Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI (IKFR)


CERVICAL ROOT SYNDROME

PEMBIMBING:
dr. Lena wijayaningrum, Sp.KFR

DISUSUN OLEH:
Febriyanti Chandra
2009.04.0.0103

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmatNya, saya bisa menyelesaikan referat dengan topik Cervical Root Syndrome dengan
lancar. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik RSAL Dr Ramelan Surabaya,
dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan
penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1
2

dr. Lena Wijayaningrum, Sp.KFR selaku Pembimbing Referat.


Para dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik dr Ramelan Surabaya.
Saya menyadari bahwa referat yang saya susun ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga
referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, September 2014

Penyusun

BAB I
LATAR BELAKANG
Spine atau tulang belakang terletak di tengah bagian belakang tubuh.
Bagian tubuh ini sangat penting karena memiliki banyak fungsi.Tulang belakang
sangat penting untuk membentuk struktur belakang tubuh, fleksibilitas, penyangga
dan pergerakan tubuh kita. Tulang belakang merupakan tempat melekatnya otot-otot
bagian belakang demikian pula costa posterior. Tulang belakang dekat dan
membantu melindungi medulla spinalis (Anderson, 2007).
Berdasarkan gambaran radiologi, columna vertebralis tidak sepenuhnya
lurus. Ketika dilihat dari arah samping cenderung melengkung ke antero-posterior
dan membentuk S.Bentukan tersebut adalah normal dan membantu aktivitas
sehari-hari dengan menjaga keseimbangan dan fleksibilitas. Bentuk curve tersebut
juga membantu menyangga beban tubuh dari pengaruh aktivitas seperti berlari dan
melompat (Anderson, 2007). Berdasarkan National Scoliosis Foundation, 2% sampai
3% populasi memiliki bentuk tulang belakang yang tidak normal yang disebut
Scoliosis (Anderson, 2007).
Seringkali seseorang dengan Scoliosis telah mengalami kondisi ini
sejak masa kanak-kanak, namun karena Scoliosis berkembang sangat cepat,
kebanyakan kasus skoliosis tidak terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun. Pada
skoliosis, tulang belakang melengkung abnormal dari sisi ke sisi menyerupai bentuk
S, dapat dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan
ketidaknyamanan. Jika kelengkungannya sudah menjadi sangat parah akhirnya
dapat menganggu fungsi pernafasan dan jantung. Juga dapat merusak persendian
tulang belakang serta rasa sakit di masa tua. Kebanyakan pasien dengan Scoliosis
diobati tanpa melalui tindakan operasi, walaupun terkadang operasi dibutuhkan.
Pengobatan Scoliosis lebih efektif bila penyebab diketahui lebih dini.

DAFTAR ISI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

ANATOMI

Pada umumnya vertebra terdiri dari corpus, arcus processus spinosus dan
processus transversus. Ditengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut
foramen vertebrae, yang berada diantara corpus dan arcus vertebrae. Foramen
vertebrae dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran
yang disebut kanalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. Diantara corpus
vertebrae yang lain terdapat discus intervertebralis.

Ruas-ruas tulang belakang tersusun menjadi columna vertebralis yang terdiri atas:
Vertebra cervikalis, terdiri atas 7 ruas

Vertebra torakalis, terdiri atas 12 ruas


Vertebra lumbalis, terdiri atas 5 ruas
Vertebra sacralis, terdiri atas 5 ruas dan membentuk os sacrum
Vertebra coccygeus, terdiri atas 5 ruas dan membentuk os coccygeus

Bentuk kolumna vertebralis tidak lurus, di beberapa tempat membentuk beberapa


lengkungan, yaitu :
Lordosis cervikalis, melengkung ke anterior didaerah cervical
Kyphosis torakalis, melengkung ke dorsal didaerah torakal
Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior daerah lumbal
Kyphosis sacralis, melengkung kedaerah sacral
1.2.

DEFINISI
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang
mengalami pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk
huruf S atau C.

1.3.

EPIDEMIOLOGI
Disetiap Negara diperkirakan kira-kora 3% penduduk mengakami Scoliosis dan
cenderung diderita perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 3:1
(Jamaludin, 2006). Menurut ahli Orthopedic dan Rematologi RSUD DR.Soetomo
Surabaya, Dr. Ketut Martiana Sp.Ort (K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP
di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil rongten
sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokannya mencapai
10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak 1%.

1.4. KLASIFIKASI
1. Nonstruktural
Scoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula)
dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang belakang
a. Scoliosis postural : disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang
buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri yang dapat berupa:
Nyeri pada spinal nerve roots
: scoliosis skiarik
Nyeri pada tulang belakang
: dapat disebabkan
inflamasi atau keganasan
Nyeri pada abdomen

dapat

disebabkan

oleh
oleh

apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
Actual shortening
Apparent shortening
Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek
Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang
2. Struktural
Scoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang belakang
a) Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh Scoliosis
Bayi
: dari lahir-3 tahun
Anak-anak : 4-9 tahun
Remaja
: 10-19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
Dewasa
: > 19 tahun
b) Osteopatik
Kongenital (didapat sejak lahir)
Terlokalisasi :
Kegagalan
pembentukan
tulang
belakang
(hemivertebrae)
Kegagalan segmentasi tulang belakang (unilateral
bonny bar)

General
Osteogenesis imperfecta
Arachnodactily
Didapat
Fraktur dislokasi dari tulang belakang, trauma
Rickets dan Osteomalasia
Emfisema, Thoracoplasty
c) Neuropatik
Congenital
Spina bifida
Neurofibromatosis
Didapat
Poliomielitis

Paraplegia
Cerebral palsy
Friedreichs ataxia
Syringomielia (CN,2012).

Adapun klasifikasi dari derajat kurva scoliosis :


a.

Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20

b.

Skoliosis sedang : kurva 20 40/50. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra


dan costa.

c.

Skoliosis berat : lebih dari 40 /50. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih
besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60
- 70 terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup
(CN,2012).
Sedangkan menurut letaknya, dapat diklasifikasikan menjadi thoracal, lumbal,
atau kombinasi.

(Sabatini, 2002)
Menurut bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi :

Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena


posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang

tidak baik.
Kurva S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiopati, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, umumnya structural (CN,2012).

1.5. ETIOLOGI
Faktor genetik : Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada
perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien
dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai
riwayat penyakit scoliosis.

Faktor hormonal : Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis.

Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas


scoliosis

dibandingkan

dengan

pasien

tanpa

progresivitas.

Hormon

pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis.


Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien
dengan growth hormone.
Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik : Abnormalitas dari mekanisme

pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan


progresivitas

skoliosis,

dimana

dihubungkan

dengan

waktu

kecepatan

pertumbuhan pada remaja.


Abnormalitas Jaringan : Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural

pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus)
sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi
seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy
(gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang (CN,2012).
1.6.

FAKTOR RISIKO
Adapun yang termasuk dalam faktor resikonya antara lain:
a. Jenis kelamin. Lengkung pada anak perempuan cenderung memburuk
ketimbang anak laki-laki.
b.
Usia , semakin muda

usia

munculnya

skoliosis

semakin

besar

kemungkinannya menjadi lebih parah.


c.
Sudut kurva, semakin besar sudut semakin besar kemungkinan akan
memburuk.
d. Lokasi, Skoliosis di bagian atas lebih besar kemungkinannya menjadi buruk
daripada skoliosis di bawah (CN,2012).
1.7. PATOFISIOLOGI
Scoliosis diakibatkan salah satunya dari posisi tubuh yang salah misalnya duduk
dengan berulang-ulang, punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat,
menyandarkan tubuh pada posisi yang salah pada satu sisi tubuh, maka hal
tersebut kerja otot tidak akan pernah seimbang. Sikap tubuh yang tidak natural
atau tidak baik bisa disebabkan oleh berbagai factor antara lain peralatan kerja,
lingkungan kerja, jenis pekerjaan atau ketidaktahuan seseorang tentang sikap
tubuh yang optimal baik dalam pengertian statis maupun dinamis. Skoliosis
merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit atau
yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh
membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama maka

kerja otot tidak akan pernah seimbang. Hal ini akan mengakibatkan suatu
mekanisme

proteksi

dari

otot-otot

tulang

belakang

untuk

menjaga

keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi
otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi ketidak
seimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terusmenerus pada system musculoskeletal tulang belakang akan mengalami
bermacam-macam keluhan antara lain nyeri otot, keterbatasan gerak, dari tulang
belakang, back pain, kontraktur otot, dan menumpuknya masalah yang lebih
serius seperti gangguan pada system pernafasan, system pencernaan dan
system kardiovaskuler. Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap
terjadi pada masa anak-anak antara umur 6 tahun sampai 17 taun dan dapat
disebabkan karena kebiasaan yang salah, terutama dalam sikap duduk di
sekolah. Ketegangan otot pada vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan
derajat lengkukangan ke arah lateral atau scoliosis.
1.8.

SIGN SYMPTOMS
Berikut ini merupakan gejala-gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita
skoliosis :
a. Badan condong ke lateral flexion
b. Salah satu bahunya lebih tinggi dari yang lain
c. Salah satu hip lebih tinggi dari yang lain
d. Terdapat penonjolan salah satu scapula (shoulder blade)
e. Payudara yang asimetris pada wanita
f. Rib cage menonjol di satu sisi
g. Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul (CN,2012).

1.9.

DIAGNOSIS

A. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan kosmetik karena terdapat perbedaan antara bahu
kanan dan kiri, Pada Skoliosis jarang yang mengeluh tidak nyaman atau nyeri, tetapi
pada skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan karena menurunkan kapasitas paru-paru, selain
itu juga dapat terjadi sakit punggung, sakit pada pinggang dan paha, radang tulang
belakang degeneratif, gangguan sendi, gangguan jantung, kesulitan jalan. Bila
skoliosis disebabkan oleh tumor atau lesi pada spinal cord dapat menimbulkan nyeri
punggung. Biasanya terjadi kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau
berdiri lama.
Pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan pada pasien antara lain :

Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?

(Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan skoliosis)

Siapa yang pertama kali mengetahuinya?

(orang tua/guru/dokter)

Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?

(apakah ada kelainan atau suatu masalah ketika kehamilan dulu)

Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?

(berjalan, berbicara)

Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Skoliosis Atau masalah tulang
belakang lainnya?

(karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya ada yang
menderita skoliosis)

Apakah pasien mengalami nyeri punggung?

(Biasanya Soliosis pada anak atau remaja tidak menimbulkan nyeri.Bila terdapat
nyeri,pemerikan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui adanya kelainankelainan yang lain.)
B. Inspeksi
Terdapat ciri- ciri penting, yaitu :
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi
daripada bahu kiri.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha
kanan .
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas
celana yang tak sama panjang.
7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan
adalah

bercak

caf

au

lait

atau

Spina

Bifida

yang

harus

memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok rambut yg tumbuh di


daerah pinggang).

8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.


9. Perut menonjol.
10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :

Kepala agak menunduk ke depan

Punggung lurus dan tidak mobile

Pangggul yang tidak sama tinggi

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan


dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga
bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari
pinggul kiri. Selain itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh membungkuk
maka akan terlihat perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam keadaan
tegap bisa dalam keadaan normal.
C. Palpasi
The Adams Forward Bending test
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90 ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan
telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga
atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang berkaitan
dengan kurvatura lateral. Skoliosis torakalis kanan akan menunjukkan lengkung
konveks ke kiri pada daerah torak yang merupakan tipe kurva idiopatik yang umum.
Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan
30 atau lebih.
Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak
dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan
neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.

D. Pemeriksaan Penunjang

Rontgen tulang belakang / plain foto

Test

a. Metode Cobb
Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang .
Caranya:
-

Mengukur sudut Cobb dengan menggambar garis tegak lurus dari lempeng

ujung superior dari vertebra paling atas pada lengkungan (mengukur dari puncak T9)
-

Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari

lengkungan (mengukur dari alas L3 )


-

Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.

Gambar Metode Cobb


1.10. PENATALAKSANAAN
Jenis terapi

yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor.

Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih


dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan
ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung
pada deteksi dini dari skoliosis.
A. FARMAKOLOGI
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati
skoliosis.
Obat yang digunakan antara lain :
1. Analgesik

Asam Asetil Salisilat 3 x 500 mg

Paracetamol 3 x 500 mg

Indometacin 3 x 25 mg

2.

NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

B. Fisioterapi
1. Modalitas Fisik misalnya Cotrel traction
2. Therapeutic exercise misalnya Latihan Peregangan sisi concave,

Latihan elongasi trunk Latihan peregangan otot leher, bahu atau hip,
Latihan penguatan otot sisi convex, Latihan deep breathing untuk
meningkatkan fungsi paru, dapat dilakukan bersamaan dengan latihan
penguatan abdominal, stretching trunk, dan saat stretching otot
pectoralis , Latihan derotasi trunk, Sambil deep breathing exercise dan
lateral fleksi trunk ( untuk meregangkan sisi concave ), Latihan Yoga
disarankan melakukan derotasi vertebra. Posisi Adho Mukha Svanasana
dan Urdhva Mukha Svanasana baik untuk membentuk dan memperbaiki
lengkungan dan rotasi tulang belakang. Sedangkan Bharadvajasana untuk
memperkuat kaki sebagai penyangga tulang belakang.

3. Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25-40


dengan skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga
tersebut antara lain :
Penyangga Milwaukee
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat
ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong
dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam
sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif
yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang
belakang selanjutnya.

Gbr. Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan


tulang belakang pada anak yang bertumbuh
Penyangga Boston
Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau
torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari
sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien.
3. Terapi Stimulasi Otot-Otot Skoliosis
Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga tulang
belakang. Rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan tujuan agar
pasien dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat menyangga tulang
belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat penyangga.

C. Tindakan Pembedahan

Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya
meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari
skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut
sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis
antara lain :
1. Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)
Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui
pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan
atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini
terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang
vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang.
Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi
kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif
sederhana

dan

komplikasinya

rendah.

Kerugian

utamanya

adalah

setelah

pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan pada


spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat dipasang pada penderita
osteoporosis yang signifikan.

2. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset


Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait
untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang
melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil.
Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah
yang berpengalaman dan asistennya

2.1.

KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. gangguan jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage
b. gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot,
saraf terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle weakness.
c. Deformitas berat
d. Memperburuk penampilan
e. Penyakit sendi degenerative (CN,2012).

2.2.

PROGNOSIS
Mild Scoliosis (< 20 degrees).
Moderate Scoliosis (between 25 and 70 degrees).
Severe Scoliosis (over 70 degrees).
Very Severe Scoliosis (Over 100 degrees).

2.3. EDUKASI
1. Hindari posisi punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat,
2.
3.
4.
5.
6.

bersandar pada salah saru sisi tubuh saat duduk


Jangan duduk dengan tegang dan kaku
Lakukan relaksasi jika duduk terlalu lama
Pakailah tempat duduk yang ergonomi saat bekerja
Lakukan latihan peregangan dan penguatan otot secara rutin di rumah
Pakailah brace secara benar untuk koreksi tulang belakang

Anda mungkin juga menyukai