Poli (asam laktat) bio-komposit berdasarkan serat alami

Serat alami dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis utama: kulit pohon, daun, biji,
buah dan kayu, tergantung pada sumbernya. Dalam rangka mengembangkan
komposit polimer dari sumber daya alam adalah penting untuk memahami
komposisi mikro dan kimia dari serat alami. Serat alami terdiri dari tiga komponen
utama; selulosa, lignin dan hemiselulosa. Ketiga hydroxyl- mengandung polimer
alam didistribusikan di seluruh dinding sel. 42 Fiber Reinforced Polimer - Teknologi
Terapan untuk Perbaikan Selulosa Beton dan hemiselulosa adalah polisakarida.
Selulosa merupakan polimer yang sangat kristal dengan struktur yang teratur, yang
terdiri dari ribuan unit anhidroglukosa dengan DP (derajat polimerisasi) sekitar
10.000 [13]. Selulosa adalah komponen utama yang bertanggung jawab untuk
kekuatan yang melekat dan stabilitas serat alami. Hemiselulosa adalah bercabang
polimer pendek terdiri dari berbagai gula cincin karbon lima dan enam. Berat
molekul jauh lebih rendah dari selulosa tetapi masih hemiselulosa masih
memberikan kontribusi untuk struktur serat alami. Lignin adalah, cross-linked
jaringan polimer amorf, yang terdiri dari array yang tidak teratur dengan berbagai
terikat fenil propana unit hidroksi-dan methoxy- diganti. Struktur kimia lignin
tergantung pada sumber kayu. Lignin ini tidak polar selulosa dan fungsi utama dari
lignin adalah berfungsi sebagai perekat kimia antara serat selulosa.

Polimer dari sumber daya terbarukan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
besar: polimer alam seperti pati dan selulosa; polimer sintetis dari monomer alami
seperti asam polylactic (PLA); polimer dari fermentasi mikroba seperti
polihidroksibutirat (PHB). Poliasamlaktat adalah salah satu polimer biodegradable
yang paling menjanjikan, yang bisa berasal dari bahan baku alami seperti pati
jagung tetapi juga dapat berasal dari beras, kentang, gula bit dan limbah pertanian
lainnya. Awalnya, PLA sintesis melibatkan konversi bahan baku bahan baku menjadi
dekstrosa, yang kemudian mengalami konversi menjadi asam laktat atau laktida
melalui proses fermentasi dengan adanya katalis. Laktida yang mengalami
pengolahan lebih lanjut untuk memurnikan monomer dan ini diikuti oleh konversi
monomer murni di dalam bentuk polimer dari PLA melalui polimerisasi dengan
adanya katalis yang cocok [16]. Asam polylactic (PLA) dapat diproses dengan
metode konvensional seperti injection molding, blow molding, ekstrusi dan operasi
film yang membentuk, karena PLA memiliki Tg 55-65oC dan suhu leleh antara 150175oC. Sifat mekanis dari PLA yang sama atau dalam banyak kasus adalah polimer
terlalu petrokimia unggul, seperti polypropylene. Oleh karena itu, PLA telah menarik
minat yang besar sebagai polimer komoditas yang mampu menggantikan polimer
petrokimia seperti polypropylene dan polyethylene, khususnya di bidang aplikasi
penggunaan kemasan tunggal. Namun, PLA menunjukkan ketangguhan rendah
karena sifat rapuh, tetapi juga berat molekul dibandingkan dengan polimer

konvensional, jauh lebih rendah. Untuk mengatasi sifat rapuh dari PLA hal ini
berguna untuk menggabungkan pengisi alami ke dalam matriks polimer. Sudah
menyatakan bahwa penggabungan pengisi alam menjadi matriks polimer dapat
mengoptimalkan sifat mekanik tetapi dari
sudut pandang ekonomis, pengisi daya alam dapat membuat komposit biaya yang
lebih kompetitif karena kelimpahan tinggi dan biaya yang lebih rendah.

Plastik telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Masalah plastik
konvensional, mengambil puluhan tahun untuk menurunkan di alam dan diproduksi
oleh sumber-sumber non-terbarukan seperti minyak bumi, batubara dan gas alam.
Lingkungan, ekonomi, dan tantangan keamanan telah menimbulkan banyak
ilmuwan untuk sebagian pengganti polimer berbasis petrokimia dengan yaitu Bioplastik biodegradable seseorang. Jumlah plastik bio diproduksi di seluruh dunia
kurang dari 200.000 ton per tahun yang kerdil lebih dari 30 juta ton plastik berbasis
minyak. Juga, penelitian mengungkapkan bahwa Bio-plastik ramah lingkungan
dibandingkan dengan plastik tradisional untuk hasil produksi mereka dalam emisi
gas rumah kaca kurang seperti karbon dioksida, yang merupakan salah satu sumber
utama polusi udara dan menyebabkan masalah-masalah lingkungan seperti
pemanasan global, perubahan iklim, dan lain-lain

Poly(lactic acid) bio-composites based on natural fibres

Natural fibres can be classified into five major types: bast, leaf, seed, fruit and
wood, depending upon the source. In order to develop polymer composites from
natural resources it is important to understand the microstructure and chemical
composition of natural fibres. Natural fibres comprise of three principal components;
cellulose, lignin and hemicellulose. These three hydroxyl- containing natural
polymers are distributed throughout the cell wall. 42 Fiber Reinforced Polymers The Technology Applied for Concrete Repair Cellulose and hemicellulose are
polysaccharides. Cellulose is a highly crystalline polymer with a regular structure,
which comprises of thousands of anhydroglucose units with a DP (degree of
polymerisation) around 10,000 [13]. Cellulose is the major component which is
responsible for the inherent strength and stability of the natural fibre. Hemicellulose
is a shorter branched polymer composed of various five- and six- carbon ring
sugars. The molecular weight is much lower than cellulose but still hemicellulose
still contributes to the structure of natural fibres. Lignin is an amorphous, crosslinked polymer network, which consists of an irregular array of variously bonded
hydroxy-and methoxy- substituted phenyl propane units. The chemical structure of
lignin depends on the source of the wood. Lignin is not as polar as cellulose and the

major function of lignin is to function as a chemical adhesive between cellulose

fibers.

Polymers from renewable resources can be classified into three major groups:
natural polymers such as starch and cellulose; synthetic polymers from natural
monomers such as polylactic acid (PLA); polymers from microbial fermentation such
as polyhydroxybutyrate (PHB). Polylactic acid is one of the most promising
biodegradable polymers, which can be derived from natural feedstocks such as corn
starch but can also be derived from rice, potatoes, sugar beet and other agricultural
waste. Intially, PLA synthesis involves conversion of the raw material feedstock into
dextrose, which then undergoes conversion into lactic acid or lactide via a
fermentation process in the presence of a catalyst. The lactide undergoes further
processing in order to purify the monomer and this is followed by conversion of the
purified monomer in into a polymeric form of PLA through polymerisation in the
presence of a suitable catalyst [16]. Polylactic Acid (PLA) can be processed by
conventional methods such as injection moulding, blow moulding, extrusion and film
forming operations, since PLA has a Tg of 55-65oC and a melting temperature
between 150-175oC. The mechanical properties of PLA are similar or in most cases
are superior too petrochemical polymers, such as polypropylene. Therefore, PLA has
attracted great interest as a commodity polymer which is capable of replacing
petrochemical polymers like polypropylene and polyethylene, particularly in the
area of single use packaging applications. However, PLA exhibits low toughness due
to its brittle nature, but also the molecular weight in comparison to conventional
polymers, is much lower. In order to overcome the brittle nature of PLA it is useful to
incorporate natural fillers into the polymer matrix. It has already been stated that
incorporation of natural fillers into polymer matrices can optimise mechanical
properties but from an
economical viewpoint, natural fillers can make the composites more cost
competitive due to their high abundance and lower cost.

Plastics have become an integral part of our lives. The problems of conventional
plastics are, taking decades to degrade in nature and are produced by nonrenewable sources like petroleum, coal and natural gas. Environmental, economic,
and safety challenges have provoked many scientists to partially substitute
petrochemical-based polymers with biodegradable ones i.e. Bio-plastics. The
amount of bio plastics produced worldwide is less than 200,000 tons a year which
dwarfs the more than 30 million tons of oil-based plastics. Also, studies reveal that
Bio-plastics are environmentally friendly as compared to traditional plastics for their
production results in the emission of less green house gases such as carbon dioxide,

which is one of the prime sources of air pollution and leads to environmental issues
such as global warming, climate change, etc.