Disusun Oleh:
Kelompok 7
CICI NOVIANTI
FIRASMI SANGADJI
FITRA ALIMIN
IMELDA SARDA SOLEMAN
MUH. ERWIN
NURFITRI GOMUL
WAODE BADRIAH
NOVRIANTI
(F1F113006)
(F1F113013)
(F1F113014)
(F1F113022)
(F1F113032)
(F1F113040)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Page 1
ini dapat
terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan Tugas Makalah tentang Major Histocompatibility
Complex, MHC ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II ISI
2.1 Pengertian MHC
2.2 Molekul MHC
a. Molekul HCA Kelas I (MHC Class I)
b. Molekul HCA Kelas II (MHC Class II)
2.3 MHC/HLA Class II dan Penyakit Kelainan Dasar Imunologi
2.4 Struktur Protein MHC
a. Protein MHC Kelas I
b. Protein MHC Kelas II
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi kita yang sedang belajar imunologi tentu akan bertemu dengan
istilah MHC. Awal mula pengetahuan tentang Major Histocompatibility
Complex (MHC) / Human Leucocyt Antigen (HLA) adalah dari pengamatan
reaksi penolakan jaringan hewan percobaan, kemudian diikuti berkembangnya
pengetahuan tentang rejeksi transplan, genetika, respon imun dan komunikasi
antar limfosit yang saling berkaitan dalam menentukan sistem respon imun
tubuh. Pencangkokan organ tubuh akan mengalami kegagalan bila organ
tersebut mengalami rejeksi transplan, ditolak oleh tubuh yang menerima organ
karena dianggap benda asing yang harus dilawan dengan respon imun.
Molekul permukaan sel yang berperan dalam rejeksi transplan ini
disebut molekul histokompatibilitas, gen yang mengkodenya disebut gen
histokompatibilitas. Kemudian namanya ditambah kata Major karena selain
MHC ada faktor lain yang berpengaruh terhadap rejeksi walaupun
pengaruhnya lebih lemah. MHC adalah titik pusat dimulainya respon imun.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Page 4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian MHC.
2. Untuk mengetahui Molekul MHC serta Pembagiannya.
3. Untuk mengetahui MHC/HLA Class II dan Penyakit Kelainan Dasar
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Imunologi.
Untuk mengetahui Struktur Protein MHC serta Pembagiannya.
Untuk mengetahui Gen MHC dan Polimorfisme.
Untuk mengetahui Peran MHC.
Untuk mengetahui Penyimpangan Ekspresi Molekul MHC Kelas II.
Untuk mengetahui Pengertian Penyakit Autoimun.
Untuk mengetahui Defek Respon Imun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MHC
Kompleks
histokompatibilitas
utama (major
histocompatibility
complexatau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis
vertebrata. Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat di kromosom
nomor 6 manusia dan lebih dikenal sebagai kompleks antigen leukosit
manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel yang
Major Histocompatibility Complex, MHC
Page 5
bertanggung
jawab
histokompatibilitas,
terhadap
dan
gen
rejeksi
yang
transplan
dinamakan
mengkodenya
molekul
disebut
gen
sel T (TCR),
yaitu
tergabung
dalam
keluarga
supergen
Page 6
sentral
respon
imun,
dan
molekul
ini
diperlukan
Page 7
rantai polimorfik a dan b yang terikat secara nonkovalen yang masingmasing terdiri atas 229 dan 237 asam amino yang membentuk 2 domain.
Rantai a dan b HLA kelas II tersusun dari regio hidrofilik ekstraseluler,
regio hidrofobik transmembran dan regio hidrofilik intraseluler. Terdapat
rantai invarian yang merupakan rantai non polimorfik yang berperan
dalam pembentukan dan transport molekul MHC kelas II dengan antigen.
Terdapat beberapa molekul lain yang dikode pula dan daerah MHC
tetapi mempunyai fungsi yang berbeda dengan molekul MHC kelas I dan
II. Suatu daerah dalam MHC yang dikenal sebagai regio MHC kelas III
mengkode sejumlah protein komplemen (C2, B, C4A, C4) dan enzim
sitokrom p450 2l-hidroksilase. Selain itu terdapat pula gen sitokin TNF a
dan b, atau gen lain yang mengkode molekul yang berfungsi untuk
pembentukan dan transport molekul MHC dalam sel.
Gen respons imun (Ir) semula diterangkan pada hewan percobaan
sebagai gen yang menentukan respons imun individu terhadap antigen
asing tertentu. Dengan pemetaan genetika klasik terlihat bahwa gen Ir
mirip dengan gen MHC kelas II, sehingga diangap bahwa molekul MHC
keIas II adalah produk gen Ir. Studi tentang struktur molekul kelas I dan II,
serta tempat ikatan antigen pada molekul kelas II, memperkuat anggapan
bahwa molekul kelas II merupakan mediator gen Ir.
Keragaman tempat ikatan antigen dalam berbagai molekul kelas II,
serta perbedaan kemampuan molekul kelas II tertentu untuk mengikat
antigen spesifik, menimbulkan dugaan bahwa hanya molekul keIas II
Page 8
tertentu saja yang dapat mempresentasikan suatu antigen tertentu pula. Hal
ini terlihat pada pemetaan bahwa hanya individu yang mempunyai gen
kelas II tertentu saja yang dapat bereaksi terhadap suatu antigen khusus.
Contoh tentang efek gen Ir pada manusia adalah respons antibodi
IgE terhadap antigen ragweed Ra5 yang sangat berhubungan dengan
HLA-DR2, serta respons IgE terhadap antigen ragweed Ra6 yang sangat
berhubungan dengan HLA-DR5. Walaupun belum jelas terbukti, antigen
ragweed dipercaya terikat pada molekul MHC kelas II.
2.3 MHC / HLA Class II dan Penyakit Kelainan Dasar Imunologi
Beberapa alel spesifik memiliki hubungan dengan penyakit kelainan
dasar imunologi, sebagian besar terkait dengan MHC kelas II. Hubungan
tersebut dinilai dengan risiko relatif; semakin besar nilai alel HLA tertentu,
semakin besar pula risiko penyakit pada orang yang memilikinya. Hipotesis
hubungan HLA dengan penyakit diantaranya adalah:
(1) molekul HLA berperan sebagai reseptor etiologi penyakit (misalnya virus
dan toksin), seperti molekul CD4 yang berperan sebagai reseptor HIV.
(2) HLA bersifat selektif terhadap antigen, yaitu hanya pada lekukan tertentu
saja yang mengikat antigen tertentu dan menyebabkan individu yang
memilikinya menderita sakit.
(3) HLA memiliki kemiripan molekul dengan agen penyebab penyakit, ada
dua alternatif: (a) agen penyebab dianggap sebagai antigen diri (self) maka
tidak ada respon imun atau (b) agen penyebab dianggap antigen asing (non
Page 9
Page 10
Biasanya,
protein
ini
akan
berpasangan
untuk
memperkuat
Page 11
defisiensi sel T sitotoksik. Kompleks gen kelas II terdiri dari tiga lokus yaitu
DP, DQ, dan DR yang masing-masing mengkodekan satu rantai alfa atau
beta. Rantai polipetida yang dihasilkan akan saling berikatan dan membentuk
antigen kelas II. Seperti halnya antigen kelas II, antigen kelas II juga bersifat
polimorfik (unik) karena lokus DR dapat terdiri atas lebih dari satu macam
gen penyandi rantai beta.
2.6 Peran MHC
Molekul
mengandung peptide binding cleft pada ujung amino terminal yang berfungsi
mengikat peptida antigen protein dan membawanya agar dikenali sel T.
Sehubungan hanya terdapat satu lekukan, maka setiap molekul MHC setiap
kali hanya bisa mempresentasikan satu peptida, walaupun sebenarnya punya
kemampuan mempresentasikan beberapa jenis peptida.
Proses presentasi antigen endogen dan eksogen berbeda. Antigen
endogen dipecah menjadi peptida, ditranspor dari sitoplasma ke retikulum
endoplasma oleh suatu protein transporter associated with antigen
processing (TAP-1 dan TAP-2), selanjutnya komplek MHC-peptida dibawa
ke permukaan sel.
Sintesis molekul MHC kelas II oleh APC di dalam retikulum
endoplasma (RE) dilakukan terus menerus; dan selama di RE molekul MHC
kelas II dicegah berikatan dengan peptida dalam lumen oleh protein MHC
class II-associated invariant chain yang mengandung dua sekuens, yaitu
Page 12
class II invariant chain peptida (CLIP) yang berikatan erat dengan peptida
binding cleft.
Invariant chain juga membawa MHC kelas II ke endosom untuk
berikatan dengan peptida antigen yang telah diproses; di dalam endosom
terdapat protein DM yang berfungsi melepaskan CLIP sehingga peptida
binding cleft terbuka untuk menerima peptida. Jika terjadi ikatan peptida
dengan MHC kelas II maka akan terbentuk komplek yang stabil dan bergerak
menuju permukaan sel. Sebaliknya bila tidak terjadi ikatan, maka MHC
menjadi tidak stabil dan dihancurkan oleh protease endosom. Dari satu
antigen yang dipecah menjadi beberapa peptida hanya ada satu atau dua
peptida yang disebut immunodominant epitopes yang berikatan dengan MHC.
Antigen endogen
Page 13
Page 14
untuk mendapat spondilitis angkilosis dibandingkan dengan individu HLAB27 (-). Ekspresi molekul MHC pada berbagai ras dapat berbeda bermakna
sehingga harus selalu dibandingkan dengan kontrol. Contohnya, HLA-B27
terdapat pada 48% ras hitam penderita spondilitis angkilosis di USA
dibandingkan dengan 2% pada kelompok kontrol ras yang sama sehingga
risiko relatif ras hitam di USA adalah 31.
Karena daerah MHC sangat luas maka dapat saja terjadi rekombinasi
genetik pada berbagai lokus individu. Rekombinasi ini tidak seluruhnya
terjadi secara acak karena terbukti bahwa beberapa alel memperlihatkan
kecenderungan tinggi untuk merangkai dengan alel lain, yang disebut sebagai
rangkaian yang tidak seimbang (linkage disequilibrium). Jadi dapat saja suatu
penyakit yang selama ini kita kenal sebagai berhubungan dengan alel MHC
tertentu, sebetulnya dipengaruhi alel lain yang terangkai dengan alel
terdahulu. Contohnya adalah sindrom Sjogren yang dikenal berhungan
dengan HLA-B8, sebetulnya dipengaruhi oleh HLA-DR3 yang terangkai
dengan HLA-B8. Yang sangat menarik adalah bahwa ternyata hubungan
antara penyakit autoimun dengan HLA-DR3 cukup sering terlihat.
2.9 Defek respons imun
Keadaan lain yang dihubungkan dengan MHC adalah defek respons
imun. Kemampuan individu untuk membuat respons imun adekuat
berhubungan dengan regio MHC kelas II, yang menentukan kemampuan
presentasi antigen kepada sel T yang harus berkaitan dengan molekul HLA.
Selain itu antigen tertentu lebih suka bergabung dengan molekul HLA
Page 15
tertentu pula. Jadi suatu molekul HLA kelas II dapat lebih baik mengikat
antigen dibanding molekul HLA kelas II lainnya, sehingga presentasi antigen
pun akan lebih efektif. Karena itu jenis HLA seseorang akan menentukan
baik-buruknya respons imun yang berhubungan dengan produk MHC
miliknya.
Suatu antigen hanya akan dikenal oleh sel T (melalui TCR) bila
berasosiasi dengan molekul HLA tertentu, dan hal ini dikenal sebagai terbatas
HLA (HLA restricted). Gabungan antigen dengan molekul HLA membentuk
ligan untuk TCR tertentu, dan ikatan ini dapat mengaktivasi sel T. Asosiasi
antara suatu antigen dengan molekul HLA sangat bervariasi, tetapi akan
terbatas oleh molekul HLA yang tersedia pada sel T. Bila molekul HLA hanya
sedikit maka asosiasi yang terbentuk mungkin terlalu lemah untuk
mengaktivasi sel T .
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam makalah ini yaitu:
1. Kompleks
histokompatibilitas
utama (major
histocompatibility
Page 16
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
dan
Imunologi,
UNAIR.
Page 18