STROKE HEMORAGIK
1. DEFINISI
Stroke atau cedera serebrovaskuler (cerebrovascular accident/ CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke haemoragic terjadi karena perdarahan subarachnoid dan pecahnya pembuluh darah otak
tertentu.
Stroke adalah masalah neurologik primer di dunia dan peringkat ketiga penyebab kematian. Laju
mortalitas mencapai 18% - 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya.
Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan
dan dari angka ini 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. ETIOLOGI
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian: (1) trombosis (bekuan darah di
dalam pembuluh otak atau leher); (2) embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain; (3) iskemia (penurunan aliran darah ke area otak);
dan (4) hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak) akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi. Pada stroke hemoragik biasanya diakibatkan dengan hemoragi serebral yang dapat
terjadi di luar durameter (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah durameter (hemoragi
subdural), di ruang subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid) atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral).
Hemoragi ekstradural adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera,
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri. Pasien yang mengalami hal ini
harus diatasi dalam beberapa jam untuk mempertahankan hidup. Hemoragi subdural pada
dasarnya sama dengan hemoragi epidural, namun pembentukan hematoma lebih lama karena
biasanya yang mengalami kerusakan adalah jembatan vena yang robek. Hemoragi subarakhnoid
dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, sedangkan hemoragi intraserebral terjadi
karena hipertensi dan aterosklerosis serebral. Perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. Stroke sering terjadi pada kelompok usia 40 sampai 70
tahun. Pada seseorang yang usia kurang dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya
disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangiosblastoma, dan trauma, adanya tumor otak,
dan penggunaan medikasi (narkotika dan zat adiktif).
3. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya stroke adalah;
a. Hipertensifaktor risiko utama
b. Penyakit kardiovaskular embolisme serebral yang berasal dari jantung, seperti penyakit
arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama,
penyakit jantung kongestif.
c. Kolestrol tinggi
d. Obesitas
e. Peningkatan hemotokrit meningkatkan risiko infark serebral
f. Diabetes
g. Kontrasepsi oral yang disertai dengan hipertensi, merokok, dan kadar ekstrogen tinggi
h. Merokok
i. Penyalahgunaan obat, khususnya kokain
j. Konsumsi alkohol
4. PATOFISIOLOGI
Stroke hemoragik terjadi karena adanya hematoma di dalam kranial (epidural, subdural, atau
intraserebral). Stroke hemarogik sering kali terjadi secara tiba-tiba, seperti saat terjadi cedera
kepala. Darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) di antara tengkorak dan dura.
Keadaan ini biasanya disebabkan dari fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri
meningeal putus atau rusak (laserasi), adanya penekanan pada otak dari arteri ini menyebabkan
hemoragik. Pada saat otak yang rusak membengkak atau terjadi penumpukan darah yang cepat,
menyebabkan peningkatan tekanan intrkranial (TIK). Akibat dari peningkatan TIK dan edema
serebral menyebabkan jaringan otak dan struktur internal otak menjadi kaku. Perubahan posisi ke
bawah atau lateral (herniasi) terhadap struktur yang kaku menimbulkan iskemia, infark,
kerusakan otak ireversible, dan kematian. Terjadinya defisit neurologis menyebabkan pasien
mengalami anosmia (tidak dapat mencium bau-bauan), abnormalitas gangguan mata, defisit
neurologik (afasia, defek memori, kejang postraumatik, epilepsi). Pasien juga akan mengalami
sisa penurunan psikologis organik(melawan, emosi labil, tidak punya malu, perilaku agresif).
Stroke Hemoragik
Ruptur pembuluh darah Cerebral
Volume/ Masa cranial
TIK
Jaringan otak dan struktur internal otak menjadi kaku
Herniasi
Defisit Neurologis Mendadak
Manifestasi
- Diplopia
Defisit Motorik
- Hemiparesis
- Hemiplegia
- Ataksia
- Disartria
- Disfagia
Defisit sensori
- Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari
lesi)
Defisit verbal
- Ataksia ekspresif
- Ataksia reseptif
- Ataksia global
reseptif
Defisit kognitif
Defisit Emosional
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik. Seperti: perdarahan atau
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur
b. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, ischemia dan adanya infark
c. Lumbal Fungsi
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral dan
TIA. Protein meningkat berhubungan dengan adanya proses inflamasi
d. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark
e. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
f. EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihtakan
daerah lesi yang spesifik
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal selama fase akut
a. Mempertahankan jalan nafas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase ini
-
Pasien ditempatkan pada posisi lateral dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan
sampai tekanan vena serebral berkurang
Intubasi endotrakel dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke massif,
karena henti nafas biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini
Pantau ukuran dan irama jantung serta tanda gagal jantung kongestif
Penatalaksanaan Medis
-
8. PENGKAJIAN
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Tanda:
Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan
Gangguan penglihatan
SIRKULASI
Tanda:
Polisitemia
Gejala ;
Hipertensi arterial
Perubahan EKG
Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/ aorta yang abnormal
INTEGRITAS EGO
Tanda:
Perasaan tidak berdaya
Perasaan putus asa
Gejala:
ELIMINASI
Gejala:
MAKANAN/ CAIRAN
Tanda:
Gejala:
Mual,
Dyspagia
NEUROSENSORI
Tanda:
Status mental/ tingkat kesadaran =E:.., M: .., V: .
GCS =
Lethargi
Apatis
Menyerang
Penurunan memori
Pemecahan masalah
Ekstremitas/ paralysis
Afasia motorik
Gejala:
Sakit kepala
Penglihatan menurun
Penglihatan ganda
NYERI/ KENYAMANAN
Tanda:
Gejala:
PERNAFASAN
Tanda:
Gejala:
Merokok (faktor resiko)
KEAMANAN
Tanda:
Tidak mampu mengenali obyek , warna/ kata dan wajah yang pernah
dikenalnya dengan baik
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh
INTERAKSI SOSIAL
Tanda:
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Tanda:Adanya riwayat hipertensi pada keluarga,
Kecanduan alkohol
DAFTAR PUSTAKA:
Ignatavicius, D.D and M.L Workman.(2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking for
Collaborative Care. 5th Ed. Missouri: Elsevier Saunders
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. M. (2006). Buku Saku Diagnosis Kepewaratan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC 17th ed. Jakarta : EGC.