Anda di halaman 1dari 8

SMF/lab Obstetri dan Ginekologi

Program Studi Kedokteran Umum


Universitas Mulawarman

Journal Reading

Efektifitas Misoprostol dalam Manajemen IUFD


(Intrauterine Fethal Death)

Disusun Oleh:

Dora Anjarwati
NIM. 04.45409.00199.09

Pembimbing:

dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


SMF/lab Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman

2010
Efektifitas Misoprostol dalam Manajemen IUFD (Intrauterine Fethal Death)
1

M. A. Abdul, 1S. O. Shittu, 1N. Ameh and 2T. Khan

Department of Obstetrics and Gynaecology, Ahmadu Bello University Teaching


Hospital Zaria 2Department of Obstetrics and Gynaecology Federal Medical
Center Azare, Nigeria

Dicetak ulang oleh : Dr. M. A. Abdul, Reproductive Health and Family Planning
Unit, Department of Obstetrics and Gynaecology, Ahmadu Bello University
Teaching Hospital, Zaria, Nigeria

Abstrak
Latar Belakang : Misoprostol analog Postalglandin E1 efektif dalam induksi
persalinan pada usia kehamilan trimester kedua dan ketiga. Masih kurangnya
informasi mengenai penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan di tempat
kami.
Metode : Percobaan klinis Non-randomize
Hasil : Sebanyak 34 pasien di data secara berurutan yang kehamilannya
dikonfirmasi IUFD dengan menggunakan USG dari usia kehamilan 14 minggu
kami rekrut dalam penelitian ini. 12 pasien diberi misoprostol per oral, sementara
22 pasien diberi per vaginam. Rata-rata usia dan paritas pasien 26,7 6,8 tahun
dan 3,2 3,3. Rata-rata ukuran besar uterus pada saat dilakukan induksi adalah
24,5 8,2 minggu. Rata-rata serangan nyeri kontraksi uterus selama 5,02 5,2
jam (berkisar 0,5 22 jam) sementara rata-rata jarak waktu induksi sampai
persalinan selama 14,6 10,4 jam (berkisar 3 46 jam). Rata-rata keberhasilan
induksi sebesar 100% dalam 48 jam. Jarak induksi sampai persalinan tidak
tergantung pada ukuran besar uterus/usia kehamilan. Dijumpai efek samping
2

ringan yakni nausea (mual) dan muntah. Efek samping lebih sering pada
pemberian per oral.
Kesimpulan : Misoprostol efektif dalam terminasi kehamilan trimester ke dua
dan tiga dengan IUFD. Dibutuhkan penelitian lain untuk membandingkan efikasi
misoprostol dengan oksitosin dalam induksi persalinan pada janin hidup di tempat
kami.
Kata kunci : Misoprostol, persalinan, induksi, kehamilan, efek samping

PENDAHULUAN
Misoprostol adalah analog prostalglandin E1 yang digunakan untuk mencegah
dan terapi penyakit ulkus lambung dan duodenum akibat induksi NSAID (Non
Steroid Antii-inflamation Drug). Walaupun misoprostol tidak diakui oleh United
State Food and Drug Administration untuk digunakan selama kehamilan, namun
misoprostol merupakan obat yang penting untuk kesehatan reproduksi wanita,
penelitian 5 tahun terakhir menemukan bahwa misoprostol dinyatakan efektif
sebagai induksi persalinan pada usia kehamilan trimester ke dua dan tiga.
Misoprostol juga efektif dalam terminasi dini ( 9 minggu) bila dikombinasi
dengan mifepristone atau pun tidak, dan sangat menjanjikan digunakan untuk
indikasi

lain

termasuk

penipisan

serviks,

terapi/pencegahan

perdarahan

postpartum dan penatalaksanaan abortus spontan.


Keuntungan dari penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan dan aborsi
lebih besar dari oksitosin. Pertama, misoprostol merupakan analog prostalglandin
E1 yang stabil maka kurang sulit dalam penyimpanan sebuah keuntungan yang
nyata pada iklim tropis. Kedua, misoprostol murah dan tersedia secara luas, dan
ketiga selain pemberian pervaginam, dapat diberikan per oral. Keuntungan
tersebut menjadikan misoprostol sebagai obat yang menguntungkan di lingkungan
kami dimana prostaglandin E2 tradisional tidak hanya langka tapi juga mahal. Lagi
pula oksitosin merupakan obat yang mudah tersedia dan dijangkau banyak pasien
tapi sangat tidak efektif dalam terminasi pada usia pertengahan kehamilan.
Terdapat kekurangan informasi mengenai penilaian misoprostol sebagai
induksi persalinan di tempat kami. Laporan dari Uganda, Afrika Selatan dan
Mesir menunjukkan bahwa misoprostol efektif sebagai induksi persalinan dan
terminasi pada usia kehamilan trimester kedua. Dilaporkan juga efektifitas
misoprostol dalam penatalaksanaan kematian janin dan induksi persalinan dalam
terminasi kehamilan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas dari misoprostol dalam
induksi persalinan dan aborsi pada kehamilan trimester ke dua dan tiga dengan
IUFD.
Material dan Metode
Sebanyak 34 pasien yang di data secara urut yang dikonfirmasi IUFD dengan
USG dari usia kehamilan 14 minggu atau lebih kami rekrut dalam penelitian ini,
berasal dari Rumah Sakit Pendidikan Zaria Universitas Ahmadu Bello (14 pasien)
dan Federal Medical Centre, Azare (20 pasien) antara September 2002 dan Maret
2003. Pasien dengan scar (bekas operasi) pada uterus dan memiliki riwayat alergi
(anafilaktik) prostaglandin sebelumnya di eksklusi dari penelitian ini. Data
Biososial dicatat dan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk semua pasien.
Protokol yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Tinggi fundus 14 20 minggu : diberikan misoprostol 400g (per oral

atau per vaginam tergantung pilihan pasien) per 12 jam sampai dosis
maksimum 4 kali pemberian. Pemberian pervaginam diletakkan di fornix
posterior.
b. Tinggi fundus 20 26 minggu : diberikan misoprostol 200g per 12 jam

sampai dosis maksimum 4 kali pemberian.


c. Tinggi fundus 28 minggu : diberikan misoprostol 50g per 6 jam sampai

dosis maksimum 4 kali pemberian.


Pemberian obat tersebut akan dicatat pada semua pasien, sekali nyeri
kontraksi uterus tercapai, dosis misoprostol tidak diberikan lagi. Waktu pemberian
pertama dosis misoprostol, serangan nyeri kontraksi uterus dan ekspulsi/kelahiran
dicatat. Jarak induksi sampai ekspulsi/kelahiran dihitung. Efek samping selama
pemakaian obat dan komplikasinya dicatat. Diberikan terapi tambahan jika
diperlukan dan kecurigaan klinis sebab kematian janin dicatat/direkam. Analisis
data menggunakan software SPSS 10.0.

Hasil
5

Rata-rata usia dari 34 sampel adalah 26,7 6,8 tahun berkisar 15-45 tahun.
Rata-rata paritas adalah 3,2 3,3 (berkisar 0-14). Ukuran uterus berkisar dari 14
sampai 36 minggu dengan rata-rata usia kehamilan 24,5 8,2 minggu dan waktu
serangan nyeri kontraksi uterus berkisar dari 0.5 sampai 22 jam dengan rata-rata
5,02 5,3 jam.
Rata-rata jarak induksi sampai kelahiran adalah 14,6 10,4 jam berkisar 3
sampai 46 jam. Tabel 1. menampilkan ukuran uterus dan jarak induksi sampai
kelahiran. Jarak induksi persalinan tidak tergantung pada usia kehamilan.

Tabel 2 menampilkan efek samping dari misoprostol membandingkan dengan


rute pemberian. Efek samping berupa mual dan muntah. Efek samping tersebut
lebih sering terjadi pada pemberian per oral dibandingkan per vaginam. Terdapat
satu kasus retensio plasenta dan tertahannya janin. Pada kasus retensio plasenta
dilakukan pengeluaran secara manual (manual placenta) dan untuk tertahannya
janin dilakukan manual aspirasi vakum.

Tabel 3 menampilkan etiologi (hanya berdasarkan klinis) dan frekuensi


kematian janin. Meskipun sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui,
namun krisis hipertensi dan malaria merupakan penyebab yang bermakna. Pada
penyebab lain-lain termasuk 2 kasus yaitu hemoglobinopati (sickle cell anemia), 1
kasus dengan pneumonia dan 1 kasus anemia berat.

Diskusi
Keberhasilan evaluasi sebesar 100% dalam waktu 48 jam pada penelitian ini
sama dengan yang ditemukan pada penelitian lain. Nakintu di Uganda mencatat
keberhasilan evaluasi sebesar 100% sementara Fawole dan kawan-kawan
mendokumentasi keberhasilan sebesar 93%. Juga rata-rata jarak induksi sampai
kelahiran pada penelitian kami selama 14,6 jam hal ini sebanding dengan yang
dilaporkan dari Ibadan (Nigeria) selama 17,5 jam dan Kampala selama 14,7 jam.
Rata-rata serangan nyeri kontraksi uterus penelitian ini selama 5,02 5,3 jam ini
serupa dengan penelitian Fawole dan kawan-kawan selama 5,04 8,4 jam.
Pengamatan pada penelitian ini (tabel 1) menunjukkan bahwa jarak induksi
sampai kelahiran tidak tergantung pada usia kehamilan adalah sesuai dengan
laporan awal.
Mual dan muntah merupakan efek samping yang tercatat pada penelitian ini
dan ini sejalan dengan penemuan pada peneliti lain. Walaupun demikian, rata-rata
efek samping penelitian ini sebesar 14,7% angka ini lebih tinggi dibandingkan
7

yang dilaporkan Fawole dan kawan-kawan sebesar 7,1%. Hal ini menjadi catatan
pada penelitian ini bahwa meskipun efek samping misoprostol sangat kecil,
namun secara signifikan lebih bermakna timbulnya efek samping saat misoprostol
diberikan per oral dibandingkan per vaginam (p < 0,05). Disarankan pemberian
pervaginam menjadi pilihan.
Disimpulkan pahwa misoprostol merupakan obat yang efektif dan aman dalam
induksi persalinan/aborsi pada kehamilan trimester ke dua dan tiga dengan
kematian janin di tempat kami. Kajian lain perlu dilakukan penulisannya di daerah
kami mengenai efikasi misoprostol dalam induksi persalinan dengan janin hidup.

Anda mungkin juga menyukai