SISTEM IMUNITAS
DISUSUN OLEH :
AMILIA DAMAYANTI
(04021281320007)
(04021181320049)
(04021181320043)
POVI OLIVIA
(04021281320021)
RIRIN AGUSTINA
(04021281320014)
ULYA SYAFITRI M
(04021181320044)
DOSEN PEMBIMBING :
Dian Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kep
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Fisiologi II yang
berjudul Sistem Imunitas.
Makalah yang membahas tentang Dampak Sistem Imunitas ini disajikan dengan
bahasa yang singkat, padat, dan mudah dimengerti. Makalah ini dilengkapi dengan
pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, dan
tujuan pembuatan makalah, penjelasan materi pada pembahasan serta penutup. Dalam
makalah ini juga terdapat daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam
penyusunan.
Terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1.
Pengertian Imunologi................................................................................ 3
2.2
2.2.1
Mekanisme Imunitas...........................................................................3
2.2.2
2.3.
2.4.
2.5.
2.6
Fungsi Antibodi........................................................................................ 15
2.7
2.8
2.9
BAB III.................................................................................................................. 22
PENUTUP.............................................................................................................. 22
3.1.
KESIMPULAN............................................................................................ 22
3.2.
SARAN..................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan
tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut
dengan sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis
penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi
tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap. Setiap
sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu
pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan menghancurkan
tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita.
System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai
komponen system imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang
secara imunologis terpapar pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi
dengan antigen yang sama, maka akan timbul respon imun sekunder yang lebih
efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu
mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan oleh respon
imun tersebut disebut hipersensitivitas. Oleh karena itu, untuk dapat lebih memahami
tentang sistem imun ini dan berbagai komponen penyusun yang ada di dalamnya,
maka kami membuat makalah ini, makalah yang akan menambah pengetahuan kita
tentang peranan sistem imun dalam tubuh manusia yang mempunyai peranan penting
dalam sistem mempertahankan kesehatan dan daya tahan tubuh seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi
antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat
maupun
sakit;
malfungsi
sistem
imun
pada
imun,
gangguan
imunologi
penolakan
allograft);
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh
terhadap
dengan
mengidentifikasi
dan
membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis
luar
yang
luas,
organisme
akan
melindungi
tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit,serta menghancurkan zat-zat asing
lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki
cara
baru
agar
dapat
menginfeksi
organisme.
Organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi
terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno
dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.
Mekanisme tersebut termasuk peptidaantimikrobial yang disebut defensin, fagositosis,
dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara
relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusivertebrata. Imunitas vertebrata
seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang
berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun
yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen
3
khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan
membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan
patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga
berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit
genetik,
seperti severe
combined
immunodeficiency,
atau
diproduksi
oleh
farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang
disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda
asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus
tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan
penyakit adalah bagian dari penelitian.
Referensi
Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatn Volume 2. Jakarta: EGC
Perry,A,G & Potter,P,A. 1999. Fundamental Keperawatan Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
2.2.2
Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag
dalam jaringan .
1) Monosit
Selama hematopoiesis
dalam
sumsum
tulang,
sel
progenitor
Gibson, Jhon. 1981. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Terjemahan Dari
Fisiologi And Anatomi For Nurse. Penerjemah: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Mekanisme Kerja Sel Imun :
a. NK cell (Natural Killer Cell)
Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut), tapi buka sel fagositik.
Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell disebut
sebagai immune surveylence (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell
menempel pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein
killer (perforin). Perforin ini akan membentuk suatu jembatan antara NK cell
dengan sel terinfeksi, melalui jembatan ini terjadi pengeluaran elektrolit berlebih
dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik. Peristiwa penyerangan dengan
jembatan ini disebut membrane attack complex.
b. Sel B.
Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian
melalui MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi
sel T helper. Sel T helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel
B berproliferasi menjadi sel memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk
menjadi sel plasma penghasil antibodi.
c. Sel T.
Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung
teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang
termasuk sitokin adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon ,,; Tumor
Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.
d. Non Specific Killer Cells.
Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated macrophage; Eosinophils
(diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi
cacing).
Referensi
Hall, Guyton. 2008. Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Imunitas Bawaan
1) Peradangan
Peradangan, suatu respons nonspesifik terhadap cedera jaringan di mana spesialisspesialis fagositik neotrofil magrofak beperan besar, bersama dengan asupan
suportif dari tipe sel imun lain.
2) Interferon
Interferon, sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan sel dari
infeksi virus. Selain respons peradangan, mekanisme pertahanan bawaan lain
adalah pengeluaran interferon dari sel yang terinfeksi virus. Interferon secara
singkat mnghasilkan resistensi non spesifik terhadap infeksi virus dengan secara
transien mengganggu repikasi virus yang sama atau yang tidak berkaitan di sel-sel
pejamu lain. Memang, interferon diberi nama karena kemampuannya mengganggu
(interfere) replica virus.
3) Natural Killer Cell
Natural killer cell, suatu kelompok khusus sel mirip limfosit yang secara spontan
dan nonspesifik melisiskan (memecahkan) dan menghancurkan sel pejamu yang
terinfeksi virus dan sel kanker. Cara kerja dan sasaran utama serupa dengan yang
dimiliki oleh sel T sitotoksik, tetapi sel yang terakhir ini hanya dapat mematikan
sel yang terinfeksi oleh virus tertentu atau sel kanker yang telah terpajan
sebelumnya. Selain itu, setelah pemajanan sel T sitotoksik memerlukan periode
pematangan sebelum sel ini dapat melakukan periode pematangan sebelum sel ini
dapat melakukan serangan mematikan. Sel NK menghasilkan pertahanan
nonspesifik yang cepat terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum
sel T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak dapat berfungsi.
4) Sistem Komplemen
Sistem komplemen, merupakan sekelompok protein plasma inaktif yang jika
diaktifkan secara berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang
membrane plasmanya. System ini dapat diaktifkan dengan dua cara
1. Oleh pajanan ke rantai karbohidrat tertentu yang terdapat dipermukaan
mikroorganisme tetapi tidak terdapat di sel manusia, suatu respon imun
bawaan nonspesifik.
2. Oleh pajanan ke antibodi yang dihasilakan terhadap mikroorganisme
penginvasi spesifik, suatu respons imun.
Respon imun humoral dan seluler :
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan
memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang.
Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor
soluble yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins (CRP), dan interferon.
8
Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui dua mekanisme pertahanan
utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat bakterisidal dan mekanisme
fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan mengenali berbagai
mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat migrasi
sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi.
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya
stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu
spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik
terdiri dari respons imun humoral dan respons imun seluler.
a. Respons Imun Humoral
Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori.
Antibodi akan berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons
imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel T (T cell receptors), dan molekul MHC
(Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi berfungsi untuk pertahanan
host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target, merekrut
mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan
menyingkirkan antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan
antigen secara keseluruhan, tetapi dengan segmen pendek dari asam amino
(antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat dan mengenali kompleks
antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk menentukan
kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself,
mengatur berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons
imun, dan menentukan kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen
spesifik dan kecenderungan untuk menderita kelainan imunologik.
Hal
inilah
yang
dalam
praktek
sehari-hari
dimaksudkan
dengan
imunokompromais.
Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat
terjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak), tindakan
pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit),
neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemi, mieloma,
10
neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan
kehilangan
protein,
sindrom
nefrotik,
diabetes
melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anestesi)
dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di
lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan
normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalam keadaan
imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai penyakit. Oleh
karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai risiko yang lebih tinggi
terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri maupun yang nosokomial dibanding
dengan yang tidak imunokompromais. Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada
keadaan imunokompromais, komponen-komponen sistim imun dan fungsinya
masing-masing, respons imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti
dengan baik.
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis
organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan
kekebalan.
Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1. Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit
peka yang menyerang dan menghancurkan organism spesifik/toksin.
2. Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakitpenyakit pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh.
Kekebalan ini disebabkan oleh proses berikut:
Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari system
makrofag jaringan.
Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim
pencernaan.
Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism
asing/toksin dan menghancurkannya.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-
tiap agen penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini
penting sebagai pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak
mempunyai kekebalan bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada
11
serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang
menyebabkan
sistem
imun
khusus
timbul
dengan
kuat
untuk
menahan
kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya.
Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks
lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan didapat, zat ini disebut
antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang ditransplantasikan dari manusia
lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan
selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.
Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang
besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang
secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan
mengapa protein dan polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka
mempunyai kedua jenissifat streokimia ini.
Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang
secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat
kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoid hampir selalu terletak
pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalam jaringan limfoid khusus seperti
limpa, daerah submukosa saluran pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum
tulang. Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini
secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
12
terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus
berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.
Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses
kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme
kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai.
cerna. Jumlah IgE tinggi ditemukan pada alergi dan infeksi cacing
skistomisomiasis. Mediator antibody untuk respons alergi misalnya: hemoragik
fever, asma dan biduran.
4. Immunoglobulin a (IgA): ditemukan pada jumlah sedikit serum. IgA dalam
serum dapat mengaglutinasi dan mengganggu motilitas kuman sehingga
memudahkan fagositosis. IgA ditemukan dalam sekresi system pencernaan,
pernafasan, dan genital urinaria serta di dalam air susu dan air mata.
5. Immunoglobulin D (IgD): ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam
sirkulasi karena IgD tidak dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap
degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama
dari sel B dari diferensiasi yang lebih matang. IgD mempunyai aktivitas antibody
terhadap antigen berbagai makanan dan auto antigen seperti komponen nucleus.
IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen yang
diduga dapat dicegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada antigen.
Klasifikasi ini didasarkan pada cara-cara antibody berfungsi, protein dari
kelima subkelas tersebut terdiri atas 4 rantai polipeptida yang saling berhubungan dan
tersusun seperti huruf Y. Setiap antibody hanya dapat berinteraksi dengan satu jenis
antigen yang spesifik cocok dengannya.
14
15
1. Imunitas pasif alami : terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk menembus
plasenta. Antibodi IgG memberi perlindungan sementara (mingguan-bulanan)
pada sistem imun yang rematur (tidak matang).
2. Imunitas pasif buatan : imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang
diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu
antigen. Misalnya , antibodi dari kuda yang sudah kebal terhadap racun ular
tertentu dapat diinjeksikan pada individu yang dipatuk ular sejenisnya.
Imunitas pasif merupakan imunitas pinjaman yang diperoleh segera setelah
menerima antibodi yang sudah dikenal. Pemindahan antibodi IgG secara normal
terjadi dari ibu ke janin melewati plasenta selama perkembangan intrauterus.
Selain itu kolostrum ( susu pertama ) yang dihasilkan oleh ibu telah mengandung
antibodi IgA yang dapat menambah perlindungan bayi yang disusui.
Antibodi yang dipindahkan secara pasif biasanya diuraikan dalam waktu
kurang dari satu bulan , tapi sementara itu bayi baru lahir mendapat perlindungan
imun penting yang dimiliki ibu sampai bayi tersebut secara aktif mulai
membentuk sendiri respon imunnya. Kemampuan membentuk antibodi belum
muncul sampai satu bulan setelah lahir.
Imunitas secara klinis bertujuan untuk menghasilkan perlindungan segera
dan meningkatkan resistensi terhadap suatu agen infeksius yang sangat virulen
(efek patologis) dan berpotensial mematikan yang terpajan pada orang yang
bersangkutan misalnya virus rabies, toksis tetanus pada individu yang belum
diimunisasi dan bisa ular. Biasanya antibodi yang diberikan didapat dari sumber
lain (bukan dari manusia) yang telah terpajan ke bentuk antigen yang sudah
dilemahkan.
Untuk memperoleh antibodi dalam jumlah besar , sering digunakan kuda
atau sapi. Penyuntikan yang mengandung antibodi ini (antiserum atau antitoksin)
bermanfaat untuk menghasilkan proteksi segera terhadap penyakit atau toksin
tertentu. Penerima mungkin membentuk respon imun terhadap antibodi yang
diberikan tersebut, karena antibodi ini adalah protein asing yang dapat berakibat
reaksi alergen hebat yang dikenal dengan serum sickness.
Tabel Imunitas Aktif Versus Imunitas Pasif
Karakteristik
Imun Aktif
17
Imun Pasif
Tidak
diperlukan untuk
membantu imunitas
selama vaksinasi
Antibodi dibentuk sendiri
darah
antigen
Memerlukan
penyuntikan
untuk menimbulkan
pinjaman tersebut.
Segera setelah tubuh
untuk membentuk
mendapat antibodi
resistensi terhadap
pinjaman tersebut.
pajanan antigen
Lama resistensi
Indikasi penambahan
hidup
Jauh sebelum terpajan ke
sebulan
Segera setelah terpajan
ini
diperlukan lakukan
boster untuk
mempertahankan imunitas
18
aktif.
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imunologi adalah
suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. mekanisme
imunitas
melindungi
tubuh
terhadap
dan makrofag. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan
reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk
antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang
pembentukan antibody itu sendiri.
3.2. SARAN
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam
penulisan makalah
penulisan paper ini, maka untuk itu kami sangat mengharapkan motivasi dan
bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-teman, sehingga dapat
kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya. Diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek keperawatan dan
bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan
sebaik baiknya sebagai penambah ilmu pengetahuan.
22