I. Definisi
Kata "tauhid" adalah kata benda yang berasal dari kata kerja wahada,
yawahidu yang berarti mengesakan. Tauhidullah berarti mengesakan Allah. Kata
ini mengandung pengertian sikap, bukan sekedar keyakinan. Seseorang yang
beriman tidak hanya dituntut mempercayai atau meyakini akan keesaan Allah,
akan tetapi juga harus menunjukkan sikap pengesaan. Sesungguhnya
tauhidullah inilah yang menjadi intisari dari akidah sebagai asas bangunan Islam.
Allah Ta'ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk menyekutukan-Nya, yakni
menjadikan sesuatu selain Allah sama kedudukannya atau setara dengan Allah
Ta'ala. Tauhidullah adalah upaya mengokohkan keyakinan-keyakinan agama
Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga
dapat menghilangkan semua keraguan serta menjadikan jiwa kokoh dan tenang
karena keimanan.
II. Macam-macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Adalah : Meyakini bahwa, tidak ada pencipta dan tidak ada pemberi rizqi,
tidak ada penguasa alam selain Allah.
Firman Allah : Q.S Al Baqoroh : 21-22
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Firman Allah : Q.S Al Baqoroh : 284
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika
kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Tauhid Uluhiyah
Adalah : Meyakini Allah sebagai satu-satunya sembahan, tujuan hidup, dan
beribadah hanya kepada Nya.
orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Sehubungan
dengan ini, Nabi Yusuf berkata:
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?"
(Yusuf: 39)
Orang mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridha
dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hatinya
tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan
ini menginginkannya ke kanan, sedang tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia
terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan ketetapan.
Sumber Keamanan Manusia
Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak
ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran
terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan
lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah hanya takut kepada
satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta
merasa tenang ketika mereka kalut. Hal itu diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam
firmanNya:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau
pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia.
Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang
demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah, mengikhlaskan
ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencam-puradukkan tauhid mereka dengan
syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang besar.
Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap
kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya,
sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk.
Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila
datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia
tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda
Rasulullah:
"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon
pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)
Dan firman Allah : QS Al Anam : 17
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan dia sendiri. dan jika dia mendatangkan kebaikan kepadamu,
Maka dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Melapangkan Kehidupan
Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walau
bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia orang miskin, ia bersabar, sebab ia tahu
bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan abadi,muara segala kenikmatan.
Seandainya ia kaya, ia akan bersyukur, sebab harta yang ada padanya hanyalah
titipan dari Allah swt.
Sabda Rosulullah saw :
Amat mengherankan terhadap urusan orang mukmin, dan tidak terdapat kecuali
pada orang mukmin. Bila ditimpa musibah ia sabar, bila diberi nikmat ia bersyukur
(HR Muslim)
Lain halnya dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ia akan merasakan
kehidupan dunia ini sempit bagaimanapun keadaannya.
Firman Allah QS Ath Thaaha : 124
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
V. Bukti-bukti Eksistensi Allah
1. Dalil Fitrah
QS Al Araf : 172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"
QS Al Ankabut : 61
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan
menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar).
2. Dalil Sejarah
QS Ali imron : 137
Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
[230] yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang
berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan
rasul.
QS Al Araf : 176
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayatayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian
Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka
Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
3. Dalil Aqli (Akal / Rasional)
Fenomena Terjadinya Alam
Setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mengadakan, begitu pula dengan
alam semesta ini. Lihatlah gunung yang kokoh berdiri, aliran sungai yang
kesemuanya bermuara ke laut, langit yang tegak tanpa tiang, planet yang
beredar penuh denga keteraturan.
QS Ath Thuur : 35-36
35. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)?
36. Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka
tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
Fenomena Kehendak yang tinggi
Apakah kita dapat membayangkan andai saja di atas lapis permukaan bumi
tidak terdapat lapisan ozon yang melindungi dari sengatan ultraviolet
matahari, melindungi dari jatuhnya benda-benda langit yang tidak terhitung
jumlahnya. Lalu apakah hal itu terjadi begitu saja?
QS Ali imron : 190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Fenomena Petunjuk dan Ilham
Hal apakah yang mendorong ikan salmon berenang melawan arus sungai
untuk kembali ke tempat asal mereka dilahirkan? Bagaimana mereka tahu
jalan yang harus dilalui sepanjang puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan
meter. Bagaimana caranya seekor lebah yang keluar dari saranganya untuk
mencari makanan begitu jauh terbang dari sarangnya tapi dapat kembali ke
tempatnya semula tanpa tersesat?
QS Thahaa : 50
Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk[925].
[925] Maksudnya: memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk
kelanjutan hidupnya masing-masing.
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.
18. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
19. Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh
dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara)
petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Referensi :
Said Hawwa, Al Islam, GIP, 2004
Novi Hardian & Tim Ilna Yosen (Youth Center), Super Mentoring, Syamill, 2003
Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah, Media Insani, 2005
Khalid As Sad, Kumpulan Khutbah Syaikh Al Qardhawi, Al Kautsar, 1998