Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015


Modul

Titrasi Konduktometri

Pembimbing

Dewi W

Tanggal Praktikum
Maret 2015

: 16

Tanggal Penyerahan

: 23

Oleh :
Kelompok

Nama

1. Elis Sri Wahyuni

141424011

2. Firda Hayatus Sholihat

141424012

3. Ghifaris Vasha Irhamsyah

141424013

4. Ghina Fauziyah

141424014

Kelas

: 1A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan titrasi konduktometri ini, mahasiswa dapat :
1. Melakukan titrasi konduktometri
2. Menentukan titik ekivalen dan menentukan konsentrasi larutan
BAB II
DASAR TEORI
Konduktometri adalah salah satu metoda analisa kimia kuantitatif berdasarkan pada
pengukuran daya hantar listrik/ konduktivitas suatu larutan. Daya hantar listrik atau
konduktansi (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan.
Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan. Ion yang
mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Berdasarkan hukum Ohm bahwa arus listrik I (ampere) yang mengalir dalam sebuah
konduktor berbanding lurus dengan gaya gerak listrik E (volt) dan berbanding terbalik
dengan hambatan R (ohm) dari konduktor (Basset, 1994:615). Dirumuskan I = E/R.
l
Hambatan (R), bergantung pada sifat fisik/kimia dari bahan konduktor, R = A
dimana l adalah jarak katoda dan A adalah luas permukaan lempengan. Bila arus listrik
dialirkan dalam suatu larutan yang mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G)
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak
kedua elektroda (l), atau dapat dikatakan berbanding terbalik dengan hambatan. (Basset,
1994:615).
G=

1
R

G mempunyai satuan Siemens atau Ohm-1.

Konduktan jenis (k) didefinisikan sebagai berikut :


G=

k
l/ A

dengan :

k = konduktivitas/konduktan
jenis (S/m)
G = konduktansi (S)
l = panjang (m)

Konduktometri terdiri dari wadah/tempat larutan dan elektroda platina yang dilapisi
dengan pletina hitam. Perbandingan l/A merupakan parameter yang khas untuk setiap wadah

konduktometri, disebut kapasitas resistif dari wadah konduktomteri (tetapan sel),


dilambangkan . Persamaan tetapan Sel =

l
A , Sehingga G =

k
.

Konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm
(ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan
mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut. Arus mengalir dari katoda yang
bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion
dalam larutan.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan
jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter
tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai
factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).
Konduktometer harus dikalibrasi setiap akan digunakan untuk pengukuran dengan
menentukan tetapan sel dari larutan yang konduktivitas jenisnya diketahui. Konduktivitas
jenis pada berbagai suhu untuk larutan KCl 0,1 M ditunjukkan pada tabel berikut :

21

11,91

26

K
(mS/cm)
13,13

22

12,15

27

13,37

23

12,39

28

13,62

24

12,64

29

13,87

25

12,88

30

14,12

T(oC)

K (mS/cm)

T (oC)

Konduktivitas jenis larutan berbeda-beda tergantung pada konsentrasi, yang dinyatakan


sebagai konduktivitas molar () yaitu kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus
listrik. Sehingga definisinya sebagai 1 gram ekivalen zat terlarut yang diukur diantara 2 buah
elektroda platina dengan jarak elektroda 1 cm. Volume larutan yang mengandung 1 gram
ekivalen zat terlarut adalah 1 L (1000 cm3), maka persamaannya :
=

1000 k
C

(S.cm-1.mol.-1)

Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi.
Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya,
yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen
dari larutan itu. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi
lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita

ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan
berarti titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator.

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1

AlatdanBahan

Alat
Konduktometer
Immersion cell
Buret 50 mL
Statifdanklem
Gelaskimia 100 mL
Batangpengaduk
Magnetic stirrer
Labutakar
Kacaarloji
Spatula
Corong

Bahan
LarutanNaOH 0,1 M
LarutanHCl 0,1 M
Larutan CH3COOH 1 M, 0,5 M dan
0,1 M
Aquadest

3.2

SkemaKerja

A Kalibrasielektrodadankonduktometer

Menekantombol on/off di bagianalatkonduktometer


Memasangelektroda immersion cell pada socket di bagianbelakangkonduktometer

Memasangnilaitetapanselsesuaidengan yang tercantumpadaelektroda


Mengaturkoefisientemperaturpadanilai 2

Menekantombol
COND,
tentukan
K (dayahantarjenis)
Memutartombol
Menekantombol
Course
padaposisi
STAND
off
BY
danubahnilai CELL
sesuaidengantemperaturnya
(lihattabel)
CONSTANT
(elektrodadankonduktometersudahselesaidikalibrasi)
sampaitampilan COND menunjukkannilai yang diinginkan

Mengaturtombol FREQ pada 2 KHz, TEMP padaPt 100, RANGE padaFixed

Mencelupkanelektrodapadalarutan KCL 0,1 M


Menekantombol temp, bacatemperaturdanpasangnilaidaya

Mengangkatelektroda, cucidankeringkan

B TitrasiKonduktometri

MengisiburetdenganlarutanNaOH 0,1 N

Memasukkan 5 mL larutan HCL 0,1 N kedalamgelaskimia

Mencelupkanelektrodakedalamlarutan HCL (tambahkanaquadeshinggaelektrodatercelup)

Mengaduklarutandenganpengaduk magnet

Mencatatdayahantarjenisawalsebelumtitrasi (tekantombol COND)


Titrasilarutan HCL denganlarutanNaOHdancatat K setiappenambahan
0,5mL, 0,2mL dan 0,1mL larutanNaOH

Jikasudahselesaititrasi, angkatelektrodadanbilasdenganaquadeskemudiankeringkan
*GantilarutanHCl 0,1 N dengan CH3COOH 1N, CH3COOH 0,1N, dan CH3COOH
0,5N. Lakukanlangkah yang samasepertilangkahpadasaatmenitrasilarutanHCl 0,1N.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1

Data Pengamatan

LarutanHC
l 0.1 N

NaO
H
(ml)

K
(mS/c
m)

3.33

1.35

2.63

2.34

2.2

2.21

2.4

2.12

1.89

3.5

1.7

1.49

4.2

1.38

4.4

1.29

4.5

1.26

4.6

1.22

4.7

1.16

4.8

1.1

4.9

1.08

1.06

5.1

1.05

5.2

1.05

5.3

1.05

5.5

1.07

5.7

1.08

5.9

1.11

6.1

1.15

6.3

1.18

6.5

1.22

1.3

Larutan CH3COOH 1 N

NaO
H
(ml)

K
(mS/c
m)

0.55

0.2

0.48

0.4

0.44

0.6

0.42

0.8

0.4

0.39

1.2

0.39

1.4

0.39

1.6

0.39

1.8

0.41

0.43

2.2

0.45

2.4

0.45

2.6

0.49

2.8

0.51

0.52

3.2

0.55

3.4

0.57

3.6

0.59

3.8

0.61

0.63

4.2

0.65

4.4

0.67

4.6

0.69

4.8

0.71

0.73

Larutan CH3COOH 0.1 N

NaO
H

K
(mS/c

(ml)

0.14

0.2

0.13

0.4

0.12

0.6

0.12

0.8

0.13

0.14

1.2

0.15

1.4

0.16

1.6

0.17

1.8

0.18

0.2

2.2

0.22

m)

Larutan CH3COOH 0.5 N

NaO
H
(ml)

K
(mS/c
m)

0.29

0.2

0.27

0.4

0.25

0.6

0.24

0.8

0.24

0.24

1.2
1.4

0.25
0.25

1.6

0.25

1.8

0.26

2.5

0.27

0.29

4.2

Pengolahan Data

PembuatanlarutanKCl 0,1 M sebanyak 100 L


BeratZat
1000
M=
x

BeratMolekul VolumeLarutan
0,1 M =

BeratZat
1000
x
74,5 gram/mol 100 mL

Berat Zat yang harusditimbang : 0,745 gram

Pembuatanlarutan CH3COOH 1 M sebanyak 250 mL


Penentuankonsentrasilarutan CH3COOH pekat
10. . lar utan
M=

BeratMolekul
M=

10. 1,06 . 97
60 gram/mol

Jadi, konsentrasilarutan CH3COOH pekatadalah 17,1367 M

Pembuatan larutan CH3COOH 1 M sebanyak 250 mL


V1.M1(pekat) = V2.M2(encer)
V1.17,1367 M = 250 mL . 1 M
V1 = 14, 5886 mL

Jadi, Larutan CH3COOH pekat yang diambil adalah sebanyak


14,5886 mL kemudian diencerkan dalam labu ukur adalah 250 mL.

PembuatanLarutan CH3COOH 0,5 M sebanyak 50 mL

V1.M1(pekat) = V2.M2(encer)
V1.1 M = 50 mL . 0,5 M
V1 = 25 mL

Jadi, Larutan CH3COOH pekat yang diambiladalahsebanyak 25

mL darilarutanCH3COOH 1 M kemudiandiencerkandalamlabuukur 50 mL.

PembuatanLarutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 100 mL

V1.M1(pekat) = V2.M2(encer)
V1.1 M = 100 mL . 0,1 M
V1 = 10 mL

Jadi, Larutan CH3COOH pekat yang diambiladalahsebanyak 10

mL darilarutan CH3COOH 1 M kemudiandiencerkandalamlabuukur 100 mL.


PembuatanlarutanNaOH 0,1 M sebanyak 1 Liter
BeratZat
1000
x
BeratMolekul VolumeLarutan

M=

0,1 M =

BeratZat
1000
x
40 gram/mol 1000 mL

Berat Zat yang harus ditimbang 4 gram

BAB V

PEMBAHASAN

Percobaan

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

daya

hantar

listrik

suatu

larutan.Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam
konsentrasinya. Kegiatan pertama pada percobaan titrasi konduktometri adalah kalibrasi alat.

Kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrument ukur
atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat
kebenarannya. Tujuan dilakukan proses kalibrasi adalah untuk mempertahankan keakuratan dari
data pengamatan yang dihasilkan. Larutan yang digunakan untuk kalibrasi konduktometer adalah
KCl 0.1 M.

Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas denganaquades agar alat yang

digunakan bebas dari ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak
dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya. Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik
ekuivalen antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar
listrik yang baik.

Setiap proses titrasi, dilakukan proses pengadukan dengan magnetic stirrer. Hal

ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya hantar listrik sehingga ionnya dapat
menyebar merata. Dari setiap titrasi, dibuat kurva konduktivitas terhadap volume NaOH. Pada
kurva titrasi terdapat titik yang dinamakan dengan titik ekivalen dan biasanya didefinisikan
sebagai titik ketika mol larutan peniter tepat habis bereaksi (ekivalen) dengan larutan yang
dititrasi. Titik ekivalen tidak dapat diamati secara langsung pada saat titrasi. Titik ekivalen
ditentukan melalui perhitungan dan pengamatan terhadap kurva titrasi yang dihasilkan dari
kedua larutan tersebut. Titik ekivalen dalam titrasi konduktometri dapat dideteksi dari daya
hantar dari larutan yang diukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi tersebut
telah mencapai ekivalen. Berikut ini adalah kurva hasil praktikum.

3.5
3
2.5
2
Konduktivitas (mS/cm) 1.5
1
0.5
0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
Volume NaOH (mL)

0.7
0.6
0.5
0.4
Konduktivitas (mS/cm) 0.3
0.2
0.1
0
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.50
Volume NaOH (mL)

0.25
0.2
0.15
Konduktivitas (mS/cm)
0.1
0.05
0
0

0.5

1.5

2.5

Volume NaOH (mL)

0.35
0.3
0.25
0.2
Konduktivitas (mS/cm)

0.15
0.1
0.05
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Volume NaOH (mL)

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa konduktivitas larutan terhadap

larutanNaOH, bentuk grafiknya turun naik tidak terbuka kebawah secara mulus. Dimana,
semakin mendekati titik ekivalen maka grafiknya menurun. Namun, jika melewati titik ekivalen
maka grafiknya naik kembali. Hal ini terjadi karena semakin banyak volume peniter yang
digunakan maka konduktivitas larutan akan semakin menurun, namun penambahan volume
peniter secara terus menerus akan mengakibatkan konduktivitas larutan semakin naik karena
volume peniter akan semakin jenuh di dalam larutan.


Ketika NaOH direaksikan dengan HCl maka persamaan reaksinya dapat
dituliskan sebagai berikut:

HCl(aq) + NaOH(aq)

NaCl(aq) + H2O(aq)

Titrasi selanjutnya adalah titrasi antara larutan NaOH dengan larutan CH3COOH.
Jika dituliskan dalam persamaan reaksi, maka:

CH3COOH (aq) + NaOH(aq)


CH3COO Na (aq)+ H2O (aq)

Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat nilai konduktivitas dari NaOH berbanding
lurus dengan konsentrasi NaOH. Hal ini dapat terjadi karena konduktivitas suatu larutan
elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ionion tersebut. Bila larutan elektorlit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion
per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang
terpisah 1 cm satu sama lain dan besar untuk mencangkup seluruh larutan, konduktansi akan naik
selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurang eek-efek antar ion untuk
elektrolit-elektrolit lemah.

Perbandingan

lurus

ini juga dikarenakan konduktivitas

larutan

kimia yang lazimnya berkisar antara 0,1-2000 milisiemens per cm (ms/cm). Kalau dua elektroda
direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua
elektroda tersebut.

Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negatif ke anoda yang bermuatan

positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua
elektroda tersebut tidak bolehterlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa. Sehingga semakin besar
arus dan konsentrasi ion-ion didalam larutan maka semakin besar pula konduktivitasnya. Oleh
karena itu setiap elektroda mempunyai faktor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan
konduktivitas (cell constant K/cm).

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, didapat kesimpulan sebagai berikut.:

Dapat melakukan titrasi konduktometri sesuai dengan prosedur.

Titik ekivalen dalam titrasi konduktometri tercapai saat daya hantar larutan sudah konstan
atau dalam kurva ditentukan dari perpotongan bagian terendah pada kurva.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsumarlin. 2013. LaporanPraktikumKonduktometri.


http://syamsumarlinjepoters.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikumkonduktometri.html [17Maret 2015]

Wahyudhy, Agus. 2014. Konduktometri.


http://aguswahyudhy.blogspot.com/2014/09/konduktometri.html[17 Maret 2015]

Delappy, Nafaly. 2013. Konduktometri. http://nafaly.blogspot.com/2012/10/laporantitrasi-konduktometri.html[17 Maret 2015]

Rachmiyanti, Rizka. 2012. Konduktometri.


http://www.scribd.com/doc/238101295/pembahasan-titrasi-konduktometri#scribd[17
Maret 2015]

Anda mungkin juga menyukai