atas, asersi keberadaan berhubungan dengan apakah hal-hal yang dimasukkan sebagai
kas (seperti kas kecil, kas yang belum disetor ke bank, dan rekening giro) benar-benar
ada. Asersi ini tidak berkaitan dengan apakah Rp 100.000.000,00 merupakan jumlah
yang benar untuk pos ini, sebab hal itu berkaitan dengan penilaian dan pengalokasian
yang akan dijelaskan kemudian.
Dalam asersi ini manajemen juga menyatakan bahwa pendapatan dan biaya
sehagaimana nampak dalam laporan rugi-laba adalah akibat dari transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian yang terjadi selama periode laporan. Asersi ini juga hanya
menyangkut mengenai apakah transaksi dan kejadian benar-benar terjadi, dan tidak
menyangkut mengenai kebenaran jumlah rupiah yang dilaporkan. Kesalahan dalam
asersi ini bisa terjadi misalnva apabila pada jumlah penjualan yang dilaporkan
terdapat di dalamnya penjualan fiktif atau apabila pada penjualan yang dilaporkan
termasuk di dalamnya penjualan yang terjadi pada periode yang lain.
Pada asersi kategori ini, auditor terutama mengkhawatirkan terjadinya
pelaporan komponen-kompenen laporan keuangan melebihi yang sesungguhnya
(overstatement) dengan cara memasukkan hal-hal yatig tidak ada atau memasukkan
pengaruh transaksi yang tidak terjadi. Asersi ini tidak memperhatikan apakah sesuatu
yang sesungguhnya ada dan transaksi atau kejadian yang sungguh sungguh terjadi,
telah termasuk dalam jumlah rupiah yang dilaporkan.
Kelengkapan
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi
atau semua rekening (account) yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan tetah dicantumkan di dalamnya.
JUntuk setiap rekening yarg dilaporkan dalam laporan keuangan, manajemen
secara implisit menyatakan bahwa semua transaksi dan kejadian yang berhubingan
telah dimasukkan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa saldo kas sebesar
Rp. 100.000.000,00, telah mencakup pengaruh semua transaksi kas dan semua
elemen kas yang disebutkan di atas. Kesalahan penyataan asersi kelengkapan untuk
kas bisa terjadi jika pengaruh beberapa transaksi penerimaan kas dihilangkan.
Penerapan prinsip penilaian secara tepat seperti harga perolehan, nilai bersih
yang dapat direalisasi, nilai pasar, dan nilai sekarang (present value).
Penerapan prinsip penandingan (matching principle) secara tepat.
Kewajaran estimasi akuntansi oleh manajemen.
Konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat
dimasukkan
Aktiva adalah milik satuan usaha dan utang
adalah kewajiban satuan usaha pada tanggal
tertentu
Komponen-komponen
aktiva,
kewajiban,
Kelengkapan
penggunaannya.
Semua
hal
yang
benar.
Semua yang dimasukkan dalam kas tidak dibatasi
(unrestricted) dan kas tersedia digunakan untuk
operasi.
Pengungkapan yang diperlukan telah memadai.
Perlu diingat bahwa tujuan khusus audit harus dirancang untuk masingmasing klien. SA 326.09 menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan audit, auditor
hendaknya mempertimbangkan kondisi khusus perusahaan. termasuk di dalamnva
sifat aktivitas perusahaan dan praktik akuntansi yang spesifik dalam perusahaan
tersebut. Sebagai contoh, diperlukan tambahan tujuan khusus audit apabila sebagian
dan kas satuan usaha berbentuk valuta asing. Demikian pula, sejumlah tujuan khusus
untuk masing-masing kategori bisa berbeda-beda seperti nampak dalam contoh di
atas.
Buku jurnal
Buku besar dan buku besar pembantu
Buku pedoman akuntansi
Memorandum dan catatan tak resmi, seperti kertas kerja, perhitunganperhitungan dan rekonsiliasi
Informasi Pengual:
akuntansi dan informasi penguat bisa berbentuk media elektronik seperti pita
magnetik dan disk, tapi bisa juga dalam bentuk hard copy atau dalam bentuk cetakan.
Kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai
dengan standar auditing. Kiranya tidak diragukan bahwa bukti yang berupa data
akuntansi pasti harus dikumpulkan auditor, karena data akuntansi merupakan sumber
atau dasar pembuatan laporan keuangan. Namun demikian, catatan-catatan ini bisa
tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu sangatlah perlu bagi auditor untuk
mendapatkan bukti penguat mengenai keandalan catatan-catatan keuangan tersebut.
Bukti-bukti ini kebanyakan terdapat dalam organisasi klien, tetapi mencari bukti dan
sumber-sumber di luar klien juga sangat penting.
Proses pengidentifikasian sumber-sumber bukti untuk memenuhi tujuan audit
untuk setiap saldo rekening akan dibahas secara mendalam pada sejumlah bab dalam
buku ini. Bab ini akan membahas kerangka umum untuk mengidentifikasi jenis-jenis
bukti dan kaitannya dengan asersi laporan keuangan.
mengidentifikasi 1enis-;enis bukti dan kaitannya dengan asersi laporan
keuangan.
TUJUANSTANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KETIGA
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangain yang diaudit.
Standar di atas menyebutl empat sumber, yaitu: inspeksi, observasi, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi. Sumber-sumber ini berkaitan dengan prosedur auditing
menginspeksi, mengobservasi, mengajukan pertanyaan, dan mengkonfirmasi. Untuk
sementara, baru empat prosedur auditing ini yang diperkenalkan. Prosedur-prosedur
ini dan prosedur-prosedur lainnva akan dibahas pada bagian lain bab immi.
Standar .ini juga menyatakan bahwa.bukti kompeten yang cukup harus:
diperoleh sebagai dasar yang memadai (atau layak) untuk memberi pendapat SA
326.20 menyatakan bahwa jumlah dan jenis bukti yang dibutuhkan oleh auditor
untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah
mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya.
Cukup atau Tidaknya Bukti Audit
Elemen standar pekerjaan lapangan ketiga ini berhubungan dengan jumlah
bukti. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor dalam
menentukan cukup tidaknya bukti meliputi:
pembantu piutang dalam buku besar pembantu atau jumlah rupiah dalam
suatu saldo rekening. Mengingat besarnya populasi data akuntansi yang
merupakan sumber penyusunan laporan keuangan, maka auditor biasanya
menerapkan tehnik Sampling. Umumnya semakin besar populasi, semakin
banyak jumlah bukti yang diperlukan untuk rnemperoleh dasar yang memadaj
untuk mencapai kesimpulan. Akan tetapi hubungan yang pasti antara ukuran
populasi dengan ukuran sampel tergantung pada tujuan dan sifat darii rencana
sampel yang digunakan. Hal ini dibahas pada Bab 11.
Karakteristik populasi dipengaruhi oleh homogenitas atau variabilitas dan
unsur-unsur indvidual yang membentuk populasi. Dalam hal piutang dagang, salah
satu faktor adalah rentang jumlah rupiah dari masing-masing saldo piutang yang
membentuk jumlah keseluruhan. Dibandingkan dengan populasi yang seragam,
populasi yang memiliki variabilitas tinggi biasanya membutuhkan sampel yang lebih
besar dengan maksud agar dapat memberikan hasil informasi penguat yang lebih
besar untuk mencapai kesimpulan. Pengaruh variabilitas atas ukuran sampel,
seringkali dapat dikurangi dengan melakukan stratifikasi atas populasi menjadi
beberapa strata atau kelompok yang lebih homogin sebelum ditarik sampel. Sebagai
contoh, apabila rekening-rekening pembantu piutang dagang bersaldo besar yang
hanya sedikit jumlahnya mencerminkan persentase yang besar dari saldo piutang
keseluruhan, maka auditor mungkin akan memutuskan untuk mendapatkan bukti
tentang semua rekening yang ada dalam buku besar pembantu yang jumlah saldonya
melebihi jumlah rupiah tertentu, sedangkan untuk yang bersaldo di bawahnya hanya
diambil dengan sampel. Strategi semacam ini akan menghasilkan bukti yang lebih
banyak atas saldo total piutang, dibandingkan dengan jika auditor tidak melakukan
stratifikasi lebih dulu terhadap populasi yang didasarkan atas ukuran sampel piutang
statistik atau non-statistik akan dibahas pada Bab 11
Kompetensi Bukti
Kompetensi (atau keandalan) bukti yang berupa data akuntansi maupun
informasi penguat merupakan aspek penting dan standar pekerjaan lapangan ketiga.
Keandalan data akuntansi berhubungan langsung dengan efektifitas pengendalian
intern klien. Pengendalian intern yang kuat akan menciptakan ketelitian dan
Relevansi
Sumber
Ketepatan Waktu
Obyektivitas
Relevansi
Faktor ini mengandung arti bahwa bukti haruslah berkaitan dengan tuiuan.
Oleh karena itu, apabila tujuan audit adalah menentukan keberadaan, persediaan
maka auditor dapat memperoleh bukti dengan mengobservasi perhitungan fisik
persediaan. Namun demikian, bukti ini tidak relevan apabila digunakan untuk
penentuan apakah persediaan tersebut benar-benar milik klien atau bukan (asersihak
dan kewajiban) atau untuk penentuan kewajaran penilaian atas dasar harga perolehan
(asersi penilaian dan pengalokasian).
Auditor harus sungguh-sungguh menyadari mengenai pentingnya faktor ini.
apabila auditor mendapat bukti yang tidak relevan, maka auditor akan mengalami
kerugian biaya dan waktu. Selain itu, bukti semacam itu bisa mengakibatkan
pengambilan kesimpulan yang keliru, dan pada akhirnya akan menyebabkan
penentuan pendapat atas laporan keuangan yang keliru pula.
Sumber
Berbagai hal yang berkaitan dengan sumber bukti bisa mempengaruhi
kompetensi bukti. Pentingnya kriteria ini bisa digambarkan dengan beberapa contoh
berikut ini. Sebagai contoh, misalkan auditor menghendaki buku yang berhubungan
dengan piutang klien kepada pelanggan X. Pelanggan bisa ditanyai dan diminta untuk
menyampaikan infonmasi langsung kepada auditor mengenai saldo kewajibannya
kepada klien, atau auditor dapat juga melakukan pemeriksaan atas dokumendokumen yang terdapat pada perusahaan klien, seperti dokumen pengiriman dan
duplikat faktur penujualan atas penjualan yang telah menimbulkan saldo. Dalam
situasi di atas, bukti yang diperoleh melalui cara pertama lebih kompeten
dibandingkan dengan cara kedua, karena bukti diperoleh dari pihak ketiga yang
independen terhadap klien.
Contoh lain, misalkan auditor sedang mereview rekonsiliasi bank yang dibuat
oleh dua klien yang berbeda. Pada klien A, rekonsiliasi dibuat oleh auditor intern
yang tidak terlibat dalam transaki kas. Pada klien B mekoniliasi dibuat oleh kasir
yang juga melakukan pencatatan penerimaan kas, membukukannya ke dalam buku
pembantu piutang serta melakukan setoran ke bank setiap hari. Dalam situasi seperti
ini, rekonsiliasi yang dibuat oleh klien A lebih kompeten karena dibuat dalam
lingkungan sistem yang lebih baik.
Contoh ketiga, misalkan auditor menghendaki bukti mengenal jumlah kas
yang ada di tangan. Auditor dapat melakukan perhitungan kas sendiri, atau ia
menyuruh klien melakukan hal itu atas permintaanya. Apbila auditor melakukan
sendiri perhitungan kas, maka ia akan mengetahui Jumlah kas secara langsung,
sedangkan bila ia menyuruh klien, maka auditor mengetahui jumlah kas secara tidak
langsung, karena hanya diketahuinya melalui laporan dari klien. Dalam situasi ini,
jelaskah bahwa cara pertama menghasilkan bukti yang lebih kompeten.
Sejalan dengan contoh-contoh di atas, SA 326.19 menyebutkan anggapananggapan berikut tentang pengaruh dari sumber informasi terhadap kompetensi
keandalan :
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang
lebih dari pada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Semakin efektif struktur pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui
inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat
menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.
Ketepatan Waktu
Kriteria ini berkaitan dengan tanggal suatu bukti bisa diterapkan. Ketepatan
waktu dari bukti menjadi penting terutama di dalam pemeriksaan atas aktiva lancar,
utang lancar, dan saldo-saldo pendapatan dan biaya. Untuk jenis-jenis rekening
tersebut, auditor menghendaki bukti bahwa klien telah melakukan pisah-batas (cutoff)
secara tepat atas transaksi-transaksi kas, penjualan, pembelian pada tanggal laporan.
Tugas ini akan terpenuhi apabila diterapkan prosedur auditing yang tepat pada atau
dekat dengan tanggal neraca. Demikian pula, bukti yang diperoleh dari perhitungan
fisik yang dilakukan pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti yang lebih baik
tentang kuantitas yang ada di tangan dibandingkan dengan perrhitungan yang
dilakukan padawaktu yang lain.
Obyektivitas
Bukti yang bersifat obyektif biasanya dipandang lebih bisa diandalkan dari
pada yang bersifat subyekti.f Sebagai contoh, bukti tentang keberadaan suatu aktiva
berujud dapat ditentukan dengan tingkat keyakinan yang tingga melalui inspeksi fisik.
Demikian pula, bukti yang diperoleh dari sumber luar perusahaan yang independen
dipandang lebih obyektif dibandingkan dengan bukti yang hanya diperoleh dari klien.
Sebaliknya bukti pendukung estimasi manajemen tentang keusangan
persediaan sangat bersifat subyektif. Dalam situasi demikian, auditor harus : (1)
mempertimbangkan kualifikasi dan integritas orang yang membuat estimasi, (2)
memperhitungkan ketepatan proses pengambilan keputusan yang diikuti klien dalam
melakukan pertimbangan.
Gambar 4.2 melukiskan pengaruh-berbagai hal di atas terhadap kompetensi
bukti audit.
.
BUKTI KURANG
KOMPETEN
FAKTOR-FAKTOR
KOMPETENSI
BUKTI LEBIH
KOMPETEN
RELEVANSI
Relevan Secara
Langsung
Sumber Dari Luar
Perusahaan dan
Independen
Dokumen Intern
Perusahaan
SUMBER
Pengendalian Intern
Memuaskan
Pengetahuan Tidak
Langsung
Pengetahuan Langsung
KETEPATAN WAKTU
Subyektif
OBYEKTIVITAS
Obyektif
laporan
keuangan
sebagai
keseluruhan.
Hal
ini
membutuhkan
Bukti analitis
Bukti dokumen
Konfirmasi
Pernyataan tertulis
Bukti perhitungan
Bukti lisan
Bukti fisik
Bukti elektronik
Dalam uraian berikut ini akan dibahas tiap-tiap jenis bukti, terutama mengenai
sifat, keandalan, dari pada kategori asersi mana bukti tersebut paling relevan.
Bukti Anlistis
Bukti analitis meliputi pembandingan antar data periode berjalan pada
prusahaan klien, seperti total pendapatan atau persentase laba bersih terhadap
aktiva, dengan nilai yang diharapkan atas data base mengenai: (1) jumlah
historis atau jumlah dilanggarkan pada perusahaan kilen, atau (2) data
industri. Perbandingan tersebut kemudian digunakan untuk inferensi
mengenai kewajaran asersi-asersi laporan keuangan.
Responden
Bank
Masing-masing debitur
Pemilik atau manajer gedung sewaan
Pihak yang ditutupi dalam rangka
konsinyasi
Kreditur/pemberi pinjaman
Wali amanat obligasi
Pihak yang menyewakan (lessor)
Reglistrar saham
Perusahaan asuransi
Dokumen
oleh pihakdan
diluarketerjadian.
klien disimpan dalam arsip klien
asersidibuat
keberadaan
Dokumen dibuat oleh klien dikirimkan ke luar perusahaan
Dokumen dibuat oleh klien dokumen tidak ada yang dikirim ke luar
PALING BISA DIANDALKAN
perusahaan klien
Contoh
Pernyataan Tertulis
Kelompok bukti khusus lain adalah pernyataan tertulis, yaitu
pernyataan yang ditandangani oleh orang atau orang-orang yang bertanggung
jawab mengenai satu atau beberapa asersi manajemen. Pernyataan tertulis
berbeda dengan konfirmasi dalam dua hal, yaitu: (1) pernyataan tertulis bias
dibuat oleh pihak intern perusahaan klien atau bisa juga dibuat oleh pihak luar
(2) pernyataan tertulis bisa berisi informasi subyektif atau pendapat seseorang
tentang suatu hal dan tidak selalu merupakan informasi faktual.
Auditor diharuskan oleh standar auditing untuk mendapatkan
pernyataan tertulis tertentu dari manajemen untuk memenuhi standar
pekerjaan lapangan ketiga. Bentuk pernyataan tertulis yang lazim digunakan
adalah representation letter (disingkat rep letter), biasanya dirancang umuk
mendokumentasikan jawaban atas pertanvaan tertulis yang dibuat auditor
selama audit berlangsung. Surat pernyataan ini berisi informasi yang tidak
nampak dalam catatan akuntansi, seperti misalnya keberadaan kontingensi
yang rnembutuhkan penyelidikan lebih lanjut oleh auditor. Keandalan suatu
surat pernvataan tergantung pada kemampuan auditor untuk menemukan
penguat dan bukti yang lain. Contoh suatu surat pernyataan dapat dilihat pada
Buku II di bawah topik Penyelesaian Pekerjaan Lapangan.
Selama audit berlangsung, auditor bisa juga meminta surat pernyataan
dari ahli (expert) tertentu. Auditor tidak dituntut untuk memiliki keahlian
sebagai ahli hukum ketika ia harus menilai perkara pengadilan yang dihadapi
klien juga tidak harus memiliki pengetahuan seperti seorang ahli tambang
ketika ia harus membuat estimasi atas kandungan batubara di suatu
pertambangan. Demikian pula auditor bukanlah seorang penilai (appraiser)
ketika ia harus menentukan nilai koleksi barang-barang seni. Apabila
dibutuhkan bukti semacam itu, PSA 39 (SA 336), Penggunaan Pekerjaan
Spesialis. menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan pekerjaan seorang
spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten. Pernyataan tertulis dari spesialis
bisa diperoleh dalam bentuk sura, lapangan atau bentuk komunikasi tertulis
lainnya. Tingkat keandalan yang tinggi bisa diberikan pada jenis bukti ini,
Bukti Fisik
Bukti fisik diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi atas
aktiva berujud. Sebagai contoh, auditor akan melakukan inspeksi langsung
untuk memastikan keberadaan kas yang ada di perusahaan, persediaan, mesin
dan peralatan, dan aktiva berujud lainnya. Bukti fisik juga sangat berguna
dalam menentukan kualitas atau kondisi aktiva yang berkaitan dengan asersi
penilaian atau pengalokasian dalam hal-hal tertentu auditor tidak bisa
menentukan kualitas, kondisi, atau nilai aktiva berdasarkan pemeriksaan fisik
sehingga diperlukan bantuan tenaga ahli dari luar untuk memeriksa bukti fisik
Auditor kemudian akan mengandalkan pemeriksaannya pada pernyataan
tertulis dari ahli tersebut beserta bukti fisik yang diperolehnya.
Bukti Elektronik
Istilah Bukti Elektronik menyangkut semua informasi yang
dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan elektronik yang digunakan auditor
untuk merumuskan suatu pendapat mengenai suatu asersi. Peralatan elektronik
bisa berupa Komputer; scanner, sensor, magnetic media, dan peralatan.
elektronik lain yang berhubungan dengan pembuatan, penerimaan data
elektronik.
Meskipun sistem pengolahan data elektronik telah digunakan secara
luas di bidang akuntansi selama beberapa dekade, namun auditor dalam
melaksanakan sebagian besar pekerjaannya masih terus melanjutkan untuk
mengandalkan pada kemampuan sistem untuk menghasilkan bukti dengan
cara tradisional, seperti printout dokumen, jurnal, buku besar, dan laporan lain
yang dihaslkan komputer. Meskipun tidak secepat dan tidak seluas seperti
diperkirakan, namun harapan terciptanya kantor tanpa kertas (paperless
office) akan menjadi kenyataan Juga. Sebagai contoh, akan menjadi hal yang
biasa apabila komputer klien (1) menentukan kapan sejenis barang perlu
dipesan, (2) membuat dan mengirim seara elektronik ke komputer pemasok,
(3) menerima informasi pengiriman dan penagihan langsung dari komputer
pemasok, dan (4) melakukan transfer dana secara elektronik dari rekening
bank klien ke rekening bank pemasok untuk membayar pesanan. Semua hal
Analitis
terdiri
dan
kegiatan
mempelajari
dan
perkataan mengikuti arah aliran data dalam sistem akuntansi. Karena prosedur
ini bisa membenikan keyakinan bahwa data-data dokumen pada akhirnya
telah dimasukkan ke dalam rekening, mengingat berguna untuk mendeteksi
terjadinya pencatatan di bawah semestinya (understatment) pada catatan
akuntans. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti tentang asersi
kelengkapan Prosedur ini akan lebih efektif apabila klien menggunakan
dokumen dengan nomor urut tercetak. Penelusuran terutama berhubungan
dengan bukti dokmurnen
Mencocokkan ke Dokumen
Tindakan Mencocokkan ke dokumen (Vouching) meliputi kegiatan
(1) memilih ayat-ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi, dan (2)
mendapatkan dan menginspeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat
jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian transaksi yang
dicatat. Dalam prosedur ini, arah pengujian berlawanan dengan penelusuran
yang diterangkan di atas. Pencocokan ke dokumen banyak dilakukan untuk
menditeksi terjadinya pencatatan di atas semestinya (overstatement) dalam
catatan akuntansi. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti yang
berhubungan dengan asersi keberadaan atau keterjadian. Pencocokkan ke
dokumen berhubungan erat dengan bukti dokumen. Gambar 4.4 melukiskan
perbedaan pokok antara pencocokan ke dokumen (vouching) dengan
penelusuran.
ARAH PENGUJIAN
ASERSI
PENCOCOKAN KE DOKUMEN
(VOUHING)
(Untuk menguji penyajian terlalu
tinggi)
KEBERADAAN
ATAU
KETERJADIAN
DOKUMEN
SUMBER
BUKU
BESAR
JURNAL
PENELUSURAN (TRACING)
(Untuk menguji penyajian terlalu
rendah)
KELENGKAPAN
Mengamati
Mengamati atau mengobservasi meliputi tindakan melihat atau
menyaksikan pelaksanaan sejumlah kegiatan atau proses. Aktivitasnya bisa
merupakan proses rutin dari suatu tipe transaksi seperti misalnya penerimaan
kas, untuk melihat bahwa karyawan telah melakukan kegiatan tersebut sesuai
dengan kebijakan prosedur yang ditetapkan perusahaan Bisa juga auditor
mengamati kecermatan yang dilakukan oleh karyawan perusaham klien dalam
melakukan perhitungan fisik persediaan tahunan. Dalam tindakan terakhir ini
nampak perbedaan antara mengamati dengan menginspeksi. Di satu sisi
auditor mengatnati proses karyawan klien dalam melakukan perhitungan fisik
persediaan, di lain sisi auditor Juga menginspeksi atau memeriksa persediaan
tertentu untuk dapat mengetahui kondisi persediaan. Jadi, subyek pengamatan
adalah orang, prosedur, atau proses. Dari observasi ini, auditor mendapatkan
pengetahuan langsung mengenai aktivitas dalam bentuk bukti fisik.
Melakukan Ulang
Bagian terbesar dari prosedur ini adalah melakukan ulang atau
mengerjakan ulang perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh
klien. Sebagai contoh misalnya menghitung ulang total rupiah dalam jumal,
biaya depresiasi, utang bunga, dan jumlah unit dikalikan harga per unit dalam
ikhtisar persediaan, dan jumlah-jumlah rupiah dalam daftar-daftar pendukung,
serta rekonsiliasi. Prosedur ini menghasilkan bukti perhitungan. Auditor juga
bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam memproses transaksi tertentu,
untuk memastikan bahwa poses yang telah dilakukan klien sesuai dengan
prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah ditetapkan. Sebagai contoh,
auditor melakukan ulang prosedur pengecekan untuk pemberian persetujuan
penjualan kredit kepada calon pembeli tertentu (untuk memastikan bahwa
pembeli tersebut layak dilayani permohonan pembelian kreditnya) pada saat
transaksi diproses
Tehnik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien diselenggarakan pada media
elektronik, maka auditor harus menggunakan tehnik audit berbantuan
komputer untuk membantu dalam melakukan prosedur-prosedur yang telah
diterangkan di atas. Sebagai contoh, auditor bisa menggunakan perangkat
lunak komputer untuk melakukan perhitungan dan membandingkan dalam
prosedur analitis melakukan pemilihan sampel piutang dagang Untuk
konfirmasi, membandingkan elemen-elemen data dalam file yang berbeda
untuk memeriksa kecocokan (misalnya harga yang tercantum dalam faktur
penjualan dengan harga dalam daftar harga yang telah dlisetujui), dan
melakukan ulang berbagai perhitungan seperti menjumlah saldo-saldo
rekening dalam buku besar pembantu piutang dagang atau arsip persediaan.
Tehnik audit berbantuan komputer akan diterangkan lebih mendalam pada bab
12.
CONTOH PENERAPAN
PROSEDUR AUDIT
ASERSI
BUKTI AUDIT
(1a)
ANALISTIS
ANALISTIS
(1b)
PENELUSURAN
PENCOCOKAN
KE DOKUMEN
(3a)
(3b)
DOKUMEN
(4a)
INSPEKSI
PERHITUNGAN
(6a)
(6b)
FISIK
PENGAMATAN (OBSERVASI)
PENGAJUAN PERTANYAAN
PERNYATAAN TERTULIS
(8b)
(9a)
(9a)
LISAN
KONFIRMASI
(10a)
(10b)
KONFIRMASI
PENGELUARAN ULANG
(11a)
(11b)
MATEMATIS
TEKNIK AUDIT
(12a)
(12b)
ELEKTRONIK
Keterangan gambar
PROSEDUR
(1a) membandingkan penjualan sesungguhnya dengan budget
penjualan
(2a) Menelusur faktur penjualan ke buku pembantu piutang
dagang
(3a) Mencocokan data dalam buku pembantu piutang dengan
faktur penjualan
(4a) Menginspeksi laporan bank
(5a) Menginspeksi gudang baru
(6a) Menghitung kas yang ada dalam tempat penyimpangan
kas
(7a) Mengamati/observasi perhitungan persediaan yang
dilakukan klien
(8a) Mengajukan pertanyaan kepada penasehat hukum klien
tentang perkara pengadilan yang menyangkut klien
(9a) Mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang
persediaan yang usang aau rusak
(10a) Mengkonfirmasi saldo rekening kas di Bank ke Bank
yang bersangkutan
(11a) Melakukan perhitungan ulang bunga piutang
(12a)membandingkan harga dalam asrsip faktur dengan daftar
harga
ASERSI-ASERSI
(1b) Keberadaan, kelengkapan dan penilaian penjualan
(2b) Kelengkapan dan penilaian piutang dagang
(3b) Keberadaan dan penilaian piutang dagang
(4b) Keberadaan, hak dan penilaian kas
(5b) keberadaan gudang
(6b) Penilaian kas
(7b) Keberadaan, kelengkapan, dan penilaian persediaan
(8b) Semua asersi yang bersangkutan dengan utang bersyarat
(contingent liabilities)
(9b) Penilaian persediaan
(10b) Keberadaan, hak dan penilaian kas
(11b) Penilaian utang bunga
(12b) Penilaian Penjualan
Mendapatkan Bukti
Melalui Prosedur Audit
Prosedur untuk
mendapatkan pemahaman
tentang struktur
pengendalian intern
Pengujian substanstif
- Prosedur analitis
- Detil transaksi
-Detil saldo-saldo
Pengujian
Pengendalian
Evaluasi kecukupan
dan Kompetensi
Tidak
Ya
KERTAS KERJA
Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA No.
15, Kertas Kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-catatan
yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja terutama berfungsi untuk:
A
B
C
D
E
F
G
No.
JR
150
170
240
M
N
O
P
400
210
420
430
R
S
T
500
600
700
Keterangan
Aktiva lancer
Kas
Surat Berharga
Piutang (Neto)
Persediaan
Biaya Dibayar Di Muka
Jumlah Aktiva Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aktiva Tetap(Neto)
Jumlah Aktiva
Kewajiban dan Modal
Kewajiban Lancar
Utang Wesel
Utang Dagang
Utang Biaya
Utang Pajak
Jumlah Kewajiban Lanar
Utang Obligasi
Modal Saham
Laba Ditahan
Dibuat oleh:
Diperiksa oleh:
Saldo
Bk. Besar
31/12/98
392.000
52.200
1.601.400
2.542.500
24.900
4.613.000
Saldo
Bk. Besar
31/12/99
3.146.500
7.759.500
427.000
62.200
1.715.000
2.810.200
19.500
5.033.900
190.000
3.310.900
8.534.800
750.000
2.150.400
210.600
150000
3.261.000
1.000.000
2.400.000
1.098.500
825.000
2.340.300
189.000
170.000
3.524.300
1.200.000
2.400.000
1.410.500
No.
JP
Penyesuaian
Debet
(Kredit)
Saldo
Disesuaikan
31/12/99
(1)
50.000
(1)
(2)
(50.000)
133.000
133.000
133.000
(2)
(133.000)
(133.000)
No.
JR
477.000
62.200
1.665.000 (A)
2.943.200
19.500
5.166.900
190.000
3.310.900
8.667.800
825.000
2.473.300 (A)
189.000
170.000
3.657.300
1.200.000
2.400.000
1.410.500
tanggal:
tanggal:
Reklasifikasi
Debet
(Kredit)
10.000
10.000
10.000
(10.000)
(10.000)
Saldo
Akhir
31/12/99
477.000
62.200
1.675.000
2.943.200
19.500
5.176.900
190.000
3.310.900
8.677.800
825.000
2.483.300
189.000
170.000
3.687.300
1.200.000
2.400.000
1.410.500
7.759.500
8.534.800
(133.000)
8.667.800
(10.000)
8.677.800
AE-1
PT ABC
USULAN JURNAL PENYESUAIAN
AE-2
PT ABC
Rekomendasi Bank N/R 101-Kas di Bank
AE-1
PT ABC
Perhitungan Kas N/R Kas Kecil
A
PT ABC
DAFTAR UTAMA KAS
AA-1
PT ABC
DAFTAR SALDO PMERIKSAAN NERACA
AA-1
PT ABC
NERACA 31 DESEMBER
Dibuat oleh:
Diperiksa oleh:
PT ABC
Piutang Wesel dan Bunga
3 1 Desember 1999
Rekening 160, 161, 450
Piutang Wesel
Penarik
PT Abadi
CV Mutiara
UD Pratama
PT Merapi
Dibuat
1/7/97
1/11/97
1/4/99
1/10/99
Jatuh
30/6/96
31/10/98
31/3/00
30/9/00
Bunga
10%
10%
12%
12%
Nilai
Nominal
25.000
30.000
40.000
20.000
Saldo
31-12-98
25.000
30.000
55.000
T
Debet
40.000
20.000
60.000
T
Kredit
25.000
30.000
55.000
T
Bunga
Saldo
31-12-99
40.000
20.000
60.000
TD
Ke C
Piutang
Penghasilan
31-12-98
1999
1.250
1.250
500
2.500
3.600
600
1.750
7.950
T
T
Diterima
1999
2.500 PK
3.000 PK
5.500
T
Piutang
31-12-99
3.600
600
4.200
T
Ke C
tidaknya usulan jurnal peayesuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas
kerja. Apabila klien menolak untuk melaksanakan usulan jumal penyesuaian dan
reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal itu akan berpengaruh
terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam laporannya.
PEMBUATAN KERTAS KERJA
Dalarn pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah tehnik dan mekanisme yang
lazim digunakan oleh para auditor berikut ini adalah beberapa tehnik penting yang
harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja:
Judul. Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas
menunjukkan isi kertas kerja yang bersangkutan, misalnya Rekonsiliasi Bank-
Bank BNI, dan tanggal neraca atau periode yang dicakup oleh audit.
Nomor Index. Setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi,
misalnya A-I, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberi identifikasi dan
pengarsipan
Referensi-silang. Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja
lain atau dipindahkan atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi
silang dengan nomor index dari kertas-kertas kerja tersebut seperti terlihat
8 tidak menggambarkan semua hal penting di atas. Hal ini disebabkan karena dalam
contoh inii tidak semua hal perlu dilakukan dan hanya menekankan pada pemberian
index pada kertas kerja dan index silang antar kertas kerja. Namun dalam Gambar4 -9
semua hal penting sebagaimana diuraikan di atas tergambarkan dengan jelas.
REVIEW ATAS KERTAS KERJA
Review atas kerta kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakuknaan pada
berbagai tingkatan. Pada tahap pertama review dilakukam oleh pengawas langsung
(supevisor) dan si pembuat kertas kerja, misalnya auditor senior atau manager.
Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit tertentu telah selesai
dikerjakan. Review terutama ditekankan pada pekerjaan apa yang dilakukan, bukti
yang diperoleh, dari kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja.
Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan
lapangan telah selesai dikerjakan. Review tahap ini akan dijelaskan pada Buku II di
bawah judul Evaluasi atas Temuan.
PENGARSIPAN KERTAS KERJA
Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori berikut; (1) arsip
permanen dan (2) arsip tahun berjalan. Arsip permanen berisi data yang
diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa datang untuk
klien yang bersangkutan. Arsip tahun berjalan berisi informasi penguat yang
berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan.
Hal-hal yang biasanya dimasukkan ke dalam arsip permanen adalah:
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor atas
kertas kerja ini membuat kendala dari organisasi profesi auditor sendiri. Dalam Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan publik tidak boleh
mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya selamajj ia melakukan tugas
profesionalnya, tanpa persetujuan dari klienya, kecuali untuk hal-hal tertentu yang
dinyatakan dalam aturan tersebut.
Kertas kerja disimpan oleh auditor, ia bertanggung jawab untuk menjaga
keamanan dan kerahasiaannya. Kertas kerja yang termasuk dalam ketegori kertas
kerja permanen, disimpan untuk waktu tak terbatas, sedangkan kertas kerja tahun
berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani atau
untuk memenuhi ketentuan undang-undang.
RINGKASAN
Tujuan umum auditor untuk memberikan suatu pendapat mengenai. laporan
keuangan dicapai dengan cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan
dengan berbagai tujuan khusus audit. Tujuan-tujuan tersebut diambil dari asersi-asersi
manajemen yang tertuang dalam komponen-komponen laporan keuangan. Asersiasersi manajemen tersebut dikelornpokkan menjadi lima kategori, yaitu: keberadaan
atau keterjadian. kelengkapan. hak dan kewajiban, penilaian atau pengalokasian, dan
penyajian dan pengungkapan.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus mempertimbangkan secara
profesional pemilihan prosedur yang akan digunakan dan jenis bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi berbagai tujuan khusus. Pertimbangan profesional
juga dilakukan pada pengambilan kesimpulan dalam mengevaluasi apakah bukti
kompeten yang cukup telah diperoleh sebagai dasar untuk menentukan pendapat
tentang laporan keuangan secara keseluruhan. Prosedur yang dilakukan, bukti yang
telah diperoleh, dan kesimpulan auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja
yang akan menjadi pendukung laporan auditor dan bukti tentang kesesuaian auditor
dengan standar auditing.