Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIOLOGI II

SISTEM IMUNITAS

DISUSUN OLEH :

AMILIA DAMAYANTI

(04021281320007)

AULIA HERIKA PUTRI

(04021181320049)

LILIA TIARA LESTARI

(04021181320043)

POVI OLIVIA

(04021281320021)

RIRIN AGUSTINA

(04021281320014)

ULYA SYAFITRI M

(04021181320044)

DOSEN PEMBIMBING :
Dian Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Fisiologi II yang
berjudul Sistem Imunitas.
Makalah yang membahas tentang Dampak Sistem Imunitas ini disajikan dengan
bahasa yang singkat, padat, dan mudah dimengerti. Makalah ini dilengkapi dengan
pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, dan
tujuan pembuatan makalah, penjelasan materi pada pembahasan serta penutup. Dalam
makalah ini juga terdapat daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam
penyusunan.
Terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Indralaya, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah..................................................................................... 1

1.3

Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1.

Pengertian Imunologi................................................................................ 3

2.2

Mekanisme Imunitas, Peran Sel Imun Dan Res..........................................3

2.2.1

Mekanisme Imunitas...........................................................................3

2.2.2

Peran sel imun......................................................................................... 4

2.3.

Sel-sel Sitem Imun.................................................................................... 4

2.4.

Stuktur Antibodi dalam Cairan dan Sekresi Tubuh..................................13

2.5.

Efek antibodi dan Bagaimana Efek Ini Dihasilkan...................................14

2.6

Fungsi Antibodi........................................................................................ 15

2.7

Hormon pada Respon Imun.....................................................................16

2.8

Gangguan Autoimun, Imunodefisiensi dan Alergen................................19

2.9

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun adalah sebagai berikut.20

BAB III.................................................................................................................. 22
PENUTUP.............................................................................................................. 22
3.1.

KESIMPULAN............................................................................................ 22

3.2.

SARAN..................................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan
tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut
dengan sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis
penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi
tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap. Setiap
sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu
pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan menghancurkan
tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita.
System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai
komponen system imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang
secara imunologis terpapar pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi
dengan antigen yang sama, maka akan timbul respon imun sekunder yang lebih
efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu
mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan oleh respon
imun tersebut disebut hipersensitivitas. Oleh karena itu, untuk dapat lebih memahami
tentang sistem imun ini dan berbagai komponen penyusun yang ada di dalamnya,
maka kami membuat makalah ini, makalah yang akan menambah pengetahuan kita
tentang peranan sistem imun dalam tubuh manusia yang mempunyai peranan penting
dalam sistem mempertahankan kesehatan dan daya tahan tubuh seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa itu imunologi ?


Bagaimana mekanisme imunitas ?
Apa sajakah sel-sel imunitas ?
Bagaimana stuktur antibodi dalam cairan dan sekresi tubuh?
Bagaimana efek antibodi dan bagaimana pula hasilnya ?
Apa fungsi antibodi ?
Apa sajakah hormon yang terdapat pada respon imun ?
Apa sajakah gangguan autoimun, imunodefisiensi dan alergen ?
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi sitem imun ?
1

1.3 Tujuan Penulisan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Untuk mengetahui pengertian imunologi.


Untuk mengetahui mekanisme imunitas.
Untuk mengetahui sel-sel imunitas.
Untuk mengetahui struktur antibodi dalam cairan dan sekresi tubuh.
Untuk mengetahui efek antibodi dan hasilnya.
Untuk menegtahui fungsi antibodi.
Untuk menegtahui hormon apasajakah yang terdapat pada respon imun.
Untuk mengetahui gangguan autoimun , imunodefisiensi dan alergen.
Untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi sistem imun.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi
antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat
maupun

sakit;

malfungsi

sistem

imun

(penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi

pada
imun,

gangguan

imunologi

penolakan

allograft);

karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in


vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

2.2 Mekanisme Imunitas, Peran Sel Imun Dan Res


2.2.1 Mekanisme Imunitas

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh

terhadap

pengaruh biologis luar

dengan

mengidentifikasi

dan

membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis

luar

yang

luas,

organisme

akan

melindungi

tubuh

dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit,serta menghancurkan zat-zat asing
lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki

cara

baru

agar

dapat

menginfeksi

organisme.

Organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi
terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno
dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.
Mekanisme tersebut termasuk peptidaantimikrobial yang disebut defensin, fagositosis,
dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara
relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusivertebrata. Imunitas vertebrata
seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang
berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun
yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen
3

khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan
membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan
patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga
berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit
genetik,

seperti severe

combined

immunodeficiency,

atau

diproduksi

oleh

farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang
disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda
asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus
tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan
penyakit adalah bagian dari penelitian.
Referensi
Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatn Volume 2. Jakarta: EGC
Perry,A,G & Potter,P,A. 1999. Fundamental Keperawatan Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
2.2.2

Peran sel imun


Didalam tubuh kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun.
Ia dirancang untuk mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba,
virus, racun dan parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita. Sistem imun terdiri
dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak
begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba,
parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun
ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.

2.3. Sel-sel Sitem Imun


A. Fagosit monokulear

Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag
dalam jaringan .
1) Monosit
Selama hematopoiesis

dalam

sumsum

tulang,

sel

progenitor

granulosit/monosit berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan


sumsum tulang dan masuk kedalam sirkulasi untuk selanjutnya
berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai
fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali di
organ limfoid dan organ lainnya.
2) Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen,
berbentuk khusus yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati, dan
dinamakan sesuai dengan lokasi jaringan sebagai berikut :
1. Usus
: makrofag intestinal
2. Kulit
: sel dendritik atau sel langerhans
3. Paru
: makrofag alveolar, sel langerhans
4. Jaringan ikat : histiosit
5. Hati
: sel kuppfer
6. Ginjal
: sel mesangial
7. Otak
: sel microglia
8. Tulang
: osteoklas
Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsangan, dapat memakan, menangkap,
mencerna anti gen eksogen, seluruh mikro organisme, partikel tidak larut dan
bahan endogen seperti sel penjamu yang cedera atau mati.
Makrofag sel utama fagositosis. Terdiri dari 2 macam : makrofag bebas dan
makrofag fiksasi (tinggal di organ). Sel makrofag sebagai sel APC (Antigen
Presenting Cell) yang mempunyai molekul MHC. MHC kelas I aken
mengaktivasi sel Tc, Kelas II mengaktivasi sel Th, MHC kelas III
menstimulasi sistem komplemen.
B. Fagosit polimorfonuklear
Fagosit polimorfonuclear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam
sumsum tulang dalam kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari,
sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun.
Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel darah
putihnormal dan dapat keluar dari pembuluh darah.

Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil dan


eosinofil.
1. Neutrofil
Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya hanya
berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke
jaringan, dan hidup selama beberapa hari dalam jaringan. Neutrofil
mempunyai reseptor untuk IgGdan komplemen
2. Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi. Seperti
neutrofil, eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat
pula di rangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast dan
basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga berperan dalam imunitas
parasit dan memiliki berbagai reseptor. Fungsi utama eosinofil adalah
melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan antigen antibody.
Sel lain :
a) Sel dendritik : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II.
b) Sel Langerhans : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas
II.
Organ Organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid) :
Berdasarkan fungsinya :
1. Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun,
yaitu kelenjar timus dan susmsum tulang.
2. Organ Limfoid Sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
proses-proses reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the loose clusters of
follicles, peyer patches, MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue), tonsil.
3. RES (Reticuloendothelial System)
RES adalah bagian sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada
reticular connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag.
Human Lymphoid Sistem terdiri dari Pembuluh limfatik, Organ limfoid, sel dan
Jaringan imun, dan limfe (cairan sistem limfoid).
Referensi:
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan dari
Human Psysiologi And Mechanisms Of Disease. Penerjemahan: Petrus Andrianto.
Jakarta: EGC.

Gibson, Jhon. 1981. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Terjemahan Dari
Fisiologi And Anatomi For Nurse. Penerjemah: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Mekanisme Kerja Sel Imun :
a. NK cell (Natural Killer Cell)
Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut), tapi buka sel fagositik.
Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell disebut
sebagai immune surveylence (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell
menempel pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein
killer (perforin). Perforin ini akan membentuk suatu jembatan antara NK cell
dengan sel terinfeksi, melalui jembatan ini terjadi pengeluaran elektrolit berlebih
dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik. Peristiwa penyerangan dengan
jembatan ini disebut membrane attack complex.
b. Sel B.
Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian
melalui MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi
sel T helper. Sel T helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel
B berproliferasi menjadi sel memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk
menjadi sel plasma penghasil antibodi.
c. Sel T.
Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung
teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang
termasuk sitokin adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon ,,; Tumor
Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.
d. Non Specific Killer Cells.
Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated macrophage; Eosinophils
(diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi
cacing).
Referensi
Hall, Guyton. 2008. Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Imunitas Bawaan
1) Peradangan

Peradangan, suatu respons nonspesifik terhadap cedera jaringan di mana spesialisspesialis fagositik neotrofil magrofak beperan besar, bersama dengan asupan
suportif dari tipe sel imun lain.
2) Interferon
Interferon, sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan sel dari
infeksi virus. Selain respons peradangan, mekanisme pertahanan bawaan lain
adalah pengeluaran interferon dari sel yang terinfeksi virus. Interferon secara
singkat mnghasilkan resistensi non spesifik terhadap infeksi virus dengan secara
transien mengganggu repikasi virus yang sama atau yang tidak berkaitan di sel-sel
pejamu lain. Memang, interferon diberi nama karena kemampuannya mengganggu
(interfere) replica virus.
3) Natural Killer Cell
Natural killer cell, suatu kelompok khusus sel mirip limfosit yang secara spontan
dan nonspesifik melisiskan (memecahkan) dan menghancurkan sel pejamu yang
terinfeksi virus dan sel kanker. Cara kerja dan sasaran utama serupa dengan yang
dimiliki oleh sel T sitotoksik, tetapi sel yang terakhir ini hanya dapat mematikan
sel yang terinfeksi oleh virus tertentu atau sel kanker yang telah terpajan
sebelumnya. Selain itu, setelah pemajanan sel T sitotoksik memerlukan periode
pematangan sebelum sel ini dapat melakukan periode pematangan sebelum sel ini
dapat melakukan serangan mematikan. Sel NK menghasilkan pertahanan
nonspesifik yang cepat terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum
sel T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak dapat berfungsi.
4) Sistem Komplemen
Sistem komplemen, merupakan sekelompok protein plasma inaktif yang jika
diaktifkan secara berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang
membrane plasmanya. System ini dapat diaktifkan dengan dua cara
1. Oleh pajanan ke rantai karbohidrat tertentu yang terdapat dipermukaan
mikroorganisme tetapi tidak terdapat di sel manusia, suatu respon imun
bawaan nonspesifik.
2. Oleh pajanan ke antibodi yang dihasilakan terhadap mikroorganisme
penginvasi spesifik, suatu respons imun.
Respon imun humoral dan seluler :
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan
memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang.
Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor
soluble yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins (CRP), dan interferon.
8

Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui dua mekanisme pertahanan
utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat bakterisidal dan mekanisme
fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan mengenali berbagai
mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat migrasi
sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi.
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya
stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu
spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik
terdiri dari respons imun humoral dan respons imun seluler.
a. Respons Imun Humoral
Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori.
Antibodi akan berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons
imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel T (T cell receptors), dan molekul MHC
(Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi berfungsi untuk pertahanan
host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target, merekrut
mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan
menyingkirkan antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan
antigen secara keseluruhan, tetapi dengan segmen pendek dari asam amino
(antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat dan mengenali kompleks
antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk menentukan
kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself,
mengatur berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons
imun, dan menentukan kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen
spesifik dan kecenderungan untuk menderita kelainan imunologik.

b. Respons Imun Seluler


Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak
intraseluler. Oleh karena itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk
menghancurkan mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh
APC, akan terbentuk fragmen peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan
9

TCR bersamaan membentuk kompleks dengan MHC. Limfosit T mengeluarkan


subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen bekerja sama dengan MHC
kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah
protein yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen
endogen dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan
MHC kelas I pada retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya,
yaitu Tc (CD8), untuk mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan MHC
kelas I. Sel Th1 Pada dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling
melengkapi. Sel-sel imun saling berinteraksi dalam regulasi sistem imun.
c. Pembentukan anti gen antibody
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit
B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel
plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan
dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat
melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya
antigen pada antibodi disebut variabel.
Referensi
Arthur C, Guyton, John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Terjemahan:
Luqman Yauar Rachman. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Terjemahan: Brahm U
Pendit. Jakarta: EGC.
Fungsi dan peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuh :
Yang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang
menurun. Sistim imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing
masing komponen atau keduanya dapat terganggu baik oleh sebab kongenital maupun
sebab yang didapat. Pada hal yang akhir, sistim imun tersebut sebelumnya berfungsi
baik.

Hal

inilah

yang

dalam

praktek

sehari-hari

dimaksudkan

dengan

imunokompromais.
Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat
terjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak), tindakan
pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit),
neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemi, mieloma,
10

neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan
kehilangan

protein,

sindrom

nefrotik,

diabetes

melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anestesi)
dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di
lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan
normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalam keadaan
imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai penyakit. Oleh
karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai risiko yang lebih tinggi
terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri maupun yang nosokomial dibanding
dengan yang tidak imunokompromais. Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada
keadaan imunokompromais, komponen-komponen sistim imun dan fungsinya
masing-masing, respons imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti
dengan baik.
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis
organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan
kekebalan.
Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1. Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit
peka yang menyerang dan menghancurkan organism spesifik/toksin.
2. Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakitpenyakit pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh.
Kekebalan ini disebabkan oleh proses berikut:
Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari system

makrofag jaringan.
Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim

pencernaan.
Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism
asing/toksin dan menghancurkannya.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-

tiap agen penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini
penting sebagai pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak
mempunyai kekebalan bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada
11

serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang
menyebabkan

sistem

imun

khusus

timbul

dengan

kuat

untuk

menahan

penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangat spesifik untuk penginvasi


tertentu dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat
memberikan proteksi ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi
dalam dosis 100 ribu kali jumlah yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan
tersebut. Karena alas an ini proses yang dikenal dengan vaksinasi sangat penting
dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu. Dalam tubuh manusia terdapat
2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus dan berhubungan sangat erat, yaitu:

Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar, yang

merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.


Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yang sangat
khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang mempunyai
kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.
Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa

kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya.
Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks
lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan didapat, zat ini disebut
antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang ditransplantasikan dari manusia
lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan
selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.
Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang
besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang
secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan
mengapa protein dan polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka
mempunyai kedua jenissifat streokimia ini.
Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang
secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat
kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoid hampir selalu terletak
pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalam jaringan limfoid khusus seperti
limpa, daerah submukosa saluran pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum
tulang. Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini
secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:

12

Limfosit T, bertanggung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi yang

memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam timus.


Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan humoral,
dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus.
Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian

terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus
berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.
Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses
kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme
kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai.

2.4. Stuktur Antibodi dalam Cairan dan Sekresi Tubuh


Sebuah molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida yaitu dua rantai berat
identik dan dua rantai ringan identik. Rantai dihubungkan dengan ikatan disulfide dan
ikatan lain yang membentuk molekul berbentuk Y untuk memungkinkan terjadinya
perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen maksimum. Menurut
perbedaan dalam aktifitas biologisnya, antibody dikelompokan menjadi 5 subkelas
yaitu sebagai berikut.
1. Imunoglobulin M (IgM): antibody pertama yang dibentuk oleh respons imun.
Nama M berasal dari macroglobulin yang merupakan immunoglobulin terbesar.
Sebagian besar sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor
antigen dan dibentuk paling dahulu pada respons imun primer. IgM berfungsi
sebagai reseptor permukaan sel B sebagai tempat antigen melekat dan
disekresikan pada awal respons sel plasma.
2. Immunoglobulin G (IgG): berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak
antigen seluler melalui interaksi dalam system komplemen. Jumlah IgG sangat
banyak di dalam darah dan dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh terpajan
ulang ke antigen yang sama. Bersama antibody, IgG dan IgM bertanggung jawab
pada sebagian respons imun spesifik terhadap bakteri dan beberapa jenis virus.
3. Immunoglobulin E (IgE): disebut antibody reagenik dan merupakan imun
dengan jumlah yang sedikit dalam serum, tetapi efeknya sangat efisien. IgE
dibentuk setempat oleh plasma dalam selaput lendir saluran napas dan saluran
13

cerna. Jumlah IgE tinggi ditemukan pada alergi dan infeksi cacing
skistomisomiasis. Mediator antibody untuk respons alergi misalnya: hemoragik
fever, asma dan biduran.
4. Immunoglobulin a (IgA): ditemukan pada jumlah sedikit serum. IgA dalam
serum dapat mengaglutinasi dan mengganggu motilitas kuman sehingga
memudahkan fagositosis. IgA ditemukan dalam sekresi system pencernaan,
pernafasan, dan genital urinaria serta di dalam air susu dan air mata.
5. Immunoglobulin D (IgD): ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam
sirkulasi karena IgD tidak dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap
degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama
dari sel B dari diferensiasi yang lebih matang. IgD mempunyai aktivitas antibody
terhadap antigen berbagai makanan dan auto antigen seperti komponen nucleus.
IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen yang
diduga dapat dicegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada antigen.
Klasifikasi ini didasarkan pada cara-cara antibody berfungsi, protein dari
kelima subkelas tersebut terdiri atas 4 rantai polipeptida yang saling berhubungan dan
tersusun seperti huruf Y. Setiap antibody hanya dapat berinteraksi dengan satu jenis
antigen yang spesifik cocok dengannya.

2.5. Efek antibodi dan Bagaimana Efek Ini Dihasilkan


Fungsi antibody yang paling penting adalah meningkatkan respons imun
spesifik yang dimulai oleh masuknya zat asing. Antibody memberi tanda atau
mengidentifikasi benda asing sebagai suatu sasaran yang harus dihancurkan oleh
sisitem komponen fagosit atau sel-sel pembunuh. Sementara itu antibody
meningkatkan aktifvitas dengan berbagai system pertahanan sebagai berikut.
1. Pengaktifan system komplemen
Apabila suatu antigen yang sesuai berikatan dengan antibodinya, reseptor
antibody akan mengaktifkan komponen system komplemen dan menyebabkan
terbentuknya membrane attek plex untuk melaksanakan fungsi protektif.
2. Meningkatkan fagosit
Terutama IgG berfungsi sebagai opsonin yang berkaitan dengan antigen dan
mampu mengikat reseptor di permukaan fagosit dan mempermudah fagositosis
korban yang mengandung antigen yang melekat ke antibody.
3. Stimulasi sel penuh

14

Pengikatan antibody ke antigen menginduksi serangan sel pembawa antigen. Sel


sasaran sebelum dihancurka dilapisi oleh antibody agar dapat dihanurkan melalui
proses lisis.
Dengan cara itu antibody mampu secara langsung menghancurkan bakteri serta
dapat menyebabkan destruksi antigen yang melekat padanya secara spesifik untuk
memperkuat mekanisme pertahanan letal non spesifik untuk memperkuat
mekanisme pertahanan letal non spesifik yang lain. Respon antigen-antibodi
berlebihan dapat merusak sel-sel normal serta sel-sel asing.

2.6 Fungsi Antibodi


1. Mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerangan mikroorganisme asing
melalui beberapa cara.
2. Membantu tubuh untuk membersihkan diri dari mikroorganisme penyerang
dengan cara memfasilitasi fagosit.
3. Meningkatkan pelepasan substansi vasoaktif, seperti histamine.
Referensi:
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan dari
Human Psysiologi And Mechanisms Of Disease. Penerjemahan: Petrus Andrianto.
Jakarta: EGC.
Gibson, Jhon. 1981. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Terjemahan Dari
Fisiologi And Anatomi For Nurse. Penerjemah: Monica Ester. Jakarta: EGC.

2.7 Hormon pada Respon Imun


Imunitas Aktif
Didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga
tubuh memproduksi antibodinya sendiri. Pembentukan antibodi atau akibat pajanan ke
suatu antigen terhadap antigen tersebut agar dapat memperoleh antibodi adalah
dengan cara pemindahan langsung antibodi yang dibentuk oleh orang lain.
1. Imunitas aktif dapat secara alamiah terjadi jika seseorang terpapar satu penyakit
dengan sistem imun memproduksi antibodi secara khusus. Imunitas ini dapat
bersifat seumur hidup (campak dan cacar) atau sementara ( pneumonia dan
gonorhoe ).

15

2. Imunitas aktif dapat secara buatan ( terinduksi ) , merupakan hasil vaksinasi .


vaksin dibuat dari patogen yang mati , dilemahkan atau toksin yang telah diubah.
Vaksin ini dapat merangsang respon imun tetapi tidak menyebabkan penyakit.
Antibodi tertentu semula dianggap terdapat secara alamiah didalam tubuh ,
antibodi yang berkaitan dengan golongan darah merupakan salah satu contoh antibodi
alamiah. Membran permukaan eritrosit manusia mengandung antigen yang
diwariskan dari orang tua dan bervariasi bergantung pada golongan darah. Antibodi
ini dianggap sebagai antibodi alamiah.
Interaksi antibodi dengan antigen yang terikat ke eritrosit dapat menyebabakan
aglutinasi (penggumpalan/hemolisis) sel darah merah yang bersangkutan akan pecah.
Aglutinasi dan hemolisis sel darah merah donor oleh antibodi diplasma resipien dapat
menimbulkan reaksi transfusi yang terkadang fatal. Gumpalan eritrosit donor dapat
menyumbat pembuluh darah halus. Selain itu , kosekuensi yang paling mebahayakan
dari ketidak cocokan transfusi adalah gagal ginjal akut akibat dikeluarkannya
sejumlah besar hemoglobin dari eritrosit donor yang rusak.
Faktor Rh ( rhesus factor ) ; suatu antigen eritrosit yang pertama ditemukan
dalam darah monyet sehingga diberi nama rhesus. Dikatakan memiliki darah Rh
positif jika terdapat faktor Rh smentara yang tidak memiliki faktor Rh dianggap Rh
negatif. Antibodi Rh diproduksi hanya oleh individu Rh negatif sewaktu mereka
pertama kali terpajan ke antigen Rh asing yang terdapat didalam darah Rh positif.
Transfusi darah Rh positif berikutnya pada orang dengan Rh negatig yang
telah tersensitisasi tersebut menimbulkan rekasi transfusi. Individu Rh positi
sebaliknya tidak pernah menghasilkan antibodi terhadap faktor Rh yang mereka miliki
sendiri. Dengan demikian, individu Rh negatif hanya boleh diberi Rh negatif
sedangkan individu Rh positif dapat dengan aman menerima Rh positif maupun Rh
negatif.
Faktor Rh terutama penting dalam dunia kedokteran pada kasus seorang ibu
dengan Rh negatif yang membentuk antibodi dengan eritrosit janin Rh positif yang
dikandungnya dan menimbulkan penyakit yang disebut Eritroblastosis atau penyakit
hemolitik pada bayi yang baru lahir.
Imunitas Pasif
Terjadi jika antibodi dipindahkan dari suatu individu ke individun lain :
16

1. Imunitas pasif alami : terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk menembus
plasenta. Antibodi IgG memberi perlindungan sementara (mingguan-bulanan)
pada sistem imun yang rematur (tidak matang).
2. Imunitas pasif buatan : imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang
diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu
antigen. Misalnya , antibodi dari kuda yang sudah kebal terhadap racun ular
tertentu dapat diinjeksikan pada individu yang dipatuk ular sejenisnya.
Imunitas pasif merupakan imunitas pinjaman yang diperoleh segera setelah
menerima antibodi yang sudah dikenal. Pemindahan antibodi IgG secara normal
terjadi dari ibu ke janin melewati plasenta selama perkembangan intrauterus.
Selain itu kolostrum ( susu pertama ) yang dihasilkan oleh ibu telah mengandung
antibodi IgA yang dapat menambah perlindungan bayi yang disusui.
Antibodi yang dipindahkan secara pasif biasanya diuraikan dalam waktu
kurang dari satu bulan , tapi sementara itu bayi baru lahir mendapat perlindungan
imun penting yang dimiliki ibu sampai bayi tersebut secara aktif mulai
membentuk sendiri respon imunnya. Kemampuan membentuk antibodi belum
muncul sampai satu bulan setelah lahir.
Imunitas secara klinis bertujuan untuk menghasilkan perlindungan segera
dan meningkatkan resistensi terhadap suatu agen infeksius yang sangat virulen
(efek patologis) dan berpotensial mematikan yang terpajan pada orang yang
bersangkutan misalnya virus rabies, toksis tetanus pada individu yang belum
diimunisasi dan bisa ular. Biasanya antibodi yang diberikan didapat dari sumber
lain (bukan dari manusia) yang telah terpajan ke bentuk antigen yang sudah
dilemahkan.
Untuk memperoleh antibodi dalam jumlah besar , sering digunakan kuda
atau sapi. Penyuntikan yang mengandung antibodi ini (antiserum atau antitoksin)
bermanfaat untuk menghasilkan proteksi segera terhadap penyakit atau toksin
tertentu. Penerima mungkin membentuk respon imun terhadap antibodi yang
diberikan tersebut, karena antibodi ini adalah protein asing yang dapat berakibat
reaksi alergen hebat yang dikenal dengan serum sickness.
Tabel Imunitas Aktif Versus Imunitas Pasif
Karakteristik

Imun Aktif
17

Imun Pasif

Pajanan keantigen yang

Ya, baik melauli pajanan

Tidak

diperlukan untuk

alamiah selama infeksi atau

membantu imunitas

melauli pajanan buatan

Sumber antibodi dalam

selama vaksinasi
Antibodi dibentuk sendiri

Antibodi pinjaman yaitu

darah

jika tubuh terpajan ke

dihasilkan oleh sumber

antigen

lain dan dipindahkan ke


individu , baik secara
alamiah melalui plasenta
atau susu ibu ke anak
ataupun suntikan antibodi
yang diambil dari hewan
yang divaksinasi.
Penyuntikan antibodi

Memerlukan

Penyuntikan antigen yang

penyuntikan

telah dilemahkan diperlukan pinjaman diperlukan


untuk merangsang imunitas

untuk menimbulkan

aktif buatan (artificial)

imunitas pasif buatan


(artificial) segera setelah
tubuh mendapat antibodi

Waktu yang diperlukan

Diperlukan waktu beberapa

pinjaman tersebut.
Segera setelah tubuh

untuk membentuk

minggu (repon primer

mendapat antibodi

resistensi terhadap

terhadap antigen) sampai

pinjaman tersebut.

pajanan antigen

beberapa hari (respon


sekunder terhadap antigen)

Lama resistensi

untuk membentuk antibodi.


Lama : mungkin seumur

Singkat : kurang dari

Indikasi penambahan

hidup
Jauh sebelum terpajan ke

sebulan
Segera setelah terpajan

artifisial imunitas jenis

patogen virulen agar

ke virus yang sangat

ini

tersedia cukup waktu bagi

virulen atau toksin yang

klon sel B yang sesuai

dapat mematikan. Jika

untuk berespons, diperlukan

diperlukan lakukan

boster untuk

proteksi segera ( daripada

mempertahankan imunitas

menunggu imunitas aktif

18

aktif.

yang muncul lebih


lambat).

2.8 Gangguan Autoimun, Imunodefisiensi dan Alergen


Abnormalitas fungsi sistem imun menyebabkan timbulnya penyakit imun
melalui dua cara (penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai). Penyakit
difesiensi : terjadi apabila sistem imun gagal berepon secara adekuat terhadap invasi
(serangan) benda asing. Keadaan ini dapat bersifat kongenital (sejak lahir) atau non
herediter. Penderita memiliki pertahanan yang sangat terbatas terhadap organisme
patogen. Penderita dapat meninggal ketika bayi kecuali hidup dalam lingkungan yang
bebas kuman.Penyakit difesiensi imun yang paling baru dan paling sering dijumpai
adalah AIDS yang disebabkan oleh HIV, suatu virus yang menyerang dan
melumpuhkan sel T penolong.
Serangan imun yang tidak sesuai : serangan imun yang spesifik yang tidak sesuai dan
menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh mencakup hal-hal berikut ini.
1. Respon autoimun : yaitu sistem imun yang menyerang jaringan tubuh sendiri.
2. Penyakit kompleks imun : respon antibodi yang berlebihan dan merusak
jaringan normal.
3. Alergi : akuisisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai atau
hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak
berbahaya misalnya debu, serbuk sari dan lainnya.

2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun adalah


sebagai berikut.
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut serta terjadi
penuruanan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme
yang menginvasi , terganggunya fungsi limfosit T dan B, menurunnya sistem
fungsi organ yang berkaitan seperti lambung , sel kemih , jaringan paru , penipisan
kulit , neuropati perifer dan penurunan sensibilitas sirkulasi.
2. Gender ( jenis kelamin )
a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supressor)
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan
aktivitas sel supressor

19

c. Estrogen cenderung mengalakkan imunitas , sedangkan androgen bersifat


imunosupresif
3. Nutrisi
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel
imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik ( tembaga, besi , mangan ,
selenium dan zink ) akan menyekresi fungsi imun.
4. Faktor psikoneuro imunologi
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmoter dan hormon-hormon endokrin.
b. Proses imun dapat mempengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk
perilaku.
5. Kelainan organ lain
a. Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain , infeksi dan kanker dapat
mengubah fungsi sitem imun
Hilangnya serum dalam jumlah besar akan menimbulkan deplesi
(kehilangan) protein tubuh yang esensial termasuk imunoglobulin stressor
fisiologik dan psikologik. Sterss karena pembedahan atau cidera akan
menstimulasi (mendorong) pelepasan kortisol dari korteks adrenal sehingga
menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Referensi
Abreu MT, Arditi M: Innate immunity and tool-like receptors: clinical implications of basic
science research. J pediatr 144(4): 421 , 2004.
La Cava A, Matarese G: The weight of leptin in immunity. Nat Rev Immunol 4:371, 2004.
Subowo. (2003). Imunobiologi. Bandung: Angkasa.
Sutarmo Setiadji V. (1990). Buku kuliah Anatomi Fisiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

20

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imunologi adalah
suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. mekanisme
imunitas

pada organisme berfungsi

melindungi

tubuh

terhadap

pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta


seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang
luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai
cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi
seperti biasa.
Peran sel-sel imun dikerahkan ke tempat infeksi, untuk melakukan
proses penyembuhan. RES adalah bagian sistem imun yang terdiri dari sel-sel
fagosit yang terdapat pada reticular connective tissue terutama adalah monosit
21

dan makrofag. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan
reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk
antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang
pembentukan antibody itu sendiri.

3.2. SARAN
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam
penulisan makalah

ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam

penulisan paper ini, maka untuk itu kami sangat mengharapkan motivasi dan
bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-teman, sehingga dapat
kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya. Diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek keperawatan dan
bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan
sebaik baiknya sebagai penambah ilmu pengetahuan.

22

Anda mungkin juga menyukai