ABSTRAK
Di desa Sibanggor kabupaten Mandailing Natal terdapat sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri ubin keramik. Dalam usaha peningkatan
pemanfaatan sumberdaya alam local khususnya kaolin sebagai bahan baku industri
ubin keramik sangat ditentukan oleh keseragaman ukuran butir dan komposisi kimia.
Hasil uji coba pembuatan ubin keramik formulasi adonan (III) merupakan hasil yang
baik dengan perbandingan kaolin 150 gram, lempung 250 dan bahan aditif berupa kapur
15 gram kemudian Uji kuat lentur kering formulasi III 35,81 Kg/cm2 dan kuat lentur
bakar formulasi III 83,0 Kg/cm2 menunjukan hasil yang optimal .
Key word: kaolin, ukuran butir, komposisi kimia
KATA SAMBUTAN
Berkembangnya industri didalam negeri menyebabkan permintaan bahan baku untuk
industri terus meningkat. Hal tersebut ditandai dengan adanya usaha pencarian
(eksplorasi) sumberdaya alam didaerah. Kaolin merupakan salah satu jenis mineral
yang banyak dibutuhkan dalam bidang industri baik sebagai bahan baku utama maupun
sebagai bahan aditif lainya. Sebagai bahan baku industri keramik
kaolin sangat
Penelitian ini memuat gambaran umum lokasi keterdapatannya, uji pembuatan ubin
keramik dengan formulasinya dan disertai dengan uji kuat lentur dan parameter lainnya,
yang diharapkan dapat menjadi base data didalam pembuatan ubin keramik.
Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan terutama
untuk pemerintah daerah dan pelaku industri didalam pemanfaatan sumberdaya alam
yang terdapat didaerah. Peningkatan dan pemanfaatan sumberdaya alam lokal didaerah
diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan asli
daerah, semoga industri berbasiskan sumberdaya alam lokal dapat terwujud.
Medan,
2011
KATA PENGANTAR
Pertumbuhan industri yang tingggi didalam negeri akan diikuti oleh peningkatan
permintaan sumberdaya alam yang terdapat didaerah. Di daerah Mandailing Natal
banyak terdapat sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara baik dan optimal
salah satunya adalah mineral lempung (kaolin). Kaolin merupakan salah satu jenis
mineral yang banyak dibutuhkan dalam proses industri, seperti industri kimia, keramik,
industri farmasi dan industri lainnya. Didalam pembuatan ubin keramik mineral kaolin
sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimianya.
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Kajian Bahan Galian Kaolin Sebagai Bahan
Baku Industri Keramik di Kabupaten Mandailing Natal. Kegiatan studi dilakukan
dengan pengambilan sampel dilapangan, pendiskripsian, uji kuat lentur dan pembuatan
ubin keramik dalam skala laboratorium (prototipe).
Kiranya laporan ini akan bermanfaat, terutama sebagai base data untuk penelitian
penelitian lanjutan dalam upaya peningkatan dan pemanfaatan sumberdaya alam di
daerah. Pada semua pihak yang turut berperan serta dalam penyusunan laporan ini,
diucapkan banyak terima kasih.
Medan,
September 2011
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang penelitian
1.2.
Perumusan masalah
1.3.
Tujuan penelitian
1.4.
Ruang lingkup
1
2
3
3
BAB II
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
2.5.4.
2.5.5.
2.5.6.
2.5.7.
2.5.8.
2.5.9.
2.5.10.
2.5.11.
4
4
5
6
7
8
9
9
11
11
11
12
13
13
13
14
14
14
15
15
TINJAUAN PUSTAKA
Genesa Endapan Kaolin
Proses Hidrotermal
Proses Pelapukan
Penamaan dan Komposisi Mineral
Sifat Fisik Kaolin
Pengertian Keramik
Sifat Keramik
Keramik Berbahan Dasar Lempung
Pengujian Keramik
Kaolin
Batukapur
Feldspar
Dolomit
Kalsit
Kuarsa
Ball Clay
Piropilit
Stone Ware
Hard earthen Ware
Lempung Gerabah Padat
BAB III.
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian
Tahap pendahuluan
Tahap pekerjaan lapangan
Tahap uji lab dan interpretasi data
Tahap penyusunan laporan
Lokasi daerah penelitian
Penduduk dan vegetasi daerah penelitian
Peralatan lapangan
Peralatan lapangan
Peralatan laboratorium
16
16
17
17
17
18
19
19
19
19
BAB
PEMBUATAN KERAMIK
Analisa Kimia
Bahan
Pengolahan
Pembentukan
Pengeringan
Analisa kimia
Pengglasiran
21
23
25
25
27
28
30
KESIMPULAN
Saran
34
IV.
4.1.
4.2. .
4.3..
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
BAB V.
5.1.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
35
Halaman
18
22
Gambar 2.2
23
Gambar 3.1.
27
Gambar 4.1.
23
Gambar 4.2.
25
Gambar 4.3.
26
Gambar 4.4.
28
Gambar 4.5
29
Gambar 4.6.
32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
11
Tabel 2.2.
12
Tabel 2.3.
12
Tabel 2.4.
12
Tabel 2.5.
12
Tabel 4.1.
22
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Sumatera Utara memiliki berbagai bahan galian industri yang tersebar diberbagai
daerah, yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kontrol geologi yang terdapat
didaerah tersebut. Bahan galian industri yang memiliki prospek untuk dikelola dan
dikembangkan didaerah ini didalam mendukung industri yang ada adalah kaolin,
bentonit, batugamping, zeolit, granit, pasirkuarsa, lempung, feldspar, marmer,
phospahat dan dolomitet (Dinas Pertambangan dan Energi). Didalam pemanfaatanya
sebagai bahan baku utama dan bahan baku tambahan, bahan galian industri tersebut
harus memiliki kualitasnya spesifikasi tertentu.
pada bahan galian industri yang memiliki potensi baik dari segi
seperti industri pengolahan minyak kelapa sawit, keramik, cat, konstruksi dan pakan
ternak. Batugamping (batukapur), dolomite, zeolite dan rock phosphate banyak
digunakan pada bidang pertanian dan perkebunan terutama untuk bahan baku pupuk dan
pentralitas tanah. Diharapkan dengan berkembangnya industri yang ada di daerah
pemanfaatan dan konsumsi bahan galian industri juga meningkat. Rendahnya
pemanfaatan bahan galian industri didaerah disebabkan oleh kurangnya data dan
informasi potensi sumberdaya alam (bahan galian industri) yang terdapat didaerah.
Kualitas dan kuantitas potensi bahan galian industri didaerah perlu di sosialisasikan
kepada industri hulu dan industri hilir sehingga pemanfaatan bahan galian industri
didaerah dapat memberikan kontribusi terutama dalam peningkatan pendapatan asli
daerah setempat.
Dikabupaten Mandailing Natal banyak terdapat bahan galian industri yang belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal salah satunya adalah kaolin. Kaolin
merupakan masa batuan yang tersusun oleh mineral lempung dengan kandungan besi
yang rendah dan pada umumnya bewarna putih terang. Kaolin, Feldspar, pasir silica
banyak dikonsumsi oleh industri keramik. Didalam penggunaannya kaolin sangat
ditentukan sifat fisik dan sifat kimianya.
Kontribusi yang didapat dengan pemanfaatan dan penggunaan bahan galian industri
yang
berbasiskan
sumberdaya
alam
didaerah
diharapkan
dapat
mengurangi
ketergantungan bahan baku industri dari daerah luar disamping itu dapat menambah
pendapatan asli didaerah juga akan memberikan kesempatan berusaha dan membuka
peluang untuk bekerja.
c) Pembuatan keramik
d) Lokasi keterdapatannya
1.3.Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data tentang
keberadaan sumberdaya mineral terutama mineral kaolin baik kualitas dan kuantitasnya
kemudian pemanfaatannya sebagai bahan baku keramik kepada pihak yang
berkepentingan / investor
keramik, lokasi keterdapatanya dan disamping itu sebagai bahan kebijakan didalam
penyusunan
profile
investasi
sumberdaya
mineral
Penyusunan laporan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Genesa Endapan Kaolin
Lempung terdiri dari bermacam macam jenis yang dikelompokan baik menurut jenis
mineral penyusunnya maupun menurut sifat dan penggunaannya. Pengelompokan yang
ditekankan menurut arti ekonomi ialah kelompok kaolin, bentonit, fuller earth, lempung
bola, lempung asam dan lempung refraktori. Kaolin merupakan massa batuan yang
tersusun dari material lempung dan umumnya berwarna putih. Komposisinya terdiri dari
hidrous aluminium silikat (Al2O3 2SiO3 2H2O) disertai beberapa material penyerta.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah mineral kaolinit, nakrit, dikrit
dan halloysit dengan kaolin sebagai mineral utamanya. Sifatsifat fisik dari mineral
kaolinit antara lain berwarna putih, kekerasan 2 2,5, berat jenis 2,6 - 2,63, bersifat
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah dengan pH yang
bervariasi. Berdasarkan genesanya pembentukan kaolin dapat terjadi melalui dua
proses, yaitu melalui proses hidrotermal dan proses pelapukan.
Dari cara terjadinya, maka daerah yang terkena pengaruh hidrotermal proses akan
meluas kearah bawah. Dimana daerah atau bagian yang paling intensif kaolinisasinya
berada dibagian bawah lapisan penutup yang tidak tembus air. Ciri lain dari kaolin jenis
ini ditunjukkan oleh penyebaran kaolin yang semakin meluas ke arah bawah, dimana
semakin kearah bawah akan semakin miskin akan mineral ataupun batuan yang masih
segar.
Menurut Harjono (1987), pembentukan kaolin baik dari proses hidrotermal maupun
proses pelapukan dapat juga terjadi dari batuan asal piroklastik terutama yang berbutir
halus dan komposisinya riolitik (banyak mengandung gelas). Umumnya kaolin yang
terbentuk dari hasil ubahan (pelapukan, ubahan hidrotermal) batuan piroklastik akan
berasosiasi dengan bentonit, zeolit. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu endapan
residual dan endapan sedimenter. Endapan kaolin residual terbentuk di tempat batuan
asalnya (induknya), baik dari batu gamping lempungan karena adanya pelepasan ikatan
Mg dan Ca, juga terbentuk dari batuan asal yang kaya akan mineral feldspar, terutama
granit, diorit dan dasit, dan lain-lain. Di Indonesia endapan kaolin yang terbesar adalah
endapan residual dari hasil ubahan batu granit, seperti yang terdapat di Pulau Bangka
dan Belitung. Sedangkan endapan kaolin, baik dari hasil erosi endapan kaolin yang
sudah ada maupun oleh adanya pengangkatan dari endapan.
Nama kaolin yang sering disebut dengan lempung berasal dari bahasa Cina kaoling
yang berarti pegunungan tinggi, yaitu nama gunung di cina yang tanah lempungnya
telah diambil sejak beberapa abad yang lampau. Dalam perdagangan tidak ada
klasifikasi tetentu mengenai kaolin. Kadang-kadang dalam istilah perdagangan mineral
industri warna juga ditambahkan untuk mengelompokkan jenis kaolin, misalnya kaolin
putih, kaolin abu-abu, kaolin hitam, dan sebagainya. Walaupun pembubuhan warna
tersebut sebenarnya
kimianya
namun kadang kadang hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk. Misalnya
kaolin putih biasanya bermutu terbaik dan terjadi karena proses alterasi geotermal pada
batuan asam. Menurut teori, kaolin murni mengandung Silika (46%), Alumina (40%),
dan air (14%). Sebenarnya jarang sekali kaolin yang memenuhi komposisi, karena
masih ada pengotor lain seperti titan oksida (TiO2), besi (FeO2), kapur (CaO), magnesia
(MgO), atau kalium (K2O) (Sahala. S dan Arifin. M , 1977). Mineral yang termasuk
dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, elikrit, dan halloysit dengan kaolin
sebagai mineral utama.
Kaolin mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan bentonit, lempung asam dan
Fullers Earth mungkin hal ini disebabkan oleh komposisi kimia, struktur kristal dan
ikatan ion dalam kesatuan kisi-kisi kristalnya. Sifat fisik kaolin bersifat plastis bila kena
air tetapi tidak menghidrat (iner solid) dalam arti kata mempengaruhi viskositas dan
density tetapi tidak mengadakan hidrasi dalam air.
Di sektor industri, kaolin berfungsi sebagai bahan pelapis (coating), pengisi (filler),
bahan yang tahan api dan isolator. Hal ini disebabkan karena kaolin mempunyai sifatsifat kehalusan, kekuatan warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah serta sifatsifat lainnya. Karenanya kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai
bahan baku utama maupun sebagai bahan pembantu (aditif).
Bahan baku keramik bermacammacam tegantung dari variasi mutu dari bahan itu
sendiri. Bahan baku yang umum digunakan adalah pirofilit, kapur, feldsfar, kwarsa,
kaolin dari tanah liat. Sifat bahan yang di perhatikan antara lain :
1. Komposisi kimia
2. Komposisi mineral
3. Besar butir
4. Refractoriness
5. Ekspansi panas.
liat yang plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000 0C.
Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori.
Agar supaya kedap air, gerabah besar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis
lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan
keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, pot, anglo, ubin lantai, kendi,
gentong dan lain sebagainya termasuk jenis gerabah.
2. Keramik Batu (stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur
dengan bahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200-1300 0C). Keramik
ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu.
3. Porselin (porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari
bahan lempung murni yang tahan api seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena
badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan tembus cahaya, sehingga sering
disebut keramik putih. Pada umumnya porselin dipijar sampai suhu 1350 -1500 0C.
Keramik jenis ini memiliki struktur dan tekstur yang rapat serta keras seperti gelas.
Secara teknis keramik jenis ini memiliki kualitas yang tinggi dan baik disamping
memiliki daya tarik tersendiri oleh karena keindahan dan kelembutan khas porselin
dan bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap warna warna glasir.
4. Keramik Baru (new ceramic), merupakan keramik yang secara teknis diproses untuk
keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, computer,
kristal optic, keramik metal, komposit, biokeramik dan lain sebagainya. Sifat khas
dari material keramik jens ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis
seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu lanjut
seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
10
2.5 Pengujian Bahan Dasar Keramik Sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI)
2,5,1,Kaolin SII.0654-82, SNI.06.0578-89
-
Syarat mutu
Untuk semua kelas, kaolin harus mengandung mineral kaolinit 80 %
Syarat khusus
Tiap tiap kelas harus memenuhi syarat mutu seperti yang tertera dalam table 2.1.
Tabel 2.1. Syarat Mutu Kaolin untuk Keramik
Syarat Khusus
1
Analisa Kimia
- Fe2O3 (%) maks
- TiO2 (%) maks
- CaO (%) maks
- SO3 (%) maks
Analisa Butir
-
Kelas
Gerabah Halus
padat
4
Gerabah halus
tidak padat
5
0,4
0,3
0,8
0,3
0,7
0,7
0,8
0,2
0,8
0,8
0,4
1,0
0,8
0,4
80
80
80
80
90
90
80
80
Porselin
Saniter
11
Persyaratan lolos
lubang ayakan
Nihil
Maks 5%
Maks 4%
2.2. Ukuran butir batukapur untuk tungku pot sesuai dengan table 2.3.
Tabel 2.3.Ukuran Batukapur untuk Tungku Pot
No. Mesh BSS
+ 8
+ 16
2.3. Komposisi kimia
Persyaratan lolos
lubang ayakan
Nihil
Maks 5%
Persyaratam
CaO
Fe2O3
Oksida
1
Analisa Kimia
-
Porselin
Saniter
6-15
6-15
0,5
0,3
0,3
0,7
0,5
0,7
Feldsfar untuk
Gerabah
Halus padat
4
6-15
0,8
1,0
-
Gerabah halus
tidak padat
5
6-15
1,0
-
12
13
14
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
3.1.2.
keramik dalam bentuk ubin keramik. Dalam pembuatan prototipe ubin keramik
disertakan juga dengan formulasi adonan yang ideal sehingga menghasilkan
ubin keramik. Setelah itu dilakukan uji parameter dari keramik tersebut meliputi
kuat lentur yang meliputi kuat lentur kering dan kuat lentur bakar dari keramik
tersebut.
3.1.4. Penyusunan laporan
Tahap penyusunan laporan dimulai sejak studi pendahuluan dan dilanjutkan,
dengan analisa kimia sampel kaolin serta menggabungkan seluruh hasil data data
yang didapat pada saat penelitian kemudian dilakukan interpretasi dan
pembahasan yang untuk membuat suatu kesimpulan yang menyeluruh di daerah
penelitian.
17
Lokasi
Daerah
Penelitian
18
Palu Geologi
Kompas Geologi
Kamera digital
3.4.2.Peralatan Laboratorium
-
Oven elektrik
Jarr mill
Cetakan
Cawan
19
Neraca Ukur
Lab AAS
20
BAB IV
PEMBUATAN KERAMIK
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk
dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Menurut kamus dan
ensiklopedi mendefenisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin dan
lain sebagainya. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia
dan mineral bawannya. Dengan demikian sifat keramik juga tergantung pada
lingkungan geologi dimana bahan baku didapatkan. Uji dan rekayasa untuk pembuatan
keramik dilakukan di laboratorium/studio keramik Balai Besar Keramik Jalan Jendral
Ahmad Yani No 397 Bandung. Sebelum dilakukan pembuatan prototype keramik
sampel dianalisis kimia, dan derajat putih, setelah itu ddilakukan pembuata prototype
keramik kemudian dilakukan uji kuat lentur dalam keadaan kering dan bakar. Dalam
analisis kimia, pembuatan prototype ubin keramik dan uji kuat lentur dilakukan di Balai
Keramik Bandung. Berikut dikemukan
Ubin
keramik dengan bahan yang berasal dari daerah penelitian ditambah dengan bahan
aditif yang didapat dari Balai Besar Keramik Bandung.
dianalisa adalah : Iron Trioxide (Fe2O3), Aluminium Trioxide (Al2O3), Calcium Oxide
(CaO), Magnesium Oxide (MgO), Sodium Oxide (Na2O), Potassium Oxide (K2O),
Silicon Dioxide (SiO2), Titanium Dioxide (TiO2), Derajat putih.
Tabel 4.1. Hasil Analsis Kimia Kaolin daerah Penelitian
No
Jenis Uji
Analisa Kimia %
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO2
CaO
MgO
Na2O
K2O
Hilang pijar
Derajat Putih
Analisa Mineral %
Kuat
Kg/cm2
Metode Uji
Hasil Uji
90,98
1,7
0,6
0,96
SNI 0449-2010
1,5
0,81
1,56
0,05
1,84
54,8
IP-PSK-05-01Alpha Quart,
5b/1
cristobalit
SNI 15-0256-1989
Lentur,
Kode
Kering I
Kering II
Kering III
Kering IV
Kering V
Bakar I
Bakar II
Bakar III
Bakar IV
Bakar V
Kuat
Lentur,Kg/cm2
24,84
21,7
35,81
26,89
19,82
9,53
44,35
83,0
66,68
30,01
22
4.2.Bahan
Lempung merupakan salah satu bahan yang sangat penting didalam pembuatan produk
produk keramik. Fungsi kaolin dalam pembuatan keramik adalah sebagai bahan penguat
badan keramik dan untuk menaikkan suhu pembakaran. Oleh karena kaolin merupakan
bahan yang sifatnya
keramik, perlu ditambah bahan lain berupa tanah liat dan kapur sebagai aditifnya.
Fungsi penambahan
23
daerah lain tentunya perlu inventarisir pemerintah daerah tentang sumberdaya minerl
bahan galian Gol C terutama tanah liat dan batukapur sehingga nantinya didalam
pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal dapat dimanfaatkan secara optimal. Bahan
pencampur yang lain adalah air dan
ini menggunakan
penelitian, tanah liat dan batukapur maka formula campuran yang diguankan adalah
formula triaxial blend seperti pada table berikut:
Bahan
Kaolin (Madina)
Lempung (Pleret)
Kapur (aditif)
I
50/250
50/250
3/15
Komposisi (%) / gr
II
III
IV
40/200
60/300
3/15
30/150
70/350
3/15
60/300
40/200
3/15
V
70/350
30/150
3/15
Dalam pelaksanaan pembutan keramik ubin ini formulasi yang digunakan terdiri dari
1. Formulasi I Kaolin 250 gram, lempung 250 gr amdan kapur 15 gram
2. Formulasi II Kaolin 200 gram, lempung 300 gr amdan kapur 15 gram
3. Formulasi III Kaolin 150 gram, lempung 350 gr amdan kapur 15 gram
4. Formulasi IV Kaolin 300 gram, lempung 200 gr amdan kapur 15 gram
5. Formulasi IV Kaolin 350 gram, lempung 150 gr amdan kapur 15 gram
24
4.3.Pengolahan
Kaolin daerah penelitian, tanah liat dan batukapur sebelum dibentuk untuk membuat
produk tertentu harus diolah terlebih dahulu. Kaolin harus dihancurkan, kemudian
direndam dalam air selama semalam, keesokan harinyakaolin tersebut disaring dengan
ayakan no 100 dan dibiarkan air memisah dengan kaolin datn bahanaditif lainnya.
Selanjutnya kaolin dan bahan aditif tersebut dijemur pada panas matahari. Setelah
kering bahan tersebut dihaluskan dan digiling dengan jar mil dan disaring kembali
dengan ayakan no 100. Selanjutnya bahan tersebut siap untuk dicampur dan dibuat
adonan sesuai dengan perbandingan campuran (formulasi campuran bahan) dan
selanjutnya siap dibentuk.
25
homogeny dan ditambahkan air secukupnya secara bertahap sampai kekentalan yang
dikehendaki (cukup). Proses pembentukan menggunakan proses cetak tuang dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Keplastisan adonan tidak perlu terlalu kental
2. Kaolin termasuk bahan yang kurang plastis
3. Proses pembentukan lebih mudah dan cepat
4. Bahan kaolin yang dibutuhkan lebih banyak
Dalam proses pembentukan dengan cetak tuang disamping air sebagai bahan pencampur
harus ditambah dengan sodium silikat (waterglass), yang berfungsi untuk menghambat
terjadinya suspense (pengendapan). Proses pembuatan adonan adalah bahan kaolin dan
bahan aditif yang telah ditimbang sesuai denganformulasi, kemudian dicampurkan
sampai homogeny. Selanjutnya secara bertahap ditambah air secukupnya sampai plastis
adonan memiliki kekentalan (plastisitas) yang cukup untuk proses cetak tuang kedalam
cetakan yang terbuat dari bahan gip dengan dengan macam produk yang akan dibuat.
26
Waktu pencetakan (pembentukan) dalam cetakan, tergantung dariI kualitas gip, apakah
masih baru atau cetakan sudah lam dipergunakan. Cetakan yang masih baru (kualitas
gip) baik, proses pencetakan memerlukan waktu kurang lebih 1-2 jam, sudah dapat
dikeluarkan dari cetakan. Selanjutnya produk dikeringkan. Proses pembuatan dengan
cara cetak tuang yaitu dengan menggunakan cetakan (mold) terbuat dari bah gip, perlu
disiapkan terlebih dahulu, kemudian bahan yang telah dicampur (adonan), dituangkan
kedalam cetakan. Cara ini relative lebih muda dan cepat dibandingkan dengan proses
pembentukan tangan, disamping itu hasil produk relative sama.
Kelemahan cara ini adalah harus banyak persiapkan pola/macam cetakan, sehingga
dapat menghasilkan produk yang mempunyai macam / variasi yang banyak, dengan
demikian perlu tambahan biaya untuk pembuatan cetakan tersebut.
4.5.Pengeringan
Setelah dibentuk, benda uji / produk di keringkan dengan cara dianginkan atau dijemur
pada panas matahari. Dapat pula dikeringkan dengan oven, pengeringan dengan oven
pengeringannya dapat dilakukan secara perlahan lahandan
suhu dapat
dinaikan.
Sebelum masuk oven pengeringan, maka benda uji/produk yang telah dibuat dihaluskan
(finishing) dengan amplas untuk memperbaiki bentuk yang tidak diinginkan. Waktu
yang dibutuhkan dari tahap kering angin sampai masuk oven pembakaran biasanya
memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu, selanjutnya produk tersebut siap masuk
oven pembakaran.
27
28
29
4.7.Pengglasiran
Glasir dapat diartikan sebagai lapisan tipis bahan bahan silikat pada permukaan produk
keramik. Gelasir akan bermanfaat untuk;
1.Membuat produk tidak dapat ditembus gas dan cairan
2. Menambah kekuatan produk
3. Menambah indahnya produk
Untuk membuat gelasir seperti disebutkan dalam landasan teori dipakai sejumlah bahan
mentah, diantarany silica, kapur alumina dan oksida besi. Silika merupakan komponen
yang selalu ada pada setiap jenis gelasir, bertindak sebagai bahan pembentuk gelasir
Dalam uji coba pembuatan
Besar Keramik Bandung, bahan gelasir yang dipakai seperti formula dan pewarna
menggunakan kobalt oksida dan chrom oksida yang telah dibakar akan berwarna coklat.
Teknik/cara mengglasir bermacam macam, salah satu cara mengglasir dengan cara
mencelup produk tersebut kedalam bahan gelasir. Penggelasiran dengan cara celup lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan kuwas, hasilnya akan lebih merata.
Teknik/cara mengglasir dengan cara mencelup seperti ditunjukan pada foto
Setelah selesai pross gelasir, selanjutnya benda uji/produk dimasukan kedalam oven dan
dibakar sampai suhu 1200 0C (suhu gelasir). Hasil uji keramik menunjukan
30
Bahan
Kaolin (Madina)
Lempung (Pleret)
Kapur (aditif)
I
50/250
50/250
3/15
Komposisi (%) / gr
II
III
IV
40/200
60/300
3/15
30/150
70/350
3/15
60/300
40/200
3/15
V
70/350
30/150
3/15
31
uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil
pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah
5. Campuran 1 dengan perbandingan 350 gr kaolin : 150 gr lempung; 15 gr aditif
memperlihatkan hasil tidak baik. Setelah proses cetak tuang benda uji
dianginkan/dikeringkan pada saat kering tampak agak retak. Selanjutnya benda
uji dibakar pada suhu 900 0C, waktu pembakaran kurang dari 4 jam. Hasil
pembakaran memperlihatkan benda uji /produk retak dan pecah
32
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada daerah penelitian dapat disimpulkan
1. Di desa Sibanggor Kabupaten Mandailing Natal terdapat sumberdaya alam yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri ubin keramik
2. Hasil uji coba pembuatan ubin keramik dalam skala laboratorium (prototipe)
dari 5 sampel yang dilakukan formulasi adonan (III) merupakan hasil yang baik
dengan perbandingan kaolin 150 gram, lempung 250 dan bahan aditif berupa
kapur 15 gram.
3. Uji kuat lentur menunjukan dari 5 sampel yang dilakukan kuat lentur kering
formulasi III 35,81 Kg/cm2 dan kuat lentur bakar formulasi III 83,0 Kg/cm2
menunjukan hasil yang baik .
Dalam usaha peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam lokal
khususnya kaolin
sebagai bahan baku industri ubin keramik sangat ditentukan oleh keseragaman ukuran
butir dan komposisi kimia.
33
SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut terutama pencarian bahan baku aditif
keramik
lainnya seperti lempung dan kapur sehingga potensi sumberdaya alam didaerah
penelitian dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal
2. Hasil uji coba tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah/investor didalam pembuatan industri ubin keramik pada daerah penelitian
3. Dalam upaya pemanfaatanya dalam skala industri perlu pencermatan lebih lanjut
terhadap parameter yang tidak di sebutkan dalam penelitian ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aldiss D.T at al, 1983, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G), Direktorat Jendral Pertambangan
Umum dan Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara, 2000. Potensi Bahan Galian Sumatera
Utara. Kantor
Medan.
Haryono BS.,2004, Peran Bahan Additif pada Campuran Beton untuk Meningkatkan
Ketahanan Korosi, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Bandung
Suhanda Soesilowati, 1997. Pengaruh Tingkat Distribusi Butir pada Sifat Fisik Badan
Keramik Porselin. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, Bandung
Suhala, S. dan Arifin,M., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung
35