sitokrom,
Metabolisme
katalase
bilirubin
meliputi
dan
peroksidase.3,4,11,14,16,25
pembentukan
bilirubin,
transportasi
bilirubin
yang
dilepaskan
ke
terjadi
sirkulasi
di
sistem
yang
akan
retikuloendotelial,
berikatan
dengan
saat
kompleks
bilirubin-albumin
mencapai
membran
plasma
Y),
mungkin
juga
dengan
protein
ikatan
sitotoksik
diekskresikan
ke
dalam
kanalikulus
empedu.1,4,9,25
kandung
empedu,
kemudian
memasuki
saluran
cerna
dan
Hasan, R., Alatas, H., 2000, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid 3, Cetakan 9, Jakarta, hal 1102-1105
Proses pembentukan bilirubin :
i. Produksi :
Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi
hemoglobin pada sistem retikuloendotelial. Tingkat penghancuran
hemoglobin ini pada neonatos lebih tinggi daripada bayi yang lebih
tua. Satu gr hemoglobin dapat menghasilkan 35mg bilirubin indirek.
Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan
zat warna diazo, yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut
dalam lemak.
ii. Transportasi :
Bilirubin indirek kemudian dicta oleh albumin. Sel parenkim hepar
mempunyai cara selektif dan efektif
mengambil bilirubin dari
plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel ke dalam hepatosit
sedangkan albumin tidak. Didalam sel bilirubin akan terikat pada
ligandin dan sebagian kecil pada glutation S-transferase lain dan
protein Z. Proses ini merupakan proses 2 arah, tergantung dari
konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam
hepatosit. Sebagian besar bilirubin yang masuk hepatosit
dikonjugasi dan diekskresi ke dalam empedu. Dengan adanya
sitosol hepar, ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak.
Pemberian fenobarbital mempertinggi konsentrasi ligandin dan
memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.
iii. Konjugasi :
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin
diglukoronide walaupun ada sebagian kecil dalam bentuk
monoglukoronide. Glukoronide transferase merubah bentuk
monoglukoronide menjadi diglukoronide. Ada 2 enzim yang terlibat
dalam sntesis bilirubin diglukoronide. Pertama-tama ahila uridin
difosfat glukoronide transferase (UDPG) yang mengkatalisasi
pembentukan bilirubin monoglukoronide. Sntesis dan ekskresi
diglukoronide terjadi di membran kanlikulus. Isomer bilirubin yang
dapat membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat
diekskresi langsung ke dalam empedu tanpa konjugasi misalnya
isomer yang terjadi sesudah terapi sinar.
iv. Ekskresi :
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi direk yang larut dalam air
dan diekskresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus.
Dalam usu bilirubin direk ini tidak diabsorbsi, sebagian kescil
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
dan berumur lebih pendek.
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim
glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum
adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim
-> glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
1. Peningkatan produksi :
- Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
- Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
- Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
- Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
- Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
- Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir, atau
Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari, atau
Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki, atau
Tinja berwarna pucat
Jika tidak segera ditangani, kadar bilirubin terus meningkat sehingga dapat
meracuni otak, terjadinya kerusakan saraf yang dapat menyebabkan cacat
b.
c.
Faktor Maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
ASI
Faktor Perinatal
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetik
Polisitemia
Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
Rendahnya asupan ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh
bayi baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumitpergelangan kaki dan bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan
termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan
dengan angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :
Tabel hubungan kadar bilirubin dengan ikterus
Deraj
at
Daerah Ikterus
Ikteru
s
Aterm
Prematur
Kepala sampai
leher
5,4
Kepala, badan
sampai dengan
umbilicus
8,9
9,4
Kepala, badan,
paha, sampai
dengan lutut
11,8
11,4
Kepala, badan,
ekstremitas
sampai dengan
tangan dan kaki
Kepala, badan,
semua
ekstremitas
sampai dengan
ujung jari
15,8
13,3
mg)
Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d
mengalami peningkatan kadar bilirubin pada masa bayinya. Penelitian pada bayi aterm, seperti
yang dilaporkan the National Collaborative Perinatal Project, telah mendeteksi adanya hubungan
antara hiperbilirubinemia dalam kadar yang rendah yang umumnya tidak diterapi dengan gejala
sisa neurologis dan motorik ringan. Kadar bilirubin yang dahulu dianggap aman ternyata bisa
membahayakan. Berdasarkan penelusuran pustaka, sebagian literatur menyatakan bahwa
hiperbilirubinemia derajat sedang pada bayi aterm sehat mungkin tidak aman untuk otaknya.
2.2.5. Toksisitas bilirubin pada otak
Hiperbilirubinemia dan sawar darah otak merupakan 2 faktor penting didalam
patogenesis terjadinya toksisitas bilirubin pada otak. Sejauh ini dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan, belum dapat ditetapkan dengan pasti berapa kadarbilirubin yang
dapat menyebabkan efek neurotoksik. Hansen dan Ostrow dalam penelitiannya menjelaskan
konsep toksisitas bilirubin pada neuron dengan menggunakan tikus Gunn ikterik. Toksisitas
bilirubin pada otak berhubungan dengan bilirubin indirek bebas/ tidak terikat albumin (Bf).
Bilirubin indirek bebas ini memiliki pH fisiologis, dapat berdifusi melewati sawar darah otak
utuh dan secara pasif dapat menembus membran sel otak.
Bilirubin indirek yang terikat albumin dapat masuk ke otak bila kadar bilirubin
melewati kapasitas buffer darah-jaringan, atau terjadi peningkatan permeabilitas otak terhadap
bilirubin karena terbukanya sawar darah otak. Konsep ini membantumenjelaskan mengapa tidak
semua neonatus dengan hiperbilirubinemia mengalami toksisitas otak, dan toksisitas otak dapat
juga terjadi pada konsentrasi bilirubin yang rendah. Terbukanya sawar darah otak dapat
disebabkan antara lain oleh : asfiksia, asidosis, hipoksia, hipoperfusi, hipoosmolaritas,
infeksi/sepsis, hipoglikemia, trauma kepala, prematuritas dan sebagainya.
Walaupun faktor-faktor yang menyebabkan toksisitas bilirubin pada neuron
belum sepenuhnya dimengerti, dapat dikemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain :
Konsentrasi albumin serum
Kapasitas albumin untuk mengikat bilirubin
Sawar darah otak
Kerentanan sel otak terhadap efek toksik bilirubin
Tingkat maturasi neonatus
Kadar bilirubin bebas dalam serum
disebabkan
asidosis,
hipoksia
oleh
bilirubin,
dan
infeksi
gangguan
atau
tidak
fungsi
hepar,akibat
terdapatnya
enzim
oleh
obat
misalnya
salisilat,sulfafurazole.
Defisiensi
terjadi
akibat
bilirubin direk yang sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan
dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama makanan. Di dalam usus,
bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin indirek yang akan diserap
kembali ke dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan jangan
diberi air putih atau air gula. Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini
menit
posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan
mekonium dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin
tinggi bila tidak segera dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi
yang
dapat
menyebabkan
ikterus.
Ikterus
karena
ASI
acid (UDPGA)
peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang nonesterified yang
peningkatan
ikterus
penyebab
ikterus
harus
karena
disingkirkan.
ASI
Orangtua
dapat
kelebihan
bilirubin
kematangan
indirek
ini.
hati
Untuk
untuk
kepastian
berlebihan
tersebut,
sehingga
apabila
ASI
diberikan
kembali
6).
Tata
laksana
sehingga
tidak
mengganggu
refleks
isapnya.
Kegiatan
Ikterus dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada lebih
dari 30% bayi, sehingga memerlukan tata laksana sebagai berikut :
1. jika pemeriksaan fisik, urin dan feses normal hanya diperlukan
observasi saja.
2. dilakukan skrining hipotiroid
3. jika menetap sampai 3 minggu, periksa kadar bilirubin urin, bilirubin
direk dan total.
Manajemen
dan
penyimpanan
ASI
Pada ikterus dini dan ikterus karena ASI diperlukan manajemen ASI
yang benar. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa diberikan
apa-apa selain ASI. Pemberian ASI eksklusif akan berhasil bila terdapat
perlekatan yang erat. Bayi disusui segera setelah lahir, sering
menyusui dan memerah ASI.
Perlekatan yang baik bila sebagian besar areola masuk ke mulut bayi,
mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah terputar ke bawah. Pada
ikterus karena ASI yang terpaksa harus menghentikan ASI untuk
sementara,
sebaiknya
diberikan
pengganti
ASI
dengan
tidak
dalam
lemari
es
dengan
Juga
jangan
mencairkan
ASI
beku
langsung
dengan
dari
setiap
200
bayi
aterm,
yang
menyusu,
secara
berangsur-angsur
akanmenurun
dan
diakui,
tetapi
kurangdidokumentasikan,
hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi,
antara
Ada suatu kondisi yang biasa disebut breastmilk jaundice (sakit kuning
karena ASI). Tak ada yang tahu pasti penyebab breastmilk jaundice. Untuk
mendiagnosa hal ini, bayi paling tidak sudah berusia satu minggu, yang
menarik adalah, banyak bayi yang mengalamibreastmilk jaundice juga
mengalami kuning fisiologis yang berlebihan. Bayi harus mengalami
kenaikan berat badan yang baik, hanya dengan menyusu, buang air
besarnya banyak dan sering, urinnya jernih, dan secara umum dalam
keadaan baik (lihat lembar informasi tentang Apakah Bayi Saya
Mendapatkan Cukup ASI? dan lihat juga video clip di website nbci.ca).
Dalam keadaan tersebut, bayi dikatakan sakit kuning karena ASI,
walaupun, kadang, infeksi pada urin atau kelenjar tiroidnya tidak
berfungsi dengan baik, seperti halnya sedikit penyakit yang lebih jarang
lainnya, dapat menunjukkan gejala yang sama. Breastmilk
jaundice mengalami puncaknya pada hari ke 10-21, namun dapat
berlanjut hingga dua sampai tiga bulan. Breastmilk jaundice merupakan
sesuatu yang normal. Jarang, kalaupun pernah, yang menyebabkan
menyusui harus dihentikan. Sangat jarang dibutuhkan perawatan
apapun, seperti fototerapi. Menyusui seharusnya tidak dihentikan untuk
menentukan diagnosis. Jika bayi benar-benar dalam keadaan baik
dengan menyusu saja, tak ada alasan apapun untuk menghentikan
menyusui atau memberi tambahan asupan, meskipun asupan tersebut
diberikan dengan alat bantu menyusui. Pemikiran bahwa ada yang salah
dengan bayi sakit kuning datang dari fakta bahwa pemberian susu
formula pada bayi adalah model yang kita anggap sebagai cara
pemberian makan yang normal pada bayi dan kita menyamaratakannya
dengan ibu menyusui dan bayi ASI. Cara berfikir ini nyaris universal di
antara para tenaga kesehatan, dan benar-benar pemikiran yang terbalik.
Jadi, bayi yang diberi susu formula jarang sakit kuning setelah minggu
pertama kehidupannya, dan kalaupun terjadi, pasti ada sesuatu yang
salah. Oleh sebab itu, bayi yang disebut mengalami breastmilk
jaundice dianggap perlu diperhatikan dan sesuatu harus dilakukan.
Bagaimanapun, menurut pengalaman kami, sebagian besar bayi yang
disusui secaraeksklusif yang benar-benar sehat dan mengalami kenaikan
berat badan yang baik masih mengalami sakit kuning pada lima sampai
enam minggu pertama dalam kehidupannya, atau bisa lebih. Sebenarnya,
seharusnya pertanyaannya adalah apakah normal atau tidak jika tidak
sakit kuning dan apakah jika tidak sakit kuning ada yang perlu kita
khawatirkan? Jangan berhenti menyusui, bagi bayi yang mengalami
breastmilk jaundice.
Breastmilk Jaundice karena Tak Cukup Mendapat ASI
Kadar bilirubin yang lebih tinggi dan lebih lama dari sakit kuning biasa
dapat terjadi karena bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Hal ini dapat
disebabkan karena produksi ASI membutuhkan waktu lebih lama daripada
biasanya (tapi jika bayi menyusu dengan baik dalam beberapa hari
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih
seringditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan dengan
bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan
atau imunitas transplasenta terhadapkuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang
lain dan terhadap kuman dari orang lain.Infeksi pada neonatus dapat
melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman
itumelalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya
infeksi melaluisirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
menyerang janin melalui jalan ini ialah :
a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalicinclusion ;(b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
(c). Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
listeriamonocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui
infeksi plasenta.Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan
akibatnya janin mendapattuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion
tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi
melalui
jalan
ini
lebih
sering
terjadi
daripada
cara
yang
infeksi
pascanatal
ini
sangat
tinggi.
Seringkali
bayi
atau
dapat
pula
kurang
dari
normal.
Pada
bayi
BBLR
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernapasan cepat
- Berat badan turun drastic
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas
normal
- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- sklerema
(Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008)
17. Mengapa ditemukan bayi Nampak kuning pada wajah pd hari ke-2 ?
Ikterus
pada
neonatus
dapat
bersifat
fisiologis
dan
patologis.
Ikterusfisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakanatau mempunyai potensi menjadi kernicterus dan tidak
menyebabkan suatumorbiditas pada bayi. Ikterus patologis ialah ikterus
yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu
nilai yang disebuthiperbilirubinemia.
Ikterus Fisiologis
Dalam
keadaan
normal,
kadar
bilirubin
indirek
dalam serum
tali
kurang dari 5mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada
hari ke 2-3, biasanyamencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan
kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnyamenurun sampai kadarnya lebih rendah
dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan.Ikterus akibat perubahan ini
dinamakan ikterus fisiologis dan diduga sebagaiakibat hancurnya sel
darah merah janin yang disertai pembatasan sementara padakonjugasi
dan ekskresi bilirubin oleh hati.Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan
bilirubin serum cenderung samaatau sedikit lebih lambat daripada pada
bayi
aterm,
tetapi
berlangsung
lebih
lama, pada
umumnya
pola
yang
diperlukanoleh
akan
bayi
diperlihatkan
preterm
bergantung
mencapai
pada
pematangan
waktu
yang
mekanisme
metabolisme ekskresi.
Ikterus Patologis
Ikterus
patologis
mungkin
merupakan
petunjuk
penting
untuk
dini
biasanya
disebabkan
oleh penyakit
hemolitik.Ada
hemolisis
(inkompatabilitas
darah,defisiensi
G6PD,
atau
oInfeksi
oTrauma lahir pada kepala
oHipoglikemia, hiperkarbia
oHiperosmolaritas darah5.Ikterus klinis yang menetap setelah bayi
berusia >8 hari (pada NCB) atau >14 hari (pada NKB).
Neonatal Health Care Modules HSP
Kuliah mahasiswa tingkat IV FKUI. Ikterus Neonatorum
IKTERIK NEONATORUM
Definisi
Ikterus adalah
menguningnya
sklera,
kulit
atau
jaringan
lain
dan
patologis.
Ikterusfisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar
yang membahayakanatau mempunyai potensi menjadi kernicterus dan
tidak menyebabkan suatumorbiditas pada bayi. Ikterus patologis ialah
ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya
mencapai suatu nilai yang disebuthiperbilirubinemia.
Ikterus Fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali
pusatadalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan
kurang dari 5mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada
5-7
dankadang-kadang
10.Diagnosis
ikterus
ikterus
fisiologik
pada
ditemukan
bayi
setelah
aterm
hari
atau
ke-
preterm,
persisten
sampai
melewati
minggu
pertama
patologis
mungkin
merupakan
petunjuk
penting
untuk
jam
produksi
pertamakehidupan
biasanya
bilirubin,
klirens bilirubin
karena
disebabkan
yang
oleh
kelebihan
lambat
jarang
klinis
terjadi
pada
24
jam
pertama
24
jam3.Ikterus
yang
disertai
proses
hemolisis
Bila
berlanjut
dapat
terjadi
spasme
otot,
disebabkan
asidosis,
hipoksia
oleh
bilirubin,
dan
infeksi
gangguan
atau
tidak
fungsi
hepar,akibat
terdapatnya
enzim
oleh
obat
misalnya
salisilat,sulfafurazole.
Defisiensi
terjadi
akibat
dari
setiap
200
bayi
aterm,
yang
menyusu,
secara
berangsur-angsur
akanmenurun
dan
menghambat aktivitas konjugasi glukoronil transferase, pada kirakira70% bayi yang disusuinya. Pada ibu lainnya, susu yang mereka
hasilkanmengandung lipase yang mungkin bertanggung jawab atas
terjadinya ikterus.Sindroma ini harus dibedakan dari hubungan yang
sering
diakui,
tetapi
kurangdidokumentasikan,
hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi,
antara
polisitemia,
memendeknya
umur eritrosit
janin/bayi,
dengan
anoksia/hipoksia.
Keadaan
lain
yang
neonatal
atau
sumbatan
saluran
empeduintra/ekstra
yang
terjadi
pada
otak
ini
disebutkernikterus
atau
terdapat
keadaan
imaturitas,
berat
lahir
rendah,hipoksia,
Tempat
yang
ditekan
akan
tampak
pucat
atau
utamanya
adalah
kuning
di
kulit,
konjungtiva
dan
dengan
anemia
hemolitik
(mis.Ketidakcocokan
ikterus
pada
riwayat
obstetri
sebelumnya
sangat
tindakan/komplikasi,
obat
yang
diberikan
pada
ibu
kemudian.
Ikterus
yang
tampak
pun
sangat
tergantung
klinis
karena
sangat
dipengaruhi
warna
kulit.
Penilaian
yang
penting
pula
infeksikuman,
polisitemia,
hemolisis
karena
perdarahan
diabetes
setelahminggu
koledokus,
melitus,
pertama
dan
biasanya
hepatitisneonatal,
lain-lain.
terjadi
stenosis
Selanjutnya
pada
atresia
pilorus,
ikterus
duktus
hipotiroidisme,
ikterus
membutuhkan pemeriksaan
kemungkinan
tidak
yang
penyebabMenetapkan
selamanya
banyak
dan
mudah
mahal,
dan
sehingga
Harper dan Yoon 1974, yaitu :A. Ikterus yang timbul pada 24 jam
pertamaPenyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut
besarnyakemungkinan
dapat
disusun
sebagai
berikut
:-
Rh
adalah
bila
ke a d a a n
yang
bayi
perlu
baik
d a n p e n i n g k a t a n i k t e r u s t i d a k c e p a t , d a p a t d i l a ku k a n
pemeriksaan
berkala,
daerah
pemeriksaan
t e p i , pemeriksaan
penyaring
kadar
enzim
bilirubin
G-6-PD
Pemeriksaan
lainnya
yang
berkaitan
dengan
kemungkinan
( n e o n a t u s
S M K
bilirubin
( s e s u a i
total
>
12
c u k u p
b u l a n )
mg/dL- N K B
(neonatus
kurang
b u l a n ) s e h a t : k a d a r b i l i r u b i n t o t a l > 10 mg/dL
2. Pert im ba ng kan t ra nfus i t ukar bila kad ar biliru b in
i n d i r e k > 2 0 mg/dL
3 . Te r a p i
sinar
dianggap
intensif - Te r a p i
berhasil,
sinar
bila
intensif
setelah
diambil
dikatakan
fi siologis
pemeriksaan
dasar
kesimpulan
patologis
bahwa
sesudah
selanjutnya
dan
ikterus
tidak
observasi
tidak
mempunyai
baru
dapat
dan
menunjukkan
potensi
berkembang
dengan
kadar
bilirubin
melebihi
12,5
mg%
Infeksi Neonatorum
Definisi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu:
early infection (infeksidini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi
dini karena infeksi diperoleh darisi ibu saat masih dalam kandungan
yang
dipergunakan
pada
pasien.
Perbedaan
pola
kuman
Patogenesis
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih
seringditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan dengan
bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau
imunitas transplasenta terhadapkuman yang berasal dari ibunya. Sesudah
lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan
umbilikus
dan
masuk
ke
janin.
Kuman
yang
dapat
Virus,
yaitu
rubella,
polyomyelitis,
covsackie,
variola,
vaccinia,
jarang
sekali
dapat
melalui
plasenta
kecuali
E.
Coli
dan
melalui
jalan
ini
lebih
sering
terjadi
daripada
cara
yang
sehingga
terjadi
pneumonia
kongenital
selain
itu
infeksi
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibatfatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atauakibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pasacanatalini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitassekali karena mortalitas
infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapatinfeksi dengan
kuman
yang
sudah
tahan
terhadap
semua
antibiotika
infeksi
perinatal
sangat
penting,
yaitu
disamping
untuk
kepentingan bayi itusendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin
dan ruangan perawatan bayinya.Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah.
Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebihtua seringkali tidak
ditemukan.
Biasanya
diagnosis
dapat
ditegakkan
dengan
observasi
tidak
menonjol
lagi.
Walaupun
demikian
diagnosis
dini
dapat
yang
seringkali
merupakantanda
permulaan
infeksi
umum.
Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi
tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu,
namuntiba tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat
bahwa kelainan tersebutmungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa
gejala yang dapat disebabkan diantaranyaialah malas, minum, gelisah atau
mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba
tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat
terjadiedema,
sklerna,
purpura
atau
perdarahan,
ikterus,
dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkaliterdapat hipotermia
dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu Not Doing Well
kemungkinan besar ia menderita infeksi.Pembagian infeksi perinatal.Infeksi
pada
neonatus
dapat
dibagi
menurut
berat
ringannya
dalam
dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.1. Infeksi berat ( major in
fections
sepsis
neonatal,
meningitis,
pneumonia,
diareepidemik,
- sklerema
2.4. Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput
amnion, khorion, dan beberapa faktor anti infeksi dari cairan amnion.19
Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal dan pascanatal.
Lintas infeksi perinatal dapat digolongkan sebagai berikut:
2.4.1. Infeksi Antenatal.
Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal dari
ibu, kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain oleh
Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas ini adalah
toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta
biasanya selain skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).
2.4.2. Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu infeksi
yang berasal dari vagina dan serviks. Karena ketuban pecah dini maka
kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan
amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus melalui umbilikus
dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor
amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus
digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana
Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat
melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada
umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang
menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut
Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita
hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.
2.4.3. Infeksi Pascanatal
Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh
bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh alat-alat,
sarana perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya
terutama bakteri, yang sebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi
oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu
intranatal dan pascanatal
Bila paparan kuman ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi
respons tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh.
Berbagai reaksi tubuh yang terjadi akan memperlihatkan pula bermacam
gambaran gejala klinis pada pasien. Tergantung dari perjalanan penyakit,
gambaran klinis yang terlihat akan berbeda. Oleh karena itu, pada
penatalaksanaan selain pemberian antibiotika, harus memperhatikan pula
gangguan fungsi organ yang timbul akibat beratnya penyakit
1. penatalaksanaan
-
suportif
monitoring cairan, elektrolit dan glukosa, berikan koreksi jika tjd hipovolemia,
hiponatremia, hipoglikemia.
Bila tjd SIADH (syndrom of inappropriate antidiuretic hormone), batasi cairan
-
kausatif
antobiotik
diberikan
sebelum
kuman
peneyebab
diketahui.
Biasanya