probability
berhubungan dengan karakteristik ketidakpastian dari lingkungan usaha. Penilaian kadar
ketidakpastian harus didasarkan pada bukti yang dapat ditunjukkan saat pelaporan
keuangan (paragraf 85). Selanjutnya dalam Australian guidance, SAC 4, paragraf 133,
probable dalam hal beban didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya konsumsi atau
kehilangan keuntungan di masa yang akan datang yang kemungkinan besar akan terjadi
(more likely than less likely).
Jika kriteria didasarkan pada derajat keterjadiannya yang lebih besar atau kurang
dari dari 50%, maka penerapannya akan bertentangan dengan prinsip kualitatif kehatihatian (paragraf 37). Selain itu, prinsip netralitas juga dibutuhkan dalam pelaporan
keuangan yang tidak bias. Maka dari itu, perumus laporan keuangan harus berhati-hati
dalam penilaian dan penetapan estimasi agar tidak bias dalam melaporkan informasi
keuangan.
Kriteria kedua yaitu beban dapat diukur dengan reliable. Hal ini dibutuhkan dalam
melakukan estimasi yang dibutuhkan (misal beban penyusutan, amortisasi,penyisihan utang
tak tertagih, dll) dan membutuhkan bukti yang dapat mendukung validitas estimasi.
Paragraf 31 mengatakan bahwa informasi dapat diandalakan:
when it is free from material error and bias and can be depended upon by users to
representfaithfully that which it either purports to represent or could reasonably be
expected to represent.
Kerangka kerja mengatakan bahwa beban diakui pada laporan keuangan ketika
adanya penurunan keuntungan di masa yang akan datang yang berhubungan dengan
penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang timbul dan dapat diukur secara reliable
(paragraf 94). Ini artinya, sebagai akibat dari pengakuan beban, penurunan nilai aset atau
kenaikan kewajiban akan timbul secara simultan. Misal, perubahan nilai aset akan
menambah beban depresiasi, atau amortisasi, atau biaya perbaikan aset. Perubahan dalam
nilai kewajiban akan menambah loss dalam laproan keuangan. Dari sudut pandang perumus
kebijakan, beban muncul setelah adanya perubahan nilai aset atau kewajiban.
Dalam biaya peneliatian (Research and development) belum bisa diketahui secara pasti
hubungan signifikan antara pengeluaran yang dikeluarkan dengan peningkatan masa
manfaat di masa mendatang. FASB mengandalkan prinsip pengakuan sesegera
mungkin untuk menentukan biaya Research and Development menjadi beban ketika
terjadi atau muncul, kecuali yang berhubungan dengan aktivitas penjualan atau
administrasi dalam perusahaan. Selain itu, juga muncul pendapat bahwa hubungan
sebab dan akibat antara biaya Research and Development dengan manfaat di masa
mendatang belum terbukti, meskipun dengan melakukan peninjauan dari hal-hal
yang sudah terjadi. Studi empiris secara umum gagal untuk mengetahui hubungan
signifikan antara pengeluaran Research and Development dengan peningkatan manfaat
di masa mendatang. FASB juga menyebutkan bahwa dua prinsip sebelumnya tidak
dapat diaplikasikan karena manfaat mendatang terlalu tidak menentu untuk
mengkapitalisasi beban sebagai aset.
Begitu pula dengan biaya iklan, biayanya segera diakui sebagai beban karena
manfaat ekonomi dari pengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel. Jumlah
konsumen yang meningkat signifikan belum tentu berasal dari iklan yang dilakukan pada
periode berjalan, bisa jadi merupakan efek dari iklan periode sebelumnya. Hal ini
mengakibatkan pengaruh biaya iklan tidak dapat diukur secara andal.
Criticism of Matching
Konsep matching adalah kunci utama dalam kerangka alokasi. Patton dan Littleton
menghubungkan matching of expense against revenues dengan matching effort with
accomplishment. Mereka melihat proses bisnis sebagai aliran biaya, aliran yang tidak dapat
dihindari akan berakhir dalam laporan laba rugi sebagai biaya yang telah terjadi.
Menentukan biaya yang telah terjadi merupakan tugas bagi seorang akuntan. Namun,
menurut Sprouse, matching process membuat neraca menjadi tidak lebih berguna dari
laporan laba rugi, melainkan hanya sebagai tempat menyajikan biaya yang belum berakhir.
Pendekatan ini mengurangi kegunaan neraca bagi pengambilan keputusan pengguna.
Pembuat standar berusaha fokus pada kriteria definisi dan pengakuan untuk aktiva dan
kewajiban yang menjamin neraca sama penting dengan laporan laba rugi.
Lesser Requirement for Objective Evidence
Konsep matching perlu keputusan yang signifikan dalam menentukan sejumlah biaya
akan diaplikasikan untuk masa mendatang atau periode berjalan. Akuntan meminta bukti
yang objektif untuk pengakuan revenue, tetapi tidak untuk pengakuan expenses. Yang
diminta adalah reasonableness atau appropriateness, bukan bukti yang objektif. Ini adalah
prosedur yang diterima secara umum. Apapun praktik yang dinilai dapat diterima dianggap
reasonable dan appropriate. Contohnya, metode yang digunakan untuk pembebanan
persediaan dan plant and equipment.
Alasan untuk kebutuhan bukti objektif yang lebih sedikit dalam mengakui expenses
dibandingkan dengan revenue adalah konvensi dari konservatisme. Konvensi ini meminta
pencatatan dari expenses, losses, dan liabilities dilakukan sesegera mungkin, walaupun
buktinya mungkin lemah. Namun, revenues, gain, dan assets harus disertai dengan bukti
yang lebih substansial sebelum dicatat. Contohnya dalah pada IAS 11/AASB 111 mengenai
Construction Contracts.
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian tersebut harus
sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak lebih. Misalnya, alokasi beban
penyusutan kendaraan tiap tahun maka jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut
harus sama dengan nilai kendaraan sebelum alokasi.
b. Tidak ambigu
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan metode yang
dipilih.
c. Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat menyediakan
pernyataan yang meyakinkan pilihannya dan mempertahankannya dari kemungkinan
adanya metode alternatif lainnya.
Thomas menyatakan bahwa alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria
tersebut. Akuntan membela alokasi pada dua alasan. Alasan pertama adalah bahwa input
yang diberikan menyediakan layanan pada periode saat ini dan masa depan dan pola
alokasi biaya mencerminkan biaya jasa yang diterima dalam periode tertentu. Argumen lain
adalah bahwa pembaca laporan akuntansi menyatakan bahwa alokasi berguna.
Jika argumen pertama dibuat, thomas menegaskan bahwa akuntan harus
menunjukkan bahwa layanan yang diberikan memberikan masukan kontribusi terhadap
sejumlah cash inflow atau pendapatan atau tabungan uang tunai. Tapi akuntan tidak bisa,
karena pernyataan alokasi yang tidak bisa diperbaiki. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi tersebut
selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan mengkonsumsi
kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.
Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi pembaca dengan
adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi tersebut tidak mencerminkan
nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan.
Defence of Allocations
Eckel mendukung thomas mengatakan bahwa alokasi arbitrary, tetapi hanya karena
tujuan dari alokasi tidak dapat dipertahankan. Tujuan dari alokasi dalam akuntansi
konvensional adalah untuk menentukan keuntungan dari matching, khususnya dengan
sebab dan akibat. Efektivitas matching tergantung pada adanya hubungan sebab dan akibat
yang unik dan dapat diidentifikasi antara biaya dan pendapatan.
Sedangkan, menurut Zimmerman, alokasi biaya untuk tujuan internal adalah alat yang
bermanfaat untuk mengendalikan dan memotivasi manajer, dan karena itu dapat
dibenarkan. Dengan alokasi biaya, maka manajer dapat memperoleh data-data biaya yang
sulit untuk didapatkan secara observasi, sedangkan data-data ini akan digunakan untuk
pengambilan keputusan yang berdampak pada reward and punishment mereka.