Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan
dan

perhatian

kita.

Kita

melihatnya,

menginjaknya,menggunakannya

dan

memperhatikannya. Kita bergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik
dan subur tergantung dari cara kita menggunakannya.
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi yang
sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting karena tanah
menyediakan unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan udara bagi tumbuhan
untuk proses fotosintesis. Suatu tanah tersusun atas partikel-partikel tanah itu sendiri.
Perbandingan partikel-partikel tanah itu disebut dengan tekstur tanah. Tekstur tanah
lalu dibagi kembali menjadi 3, yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur-tekstur tanah tersebut
memiliki ciri-ciri yang berbeda begitu juga dengan tingkat kesuburannya. Dengan
mengetahui telstur tanah, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya tanah
memiliki keragaman yang sangat penting bagi kehidupan saat ini dan masa yang akan
datang.
Tanah adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Ilmu tanah sebagai
ilmu pengetahuan alam yang masih muda, sehingga masih belum lengkap untuk
menampung semua persoalan teori dan praktek dengan memuaskan. Dalam
kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada dipermukaan bumi ini dipergunakan
sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah adalah alat produksi yang
menghasilkan berbagai produk pertanian. Sehingga tanah merupakan komponen
hidup dari lingkungan yang penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman
dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan biologinya. Sebagai manusia biasa
mungkin kita hanya dapat mempelajari sedikit tentang sifat sifat tanah, struktur
tanah, tekstur tanah maupun pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam
tanah. Tanah merupakan kendaraan pokok bagi kegiatan pertanian manusia, oleh
karena itu sangat penting mempelajari jenis- jenis tanah guna menunjang kegiatan
pertanian di masa mendatang. Disinilah pentingnya membekali kegiatan praktikum
mengenai kesuburan tanah bagi mahasiswa pertanian yang motabene akan menjadi
1

generasi yang berjuang memajukan dunia pertanian di untuk masa depan yang lebih
baik.
Ciri-ciri alam sering kurang dimengerti. Bagi kita tanah merupakan salah satu
ciri tersebut yang ditemukan di mana saja dan kelihatannya selalu dekat dengan kita.
Oleh karena hal itu maka kita tidak berusaha menjawab pertanyaan apa itu
tanah,bagaimana struktur dan teksturnya serta apa saja komponen penyusunnya.
Mungkin kita tidak menyadari bahwa sebetulnya tanah di suatu tempat berbeda
dengan tanah di tempat lain. Dan barangkali sebagian besar dari kita tidak
mengetahui, apa yang menyebabkan adanya perbedaan tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja jenis jenis tanah di indonesia ?
Apa apa saja itu tanah histosol, ultisol, oxysol, entisol, andisol?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis tanah Indonesia
Untuk mengetahui apa itu tanah histosol, ultisol, oxysol, entisol, andisol
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tanah histosol,ultisol, oxysol,
entisol, dan andisol.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanah Histosol

2.1.1

Pengertian
Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling

tipis 40 cm dari permukaan. Histosol lebih dikenal sebagai tanah gambut. Jenis
tanah ini tersebar di seluruh dunia walaupun luasnya hanya meliputi 2% dari luas
tanah di dunia. Histosol terbentuk apabila produksi dan penimbunan bahan organik
lebih besar dari mineralisasinya. Keadaan seperti ini terdapat di daerah daerah
yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Oleh karena
itu, dekomposisi bahan organik terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik.
Pembentukan Histosol tidak dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu, tanah ini
dapat ditemukan berasosiasi dengan segala macam tanah. Misalnya saja, kadang
kadang tanah ini ditemukan berasosiasi dengan Aridisol atau tanah yang kering.
2.1.2

Sifat Tanah Histosol


Gambut terbentuk dari timbunan bahan organik yang berasal dari tumbuhan

purba yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan < 40 cm. Proses penimbunan
bahan sisa tumbuhan ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam
waktu yang sangat lama (Hartatik, 2004). Tanah yang jenuh air dan tersusun dari
bahan tanah organik, yaitu sisa - sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk
dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (Taksonomi
tanah), tanah gambut disebut sebagai Histosols (histos = jaringan). Penyebaran
tanah gambut biasanya mengikuti pola landform yang terbentuk diantara dua
sungai besar, diantaranya berupa dataran rawa pasang surut dan dataran gambut
(dome). Landform tersebut terletak dibelakang tanggul sungai (leeve).
2.1.3

Pemanfaatan Histosol
Di negara-negara bagian sebelah utara, tanah Histosol ini digunakan untuk

menghasilkan bawang, seledri, mint, kentang, kol, kranberi, wortel, dan tanaman
umbi lainnya. Sedangkan di Indonesia sendiri tanah histosol digunakan untuk
menghasilkan nenas, lidah buaya, kelapa dan dibawah vegetasi Mangrove dan
3

Nipah diusahakan sebagai areal perkebunan kelapa dan dibawah vegetasi


Mangrove dan Nipah.
2.1.4

Penyebaran Histosol
Penyebarannya seluas sekitar 18 juta ha maka luas lahan gambut Indonesia

menempati urutan ke-4 dari luas gambut dunia setelah Kanada, Uni Sovyet dan
Amerika Serikat. Kalimantan Barat merupakan propinsi yang memiliki luas lahan
gambut terbesar di Indonesia yaitu seluas 4,61 juta ha, diikuti oleh Kalimantan
Tengah, Riau dan Kalimantan Selatan dengan luas masing-masing 2,16 juta hektar,
1,70 juta hektar dan 1,48 juta hektar.
2.1.5

Faktor Pembatas Tanah Histosol


Sebelum dijadikan lahan pertanian ada berbagai permasalahan yang menjadi

kendala (faktor pembatas) sehingga tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang
secara optimal di lahan gambut, yaitu: reaksi tanah, kapasitas tukar kation,
kejenuhan basa dan ketersediaan unsur hara posfor. akan tetapi kendala-kendala
tersebut masih dapat ditanggulangi agar lahan gambut dapat menjadi ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti
kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10

1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada

kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya
10 14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat basa.
Secara umum kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal
bahan organik maka kemasaman gambut meningkat. Gambut pantai memiliki
kemasaman lebih rendah dari gambut pedalaman. Kondisi tanah gambut yang
sangat masam akan menyebabkan kekahatan hara N, P, K, Ca, Mg, Bo dan Mo.
Unsur hara Cu, Bo dan Zn merupakan unsur mikro yang seringkali sangat kurang
(Wong et al, 1986, dalam Mutalib et al, 1991). Kekahatan Cu acapkali terjadi pada
tanaman jagung, ketela pohon dan kelapa sawit yang ditanam di tanah gambut.
2.2 Ultisol

2.2.1

Pengertian
Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari

bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan
strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 1987).
Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik atau kandik bersifat masam dengan
kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari
permukaan tanah kaurang dari 35 persen, sedang kejenuhan basa pada kedalaman
kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari 35 persen.
2.2.2

Sifat Tanah
Ultisol bervariasi dalam warna dari ungu-merah, orange kemerahan dengan

terang-menyilaukan, untuk oranye pucat kekuningan-dan bahkan beberapa nada


kekuningan-coklat tenang. Mereka biasanya cukup asam, sering memiliki pH kurang
dari 5. Hasil warna merah dan kuning dari akumulasi oksida besi (karat) yang sangat
tidak larut dalam air. Banyak nutrisi, seperti kalsium dan potasium, biasanya
kekurangan Ultisol, adalah tidak dapat digunakan untuk pertanian menetap tanpa
bantuan pupuk kapur dan lainnya seperti superfosfat. Mereka dapat dengan mudah
lelah, dan memerlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dari Alfisols atau Mollisols.
Namun, mereka dapat dibudidayakan di kisaran yang relatif luas kondisi
kelembaban.
2.2.3

Pemanfaatan Ultisol
Baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologinya, maka tanah ini sebaiknya

tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan
ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman
pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis
tanaman.
5

2.2.4

Penyebaran Ultisol
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari

total daratan Indonesia.U ltisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang
mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas
daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan
(21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000
ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha).
2.2.5

Faktor Pembatas
Tanah mineral masam terluas dan yang paling bermasalah di Indonesia adalah

Ultisol dan podsolik merah kuning menurut system klasifikasi lembaga penelitian
tanah. Oleh karena itu masalah tanah mineral masam di Indonesia dapat di
gambarkan oleh kelakuan dan berbagai masalah tanah Ultisol dan podsolik merah
kuning. Masalah serupa juga telah di kemukakan oleh Sanchez (1977) yang
mengungkapkan bahwa masalah yang di hadapi pada tanah tanah tropika basah
seperti halnya oxisol dan ultisol antara lain adalah fiksasi P yang tinggi, keracunan
Al, kekurangan unsur unsur hara penting dan kapasitas memegang air yang rendah.
Perbaikan kesuburan podsolik merah kuning dapat dilakukan melalui pangapuran.
Dengan cara ini pH naik dan sifat meracun dari almunium serta keaktifan dari
almunium untuk mengikat P dapat diminimumkan. Pemupukan NPK serta
pemberian bahan organik dan atau pengembalian sisa panen perlu mengiringi
tindakan tersebut.

2.3 Andisol

2.3.1

Pengertian
Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah yang subur yang berasal dari
abu gunung api. Tanah andosol ini mudah sekali dikenal karena warnanya gelap
6

(kuning atau kuning kelabu) dan akan mudah sekali basah apabila terkena
hujan.Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses
pelapukan.
2.3.2

Sifat Tanah
Andisol merupakan tanah yang berwarna hitam dengan epipidon mollik atau
umbrik atau ochrik atau kambik,bulk density kurang dari 0,85 g/cm.banyak
mengandung bahan amorf,atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik
vitrik,cindes atau bahan pyroklastik lain (Hardjowigeno.2003).

2.3.3

Pemanfaatan
Tanah Andisol di Indonesia sampai saat ini digunakan untuk budidaya pertanian
tanaman hortikultura, perkebunan, dan hutan. Andisol yang berkembang di daerah
datar dan daerah miring yang diteras sudah diusahakan untuk bercocok tanaman
padi, palawija, dan kelapa sawit. Sedangkan di daerah tinggi umumnya digunakan
untuk perkebunan kopi, teh, sayuran dan berupa kawasan hutan lindung (Munir,
1995).

2.3.4

Penyebaran Andisol
Penyebaran tanah Andisol dominan di wilayah dekat dengan pusat-pusat erupsi
gunung api. Jenis tanah banyak tersebar di Chile, Peru, Ecuador, Colombia,
Amerika Tengah, USA, Kamchatka, Jepang, Filipina, Indonesia, New Zealand, dan
Negara bagian kepulauan Selatan-Barat Pasifik. Di Indonesia, luas penyebaran
Andisol 3,4 % luas daratan Indonesia yang diperkirakan seluas 6.491.000 ha.
Andisol paling banyak tersebar di Sumatera Utara dengan luas area 1.875.000 ha,
Jawa Timur 0,73 juta Ha, Jawa Barat 0,50 juta Ha, Jawa Tengah 0,45 juta Ha, dan
Maluku 0,32 juta Ha. (Munir, 1995, Neall, 2009, dan Subagyo, dkk, 2000).

2.3.5

Faktor Pembatas
Diketahui bahwa tanah Andisol sering meretensi unsur P atau fosfor yang
menyebabkan unsur makro esensial tersebut tidak dapat tersedia bagi tanaman.
Unsur P sangat dibutuhkan tanaman terutama pada perkembangan awal tanaman
dan untuk pertumbuhan akar. Pada tanaman kentang, unsur P sangat dibutuhkan
sepanjang pertumbuhan. Namun demikian, pada fase pertumbuhan awal, tanaman
kentang sangat membutuhkan unsur P untuk membentuk akar yang kuat. Akar
yang kuat dan baik akan memungkinkan tanaman mencari nutrisi atau hara di
dalam tanah secara optimum. Selain itu, tanaman kentang juga membutuhkan
7

unsur P untuk pembentukan umbi. Kekurangan unsur P akan membuat hasil panen
berkurang secara kuantitas dan kualitas.
2.4 Oxsisol

2.4.1

Pengertian
Adalah tanah yang telah mengalami pelapukan tingkat lanjut di daerah-daerah
subtropis dan tropis. Kandungan tanah nu didominasi oleh mineral-mineral dengan
aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin,dan besi oksida. Merupakan tanah mineral
yang kaya akan seskuoksida, telah mengalami pelapukan lanjut. Tanah yang
termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal
sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation
(KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksidaoksida besi atau oksida Al.

2.4.2

Sifat Tanah
Tanah ini didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida besi dan alumunium
tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level unsur
unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai
di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan
terhadap erosi.Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar
kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung
ooksida besi atau oksida Al.Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan
oksida-oksida besi dan alumunium tinggi.Tanah ini menunjukkan batas-batas
horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik
Merah Kuning.

2.4.3

Pemanfaatan
Jika dilihat dari kesuburan alami, tanah Oxisol yang telah mengalami pelapukan
lanjut di daerah kering, biasanya tidak digunakan dalam pengelolaan tanah untuk
pertanian jika tanah-tanah dari ordo lain masih tersedia dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Meskipun secara kesuburan alaminya rendah, Oxisol
merupakan cadangan tanah yang banyak jumlahnya dan masih dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pemanfaatan Oxisol diantaranya
untuk perladangan pertanian sub sistem, penggembalaan dengan intensitas rendah
dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang, kopi serta
beberapa Oxisol pada daerah basah.

2.4.4

Penyebaran Oksisol
Daerah penyebaran Oxisol adalah daerah tropis dengan curah hujan tinggi
(2000-7000 mm/tahun), terbentuk di daerah tuf, abu atau fan vulkanik yang telah
mengalami pelapukan lanjut, dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang,
berbukit hingga bergunung serta pada ketinggian 10 sampai 1000 m dari
permukaan laut (Sarief:1985).
Terdapatnya penyebaran tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl,
berarti tanah oxisol dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di
dataran tinggi (>600 m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika
tanah pada kedua macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika
tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti
iklim, bahan induk, topografi, organisme dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980).

2.4.5

Faktor Pembatas
1. Kemiskinan hara
Sebagai contoh tanah masam yang termasuk dalam klasifikasi Ultisol dan
Oxisol banyak mengandung mineral kuarsa dan seskuioksia besi (Fe) dan
Aluminium (A) sementara mineral-mineral lainnya amat sedikit. Mineralmineral ini memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, potensi
kandungan hara rendah. Kandungan Al sangat tinggi, berakibat terjadinya
keracunan tanaman, terkikisnya lapisan tanah atas, karena lapisan bawah
memiliki kandungan Al yang lebih tinggi.
2. Kandungan bahan organik rendah
Konversi hutan menjadi lahan pertanian berakibat pada penurunan kadar
bahan organik tanah dengan cepat. Hal ini disebabkan pelapukan
(mineralisasi) bahan organic berlangsung sangat cepat, sebagai akibat
9

tingginya suhu udara dan tanah dan curah hujan yang tinggi. Penurunan
bahan organik di lapisan permukaan juga terjadi akibat pengangkutan
keluar terhadap hasil panen secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan
pengembalian sisa-sisa panen dan pemasukan dari luar.
3. Kekeringan
Kekeringan terjadi karena air dilapisan perakaran sebagian besar berasal
dari air hujan yang masuk kedalam tanah melalui proses infiltrasi.
Ketersediaan air bagi tanaman ditentukan oleh dua faktor yaitu : 1)
kapasitas tanah untuk menyimpan air ( porositas dan ketebalan lapisan
perakaran) 2) distribusi curah hujan (kontinuitas suplai air). Meskipun
curah hujan tinggi, tetapi tidak semua air hujan yang jatuh tertampung
dalam lapisan perakaran karena kapasitasnya terbatas.
2.5 Entisol

2.5.1

Pengertian
Entisol adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta batuan kapur &
metamorf. Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan
horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu
mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai
batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral
tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata.

2.5.2

Sifat Tanah
Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral
sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai
nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan
organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih
halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan
10

oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan
alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Meskipun
tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk mendapatkan hasil
2.5.3

tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).


Pemanfaatan
Banyak tanah entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah
endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan
alluvium umumnya merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal
persawahan. Memelihara tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan
produksi.

2.5.4

Penyebaran
Penyebaran tanah entisol sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan
Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang

2.5.5

Faktor Pembatas
Pengawasan tata air termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi.
Tekstur tanahnya sangat variebel, baik vertical maupun horisontal, jika banyak
mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Perbaikan
drainase didaerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam
akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Tanah yang berasal dari Bengawan Solo dan
sungai berasal dari pegunungan karst (gunung sewu) umumnya kekurangan unsur
phosfor dan Kalium.

BAB III
11

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi yang sangat
penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting karena tanah menyediakan
unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan udara bagi tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Suatu tanah tersusun atas partikel-partikel tanah itu sendiri. Beberapa jenisjenis tanah yang terdapat di Indonesia adalah Histosol, Ultisol, Andisol, Oksisol dan
Entisol
3.2 Saran
Makalah ini dapat dijadikan mahasiswa sebagai dasar untuk memahami tentang
Pengertian, sifat, penyebaran, penggunaan, serta faktor pembatas dari tanah histosol,
tanah ultisol,tanah oxysol, tanah entisol, dan tanah andisol lebih dalam lagi.

LAMPIRAN
1. Drainase

12

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan
kota(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara
penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang
yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat.
2. Reaksi Tanah
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi
asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi
tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh lansung terhadap laju
dekomposisi mineral tanah dan bahan organik, pembentukan mineral lempung bahkan
pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan
ketersediaan hara tanaman
3. KTK
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003).
4. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis.
5. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keracunan tanah yang disebabkan karena tingginya kadar
garam terlarut dalam tanah yang dipengaruhi oleh pasang surut dan intrusi air laut.
Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman dapat berpengaruh secara langsung
atau tidak langsung. Pengaruh langsung terhadap petumbuhan tanaman diakibatkan
oleh tingginya konsentrasi garam yang terdapat pada tanah terutama garam NaCl dan
karena tingginya potensial osmotik larut tanah. Sedangkan pengaruh tidak langsung
adalah karena pengaruh buruknya terhadap sifat fisika dan kimia tanah (Departemen
Pertanian, 1997).
6. Erosi
13

Erosi merupakan kalanjutan dari proses pelapukan batuan oleh air maupun oleh
angin. Setelah batuan lapuk atau hancur ataupun lepas lepas, dalam proses erosi akan
diangkut atau dibawa dan dipindahkan kemudian diendapkan di tempat yang rendah.
Erosi adalah pengikisan dan pengangkutan batuan atau tanah oleh massa zat yang
bergerak, seperti air mengalir, angin, ombak, gletser, dan sebagainya. Bahan erosi
yang dilarutkan akan dibawa dan diendapkan di tempat yang lebih rendah, seperti di
lembah sungai, muara sungai, dan di tempat tempat lain yang lebih rendah.
7. Alkalinity
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan
nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan
air terhadap pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan
hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi.
Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat
(HCO3- ), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-),

silikat dan

sebagainya.
8. Kelas Drainase
Kelas drainase ditentukan dilapang dengan melihat adanya gejala gejala pengaruh
air dalam penampang tanah. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1)
9. Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan
tanah sampai pada lapisan kedap air, yakni ; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini
sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis
batuan induk yang melapuk menjadi soil
10. Ketebalan Gambut
Ketebalan gambut di Indonesia diperkirakan rata-rata 3-5 meter di Indonesia
bagian barat, sementara di Indonesia bagian timur mencapai 1-2 meter. Di Malaysia
dan Brunei ketebalan rata rata 3 meter sedangkan di Papua Nugini sekitar 1,5 meter.
11. Kedalaman Pirit
Pirit adalah mineral tanah yang mengandung unsur besi dan belerang, disebut juga
bahan sulfidik (rumus kimianya FeS2).

Pirit biasanya terdapat pada tanah hasil

endapan pantai yang terbentuk dalam kondisi payau atau asin. Lapisan tanah yang
mengandung pirit lebih dari 0,75% disebut sebagai lapisan pirit. Kedalaman lapisan
pirit di tanah dapat dibedakan menjadi 4 macam: dangkal (kurang dari 50 cm), sedang
(51 - 100 cm), dalam (101 - 150 cm), dan sangat dalam (lebih dari 150 cm). Apa
tanda-tanda bahwa pada lahan terdapat lapisan pirit? Tanda-tandanya adalah: (1)
14

Lahan dipenuhi oleh tumbuhan purun tikus; (2) Di tanggul saluran terdapat bongkahbongkah tanah berwarna kuning jerami. Pada bagian yang terkena alir terdapat garisgaris berwarna kuning jerami; (3) Bongkahan tersebut berbau belerang; dan (4) Di
saluran drainase (pembuangan), terdapat air yang mengandung karat besi berwarna
kuning kemerahan.

DAFTAR PUSTAKA
Dr.Ir.Kemas Ali Hanafiah, MS. Dasar dasar Ilmu Tanah. Ade Setiawan (2010). Sifat-sifat
Fisika Tanah. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Martinus.H.Pandutama, Arie Mugjiharjati, Suyono,
Mustamidin. (2006). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember : Fakultas Pertanian Universitas
Jember
http://geografi9.blogspot.com/p/pedhosfer.html
15

http://kintulbangets.blogspot.com/2012/09/pengertian-lahan-gambut-penelitian.html
https://agrica.wordpress.com/2009/01/03/reaksi-tanah/
http://catatankecildarirusukkiri.blogspot.com/2009/10/kemampuan-tanah-menyerap-dan.html
https://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/

16

Anda mungkin juga menyukai