Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH METABOLISME ZAT GIZI MIKRO


MAKROMINERAL: MAGNESIUM dan GANGGUAN KERJA OTOT

Disusun oleh:

Padella Dian J.A

(101411231013)

Intan Putri R. A.

(101411231023)

Mentari Indah S.

(101411231030)

Airin Levina

(101411231038)

Dara Putri P

(101411233007)

Oryza Dwi Nanda

(101411233015)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan makalah metabolisme zat
gizi mikro dengan judul Makromineral : Magnesium dan Gangguan Kerja Otot.
Makalah ini membahas tentang metabolisme magnesium dalam tubuh dan studi
kasus mengenai gangguan kerja otot.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk mengetahui
metabolisme magnesium dalam tubuh dan memenuhi tugas makalah mata kuliah
metabolisme zat gizi mikro.
Pada proses pengerjaan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya penulis tidak luput dari kesalahan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi
sebuah makalah yang lebih

sempurna. Penulis juga memohon maaf atas

kesalahan tersebut.
Surabaya, 3 Mei 2015

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1

Latar Belakang...........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................................2

1.4

Manfaat......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1

Sifat Fisik dan Kimia.................................................................................3

2.2

Fungsi........................................................................................................4

2.3

Absorbsi.....................................................................................................5

2.4

Transport....................................................................................................7

2.5

Metabolisme..............................................................................................8

2.6

Ekskresi.....................................................................................................8

2.7

Defisiensi...................................................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................13


3.1

Kesimpulan..............................................................................................13

3.2

Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral ialah komponen anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah yang tidak besar untuk membantu melangsungkan beberapa fungsi
dalam tubuh. Unsur mineral dalam tubuh hanya sekitar 3-4% dari
keseluruhan berat badan. Tubuh membutuhkan beberapa jenis mineral
dalam jumlah yang berbeda. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh, mineral dibagi menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro
ialah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah >100 mg per hari, sedangkan
mineral mikro ialah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah <100 mg per
hari. Asupan mineral yang dibutuhkan manusia tergantung dari umur, jenis
kelamin, keadaan fisiologis (seperti hamil), dan status kesehatan.
Salah satu jenis mineral makro adalah magnesium. Magnesium
berperan sebagai kofaktor dalam banyak reaksi enzimatis. Selain itu,
magnesium juga mempunyai banyak fungsi lain, di antaranya mengatur
keseimbangan tekanan darah, menjaga keseimbangan asam-basa, dll.
Oleh karena itu, penulis mengkaji magnesium sebagai topik dalam
makalah

ini

yang

membahas

tentang

magnesium

dan

proses

metabolismenya dalam tubuh. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan


wawasan pembaca tentang magnesium, proses metabolisme, dan fungsinya
dalam tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia magnesium?
1.2.2 Apa fungsi magnesium pada tubuh manusia?
1.2.3 Bagaimana proses absorpsi magnesium dalam tubuh?
1.2.4 Bagaimana proses transportasi magnesium dalam tubuh?
1.2.5 Bagaimana proses metabolisme magnesium dalam tubuh?
1.2.6
Bagaimana proses ekskresi dan batas toksisitas magnesium
dalam tubuh?
1.2.7
Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan
magnesium ?
1

1.2.8

Apa saja sumber magnesium dalam makanan?

1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6

Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia magnesium.


Mengetahui fungsi magnesium pada tubuh manusia.
Mengetahui proses absorpsi magnesium dalam tubuh.
Mengetahui proses transportasi magnesium dalam tubuh.
Mengetahui proses metabolisme magnesium dalam tubuh.
Mengetahui proses ekskresi dan batas
toksisitas

magnesium dalam tubuh.


1.3.7

Mengetahui akibat defisiensi magnesium.

1.3.8

Mengetahui sumber dan AKG magnesium.

1.4 Manfaat
1.4.1

Meningkatkan

pengetahuan

pembaca

mengenai

pemahaman magnesium secara umum serta berbagai proses yang


terjadi pada mineral tersebut di dalam tubuh..
1.4.2

Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang akibat

kekurangan asupan magnesium dalam tubuh.


1.4.3

Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang sumber-

sumber magnesium dalam

makanan dan AKG yang harus

dipenuhi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat Fisik dan Kimia


2

Magnesium adalah unsur ke delapan yang paling melimpah di kerak bumi.


Magnesium merupakan mineral esensial yang dibutuhkan dalam jumlah besar
oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis (mineral makro). Magnesium
adalah mineral utama yang perlu dikonsumsi lebih dari 100 miligram per hari.
Sekitar 60-65 % dari semua magnesium bertempat di tulang dan gigi.
Sedangkan untuk sisanya 35-40 % ditemukan di seluruh tubuh, termasuk otot,
sel-sel jaringan, dan cairan tubuh. Suplemen magnesium dapat mengurangi
gejala nyeri sindrom pramenstruasi (painful symptoms of premenstrual
syndrome (PMS) pada wanita. Peran Magnesium dalam tumbuhan sama
dengan peran zat besi dalam ikatan hemoglobin didalam darah manusia yaitu
untuk pernafasan. Konsentrasi magnesium rata-rata di dalam plasma sebanyak
0,75-1,0 mmol/L (1,5-1,2 mEq/L). Berikut merupakan beberapa sifat fisik dan
kimia magnesium yaitu:
Berwarna putih keperakan
Ringan
Kusam bila terdedah pada udara
Bereaksi dengan air, membentuk basa
Bereaksi dengan asam, membentuk garam
Dalam tubuh berbentuk sebagai kation, Mg2+
Jika dibakar, magnesium menghasilkan nyala api warna putih
Di dalam tumbuhan, klorofil merupakan senyawa porifrin yang
berpusat pada magnesium, sehingga tumbuhan hijau merupaka salah

satu sumber magnesium.


Kandungan magnesium rendah dalam makanan kaleng karena

pemrosesan.
Ion magnesium juga terdapat dalam air, namun kandunganya berbedabeda.

2.2 Fungsi
Salah satu fungsi magnesium yang paling kritis adalah produksi energi. Sel
tubuh membutuhkan magnesium untuk mengaktifkan ATP (adenosine
triphosphate), yang merupakan sumber energi utama yang digunakan tubuh.
Selain produksi energi, magnesium secara langsung untuk enzim pemecah
glukosa (gula darah) sebagai berikut :

Sebagai kofaktor enzim dari sekitar 300 reaksi metabolisme.


Utamanya, sebagai kofator dari enzim-enzim yang melibatkan transfer

gugus fosfat dari ATP, contohnya:


Enzim heksokinase (pada reaksi glikolisis)
Enzim fosfofruktokinase (pada reaksi glukoneogenesis)
Enzim enolase
Enzim glukosa-6-P-dehidrogenase
Enzim thiokinase
Enzim piruvat karboksilase (pada reaksi glukoneogenesis)
Enzim glukose-6-fosfoglukonat dehidrogenase (metabolisme asam
glukonat)
Magnesium bersama dengan natrium, kalium, dan kalsium mengontrol

kerja kotraksi saraf otot. Magnesium mengatur eksitabilitas dari jantung,


sehingga juga berperan dalam mengontrol tekanan darah. Sekitar 50-60%
magnesium tersimpan dalam tulang, sehingga magnesium merupakan unsur
penyusun tulang.
2.3 Absorpsi
Magnesium masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Jumlah
magnesium diserap, tergantung dari jumlah asupan, yakni konsumsi tiaptiap orang. Magnesium diserap paling banyak di bagian distal jejunum dan
ileum. Sekitar 40-60% magnesium yang dapat diserap dari makanan yang
masuk. Jika asupan tinggi, magnesium diserap dengan mekanisme difusi
pasif. Sebaliknya, jika asupan rendah, magnesium diserap dengan
mekanisme transport aktif. Banyak faktor yang dapat menurunkan
penyerapan magnesium diantaranya serat, asam oksalat, konsumsi alkohol,
dan keadaan medis tertentu seperti diuretik. Walaupun diet yang tinggi,
sayuran memiliki kandungan magnesium yang tinggi. Magnesium yang
terserap akan berkurang karena pengaruh serat pangan. Diet tinggi fosfat
mampu mengurangi absorbsi magnesium. Protein dapat mempengaruhi
absorbsi magnesium intestinal. Absorbsi magnesium rendah saat asupan
protein kurang dari 30 gr perhari. Stimulasi aktivitas adenilat siklase
(misalnya, melalui stimulasi reseptor adrenergik) meningkatkan siklik
adenosin monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menginduksi ekstrusi Mg

dari mitokondria melalui mitokondria adenin nukleotida, yaitu pertukaran 1


Mg2+ adenosine trifosfat (ATP) untuk adenosin difosfat (ADP). Sedikit
peningkatan ini dalam sitosol Mg2+ maka dapat diekstrusi melalui membran
plasma dengan cara mekanisme pertukaran Mg-kation, yang dapat
diaktifkan dengan baik oleh cAMP atau Mg. Aktivasi reseptor sel lain
(misalnya reseptor muscarinic atau reseptor vasopresin) dapat mengubah
tingkat cAMP atau menghasilkan diasilgliserol (DAG). Keseimbangan harus
ada antara masuknya Mg pasif ke dalam sel dan mekanisme penghabisan
aktif karena gradien konsentrasi gerakan ekstraseluler Mg

( 0,7-1,2

mmol ) ke dalam sel ( bebas Mg , 0,5 mmol ) . Proses ekstrusi Mg ini


membutuhkan energi atau mungkin digabungkan dengan gerakan kation
lain. Gerakan seluler Mg umumnya tidak terlibat dalam transportasi
transepitelial Mg, yang terutama pasif dan terjadi antara sel-sel.

Gambar 1.1 Peraturan magnesium intraseluler (Mg2+) dan Penyerapan


gastrointestinal asupan makanan magnesium (Mg)
Asupan makanan adalah satu-satunya sumber dimana tubuh dapat
melengkapi kebutuhan Mg. Jaringan usus penyerapan Mg dipengaruhi oleh
penyerapan Mg pecahan dalam segmen tertentu dari usus, panjang segmen

usus, dan waktu transit bolus makanan. Sekitar 40-50 % dari diet Mg
diserap. Baik duodenum dan jejunum memiliki penyerapan pecahan tinggi
Mg.

2.4 Transportasi
Jalur untuk pergerakan Mg di epitel usus. Dua rute yang ada untuk
penyerapan Mg di sel epitel usus yaitu: rute transelular dan jalur antar.
Didalamnya terdiri dari dua tahap :
1) Mg akan masuk membran sel usus dengan cara transpor pasif atau
difasilitasi difusi.
2) Sebuah Mg pompa aktif di bagian basolateral sel akan mengusir Mg.

Gambar 1.2

Penyerapan

Magnesium di

Intestinal

2.5 Metabolisme
Mg (berat molekul, 24,305 D) dominan didistribusikan dalam tulang , otot,
dan jaringan lunak. Mg di tulang diserap ke permukaan hidroksiapatit Kristal.
Hanya sekitar 1 % dari total tubuh Mg dalam serum dan cairan interstitial.

Gambar 1.3 Jumlah distribusi magnesium (Mg) dalam tubuh


Intraseluler Mg ini sebagian besar membentuk senyawa kompleks dengan
molekul organik (misalnya trifosfatase adenosin [ATPase], sel dan protein inti,
membran terkait, DNA dan RNA, enzim, protein, dan sitrat) atau diasingkan dalam
organel subselular (mitokondria dan retikulum endoplasma). Sebuah distribusi
heterogen Mg terjadi di dalam sel dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di daerah
perinukear,

yang merupakan situs dominan dari retikulum endoplasma.

Konsentrasi intraseluler terionisasi Mg diatur secara ketat oleh sekuestrasi dan


kompleksasi. Sangat sedikit perubahan yang terjadi pada konsentrasi intraseluler
Mg bebas.

Gambar 1.4 Metabolisme dan Distribusi Intraseluler Magnesium


2.6 Eksresi
Mg biasanya diserap dalam tubulus proksimal (PT), cortical thick
ascending limb (cTAL), dan distal convoluted tubule (DCT). Ekspansi
volume dan diuretik osmotik menghambat PT reabsorpsi Mg. Magnesium
diekskresikan melalui urin sebanyak 35-45% dari intake sehari hari.

Penggunaan diuretik menyebabkan keluarnya magnesium melalui urin dan


menipisnya simpanan magnesium total dan regional tubuh. Eksresi
magnesium meningkat oleh

hormon tiroid, asidosis, aldosteron, serta

kekurangan fosfor dan kalsium. Eksresi magnesium menurun karena


pengaruh kalsitonin, glukagon, dan PTH terhadap resorbsi tubulus ginjal.
Beberapa penyakit ginjal dan gangguan elektrolit menghambat
reabsorpsi Mg ginjal baik di PT dan cTAL karena kerusakan pada sel-sel
epitel dan persimpangan ketat interseluler, ditambah gangguan dari gaya
elektrokimia yang biasanya mendukung reabsorpsi Mg. Aminoglikosida
terakumulasi dalam PT, yang mempengaruhi penyerapan natrium, dan juga
menyebabkan peningkatan aldosteron. Aldosteron memicu ekspansi volume,
penurunan reabsorpsi Mg. Diabetes mellitus meningkatkan kehilangan Mg
dengan cara hiperglikemik osmotik diuresis dan kelainan insulin (defisiensi
dan

resistensi),

reabsorpsi

Mg

yang

menurunkan

di

proximal

convoluted tubule dan

cTAL.

Gambar 1.5 Eksresi Ginjal


2.1 Defisiensi
Kekurangan magnesium pada orang sehat mengonsumsi diet
seimbang cukup langka karena magnesium berlimpah baik di tumbuhan
maupun pada hewan, karena ginjal dapat membatasi ekskresi magnesium
bila asupan rendah. Kondisi berikut meningkatkan risiko kekurangan
magnesium:

Gangguan pencernaan : diare berkepanjangan, penyakit Crohn,


sindrommalabsorpsi, penyakit celiac, operasi pengangkatan sebagian dari
usus, danradang usus karena radiasi dapat menyebabkan semua magnesium
deplesi.
Gangguan ginjal : diabetes mellitus dan penggunaan jangka panjang
diuretiktertentu dapat mengakibatkan meningkatnya kehilangan urin dari
magnesium.
Alkoholisme kronis : asupan makanan yang buruk, masalah
pencernaan,dan peningkatan kehilangan urin magnesium, semua dapat berkontribusi untuk penipisan magnesium yang sering ditemui pada pecandu
alkohol.
Umur : beberapa studi telah menemukan, bahwa orang tua memiliki
asupan makanan yang relatif rendah magnesium. Penyerapan magnesium
usus cenderung menurun dengan usia dan ekskresi magnesium kemih
cenderung meningkat dengan usia.Dengan demikian,asupan magnesium diet
suboptimal dapat meningkatkan risiko penipisan magnesium pada orang
tua,sedangkan terlalu banyak magnesium dari makanan tidak menimbulkan
risiko kesehatan pada orang sehat, karena ginjal menghilangkan jumlah
kelebihan dalam urin. Namun, dosis tinggi magnesium dari suplemen
makanan atau obat-obatan sering mengakibatkan diare yang dapat disertai
mual dan perut kram. Bentuk magnesium yang paling sering dilaporkan
menyebabkan diare yaitu magnesium karbonat, klorida, glukonat,dan
oksida. Diare dan pencahar efek dari garam magnesium disebabkan oleh
aktivitas osmotik garam diserap di usus, usus besar dan stimulasi motilitas
lambung. Gejala hipomagnesemia dapat berkembang ketika tingkat serum
magnesium (Mg) jatuh di bawah 1,2 mg /dL.
Defisiensi Magnesium meningkatkan kematian pasien dengan infark
miokard akut dan congestive gagal jantung.
Deplesi Mg mempercepat aterogenesis dengan meningkatkan kolesteroltotal dan trigliserida dan dengan mengurangi kadar kolesterol lipoprotein
densitas tinggi. Hipomagnesemia juga meningkat kecenderungan hipertensi
dan mengganggu pelepasan insulin, yang mendukung aterogenesis.
9

Rendahnya tingkat Mg mengganggu pelepasan hormon paratiroid (PTH),


memblokir aksi PTH pada tulang, dan menurunkan aktivitas dari ginjal 1-hidroksilase, yang mengubah 25-hidroksi-vitamin D3 menjadi 1,25dihidroksi-vitamin D3, yang semuanya berkontribusi untuk hipokalsemia.
Mg merupakan kofaktor terpisahkan dalam kegiatan trifosfatase natriumpotas-potasium adenosin selular, dan kekurangan Mg merusak transportasi
intraselular K dan memberikan kontribusi untuk ginjal membuang K,
menyebabkan hipokalemia.
2.7 Toksisitas
Keracunan Mg jarang terjadi pada fungsi ginjal normal. Pada
penderita payah ginjal, hipermagnesemia dapat menimbulkan masalah. Efek
depresan magnesium pada sistem saraf pusat biasanya mendominasi gejala
toksisitas hipermagnesemia. Efek racun dari magnesium serum telah dikenal
selama bertahun-tahun tetapi tidak diakui secara luas atau sistematis pada
manusia. Enam pasien terkena hipermagnesemia signifikan saat menerima
senyawa magnesium baik secara parenteral atau oral sebagai antasid atau
obat pencahar (susu magnesium, magnesium sulfat, dan Maalox). Hipotensi,
gagal pernapasan, hiporefleksia, koma, perubahan elektrokardiografi, dan
kematian mendadak akibat serangan jantung akibat dari hipermagnesemia.
Gagal ginjal, hadir pada semua pasien, diyakini bertanggung jawab terhadap
retensi magnesium.

2.8 Studi Kasus (Gangguan Kerja Otot akibat Defisiensi Magnesium)


Salah satu fungsi magnesium adalah berkaitan dengan relaksasi otot.
Fungsi ini berkebalikan dengan fungsi dari kalsium, yaitu kontraksi otot.
Ketika defisiensi magnesium terjadi, maka otot tidak dapat melakukan
relaksasi dan yang terjadi hanya kontaksi otot secara terus-menerus. Hal ini
dapat menimbulkan kekejangan otot.
Kekejangan otot merupakan gejala umum dari penyakit-penyakit tertentu.
Seperti penyakit tifus, demam tinggi, aritmia, asma, epilepsi, dan lainnya.
10

Pada keadaan aritmia, detak jantung pasien tidak beraturan. Hal ini
diakibatkan karena ketidaknormalan kontraksi dan relaksasi otot-otot
jantung. Pada penderita aritmatia otot jantung tidak dapat melakukan
relaksasi

dikarena

kurangnya

asupan

dari

magnesium.

Aritmatia

menyebabkan irama jantung yang tidak teratur. Dalam keadaan akut


aritmatia dapat mengakibatkan gagal jantung hingga kematian. Pada
keadaan pasca-operasi jantung, biasanya keadaan detak jantung tidak
normal, oleh karena itu disuntikkan magnesium sebagai obat.
Kekejangan otot pada penyakit-penyakit lainnya, biasanya ditangani
dengan pemberian obat antikonvulsan. Obat antikonvulsan sendiri biasanya
adalah obat-obatan yang mengandung magnesium sulfat. Beberapa
penelitian telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat adalah pilihan
tepat untuk mengobati kejang, khususnya kejang eklampsia. Eklampsia
adalah masalah pada akhir atau paska kehamilan, biasanya disebut juga
sebagai keracunan bayi. Pemberian magnesium sulfat efektif dalam
membantu mencegah kejang kambuh dengan mempertahankan aliran darah
ke uterus dan fetus.
Pada atlet olahraga yang memerlukan daya tahan tubuh, atlet tersebut
rentan mengalami dehidrasi. Dehidrasi adalah kehilangan sebagian cairan
dan elektrolit dari tubuh, termasuk juga ion magnesium. Ion magnesium
dapat hilang selama olahraga berat melalui keringat. Kehilangan ion
magnesium ini dapat menyebabkan defiensi magnesium. Seperti yang telah
diketahui, bahwa magnesium mengatur kerja dari relaksasi otot, sehingga
dalam keadaan kekurangan magnesium, relaksasi otot akan terganggu dan
dapat menyebabkan kejang otot (kram).
Selain itu, interaksi antara magnesium dan kalsium dalam kerja otot dalam
keadaan yang tidak normal, juga akan mengakibatkan kelemahan otot baik
otot polos, maupun otot skeletal. Gangguan kelemahan otot polos di saluran
pernafasan, dapat mengakibatkan penyakit asma.

11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Magnesium memiliki sifat fisik berwarna putih keperakan, ringan, dan
kusam bila terdedah pada udara. Dan beberapa sifat kimia yakni
membentuk basa bila bereaksi dengan air, membentuk garam bila
bereaksi dengan asam.
3.1.2 Fungsi magnesium sebagai kofaktor, bersama kalsium mengontrol
kerja kontraksi saraf otot, dan termasuk unsur penyusun tulang.
3.1.3 Magnesium diserap pada bagian distal jejunum dan ileum,
bioavaibility magnesium 40-60% bergantung dari asupan induvidu.
3.1.4 Transport magnesium secara difusi pasif jika asupan magnesium
banyak, jika asupnnya sedikit dengan cara transport aktif.
3.15 Magnesium di distribusikan dalam tulang, otot, dan jaringan lunak.
Mg di tulang diserap ke permukaan hidroksiapatit Kristal.
3.1.6 Eksresi magnesium melalui urine dan feses. Toksisitas disebut
hipermagnesemia, terjadi jika ginjal tidak bekerja secara normal.
3.1.7 Defisiensi magnesium menyebabkan gangguan pencernaan, gangguan
ginjal, alkoholisme kronik, dan meningkatkan kematian dengan
miokard akut dan gagal jantung, serta menghambat pelepasan
hormone paratiroid.
3.1.8 Sumber magnesium terutama pada sayuran hijau (bayam, brokoli, dan
selada), serealia tumbuk, biji-bijian, daging, susu, coklat, dan air. Akg
yang dianjurkan pada orang dewasa sekitar 4,5 mg/ kg berat badan.
3.2 Saran
3.2.1 Penulis dan pembaca dapat meningkatkan asupan magnesium sesuai
dengan usia dan kecukupannya gizi perhari.
3.2.2 Penulis dan pembaca dapat mencegah terjadinya defiensi mineral
makro magnesium.
12

3.2.3 Penulis

dan

pembaca

menambah

refresi

jika

sumber

yang

dicantumkan penulis terdapat kekurangan informasi dan pengetahuan


magnesium.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia

Bahasa

Indonesia.2013.

Magnesium.

http://ms.wikipedia.org/wiki/Magnesium. Diakses pada 28 April 2015.


Medline
Plus.
2013.
Magnesium
in

Diet.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002423.htm. Diakses pada


28 April 2015.
Erdman, John W. Jr., Ian A. Macdonald, Steven H. Zeisel. 2010. Present
Knowledge in Nutrition 10th ed. Hongkong : Wiley Black-well.

13

Nayak, Shivananda. 2013. Essentials of Biochemistry for Medical Student. New


Delhi : Jaypee Brothers Medicalpublishers
http://www.academia.edu/9132074/Mineral_Magnesium?
login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true, diakses pada
28 April 2015.
skp.unair.ac.id/.../Unsurdalammetaboli_ChaidarWaria,diakses pada 28 April 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai