Uji alkaloid
Dalam uji alkaloid, 10 mL sari eter diuapkan kemudian ditambah 1,5 mL HCl
2 %. Tujuan penambahan HCl adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga
biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam. Larutan uji kemudian
dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian sebagai pembanding, satu bagian
direaksikan dengan pereaksi Dragendorff, dan satu bagian direaksikan dengan
pereaksi Mayer. Kebanyakan alkaloid diendapkan dari larutan netral atau asam
oleh sejumlah reagen yang mengandung logam berat seperti merkuri (Hg), platina
(Pt), bismut (Bi), dan emas (Au). Pereaksi Mayer merupakan larutan kalium
merkuri iodida yang membentuk endapan berwarna krem atau putih terhadap
sebagian besar alkaloid. Sedangkan pereaksi Dragendorff merupakan larutan
kalium bismut iodida yang memberikan endapan warna oranye hingga coklat
kemerahan atau coklat muda sampai kuning dengan adanya alkaloid.
Diperkirakan endapan putih dengan penambahan pereaksi Mayer tersebut
adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan
merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk
endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan
berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1990).
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas
sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion
logam (McMurry, 2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K + dari kalium
tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.
Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Mayer ditunjukkan pada gambar berikut.
Indonesia, 1994). Untuk memastikan, perlu dilakukan uji lebih lanjut dengan KLT
yang akan dibahas kemudian.
2. Uji Senyawa Fenolik
Dalam uji senyawa fenolik, sebanyak 1 mL sari eter diuapkan kemudian sisa
ditambah larutan FeCl3. Sampel dikatakan positif mengandung senyawa fenolik
terutama fenolik bebas bila terbentuk warna hijau, ungu, biru, sampai hitam
dengan penambahan larutan FeCl3. Gugus fenolik dari senyawa polifenol akan
berikatan dengan FeCl3 membentuk senyawa kompleks yang berwarna dan tidak
larut. Dengan penambahan larutan FeCl3, terbentuk warna hitam sehingga
diperkirakan sampel mengandung senyawa fenolik.
3. Fenol-fenol
Dalam uji senyawa fenol-fenol, sebanyak 1 mL sari eter diuapkan kemudian
sisa ditambah campuran kalium heksasianoferat (III) dan larutan besi (III)
klorida. Sampel dikatakan positif mengandung senyawa fenol-fenol bila terbentuk
warna biru sampai hitam. Dengan penambahan campuran kalium heksasianoferat
(III) dan larutan besi (III) klorida, terbentuk warna biru sehingga diperkirakan
sampel mengandung senyawa fenol-fenol.
4. Fenil Propanoid (Kumarin)
Dalam uji senyawa fenil propanoid, sebanyak 3 mL sari eter diuapkan
kemudian sisa dilarutkan dalam air panas dan dinginkan. Larutan uji kemudian
dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian sebagai pembanding dan satu bagian
ditambah dengan ammonia encer hingga pH larutan uji berada dalam rentang 8-9.
Sampel dikatakan positif mengandung senyawa kumarin atau derivatnya bila
terjadi fluoresensi biru atau hijau di bawah sinar UV. Sampel yang dianalisis
memberikan fluoresensi dari kuning menjadi hijau bening sehingga diperkirakan
sampel mengandung senyawa kumarin turunan fenil propanoid.
5. Antrakuinon
Dalam uji senyawa antrakuinon, sebanyak 3 mL sari eter dituang dalam tabung
reaksi kemudian ditambah 1 mL ammonia 25% atau NaOH 10% lalu dikocok.
Sampel dikatakan positif mengandung senyawa antrakuinon bila warna larutan