Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mandiri Problem Based Learning.
Dalam membuat makalah ini banyak pihak yang membantu. Penulis bersyukur kepada
Tuhan yang selalu memberi berkah kepada penulis. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kita semua.

Jakarta, 9 september 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang . 3
b. Tujuan . 3
BAB II. STRUKTUR JANTUNG
a. Makroskopis . 4
b. Mikroskopis .. 5
BAB III. MEKASNISME KERJA JANTUNG 8
BAB IV. ENZIM-ENZIM .... 12
BAB V. PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH KORONER
a. Fisik . 13
b. Penunjang 17
BAB VI. KESIMPULAN . 23
BAB VII. PENUTUP .24
DAFTAR PUSTAKA .....25

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Balakang

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mandiri Problem Based Learning
pada blok 8 Kardiovaskular-1. Sesuai dengan sekenario kelompok D, makalah ini
berjudul Jantung dan Pembuluh Darah. Makalah ini akan membahas struktur
makaroskopik dan mikroskopik pembuluh darah, sirkulasi sistemik dan pulmnoal,
hokum poiseuille, dan beberapa pemeriksaan yang bersangkutan langsung dengan
pembuluh darah.

b. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mahasiswa mampu memahami tentang struktur makroskopis dan mikroskopis
kardiovaskular
2. Mahasiswa mampu memahami tentang sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal
jantung dan pembuluh darah
3. Mahasiswa dapat memahami hokum poiseuille
4. Mahasiswa dapat menerangkan tentang mediator lokal yang ada di pembuluh
darah
5. Mahasiswa

mampu

memahami

dan

menerapkan

pemeriksaan

sistem

kardiovaskular, diantaranya adalah EKG, radiology, peredaran darah tepi,


anamnesis, dan pemeriksaan tekanan darah dengan spignomanometer

BAB II
STRUKTUR JANTUNG

1. Makroskopis

Gambar : Anatomi Jantung

Keterangan :
1. Koronaria Kanan
2. Koronaria kiri
3. Sirkumfleksa Kiri
4. Vena Cava Superior
5. Vena Cava Inferior
6. Aorta
7. Arteri Pulmonari
8. Vena Pulmonari
9. Atrium Kanan
10. Ventrikel Kanan
11. Atrium Kiri
12. Ventrikel Kiri

13. M. Papillaris
14. Tendinae Chordae
15. Katup Trikuspid
16. Katup Mitral
17. Katup Pulmonalis

Vaskularisasi
Jantung mendapat pendarahan dari A. coronaria codis yang
merupakan cabang dari aorta ascendens. A. coronaria cordis dibagi
menjadi dua, yaitu A. coronaria dextra dan A, coronaria sinistra.
Vena-vena yang bermuara pada sinus coronarius :
1. V. cordis magna
2. V. cordis parva
3. V cordis media
4. V ventricularis sinistra posterior
5. V. obliqua itrii sinistra marshalli

b. Mikroskopis
Susunan umum pembuluh darah :
1. Tunika Intima

Endotel (epitel selapis gepeng)

Subendotel (jaringan ikat areolar)

2.

Tunika Media

Jumlah jaringan ikat padat bervariasi

Otot polos

3.

Tunika Adventitia

Jaringan ikat

Serat saraf, pembuluh limfe

Vasa vaserum

a. Arteri
Arteri ada tiga tipe :
-

besar/elastik

medium/muscular

arteri kecil/arteriol

1. Arteri besar/aorta (tipe elastin)


Arteri besar mempunyai fungsi, yaitu menyalurkan darah, merendam
tekanan yang disebabkan sistol jantung, menjaga aliran darah berjalan
mulus atau tidak terhentak-hentak disebut conducting arteries.
Berdiameter rata-rata 2,5 cm dan tebal dinding 2mm. Contohnya, A.
inominata, A. subklavia, A. karotis komunis, dan A. iliaka.
2. Arteri sedang (tipe muscular)
Arteri sedang mempunyai fungsi membagi darah ke organ yang
membutuhkannya (distributing arteries). T. elastika interna & eksterna
tampak jelas, terutama interna. Diameter rata-ratanya 0,4 mm, tebal
dindingnya 1mm. Contohnya, A. brachialis, A. Ulnaris, dan A.femoralis
3. Arteri kecil/arteriol
Artiol mempunyai fungsi mendistribusikan darah ke jaringan organorgan dalam dan mengontrol aliran darah ke dalam kapiler. Berdiameter
50-300 um, rata-rata tebal dinding 20 um.
b. Vena
Vena berfungsi membawa darah dengan tekanan rendah kembali ke jantung.
Dinding vena lebih tipis dibandingkan dinding arteri. Bebrapa vena
mempunyai katup untuk mencegah aliran darah membalik. Umumnya vena
berjalan mendampingi arteri.
Vena mempunyai 3 tipe : 3
-

vena besar

vena sedang

vena kecil

1. Vena Besar
T. intima : selapis sel endote, kadang-kadang ada jaringan ikat di
bawahnya. 3
T. media : kurang sempurna perkembangannya, kadang tidak ada. Bila
ada, strukturnya histologis mirip dengan vena sedang. 3
T. adventitia : - beberapa kali lebuh tebal dari pada T. medianya
- terdiri atas jaringan ikat dengan serat kolagen tersusun
longitudinal.
- terdapat berkas otot polos yang sangat mencolok dan
tersusun longitudinal.
Contoh : vena cava
2. Vena Sedang
T. intima : sama seperti vena sedang.
T. media : jauh ledih tipis dari pada arteri sedang, serat kolagen lebih
menonjol dari pada serat otot polos.
Berdiameter 1-2 mm
T. adventitia : lebih tebal dati pada T. medianya.
3. Vena Kecil (Venula)
Vena kecil berfungsi sebagai tempat pertukaran zat antara jaringan.
Berdiameter 15-20 um. Dindingnya terdiri dari satu lapis sel endotel.
Permeabilitas dinding sangat tinggi.

BAB III
MEKANISME KERJA JANTUNG
Sistem sirkulasi adalah sistem pengangkut yang menyalurkan O 2 dan berbagai
zat yang diabsorbsi dari saluran cerna ke jaringan, serta membawa kembali CO 2
ke paru dan hasil metabolisme lainnya ke ginjal. Sistem sirkulasi juga berperan
dalam pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusi hormon serta berbagai zat lain
yang mengatur fungsi sel.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh, dimana pada
saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu
otot jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya
tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya, ventrikel mempunyai dinding
otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal
dari ventrikel kanan. Aktivitas kontraksi jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh selalu didahului oleh aktivitas listrik.
Jantung mempunyai sistem penghantar khusus, yaitu mampu membentuk
rangsang (impuls) tanpa rangsangan dari luar. Sistem penghantar khusus terdiri dari:
1. Nodus Sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang (muara) vena cava superior.
2. Nodus Atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di
dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel, tempat berkas his tersebut
bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui
septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium sepanjang
dinding luar.

Gambar : Sistem Penghantar Khusus

Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi
memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah
dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri
koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini keluar dari aorta kira-kira inchi
diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan pericardium. Lalu bercabang menjadi
arteriol dan kapiler ke dalam dinding ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O 2 dan
CO 2 di kapiler, aliran vena dari ventrikel dibawa melalui vena koroner dan
langsung masuk ke atrium kanan diman aliran darah vena dari tubuh akan
bermuara.
Arteri yang sangat elastis mengangkut darah dari jantung ke jaringan dan
berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk terus mendorong darah ke depan sewaktu
jantung sedang mengalami relaksasi dan pengisian. Kapiler, yaitu pembuluh
berdinding tipis dan berpori-pori, merupakan tempat sesungguhnya untuk
pertukaran antara darah dan jaringan sekitarnya. Vena yang sangat lentur
mengembalikan darah dari jaringan ke jantung dan berfungsi sebagai reservoir
darah.
Sistem sirkulasi darah dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri

besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena
kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini
mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis.
Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil,
arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava
inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan. Sistem sirkulasi
sistemik dan paru masing-masing terdiri dari sistem pembuluh yang tertutup.

Gambar : sistem sirkulasi Darah

Arteri yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan bercabang menjadi


pembuluh darah yang semakin kecil. Sewaktu arteri kecil mencapai organ yang
dipendarahinya, arteri tersebut bercabang-cabang menjadi banyak arteriol. Di dalam
organ, arteriol bercabang-cabang lagi menjadi kapiler, pembuluh terkecil, tempat
semua pertukaran antara darah dan sel-sel di sekitar terjadi. Pertukaran di kapiler

10

merupakan tujuan akhir dari sistem sirkulasi. Kapiler-kapiler kembali menyatu


untuk membentuk venula kecil, yang terus bergabung untuk membentuk vena kecil
yang keliar dari organ. Vena-vena kecil bersatu untuk membentuk vena yang lebih
besar yang akhirnya mengalirkan darah ke jantung.
Arteriol, kapiler, venula secara kolektif disebut sebagai mikroserkulasi karena
pembuluh-pembuluh tersebut hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.

11

BAB IV
ENZIM-ENZIM

Enzim aspartate aminotransferase (AST) juga dikenal sebagai serum glutamic


oxaloacetic transaminase (SGOT); dan alanine aminotransferase (ALT) jugadikenal
sebagai serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT).
AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari jaringan
termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam serum ketika satu
saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya didalam serum naik dengan
serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan
suatu indikator yang sangat spesifik dari luka hati.
ALT (SGPT), berlawanan dengannya, normalnya ditemukan sebagian besar di
hati. Ini bukan dikatakan bahwa ia berlokasi secara eksklusif dalam hati namun bahwa
ia ada dimana ia paling terkonsentrasi. Ia dilepas kedalam aliran darah sebagai akibat
dari luka hati. Ia oleh karenanya melayani sebagai suatu indikator yang cukup spesifik
dari keadaan (status) hati.

12

BAB V
PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH KORONER

a. Fisik
Pemeriksaan fisik jantung normal
Untuk memulai pemeriksaan fisik, dokter atau pemeriksa harus selalu berdiri di
sisi kanan tempat tidur pasien. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien tidur terlentang, dengan bagian atas badan sedikit meninggi dengan cara
meninggikan bagian atas tempat tidur kurang lebih 30 derajat. Pada keadaan
tertentu, dapat dilakukan pemeriksaan dalam posisis pasien miring ke sisi kiri atau
membungkuk ke depan. Posisi ini memungkinkan apex ventrikel dan ventrikel kiri
lebih dekat ke dinding thoraks. Untuk memudahkan pemeriksaan fisik jantung dan
thoraks dibuat beberapa garis imaginer pada bagian dada depan:
1. Garis midsternum ialah garis yang melalui tengah tengah sternum.
2. Garis sternum ialah garis yang malalui tepi sternum, pada perlekatan costae
dengan sternum.
3. Garis parasternum ialah garis vertikal yang terletak diantara garis midklavikula dan garis sternum.
4. Garis mid-klavikula ialah garis melalui tengah klavikula, biasanya melalui
papila mammae.
5. Garis axillaris anterior ialah garis yang melalui lipatan ketiak depan.
6. Garis axillaris madial ialah garis yang berada di antara garis axillaris
anterior dan garis axillaris posterior.
7. Garis axillaris posterior ialah garis yang melalui lipatan ketiak belakang.

Pemeriksaan fisik jantung yang dilakukan :


Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi jantung, paling penting ialah menemukan
lokasi apical impuls atau ictus cordis pada intercostales V, sesuai dengan letak

13

apex cordis. Impuls ini dihasilkan oleh pulsasi singkat ventrikel kiri pada saat
ventrikel bergerak ke arah anterior selama kontraksi jantung dan menyentuh
dinding thoraks. Pulsasi ini akan mudah terliat pada orang yang kurus.
Selain itu perlu diperhatikan juga pada saat inspeksi hal hal lain
misalnya bentuk thoraks : normal-simetris, dapat juga terlihat bentuk thoraks
abnormal seperti pectus carinatum (dada burung), thoraks terlihat menonjol
keluar, sebaliknya dapat terlihat bentuk

thoraks pectus excavatum, dimana

dinding thoraks mencekung, atau dapat pula ditemukan kelainan lain yang
bersifat patologis. Selanjutnya akan lebih dimantapkanlokasi ictus cordis
dengan pemeriksaan palpasi.
Palpasi
Pertama-tama lakukanlah palpasi secara menyeluruh pada seluruh
dinding thoraks anterior. Pada saat palpasi tangan dalam suhu tidak rendah.
Setelah itu dengan berpedoman pada pemeriksaan inspeksi, sekarang lakukanlah
palpasi pada ictus cordis. Yang perlu dipeeerhatikan pada palpasi ictus cordis :

Lokasi : sesuai dengan pemeriksaan inspeksi, letak ictus cordis normal

adalah pada garis mid klavikula sinistra, setinggi intercostae IV atau V.


Diameter : normal ictus cordis teraba tidak lebih lebar dari 2,5 cm.
Amplitudo : biasanya berupa denyutan.
Durasi : biasanya teraba selama bunyi jantung pertama.

Perkusi
Pemeriksaan perkusi etrpenting ialah menentukan cardiac dullness
( besar dan bentuk jantung ), yaitu perubahan dari suara sonor untuk perkusi
paru-paru berubah menjadi pekak. Perkusi paru bertujuan untuk mengetahui
suara paerkusi normal yaitu sonor perkusi patologis redup atau pekak.
Pemeriksaan perkusi jantung dilakukan secara sistematis sebagai berikut :
1. Menentukan batas jantung kanan
Ketuklah mulai dari linea mid klavikula dextra dari atas hingga kebawah
sampai terdengar perubahan suara dari sonor menjadi pekak. Kemudian
mintalah pasien melakukan inspirasi dalam dan menahan nafasnya, lalu
lakukanlah perkusi ke bawah hingga terdengar suara redup kembali. Ini
disebut peranjakan hati,yang normal biasanya sebesar 2 jari tangan.
14

Selanjutnya setinggi 2 cm di atas batas paru hati dilakukan perkusi ke arah


medial, sampai terdengar perubahan dari suara sonor menjadi pekak atau
suara redup. Inilah batas kanan jantung, yang normal terletak dintara linea
midsternum atau parasternalis dextra-intercostae IV.
2. Menentukan batas jantung atas
Ketuklah mulai dari atas linea parasternalis sinistra atau pertengahan linea
parasternalis sinistra dan linea midklavikula sinistra ke bawah maka suara
sonor akan berubah mejadi redup kemudian pekak. Maka batas jantung atas
pada titik atau area redup, biasanya normal.
3. Menentukan pinggang jantung
Setelah ditentukan batas jantung atas kemudian tentukan pinggang jantung.
Lakukanlah perkusi pada garis pertengahan antara

linea midklavikula

sinistra dan parasternal sinistra dari atas ke bawah, kemudian ketuk dari atas
ke bawah pada linea midklavikula sinistra sampai didapat perubahan suara
sonor menjadi redup. Inilah batas pinggang jantung, yang normalnya
terletak pada ruang intercostae III sinistra.
4. Menentukan batas jantung kiri
Batas jantung kiri ditentukan dengan cara yang hampir sama dengan di atas,
mulailah dengan mengetuk pada linea axillaris anterior dari atas ke bawah
sampai terdengar perubahan suara sonor menjadi redup, inilah batas paru
kiri bawah, lalu setinggi 2 jari di atasnya, dilakukan perkusi ke arah medial
sampai terdengar perubahan suara menjadi redup. Ini merupakan batas
jantung kiri, yang normalnya terletak sedikit medial dari linea midklavikula
sinistrsa. Bila batas paru bawah kiri sukar ditemukan pada perkusi dari
lateral kiri setinggi setinggi tempat perkusi untuk menemukan batas jantung
kanan ke arah medial/sternum.
5. Menentukan konfigurasi (contour) jantung
Setelah ditentukan IV batas jantung di atas (4 titik), maka sekarang dapat
dicari konfigurasi atau bentuk jantung. Untuk itu dilakukan perkusi baik
pada intercostae dan di atas intercostae, ke arah medial dari linea axillaris
anterior sinistra dan ke arah medial dari linea midklavikuladextra, sampai
ditemukan banyak titik-titik perubahan suara perkusi dari sonor menjadi
redup.sambungkanlah titik-titik tersebut dan gambarlah dengan marker,
sehingga dapat terlihat gambaran konfigurasi jantung.
15

Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi jantung yang baik sangatlah penting di klinik,
terutama untuk menentukan berbagai diagnosis dari kelainan jantung. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan dalam ruangan yang sunyi, sehingga bunyi jantung
dapat terdengar dengan jelas. Dengan menggunakan stetoskopdengarlah bunyi I
dan II dengan urutan :
1.
2.
3.
4.

Apex/ ictus cordis , pada pasien yang berbaring terlentang


Sela iga
Linea sternalis
Kanan dekat sternum
Terkadang diperlukan posisi lain untuk mempermudah terdengarnya

bunyi jantung, misalnya mintalah pasien untuk berbaring ke sebelah kiri, posisi
ini akan membawa ventrikel jantung lebih dekat ke dinding thoraks. Letakkan
secara ringan bagian corong stetoskop pada daerah apex jantung.
Selain itu mintalah pasien untuk duduk dan agak membungkuk ke
depan, mintalah juga untuk mengeluarkan nafas sempurna dan berhenti
bernafas. Letakkan bagian diafragma stetoskop pada dada pada daerah apex
dan tepi kiri sternum.
Perlu pula anda mengenal jenis stetoskop anda dan penggunaanya secara benar.
1. Stetoskop jenis diafragma, lebih baik digunakan untuk mendengar bunyi
jantung bernada tinggi seperti bunyi pada bunyi jantung S1 dan S2, juga
untuk mur-mur aorta, regurgitasi mitral, dan pericardial friction rub.
Dengarlah pad adaerah prekordium, dengan menekan diafragma kuat-kuat
pada dinding thoraks.
2. Stetoskop jenis bell, lebih sensitif untuk jenis suara yang bernada rendah
seperti bunyi jantung S3 dan S4 dan mur-mur pada stenosisi mitral.
Taruhlah bagian corong secara ringan pada daerah apex, dan menuju ke arah
medial sepanjang tepi bawah sternum.
Selanjutnya

kenalilah ciri-ciri bunyi jantung, seperti jenisnya(bunyi

jantung S1-4), lokasinya, irama, frekuensi, intensitas dan ada/tidaknya bunyi


jantung lain atau tambahan seperti mur-mur, dan lain-lain.
Biasanya bunyi jantung dapat didengar pada tempat-tempat seperti berikut :
16

1. Bunyi jantung yang berasal dari katup mitral dapat didengar pada apex
cordis.
2. Bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal dapat didengar pada
intercostae 4-5 di tepi kiri sternum atau linea sternalis dextra.
3. Bunyi jantung yang berasal dari katup aorta dapat didengar pada intercostae
2 di tepi kanan sternum atau nlinea sternalis dextra.
4. Bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal dapat didengar pada intercostae 2
tepi kiri sternum atau linea sternalis sinistra.

b. Penunjang
1. Radiologi

Cor analisa
Pemeriksaan dengan bantuan barium meal yang ada di esophagus untuk
membantu menilai pembesaran jantung.

Ekhokardiografi
Adalah pemeriksaan dengan menggunakan prinsip gelombang suara ultra
(ultra sound) untuk melihat anatomi jantung saat bergerak (berdenyut),
sehingga dapat diketahui adanya gangguan gerakan otot jantung, kebocoran
sekat jantung, penyempitan / kebocoran katub jantung, ukuran ruang
jantung, maupun adanya cairan serta tumor pada rongga jantung.

CT Scan
Digunakan untuk menilai sistem pembuluh coroner dengan rekontruksi
menggunakan kontras media IV.

MRI
Mkenggunakan medan magnet untuk mendiagnosa dan pengobatan dari
pasien yang menderita ateri coroner dan penyumbatan pembuluh darah.

Nuclear medicine
Menggunakan isotop thakium 201 dan tecthenium 99m.

17

2. EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu rekaman mengenai sebagian
aktivitas listrik di cairan tubuh yang diinduksi oleh impuls jantung yang
mencapai permukaan tubuh, bukan rekaman langsung aktivitas listrik jantung
yang sebenarnya. EKG adalah rekaman kompleks yang menggambarkan
penyebaran keseluruhan aktivitas selama repolarisasi dan depolarisasi.
EKG normal memperlihatkan tiga bentuk gelombang tersendiri :
gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T.
Gelombang P mewakili depolarisasi atrium.
Gelombang QRS mewakili depolarisasi ventrikel.
Gelombang T mewakili repolarisasi ventrikel.

Tabel : Defleksi Gelombang pada EKG

Hal-hal penting berikut mengenai perekaman EKG yang perlu diketahui :

18

1. Pembentukan potensial aksi di nodus SA tidak menimbulkan aktivitas listrik


yang mampu mencapai permukaan tubuh sehingga depolarisasi nodus SA
tidak menimbulkan gelombang. Dengan demikian, gelombang pertama
tercepat, gelombang p, terjadi ketika impuls menyebar ke seluruh atrium.
2. Pada Ekg normal, tidak tedapat gelombang terpisah untuk repolarisasi
atrium. Aktivitas listrik yang berkaitan dengan repolarisasi atrium secara
normal berlangsung bersamaan dengan depolarisasi ventrikel dan tertutupi
oleh kompleks QRS.
3. Gelombang P jauh lebih kecil dari pada ventrikel sehingga menghasilkan
lebih sedikit aktivitas listrik.
4. Terdapat tiga keadaan pada saat airan arus di otot jantung tidak terjadi dan
EKG tetap berada di garis dasar :
a. Selama perlambatan nodus AV. Perlambatan ini tercermin dalam
interval waktu antara akhir gelombang P dan permukaan gelombang
QRS ; interval ini dikenal sebagai segmen PR.
b. Ketika ventrikel mengalami depolarisasi sempurna dan sel-sel
kontraktil jantung sedang berada dalam fase datar dari potensial aksi
sebelum kembali mengalami repolarisasi, tergambar segmen ST.
c. Ketika otot jantung beristirahat total dan sedang berlangsing proses
pengisian ventrikel, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya, segmen waktu ini disebut interval TP.
Teknik Monitoring EKG
Saat ini ada 4 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan, yaitu :
1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard
limbs leads.
Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan tiga tempat monitoring EKG,
yakni : 6
a. Lead I, dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dang lengan kanan (RA-right arm) elektroda negative. Sudut
orientasi 0 0

19

b. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda


positif dan lengan kanan (RA-right arm) elektroda negative. Sudut
orientasi 60 0
c. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dengan lengan kiri (LA-left arm) elektroda negative. Sudut
orientasi 120 0
2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads. Dalam
menggunakan teknik ini, dilakukan tiga tempat monitoring EKG, yakni : 6
a. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan anggota tibih lainnya (ekstremitas) elektroda negative. Sudut
orientasi -30 0
b. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA-right arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negative.
Sudut orientasi -150 0
c. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negative. Sudut
orientasi +90 0

20

Gambar : Monitoring EKG

Adapan Prekrdial Wilson (unipolar)


V1 : interkostal IV, parasternal kanan
V2 : interkostal IV, parasternal kiri
V3 : pertengahan V2 dan V4
V4 : interkostal V, midklavikula kiri
V5 : titik potong garis axillaris kiri depan dengan garis horizontal melalui V4
V6 : titik potong garis axillaris kiri tengah dengan garis horizontal melalui V4
dan V5

3. Kateterisasi jantung (angiografi coroner)


Merupakan prosedur diagnostik dengan cara memasukkan kateter yang dibuat
dari bahan plastik khusus berdiameter 2mm, yang didisain khusus untuk
pemeriksaan jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan ini dilakukan melalui
suatu sayatan kecil dikulit daerah lipat paha atau lengan, dengan bius lokal, lalu
kateter dimasukkan melalui jalur pembuluh darah sampai ke jantung, dengan
bantuan zat kontras yang disuntikkan dapat diketahui adanya kelainan anatomi
jantung, penyempitan / sumbatan pembuluh koroner, gangguan fungsi pompa
jantung, dsb. Pemeriksaan ini merupakan hal terpenting untuk deteksi penyakit
jantung koroner.
4. Percutaneus Coronary Intervention
Merupakan tindakan intervensi non bedah dengan kateter khusus melalui
sayatan 2 mm di kulit (seperti kateterisasi jantung) untuk memasukkan ballon
(bisa juga dengan stent : semacam cincin kecil yang mirip "per" ballpen), pada
pembuluh darah coroner yang menyempit agar dapat dilebarkan / dibuka untuk
melancarkan kembali aliran darah. Tindakan ini dilakukan setelah diketahui
adanya penyempitan pembuluh darah koroner dari pemeriksaan angiografi
koroner (kateterisasi jantung).

21

5. Operasi Bedah Pintas Koroner atau Ganti Katub Jantung


Operasi ini dilakukan bila terdapat penyempitan pembuluh darah koroner yang
cukup berat yang tidak ideal untuk dilakukan balonisasi koroner (PCI). Pada
operasi ini pembuluh darah yang menyempit / tersumbat akan diberi aliran
pengganti dari pembuluh darah kaki (bisa juga pembuluh darah dada atau
lengan) yang disambungkan langsung dari Aorta (arteri besar) dialirkan
melampaui (mem-by pass) penyempitan arteri koroner, sehingga aliran koroner
menjadi lancar kembali. Sedangkan operasi ganti katub jantung dilakukan
apabila terdapat penyempitan atau kebocoran katub kaki kanan / kiri berat yang
tidak cukup lagi diatasi dengan obat-obatan dan sulit diatasi dengan tindakan
lain.
BAB VI
KESIMPULAN
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh, dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Sistem sirkulasi
adalah sistem pengangkut yang menyalurkan O 2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari
saluran cerna ke jaringan, serta membawa kembali CO 2 ke paru dan hasil metabolisme
lainnya ke ginjal. Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh, dan
mendistribusi hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel.
Jika jantung dan pembuluh darah terganggu, maka akan timbul gangguangangguan sistem sirkulasi darah. Dengan adanya pemeriksaan fisik dan penunjang, kita
dapat menetahui kelainan jantung dan pembuluh darah.

22

BAB VII
PENUTUP

Alhamdulillah, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.


Meskipun banyak keterbatasan pada makalah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahankesalahan yang dibuat oleh penulis. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk memperbaiki penulisan berikutnya. Terima kasih.

Jakarta, 9 September 2009

Penulis

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.
2. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2008.
3. Eroschenco, Victor P; editor edisi bahasa Indonesia: Dewi Anggraini. Atlas Histologi di
Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003.

4. Anatomi dan Fisiologi Jantung. Diunduh dari


http://dokterfoto.com/2008/03/04/anatomi-dan-fisiologi-jantung/,

September

2009.
5. Jantung dan Pembuluh Darah. Diunduh dari
http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76 8
September 2009.
6. Enzim-Enzim Hati. Diunduh dari
http://www.totalkesehatananda.com/darahhati1.html, 9 September 2009.
7. Cara Keja Jantung. Diunduh dari
24

http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php/Jantung, 9 September 2009.


8. Bahan Kuliah Kardiovaskular. Jakarta ; 2009
9. Santoso M, Nah YK, Listiawati E. buku Panduan Keterampilan Medik Semester 2.
Jakarta: Penerbit Fakultas kedokteran UKRIDA; 2008.

25

Anda mungkin juga menyukai