Anda di halaman 1dari 8

EXPENSE

Nature of Expense
Definition of Expense
FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan beban (expense) sebagai
: Pengeluaran atau pemakaian dari aset atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi dari
keduanya) selama satu periode dari memproduksi barang, menyediakan jasa, atau
melakukan aktivitas lain yang merupakan kegiatan operasional yang sedang berlangsung
dalam satu entitas.
Dalam pembelian dan penggunaan barang atau jasa untuk melakukan operasional
bisnis, perusahaan dapat melakukan:
1. Pembelian barang dan digunakan di masa depan, contohnya adalah membeli mesin
dan menggunakan untuk lima tahun ke depan.
2. Pembelian barang dan jasa untuk langsung digunakan. Contohnya adalah melakukan
pembelian atas labor service, yang akan mengurangi nilai asset (cash) atau
meningkatkan nilai kewajiban.
Selain itu, aset yang digunakan perusahaan manufaktur akan menjadi bagian dari Cost of
Good Sold (COGS), dan pemakaian aset tersebut tidak menimbulkan beban sampai saat
produk terjual.
Menurut Suwardjono dinyatakan bahwa ada beberapa karakteristik penting yang
melekat pada makna beban:
1. Aliran keluar/penurunan aset
Untuk menyatakan timbulnya beban, transaksi atau kejadian harus terjadi dalam
penurunan aset / yang menimbulkan aliran keluar aset. Aset yang dimaksud adalah
semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya diartikan bahwa manfaat
ekonomi aset itu telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah
diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga perusahaan sudah tidak menguasai
lagi manfaat tersebut.
2. Operasi utama atau sentral
Dinyatakan oleh Suwardjono dalam Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya,
untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan utama. Yang dimaksud
kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi
dalam kegiatan memproduksi barang. Sehingga biaya adalah penurunan aset yang
berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
3. Kenaikan kewajiban
Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan jasa
namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum mengakui kewajiban
atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Hal tersebut
menimbulkan keharusan perusahaan untuk membayar atau melakukan pengorbanan
ekonomik di masa datang sehingga timbul kewajiban. Misalnya jasa pengiriman
barang yang belum dibayar oleh perusahaan namun jasa pengirimannya telah
dinikmati perusahaan dan menimbulkan pendapatan. Dengan demikian beban (untuk
pengiriman) harus timbul dengan kenaikan kewajiban.
4. Penurunan ekuitas
Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau kenaikan

kewajiban akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Namun, penurunan


ekuitas merupakan karakteristik pendukung karena tidak setiap penurunan aset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden yang menyebabkan
penurunan aset tetapi tidak disebut sebagai beban.
5. Diukur atau dikaitkan dengan kos
Dalam hal ini beban timbul dari adanya kos yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh aset. Beban diukur berdasarkan jumlah kos dari aset yang telah
dimanfaatkan selama periode berjalan.
6. Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik
Berdasarkan prinsip kesatuan usaha, maka harus ada pemisahan antara beban yang
dihasilkan oleh perusahaan dan pemilik. Beban yang diakui dalam laporan keuangan
merupakan beban yang berasal dari transaksi perusahaan, bukan pemilik.
7. Untuk menghasilkan pendapatan
Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari barang atau jasa yang telah
dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Kos dan Beban
Untuk memanfaatkan aset entitas memerlukan kos dan beban merepresentasikan
perubahan nilai. Perubahan nilai diartikan sebagai perngorbanan yang dilakukan untuk
mendapatkan jasa. Jika tidak ada kos maka tidak ada beban. Secara konseptual menurut
prinsip keberlangsungan usaha (going concern), penggunaan akan barang dan jasa (aset)
perusahaan ditujukan untuk jangka panjang sehinggan kos dari aset tersebut mengalami
dua tahap yaitu pengakuan dan pembebanan. Hal tersebut berarti kos diakui sebagai aset
kemudian diakui sebagai beban untuk periode manfaat aset tersebut digunakan.
Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil, masalah
teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telah diakui sebagai
aset menjadi bagian yang merupakan biaya perioda berjalan dalam rangka penentuan biaya
periodik dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam perioda-perioda berikutnya.
(Suwardjono, Edisi Ketiga:397)
Expenses and Losses
FASB membedakan antara beban dan kerugian. Kerugian adalah penurunan aset
bersih dari transaksi yang tak terduga dan dari kejadian lain yang mungkin sebagian besar
berada diluar kendali perusahaan. Beban berhubungan operasi utama yang sedang
berlangsung. Beban berkaitan dengan layanan yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan saat ini,sedangkan kerugian hanya pengurangan nilai dari suatu perusahaan
yang terjadi karena tidak memberikan manfaat sesuai.
Behavioral View of Expense
Beban terjadi kerena perusahaan melakukan suatu kegiatan kegiatan. Dengan kata
lain,seperti yang telah disebutkan sebelumnya ada suatu kinerja dari perusahaan. Fungsi
kinerja yang dimaksud adalah sebagai earning process. Sebagai suatu perusahaan mencoba
untuk membuat pendapatan dengan melakukan fungsi tersebut dengan menggunakan
barang dan jasa. Nilai beban kemudian mengindikasi upaya yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan menghasilkan profit. Paton dan Littleton mengatakan biaya
tergantung pada upaya pengukuran,dan pendapatan sebagai tolak ukur yang dicapai.

Perbedaannya dengan income adalah income mengukur pencapaian bersih dari suatu
perusahaan atau efektivitas manajeral. Pandangan perilaku secara luas ini sudah diterima
dalam akuntansi.
Untuk mengukur upaya yang dikeluarkan dalam suatu periode beban kita harus
mengidentifikasi mereka. Yang dibutuhkan adalah seperangkat aturan pengakuan untuk
membantu akuntan mengidentifikasikan dengan menggunakan aset dan layanan lainnya di
dunia nyata. Aturan-aturan inilah yang disebut sebagai matching principles.
Kriteria Pengakuan dan Penandingan
Suatu peristiwa yang memenuhi definisi beban harus diakui ketika:
1. Adanya kemungkinan yang probable dari munculnya keuntungan di masa yang
akan datang;
2. Peristiwa tersebut dapat diukur dan dapat diandalkan.
Suatu beban yang diakui dalam laporan keuangan harus memenuhi kedua kriteria
tersebut. Yang pertama, kemungkinan terjadinya keuntungan di masa yang akan datang
harus probable. Kerangka kerja menyatakan konsep kemungkinan atau probability
berhubungan dengan karakteristik ketidakpastian dari lingkungan usaha. Penilaian kadar
ketidakpastian harus didasarkan pada bukti yang dapat ditunjukkan saat pelaporan
keuangan (paragraf 85). Selanjutnya dalam Australian guidance, SAC 4, paragraf 133,
probable dalam hal beban didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya konsumsi atau
kehilangan keuntungan di masa yang akan datang yang kemungkinan besar akan terjadi
(more likely than less likely).
Jika kriteria didasarkan pada derajat keterjadiannya yang lebih besar atau kurang
dari dari 50%, maka penerapannya akan bertentangan dengan prinsip kualitatif kehatihatian (paragraf 37). Selain itu, prinsip netralitas juga dibutuhkan dalam pelaporan
keuangan yang tidak bias. Maka dari itu, perumus laporan keuangan harus berhati-hati
dalam penilaian dan penetapan estimasi agar tidak bias dalam melaporkan informasi
keuangan.
Kriteria kedua yaitu beban dapat diukur dengan reliable. Hal ini dibutuhkan dalam
melakukan estimasi yang dibutuhkan (misal beban penyusutan, amortisasi,penyisihan utang
tak tertagih, dll) dan membutuhkan bukti yang dapat mendukung validitas estimasi.
Paragraf 31 mengatakan bahwa informasi dapat diandalakan:
when it is free from material error and bias and can be depended upon by users to
representfaithfully that which it either purports to represent or could reasonably be
expected to represent.
Kerangka kerja mengatakan bahwa beban diakui pada laporan keuangan ketika
adanya penurunan keuntungan di masa yang akan datang yang berhubungan dengan
penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang timbul dan dapat diukur secara reliable
(paragraf 94). Ini artinya, sebagai akibat dari pengakuan beban, penurunan nilai aset atau
kenaikan kewajiban akan timbul secara simultan. Misal, perubahan nilai aset akan
menambah beban depresiasi, atau amortisasi, atau biaya perbaikan aset. Perubahan dalam
nilai kewajiban akan menambah loss dalam laproan keuangan. Dari sudut pandang perumus
kebijakan, beban muncul setelah adanya perubahan nilai aset atau kewajiban.

Alokasi beban dan penadapatan mendasari akuntansi akrual. Kerangka kerja


menyatakan konsep alokasi dalam paragraf 95 yaitu Expenses are recognized in the
income statement on the basis of a direct association between the costs incurred and the
earning of specific items of income. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh. Misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan
(cost or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang
diperoleh dari penjualan barang.
Bagi banyak akuntan, mengalokasikan beban dan pendapatan dalam periode
tertentu adalah fungsi utama dari akuntansi. Dalam prakteknya hal ini adalah tugas yang
sulit lakukan dan membutuhkan penilaian yang berat dari pihak akuntan. Akuntan harus
mengidentifikasi aset mana yang sudah digunakan (used up) dan sejumlah tersebut harus
dihapuskan sebagai penandingan dari pendapatan periode tersebut. Paton dan Littleton
mengatakan:
The problem of proper matching of revenue and costs is primarily one of finding
satisfactory bases of association clues to relationship which reunite deductions and
revenue Observable physical connections often afford a means of tracing and assigning. It
should be emphasized, however, that the essential test is reasonableness, in the light of all
of the pertinent conditions, rather than physical measurement.
Alokasi beban ini adalah hal yang penting dalam akuntansi historical cost. Dalam
konsep ini akuntan dituntut untuk memutuskan berapa beban yang dapat dibebankan dan
ditandingkan dengan pendapatan pada periode tersebut, dan beban mana yang belum
terjadi, yang harus dicantumkan sebagai aset dalam neraca.
Ada beberapa alternatif dalam pengalokasian biaya:
1. Hubungan Sebab dan Akibat
Idealnya, alokasi beban dengan pendapatan ditunjukkan dengan hubungan
sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat sulit dibuktikan, tapi menurut hasil pengamatan,
akuntan memutuskan bahwa penggunaan beberapa barang dan jasa yang digunakan
pasti membantu dalam timbulnya pendapatan dalam periode tersebut. Misalnya, komisi
penjualan, biaya penjualan, dan beban gaji atau upah. Adalah hal yang masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa usaha dari para staf penjualan telah membantu dalam
memunculkan pendapatan penjualan dalam periode tersebut. Maka dari itu, beban
tersebut harus ditandingkan dengan pendapatannya. Begitu juga dengan pendapatan
dari penjualan produk, biasanya dihubungkan dengan biaya pemrosesan produk tersebut
(cost of goods sold).
Sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan, tidak ada biaya jika tidak ada
pendapatan. Ketika perusahaan menggunakan completed contract method, tidak ada
biaya yang dibebankan selama tidak ada pendapatan dari kontrak yang diakui. Biaya
yang timbul selama pengadaan proyek akan dicatat sebagai aset. Ketika proyek telah
selesai dilaksanakan dan terjual, hanya total akumulasi biaya yang ada pada nilai aset
yang dapat dialokasikan sebagai beban untuk ditandingkan dengan pendapatan. Ketika
menggunakan percentage of-completion method, biaya yang sebenarnya terjadi dalam
periode tersebut dicatat sebagai beban konstruksi. Teknik penetuan rasio penyelesaian
digunakan dengan membandingkan biaya konstruksi dengan total biaya konstruksi yang
diperkirakan akan terjadi dari proyek tersebut.

2. Alokasi yang sistematis dan rasional


Hubungan sebab akibat tidak dapat digunakan untuk semua beban. Ketika hal ini
terjadi, sebagai salah satu alternatif, konsep pengalokasian beban yang sistematis dan
rasional dapat digunakan. Tujuannya yaitu untuk mengakui beban dalam periode
akuntansi dimana pada periode tersebut beban itu dimanfaatkan atau telah
kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan pada periode dimana beban tersebut dikonsumsi,
bukan berdasar produk yang dihasilkan.
Menurut IAS 16/AASB 116, depresiasi adalah alokasi yang sistematis dari
jumlah yang dapat didepresiasi dari sebuah aset selama umur ekonomisnya.
Depresiasi merupakan salah satu contoh dari proses alokasi.
Alokasi Sistematik dan Rasional merupakan proses penandingan dengan periode
sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode
(period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat
dari potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar ini cukup beralasan untuk
beberapa jenis cost yang memang sangat erat kaitannya dengan waktu seperti
depresiasi, bunga, sewa, asuransi, dan sebagainya. Alasan lain yang mendukung dasar
penandingan ini adalah :
1. Banyak jenis biaya periode yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan
periode berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat.
Misalnya, untuk suatu toko buku, sewa toko dapat diasosiasi dengan penjualan buku
selama periode penyewaan toko.
2. Kalau biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi perusahaan secara keseluruhan
maka meretia harusdibebankan pada periode berjalan. Contoh : biaya penyelenggaraan
klinik, dan perawatan medis pegawai.
3. Bila biaya tidak diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau
manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan periode-periode masa datang.
4. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal (regular) dan berulang serta jumlahnya
tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidak menggambarkan
penandingan yang sempurna (perfect matching) atau bahkan salah tanding
(mismatched).
5. Suatu kondisi memang memaksa untuk alokasi (baik antarperiode atau antarkegiatan)
terutama untuk kos bergabung atau bersama (joint atau common cost) meskipun
basisnya agak arbitrer. Jadi, alokasi sistematik dan rasional memang merupakan
kebutuhan.
Timbul pertanyaan, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur, atau kejiadian
yang sebenarnya/nyata? Seperti diketahui sebelumnya bahwa depresiasi merupakan
kejadian moneter yang disebabkan oleh kejadian fisik. Jadi depresiasi merupakan
fenomena yang terjadi, dan beban yang dicatat merupakan efek moneternya.
Berbagai cara untuk mengukur depresiasi dapat dipilih oleh akuntans sesuai
dengan standar yang ditentukan, selama cara yang digunakan rasional dan sistematik,
maka cara tersebut dapat diterima. Satu kelemahan dari alokasi kos adalah
bergantung pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang mungkin bersifat subyektif.
3. Pengakuan sesegera mungkin
Ada beberapa beban yang diakui dengan segera. Beban yang diakui dan
diukur sesegera mungkin sebagai akibat karena tidak adanya manfaat ekonomi yang
dapat diukur secara reliabel. Sebagai contoh adalah biaya penelitian dan biaya iklan.

Dalam biaya peneliatian (Research and development) belum bisa diketahui secara pasti
hubungan signifikan antara pengeluaran yang dikeluarkan dengan peningkatan masa
manfaat di masa mendatang. FASB mengandalkan prinsip pengakuan sesegera
mungkin untuk menentukan biaya Research and Development menjadi beban ketika
terjadi atau muncul, kecuali yang berhubungan dengan aktivitas penjualan atau
administrasi dalam perusahaan. Selain itu, juga muncul pendapat bahwa hubungan
sebab dan akibat antara biaya Research and Development dengan manfaat di masa
mendatang belum terbukti, meskipun dengan melakukan peninjauan dari hal-hal
yang sudah terjadi. Studi empiris secara umum gagal untuk mengetahui hubungan
signifikan antara pengeluaran Research and Development dengan peningkatan manfaat
di masa mendatang. FASB juga menyebutkan bahwa dua prinsip sebelumnya tidak
dapat diaplikasikan karena manfaat mendatang terlalu tidak menentu untuk
mengkapitalisasi beban sebagai aset.
Begitu pula dengan biaya iklan, biayanya segera diakui sebagai beban karena
manfaat ekonomi dari pengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel. Jumlah
konsumen yang meningkat signifikan belum tentu berasal dari iklan yang dilakukan pada
periode berjalan, bisa jadi merupakan efek dari iklan periode sebelumnya. Hal ini
mengakibatkan pengaruh biaya iklan tidak dapat diukur secara andal.
Criticism of Matching
Konsep matching adalah kunci utama dalam kerangka alokasi. Patton dan Littleton
menghubungkan matching of expense against revenues dengan matching effort with
accomplishment. Mereka melihat proses bisnis sebagai aliran biaya, aliran yang tidak dapat
dihindari akan berakhir dalam laporan laba rugi sebagai biaya yang telah terjadi.
Menentukan biaya yang telah terjadi merupakan tugas bagi seorang akuntan. Namun,
menurut Sprouse, matching process membuat neraca menjadi tidak lebih berguna dari
laporan laba rugi, melainkan hanya sebagai tempat menyajikan biaya yang belum berakhir.
Pendekatan ini mengurangi kegunaan neraca bagi pengambilan keputusan pengguna.
Pembuat standar berusaha fokus pada kriteria definisi dan pengakuan untuk aktiva dan
kewajiban yang menjamin neraca sama penting dengan laporan laba rugi.
Lesser Requirement for Objective Evidence
Konsep matching perlu keputusan yang signifikan dalam menentukan sejumlah biaya
akan diaplikasikan untuk masa mendatang atau periode berjalan. Akuntan meminta bukti
yang objektif untuk pengakuan revenue, tetapi tidak untuk pengakuan expenses. Yang
diminta adalah reasonableness atau appropriateness, bukan bukti yang objektif. Ini adalah
prosedur yang diterima secara umum. Apapun praktik yang dinilai dapat diterima dianggap
reasonable dan appropriate. Contohnya, metode yang digunakan untuk pembebanan
persediaan dan plant and equipment.
Alasan untuk kebutuhan bukti objektif yang lebih sedikit dalam mengakui expenses
dibandingkan dengan revenue adalah konvensi dari konservatisme. Konvensi ini meminta
pencatatan dari expenses, losses, dan liabilities dilakukan sesegera mungkin, walaupun
buktinya mungkin lemah. Namun, revenues, gain, dan assets harus disertai dengan bukti
yang lebih substansial sebelum dicatat. Contohnya dalah pada IAS 11/AASB 111 mengenai
Construction Contracts.

Beberapa pihak berargumen bahwa konservatisme mendasari kriteria probabilitas


dan reliabilitas yang tercantum dalam kerangka konseptual. Probable berarti kejadian di
masa depan adalah hampir pasti terjadi untuk mengkonfirmasi loss atau expense. Misalnya,
bad debts expense dicatat karena ada kemungkinan pada tanggal laporan keuangan entitas
tidak dapat menagih sejumlah tertentu. Probabilitas biasanya berdasarkan pada
pengalaman masa lalu. Kerugian terkait dengan potensi pengambilalihan dan tuntutan
persidangan harus dicatat jika kejadiannya terjadi sebentar lagi dan jumlahnya dapat
diestimasi.
Karena adanya prinsip konservatisme, probabilitas bahwa nilai dari net aset
berkurang membuat
sebuah expense harus diakui. Bukti yang dibutuhkan untuk
menentukan kemungkinan ini samar. Peringatan anticipate no profit but anticipate all loses
secara umum diikuti. Interpretasi matching concept dalam praktik oleh karena itu menjadi
bias karena efek dari konvensi konservatisme. Konservatisme tidak fokus kepada bukti,
tetapi pada kekhawatiran akan overstatement dari aset bersih dan profit, sehingga informasi
yang misleading dapat dihasilkan. Selain probable dan reliable, standar mensyaratkan
entitas untuk memiliki present obligation (legal or constructive) sebelum mengakui provisi.
Evaluation of Each Matching Method
Menghubungkan sebab dan akibat adalah cara terbaik untuk mencapai pencocokan
effort/usaha dengan accomplishment/prestasi. Meskipun ini merupakan prosedur yang
rasional, penerapannya dalam praktik sulit. Mengasosiasikan sebab dan akibat tidak
mungkin dilakukan karena cost attach theory belum ditemukan. Paton dan Littleton
mengakui bahwa dalam situasi tertentu tidak dapat ditemukan dasar untuk
mengasosiasikan pekerjaan dengan meyakinkan. Oleh karena itu, akuntan tidak secara
langsung menghubungkan cost dengan revenue, tetapi menandingkan cost dengan interval
waktu. Kritik lain bahwa sejumlah revenue tidak dapat langsung dikaitkan dengan sejumlah
expense. Misalnya, dalam suatu periode diperoleh pendapatan sebesar $100,000 dengan
beban $60,000, dimana beban gaji sebesar $15,000. Kita tidak akan mengatakan bahwa
usaha dari pegawai menghasilkan pendapatan $25,000.
Jika suatu aset menghasilkan manfaat untuk beberapa periode akuntansi, bebannya
akan dialokasikan dengan sistematis dan rasional. Prosedur ini penuh dengan perkiraan dan
asumsi, sehingga penerapannya dapat berarti berubah-ubah. Contohnya adalah penerapan
amortisasi goodwill di Australia sebelum dan setelah 1 Januari 2005.
Immediaterecognition atau pengakuan secara segera membebankan banyak biaya
sebagai expense pada periode dibayar atau terutangnya. Ketentuan ini dilakukan jika
keuntungan di masa yang akan datang tidak terlihat. Namun, memutuskan hal ini tidaklah
mudah. Contohnya, biaya iklan dan penelitian tidak menghasilkan keuntungan di masa yang
akan datang tidak dapat dibuktikan, dan apakah tepat membebankannya dengan segera.
The Allocation Problem
Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian besar didasarkan pada
alokasi. Menurut Thomas dalam buku Teori Akuntansi (Godfrey, 1994) alokasi tersebut
secara teoritis tidak tepat. Terdapat tiga krtiteria untuk menyesuaikan alokasi yaitu :
a. Aditivitas

Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian tersebut harus
sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak lebih. Misalnya, alokasi beban
penyusutan kendaraan tiap tahun maka jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut
harus sama dengan nilai kendaraan sebelum alokasi.
b. Tidak ambigu
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan metode yang
dipilih.
c. Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat menyediakan
pernyataan yang meyakinkan pilihannya dan mempertahankannya dari kemungkinan
adanya metode alternatif lainnya.
Thomas menyatakan bahwa alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria
tersebut. Akuntan membela alokasi pada dua alasan. Alasan pertama adalah bahwa input
yang diberikan menyediakan layanan pada periode saat ini dan masa depan dan pola
alokasi biaya mencerminkan biaya jasa yang diterima dalam periode tertentu. Argumen lain
adalah bahwa pembaca laporan akuntansi menyatakan bahwa alokasi berguna.
Jika argumen pertama dibuat, thomas menegaskan bahwa akuntan harus
menunjukkan bahwa layanan yang diberikan memberikan masukan kontribusi terhadap
sejumlah cash inflow atau pendapatan atau tabungan uang tunai. Tapi akuntan tidak bisa,
karena pernyataan alokasi yang tidak bisa diperbaiki. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi tersebut
selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan mengkonsumsi
kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.
Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi pembaca dengan
adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi tersebut tidak mencerminkan
nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan.
Defence of Allocations
Eckel mendukung thomas mengatakan bahwa alokasi arbitrary, tetapi hanya karena
tujuan dari alokasi tidak dapat dipertahankan. Tujuan dari alokasi dalam akuntansi
konvensional adalah untuk menentukan keuntungan dari matching, khususnya dengan
sebab dan akibat. Efektivitas matching tergantung pada adanya hubungan sebab dan akibat
yang unik dan dapat diidentifikasi antara biaya dan pendapatan.
Sedangkan, menurut Zimmerman, alokasi biaya untuk tujuan internal adalah alat yang
bermanfaat untuk mengendalikan dan memotivasi manajer, dan karena itu dapat
dibenarkan. Dengan alokasi biaya, maka manajer dapat memperoleh data-data biaya yang
sulit untuk didapatkan secara observasi, sedangkan data-data ini akan digunakan untuk
pengambilan keputusan yang berdampak pada reward and punishment mereka.

Anda mungkin juga menyukai