REHABILITASI MEDIK
Oleh :
Arum Alfiyah Fahmi
G99141009
Pembimbing:
dr. Tri Lastiti, Sp. KFR., M.Kes
BAB I
STATUS PASIEN
I.
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. Z
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang pakaian
Alamat
Status Perkawinan
: Menikah
Tanggal Periksa
: 3 Februari 2015
No RM
: 01288779
B. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua pergelangan tangan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien konsulan dari bagian Neurologi dengan
keluhan utama nyeri pada kedua pergelangan tangan. Nyeri dirasakan sejak
1 tahun yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan menjalar dari pergelangan tangan
sampai ke jari-jari tangan yaitu ibu jari, telunjuk, telunjuk, jari tengah dan
sebagian jari manis bagian lateral, jari kelingking tidak didapatkan keluhan.
Nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluhan nyeri dirasakan
bertambah dengan aktivitas dan ketika menekuk pergelangan tangan. Keluhan
nyeri berkurang dengan mengibas-ibaskan tangan dan menggoyangkan tangan.
Pasien juga mengeluh adanya kesemutan dari siku sampai dengan jarijari tangan. Sejak 4 bulan ini pasien mengaku bahwa bantalan di pangkal ibu
jarinya semakin mengecil dan seperti terdapat cekungan. Pasien juga
mengeluh kekuatan jari-jari tangannya berkurang saat memegang benda,
melakukan pekerjaan sehari-hari sebagai pedagang pakaian.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
b.
Kulit : kering (+), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak - bercak
kuning (-), luka (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit (-), warna berubah
semakin gelap (-).
c.
Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-), kepala terasa berat (-),
perasaan berputar putar (-), rambut mudah rontok (-)
d.
e.
Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-).
f.
g.
Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi
mudah goyah (-).
h.
Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-),
sakit tenggorokan (-), kemerahan pada tenggorokan (-), suara serak (-)
i.
j.
k.
l.
Sistem musculoskeletal : lemas (-), seluruh badan terasa kejukemeng (-), otot jika dipegang terasa sakit (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-),
bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), otot lemah (-)
m.
Sistem genitouterina : nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-),
sering buang air kecil (-), air kencing jernih, buang air kecil darah (-), nanah
(-), BAK berkali-kali karena tidak lampias/ anyang-anyangan(-), sering
menahan kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), BAK berdarah (-), rasa gatal
pada saluran kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin (-).
n.
Ekstremitas : luka (-), kaku (-), bengkak (-), gemetar (-), terasa
dingin (-), nyeri (+) di pergelangan tangan bilateral, menjalar (+) sampai jarijari tangan. , kemerahan (-), bercak merah kebiruan di bawah kulit seperti
bekas memar (-), bintik-bintik perdarahan (-), kesemutan bilateral (+) dari siku
sampai jari-jari tangan, kebas (+), atrofi (+) muskulus tenar bilateral.
o.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
Respirasi
: 18x / menit
Suhu
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
D. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
J. Thorax
Retraksi (-), bentuk barrel chest, simetris
Jantung
Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Paru
Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: SDV (+/+), suara tambahan (-/-) wheezing (-/-)
K. Trunk
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
L. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
M. Ektremitas
Oedem
Akral dingin
N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : Wanita, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
: Normoaktif
4. Pembicaraan : Normal
5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
: Appropiate
Mood
: Eutimik
Keserasian
: Serasi
Gangguan Persepsi
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
Proses Pikir
Bentuk : realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
: baik
Orientasi
: Orang
: baik
Waktu
: baik
Tempat
: baik
Daya Ingat
: Jangka panjang
: baik
Jangka pendek
: baik
Daya Nilai
Insight
: Baik
O. Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Sensorik
:
Lengan
Tungkai
tidak dilakukan
(+ / +)
(+ / +)
tidak dilakukan
(+ / +)
(+ / +)
tidak dilakukan
(+ / +)
tidak dilakukan
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
Rasa Eksteroseptik
-
Suhu
Nyeri
Raba
Rasa Propioseptik
- Rasa Getar
- Rasa Posisi
-
Rasa Kortikal
-
Stereognosis
Barognosis
tidak dilakukan
tidak dilakukan
a. Lengan
- Pertumbuhan
- Tonus
- Kekuatan
- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
Reflek Triceps
- Reflek Patologis
Reflek Hoffman
Reflek Trommer
b. Tungkai
- Pertumbuhan
- Tonus
- Kekuatan
Atas
Ka/Ki
Tengah
Ka/Ki
Bawah
Ka/Ki
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(4+/4+)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(-/-)
(-/-)
(+2/+2)
(+2/+2)
(-/-)
(-/-)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
- Klonus
Lutut
Kaki
- Reflek Fisiologis
Reflek Patella
Reflek Achilles
-
(+2/+2)
(+2/+2)
Reflek Patologis
Reflek Chaddock
Reflek Babinsky
Reflek Oppenheim
Reflek Gordon
Reflek Scaeffer
Reflek Rosolimo
c. Reflek Kulit
Reflek Dinding Perut (tidak
dilakukan )
Nervus Cranialis
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
N. III
N. VII
N. XII
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Range of Motion
NECK
ROM Pasif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
Fleksi
Ekstensi
Lateral bending kanan
Lateral bending kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Ektremitas Superior
Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-10
0-90
0-10
0-70
0-20
0-30
0-10
0-20
0-20
0-50
0-30
0-90
0-30
0-90
0-30
0-90
0-30
0-90
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-20
0-20
0-100
0-100
0-45
0-45
0-70
0-70
0-70
0-70
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-10
0-90
0-10
0-70
0-20
0-30
0-10
0-20
0-10
0-50
0-10
0-90
0-10
0-90
0-10
0-90
0-10
0-90
TRUNK
Fleksi
ROM Pasif
0-90
ROM Aktif
0-80
Ekstensi
0-30
0-20
Rotasi
0-25
Ektremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
Q.
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
0-30
0-30
0-120
0-120
0
0
0-30
0-30
0-30
0-30
0-50
0-50
0-40
0-40
0-10
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
0-30
0-30
0-120
0-120
0
0
0-30
0-30
0-30
0-30
0-50
0-50
0-40
0-40
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
TRUNK
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
Ektremitas Superior
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Shoulder
Adduktor
Internal Rotasi
Eksternal
Rotasi
Elbow
Fleksor
Eksternsor
Supinator
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sinistra
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Wrist
Finger
Pronator
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi radialis
M. Ekstensor digitorum
M. Ekstensor carpi radialis
M. Ekstensor carpi ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor digitorum
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
Ekstensor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Dekstra
4
4
4
4
4
4
4
4
Sinistra
4
4
4
4
4
4
4
4
II. ASSESMENT
Klinis Carpal Tunnel Syndrome bilateral grade III.
Speech Terapi
Okupasi Terapi
Sosiomedik
Ortesa-protesa
Psikologi
Fisioterapi
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: Gangguan gerak, nyeri dan kekuatan pada wrist bilateral
IV. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa (dari TS Neurologi)
1.
Fisioterapi
2.
Speech Terapi
3. Okupasi Terapi
4.
: (-)
: (-)
Sosiomedik
5. Ortesa-protesa
6.
: (-)
: (-)
Psikologi
: (-)
C. Handicap
VI. PLANNING
Planning Diagnostik
: Elektromyografi
Planning Terapi
Planning Edukasi
: dubia et bonam
: dubia et bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang timbul akibat N.
Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di pergelangan
tangan, sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan.
CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik
perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan
pekerja-pekerja industri. Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya
yang harus dikeluarkan membuat permasalahan ini menjadi masalah besar dalam
dunia okupasi. Beberapa faktor diketahui menjadi risiko terhadap terjadinya CTS
pada pekerja, seperti gerakan berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot, getaran,
suhu, postur kerja yang tidak ergonomik dan lain-lain. Angka kejadian Carpal Tunnel
Syndrome di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang
setiap tahunnya dengan revalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi
umum. National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi
CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6
juta). CTS lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64
tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 60 tahun.
Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6%
untuk laki-laki CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui.
Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58%
bilateral.
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang
dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian pada
pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan
prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja
suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar
12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan positip antara
keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat dan faktor
kekuatan melakukan gerakan pada tangan.
a. Anatomi N. Medianus
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada
jari jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada pergelangan tangan
beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti
dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm.
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m.
flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis
menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari penduduk, m. policis
adduktor juga menerima persarafan N. Medianus. Komponen ulnaris dari N.
Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan
dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal
proksimal.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran
canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi
dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap
N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot
fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis
yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum
yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari
N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi
transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik
pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi
anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal
Tunnel Syndrome.
4. Pekerja Toko
5. Pekerja Industri, dan
6. Pekerja tekstil
7. Pengguna komputer.
d. Etiologi
Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar. Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat
sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik
N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga
dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering terjepit. N. Medianus
adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung,
sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari n median
sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia
atau hipestesia dari Carpal Tunnel Sydrome.
Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang
berpotensi meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut,
jenis kelamin perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain
termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang
dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti
hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit
ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan dan tangan,
penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja
manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang
lebih besar.
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunnel syndrome antara lain:
1) Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2) Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma
langsung terhadap pergelangan tangan.
3) Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik
thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot lainya yang
diinervasi oleh nervus medianus.
diminta
melakukan
sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Injeksi steroid.
Vitamin B6 (piridoksin).
Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab
CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri.
8.
Fisioterapi
Ditujukan
pada
perbaikan
vaskularisasi
pergelangan
tangan.
b) Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik
yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya
operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat
sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila
ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi
adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita
secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya
lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi
seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa
atau anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik
dioperasi secara terbuka.
c). Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS
kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang
repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah
kekambuhannya antara lain:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
sering mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang
sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat
tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas
dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau
menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.
j. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi
karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita
CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
DAFTAR PUSTAKA
J.
Susan.
2001.
Dasar-Dasar
Terapi
dan
Rehabilitasi
Fisik.
Jakarta:Hipokrates. pp : 7
Gorsch, R. Carpal Tunnel Syndrome, The Canadian Journal of CME. 2001,101117.Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika
AcisculapusJagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with
Carpal Tunnel syndrome- A Review.
Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346, No. 23.
Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. Carpal Tunnel Syndrome. American College of
Rheumatology. 2012.
Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 2011. Vol. 7, No. 2: 68-78.
Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical Publishing. 2007.
Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 2009.