Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pada pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan sputum
c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotik
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto polos
Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk abses
paru. Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menggambarkan gambaran opak
dari satu ataupun lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas homogen yang
berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen dalam bayangan
infiltrat yang padat.(7) Selanjutnya bila abses tersebut mengalami ruptur sehingga terjadi
drainase abses yang tidak sempurna ke dalam bronkus, maka akan tampak kavitas
irregular dengan batas cairan dan permukaan udara (air-fluid level) di dalamnya. Kavitas
ini berukuran 2 20 cm. (8) Gambaran spesifik ini tampak dengan mudah bila kita
melakukan foto dada PA dengan posisi berdiri. Khas pada paru anaerobik kavitasnya
singel (soliter) yang biasanya ditemukan pada infeksi paru primer, sedangkan abses paru
sekunder (aerobik, nosokomial atau hematogen) lesinya bisa multipel.(1)
Posisi Lateral :
Kavitas terlihat di lobus kiri atas dengan udara dan cairan didalamnya (panah putih)
2. CT-Scan
CT-Scan dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos dan
dapat membantu menentukan lokasi dinding dalam dan luar kavitas abses.(8) Pada
gambaran CT-Scan tampak kavitas terlihat bulat dengan dinding tebal, tidak teratur
dengan air-fluid level dan terletak di daerah jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus
dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan
atau berpindah letak. Abses paru juga dapat membentuk sudut lancip dengan dinding
dada.(9)
Terletak dekat dengan dinding thoraks, proses di dalam paru kira-kira sebesar
2,5x2x2 cm (pointed angle between pleura and process) dengan dinding membran.
Setelah pengobatan, hanya terdapat sisa gambaran hipoechoic di tempat abses
sebelumnya (setelah beberapa minggu)
4. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
MRI berhasil mengidentifikasi penyakit paru secara akurat untuk menentukan lokalisasi
penyakit pada lapangan paru. Pada pasien dengan pneumonia dan abses paru, peradangan
akut berhubungan dengan peningkatan intensitas sinyal pada T2 bila dibandingkan
dengan T1 weighted image. Pasien dengan inflamasi pseudotumor menunjukkan
peningkatan yang lebih kecil dalam intensitas sinyal pada T2 weuighted image daripada
yang terlihat di pneumonia akut. Kavitas abses adalah rongga yang diidentifikasi
sepanjang dinding yang menebal. Pada pasien dengan penyakit paru difus (diffuse
histoplasmosis, TBC milier, penyakit Letterer-Siwe, dan alveolitis alergi), masing-masing
penyakit muncul dengan gambaran MRI yang berbeda.. Studi-studi terdahulu
menunjukkan bahwa Magnetic Resonance Imaging efektif untuk mengidentifikasi
penyakit paru pada anak-anak dan dapat meningkatkan kemampuan ahli radiologi untuk
membedakan gangguan paru.(10)
DIAGNOSA BANDING
1. Karsimoma bronkogenik yang mengalami kavitasi
2. Tuberkulosis paru atau infeksi jamur
3. Enfisema
4. Hematom paru
5. Pneumokoniosis
PENGOBATAN
1. Antibiotik
2. Drainase
3. Reseksi pembedahan
KOMPLIKASI
1. Emfisema
2. Pneumothoraks
PROGNOSIS
Pada penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai prognosa yang lebih
jelek dibandingkan dengan penderita dengan satu faktor predisposisi. Sekitar 80-90%
penderita sembuh dengan pengobatan anti biotik.(11) Namun ada beberapa faktor yang
memperbesar angka mortalitas pada abses paru seperti system imunitas menurun dan usia
lanjut. (12)
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasyid, A., 2006. Abses Paru. Dalam : Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Pusat Penerbitan Departemen IPD FK-UI, Jakarta. Halaman 1052-1055
2. Kamangar, dkk. 2009. Lung Abscess.
Emedicine. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/299425-overview [Accessed on 19 Februari
2011]
3. Alsagaff,H., dkk. 2006. Abses Paru dalam Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru: Airlangga
University Press, Surabaya. Halaman 136-140.
4. Barlett, J.G., 1992. Lung Abscess in : Cecil text book of Medicine 19 th ed ; Phildelphia.
Halaman : 413 415 dalam Asuhan Keperawatan Abses Paru. Available from
http://wwwdagul88.blogspot.com/2011/02/askep-abses-paru.html [Accessed on 20
Februari 2011]
5. 8. Ricaurte, K.K., dkk. 1999. Allergic broucho pulumonary aspergillosis with multiple
Streptococceus pneumonie. Lung Abscess : an unussual insitial case presentation. Journal
of Allergy and Clinical Imonoligy 104. 238 240.
6. Maitra,A., Kumar, V., 2007. Abses Paru. Dalam : Robbins, Buku Ajar Patologi Edisi 7.
EGC, Jakarta. Halaman 556.
7. Garry,dkk. 1993. Lung Abscess in a Lange Clinical Manual : Internal Medicina :
Diagnosis and Therapy 3rd ; Oklahoma. 119 120.
8. Juhl, John., dkk. Essentials of Radiologic Imaging. Mexico. Halaman 755-757.
9. Rasad, S., 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua: Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Halaman 101-103.
10. Cohen, M.D., Eigen, H., 2005. Magnetic resonance imaging of inflammatory lung
disorders: preliminary studies in children. Pediatri Pulmonol.Jul-Aug;2(4):211-7
11. Wali, S.O., dkk. 2002. Percutaneous drainage of pyogenic lung abscess. Scand Jurnal
Infection
Disease
34
(9):
673-676.
Available
from
:
http://www.kau.edu.sa/Files/140/Researches/50029_20495.pdf [accessed 21 Februari
2011]
12. Hishberg, B.,dkk 1999 Factors Predicting Mortality of Patients with Lung Abscess. Chest.
Halaman
746-752.
Available
from:
http://chestjournal.chestpubs.org/content/115/3/746.abstract [accessed on 21 Februari
2011)