Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI

RESUME CHAPTER 10 GODFREY : EXPENSE


Kelompok 3
Dicka Ichsan Prabantoro (08)
Mandala Ulul Amri (18)
Maretika Pujilestari (19)
Okdiani Darunifah (25)
Ryan Imanur Satya (31)

VIII B DIV STAR


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2015

LO 1 Pengertian Beban
Pada Framework paragraf 70, beban adalah penurunan manfaat ekonomi berbentuk
outflow atau depletion (penggunaan) dari suatu asset, atau terbentuknya liabilitas yang
mengakibatkan berkurangnya equity selain dikarenakan adanya distribusi untuk partisipasi
dari banyak pihak di dalam komponen ekuitas. Pada Framework juga menyatakan bahwa
kerugian secara nature tidak berbeda dengan beban - beban lainnya karena sama-sama
menurunkan manfaat ekonomi dari suatu aset, sehingga tidak diperlakukan sebagai elemen
terpisah. Entitas mencari perbedaan beban dan kerugian dalam keterjadian dan aktivitas biasa
yang terjadi di sisi luar dengan mengkategorisasikan beberapa item sebagai abnormal atau
extraordinary dalam laporan laba rugi. Hal ini tidak diperbolehkan berdasarkan IAS 1/AASB
101 Presentation of Financial Statements paragraf 85.
Berdasarkan pendapat Henderson, Peirson, dan Brown, yaitu: Perbedaan antara
beban dan kerugian tidak terlalu bermanfaat menurut FASB. Hal tersebut membutuhkan
pertimbangan tentang transaksi apakah bagian dari tujuan utama entitas yang sedang
berjalan atau operasi pusat. Tidak harus untuk membedakan antara beban dan kerugian
memiliki keuntungan yang jelas. manajemen akan tidak mampu untuk memutuskan atas
outflow of assets adalah kerugian dan mengabaikannya dari penentuan laba operasi.
Perubahan pada Asset dan Kewajiban
Framework menyatakan bahwa terjadinya suatu beban akan berdampak terhadap
penurunan nilai dari suatu aset maupun peningkatan nilai dari suatu kewajiban. Namun
pendefinisian beban tersebut terlalu bersifat umum, pada dasarnya akan lebih cocok untuk
mengkorelasikan beban suatu perusahaan dengan aktivitas penggunaan sumber dalam rangka
mendukung kegiatan yang membentuk profit.
Expenses and costs
Prinsip yang harus diingat dalam mendefinisikan expense adalah no cost, no
expense. Yakni ketika kita sebagai entitas tidak mengeluarkan biaya dalam memperoleh
suatu manfaat maka kita tidak perlu mengakui adanya expense dari manfaat yang kita peroleh
tersebut. Terkadang, expense didefinisikan juga sebagai expired cost. Berdasarkan hasil
pertemuan AAA pada tahun 1957, menyatakan: Expense adalah expired cost, langsung atau
secara langsung atas periode fiskal, berdasarkan aliran barang atau jasa di pasar dan operasi
terkait.

LO 2 Expense Recognition
The Framework paragraph 83 menyebutkan dua kriteria untuk pengakuan beban sebagai
berikut :
Suatu hal yang cocok dengan definisi dari elemen yang harus diakui jika :
a. memiliki kemungkinan akan adanya manfaat ekonomi di masa mendatang terkait item
tersebut yang akan mengalir kepada atau dari entitas; dan
b. hal tersebut memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan reliabilitas.
Kehati-hatian adalah penyertaan atas derajat kehati-hatian dalam menjalankan penilaian yang
diperlukan dalam membuat estimasi yang diharuskan dalam keadaan ketidakpastian sehingga
aset atau pendapatan tidak (disajikan) overstated dan hutang atau beban tidak (disajikan)
understated. Karakteristik kualitatif yang lain, netralitas, mewajibkan informasi dalam
laporan keuangan bebas dari bias (praanggapan, berat sebelah). Kriteria kedua mewajibkan
beban dapat diukur dengan reliabilitas. Hal ini terkait dengan kejadian di mana perkiraan
(estimasi) diperlukan (seperti pada beban depresiasi, penyisihan untuk hutang yang
kemungkinan tak tertagih), tetapi bukti yang sesuai untuk mendukung keabsahan (validitas)
dari perkiraan akan diperlukan. The Framework paragraph 31 menunjukkan bahwa informasi
andal :
ketika (informasi) bebas dari kesalahan (error) yang material dan bias dan dapat diandalkan
oleh pengguna untuk menerangkan dengan tepat yang (informasi tersebut) bermaksud untuk
menerangkan atau dapat secara layak diharapkan untuk menerangkan.
The Framework menunjukkan bahwa beban diakui di laporan laba rugi ketika terdapat
penurunan dari manfaat ekonomi di masa mendatang terkait penurunan aset atau peningkatan
hutang yang telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Hal ini berarti pengakuan beban
terjadi bersamaan dengan pengakuan peningkatan hutang atau penurunan aset. Dari
pandangan pembuat kebijakan, sebuah beban atau kerugian yang muncul mengikuti
perubahan nilai dari aset atau hutang.
LO 3 EXPENSE MEASUREMENT
Pengukuran tambahan pada kewajiban dan deplesi atas aset pada periode berjalan
mungkin terlihat sebagai tugas yang mudah. Meskipun demikian, kewajiban dapat meningkat
karena akuisisi atas peralatan operasional utama pada periode berjalan dengan estimasi umur
operasi selama beberapa tahun. Investasi mungkin dibuat pada periode berjalan pada
peternakan yang mana tidak akan mencapai tingkat maturity dan kemudian menghasilkan
pendapatan dalam beberapa tahun. Hal ini berarti bahwa pada pengukuran beban pada
periode berjalan, sejumlah keputusan harus dibuat bagaimana beban seharusnya
dialokasikan sepanjang periode masa depan dari pendapatan yang dihasilkan.
Ada beberapa standar akuntansi yang menyediakan petunjuk atas persoalan tersebut,
namun menyediakan pilihan dalam metode pembagian beban dan pendapatan. Sebagai
contoh, IAS 16/AASB 116 tentang Property, Plant, and Equipment mengijinkan nilai aset
yang dapat disusutkan untuk diukur dengan beberapa cara setelah pengakuan (misalnya
model biaya atau model revaluasi) dan beberapa alternatif pilihan penyusutan (misalnya garis
lurus, nilai menurun dan metoe unit produksi). Kriteria ini dimaksudkan untuk menjadi

dukungan atas akuntansi akrual dimana ada penandingan antara beban dan pendapatan pada
periode yang berhubungan.
Alokasi Beban
Satu pendekatan untuk mengukur beban adalah untuk mengalokasikannya pada
periode yang berhubungan dengannya. Konsep penandingan (matching concept) membentuk
dasar akuntansi akrual. IASB/AASB Framework mengakui bahwa, dalam paragraph 95,
konsep penandingan ini berarti Beban diakui pada laporan keuangan dengan dasar
keterkaitan langsung antara biaya yang terjadi dan perolehan yang spesifik atas penerimaan.
Proses penandingan ini berhubungan dengan kekonsistenan atau keterhubungan antara
pengakuan pendapatan dan beban yang dihasilkan langsung dan tergabung dari transaksi yang
sama atau kejadian lainnya. Misalnya, beragam komponen beban membentuk biaya penjualan
yang diakui pada saat yang sama ketika pendapatan diperoleh dari penjualan barang
(paragraph 95).
Bagi akuntan, usaha terkait (beban) dan pencapaian (pendapatan) pada periode yang
tersedia adalah fungsi utama akuntansi. Meskipun demikian, dalam praktiknya, penandingan
secara benar merupakan tugas yang susah, dan melibatkan keputusan yang besar atas
penilaian (judgement) oleh akuntan. Akuntan tersebut harus mengidentifikasikan aset yang
mana yang terpakai dan jumlah yang seharusnya di hapus terhadap pendapatan untuk suatu
periode. Patton dan Littleton sendiri berpendapat bahwa permasalahan antara penandingan
pendapatan dan beban secara wajar utamanya adalah menemukan basis kepuasan terkait.
Konsep penandingan adalah isu kritis di dalam akuntansi biaya historis. Hal tersebut
memandu akuntan dalam memutuskan biaya yang mana yang seharusnya dibebankan dan
ditandingkan terhadap pendapatan untuk periode tersebut, dan biaya yang mana dianggap
masih berlaku untuk dicatat sebagai aset pada neraca (laporan posisi keuangan). Untuk
mengatasi masalah yang terkait dengan penentuan dan pengukuran biaya yang akan
dibebankan dan yang akan terbawa ke masa depan (carried forward), terdapat tiga metode
dasar penandingan yang dikenal secara umum, yaitu:
Associating cause and effect
Systematic and rational allocation
Immediate recognition
Yang pertama adalah cara yang paling ideal dalam penentuan jumlah beban,
sedangkan cara kedua dan ketiga adalah alternatif ketika yang cara pertama tidak dapat
digunakan.
1. Associating Cause and Effect
Cara yang paling ideal dalam penandingan beban dengan pendapatan adalah dengan
menghubungkan sebab dengan akibat. Namun hubungan ini sulit dibuktikan. Meskipun
demikian, dengan pengamatan yang memadai, akuntan dapat menentukan hubungan barang
dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tertentu. Sebagai
contoh, komisi penjualan, biaya penjualan (cost of sales), dan upah serta gaji. Dapat
diasumsikan bahwa para pegawai penjualan berusaha menghasilkan pendapatan penjualan

pada periode berjalan, maka usaha mereka ini digambarkan dengan komisi yang dibayar atau
terhutang kepada mereka, dan hal ini terkait dengan pendapatan sekarang. Pun dengan
penjualan barang yang dihubungkan dengan biaya pokok produksi barang tersebut, dan jasa
yang dilakukan oleh pekerja diasumsikan membantu menghasilkan pendapatannya.
Tidak ada biaya penjualan jika tidak ada pendapatan. Contohnya, pada kontrak
konstruksi jangka panjang, jika menggunakan completed contract method, tidak ada biaya
konstruksi yang dicatat, sepanjang tidak ada pendapatan konstruksi yang diakui. Biaya yang
terjadi selama proyek ditempatkan dalam akun aset. Ketiak proyek selesai dan terjual,
hanya total biaya akumulasi di akun aset yang dibebankan untuk ditandingkan dengan
pendapatan. Asumsinya adalah pada saat itulah titik dimana usaha digambarkan membantu
menghasilkan pendapatan. Jika yang digunakan adalah metode percentage-of-completion
maka biaya konstruksi aktual yang terjadi pada periode tersebut diasumsikan membantuk
perolehan pendapatan sekarang, oleh karena itu beban dicatat sebesar biaya konstruksi.
Faktanya, teknik umum dalam memastikan rasio penyelesaian adalah menggunakan biaya
konstruksi actual dibandingkan dengan total biaya konstruksi yang diperkirakan selama
proyek.
Meskipun demikian, associating cause and effect ini sulit dipraktikkan. Alasannya
adalah konsep cost attach adalah berdasarkan pada aturan sebab akibat yang disandarkan.
Menurut Paton dan Littleton, semua biaya idealnya dilihat sebagai tempelan pada barang
yang terjual atau jasa yang diberikan. Jika hal ini dapat dilaksanakan, maka pencapaian bersih
perusahaan dapat diukur berdasarkan satuan unit output daripada menggunakan interval
waktu. Dalam keadaan yang lebih khusus tingkat keberlangsungan dari aktivitas cenderung
menghalangi penemuan dasar persamaan yang meyakinkan, kelas biaya yang terjadi, kepada
operasional tertentu, departemen dan akhirnya ke produk. Tidak semua biaya melekat pada
hal yang terlihat dan fakta ini memaksa akuntan untuk menarik ke periode belakang sebagai
unit yang terikat dengan beban dan pendapatan yang pasti.
Meskipun demikian, Patton dan Littleton sendiri mengakui bahwa keadaan khusus
sesekali tidak dapat menemukan basis bagi costs attach. Pengaruhnya, akuntan tidak secara
langsung menghubungkan beban dengan pendapatan, tapi menandingkan biaya dengan
interval waktu. Asumsi yang digunakan adalah biaya yang dicatat sebagai beban pada periode
tertentu karenanya membantu menghasilkan pendapatan pada periode tersebut.
Kritik juga ditujukan pada aturan sebab akibat yang berimplikasi pada jumlah pasti
pendapatan yang dapat diatribusikan terhadap jumlah pasti beban. Sebagai contoh, total
pendapatan sebesar $100,000 dan total beban $60,000. Katakanlah bahwa total beban, kuartal
pertama sebesar $15,000 adalah untuk gaji dan upah. Jika kita berpendapat sebab dan akibat,
kita mengklaim bahwa gaji dan upah tersebut, adalah jasa yang diberikan oleh pekerja, untuk
menghasilkan pendapatan kuartal pertama atau $25,000. Tetapi, akuntan tidak akan
menggunakan asersi yang demikian dan tentu saja karena itu tidak dapat dibuktikan.
2. Systematic and Allocation Procedure
Associating cause and effect tidak dapat digunakan untuk semua beban. Ketika tidak
dapat diterapkan, alternatif yang digunakan adalah prosedur alokasi sistematik dan rasional
(systematic and rational allocation procedure). Tujuannya adalah untuk mengakui beban
pada periode akuntansi yang mana manfaat ekonomis terkait dengan beban yang dikonsumsi

atau kadaluwarsa (Framework, paragraf 96). Prinsip alokasi biaya dari aset untuk periode
sekarang dan masa depan dikenal baik dalam akuntansi. Proses penandingan dimulai dengan
pengasosiasian beban dengan beberapa segmen waktu. Jika hal ini tercapai, jumlah beban
diasumsikan berkaitan dengan pendapatan pada periode tersebut.
IAS 16/AASB 116 tentang Property, Plant, and Equipment menerjemahkan
penyusutan (depresiasi) sebagai alokasi sistematis dari jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset sepanjang umur penggunaanya (paragraf 6). Maka, contoh beban penyusutan inilah
yang merupakan contoh terbaik dari proses alokasi. Tetapi apa itu penyusutan ? jawaban khas
nya adalah ini merupakan prosedur dimana biaya dialokasikan dengan rasional dan sistematis
pada periode-periode dimana manfaat diharapkan akan diterima. IAS 16/AASB 116 sendiri
menyebutkan bahwa metode penyusutan harus mencerminkan pola masa depan dari manfaat
ekonomis aset yang diharapkan akan dikonsumsi.
Pertimbangan penyusutan sebagai alokasi biaya tidaklah memuaskan untuk sejumlah
alasan. Hal ini membingungkan kejadian dengan metode penilaian. Apakah penyusutan ini
prosedur atau kejadian nyata ?. Disebutkan sebelumnya bahwa beban menggambarkan
kejadian moneter yang disebabkan kejadian fisik. Penyusutan adalah fenomena yang terjadi
dan bebannya dicatat sebagai efek moneter (keuangan). Pembauran antara kejadian dan
metode pengukuran adalah karena teori cost attach.
Ada banyak istilah terkait penyusutan dari sudut pandang profesi lain, yaitu habisnya
masa pakai berdasarkan the Commitee on Terminology USA, penurunan jasa potensial, dan
penurunan nilai aset berdasar sudut pandang ekonom. Hal ini tentu saja tidak sama dengan
yang dipakai oleh akuntan. Penurunan nilai biasanya berarti penurunan pada harga pasar.
Akuntan melihat aset tidak lancar jangka panjang sebagai kumpulan jasa masa depan yang
semakin mengecil karena:
a. Faktor fisik, seperti keausan penggunaan.
b. Faktor ekonomis, seperti keusangan.
Penyusutan adalah penurunan atau pengurangan kumpulan jasa tersebut. Bagaimana
penurunan diukur ? Akuntan telah memilih menggunakan alokasi biaya. Sejumlah langkah
yang berbeda dapat diturunkan dari prinsip tetapi sepanjang rasional dan sistematis maka
akan dapat diterima.
Alokasi biaya (cost allocation) adalah konsep penandingan yang mana menyebabkan
banyak prosedur. Singkatnya, untuk penyusutan ada garis lurus, unit produksi, jumlah angka
tahun, diminishing-return dan metode lain. Ide ini adalah untuk menemukan beberapa metode
yang kurang lebih berhubungan dengan pola dari jasa atau manfaat yang tersedia oleh aset
untuk periode masa depan. Karena kesulitan yang melekat pada penerapan prinsip, banyak
perusahaan memilih metode alokasi didasarkan pada alasan bahwa memiliki sedikit yang
harus dilakukan terhadap pola manfaat. Sebagai tambahan, praktik akuntansi mungkin
mengabaikan penandingan kesemuanya, saat berhubungan dengan penyiapan laporan
keuangan. Sebagai contoh sebelum 2005, banyak entitas menolak pembebanan stock option,
meskipun prosedur tersebut bertujuan untuk menandingkan pendapatan dengan pengeluaran
yang terjadi dalam pembuatannya.

Satu kelemahan dari alokasi biaya adalah sangat bergantung pada estimasi dan
asumsi yang mana mungkin semaunya sendiri. Bagaimana kita tahu ke depan bahwa manfaat
jasa yang dihasilkan oleh aset akan ada untuk masing masing periode masa depan ?
Bagaimana kita secara objektif memilih horison waktu atau menentukan nilai residu ?.
Sebuah contoh alokasi biaya yang semaunya sendiri berdasarkan waktu adalah
amostisasi goodwill. Sebelum penyebaran adopsi standar IASB pada 2005, banyak entitas
meng-amortisasi goodwill lebih dari 20 tahun atau kurang, seringkali berdasarkan basis garis
lurus. Beberapa perusahaan berpendapat bahwa goodwill tidak akan menurun nilainya, dan
oleh karena itu seharusnya bukan sebagai subjek amortisasi, dengan demikian menghindari
asumsi yang sewenang-wenang yang mana digunakan pada proses amortisasi. IFRS 3/AASB
3 tentang Business Combination pada paragraf 54 menyebutkan bahwa, setelah akuisisi,
goodwill yang diperoleh pada penggabungan usaha akan diukur pada biaya dikurangi dengan
kerugian impairment-nya. Maka, proses estimasi untuk menentukan amortisasi goodwill tidak
lagi diperlukan. Meskipun demikian, perlunya entitas menilai lebih jauh secara tahunan, jika
ada, pada goodwill yang telah mengalami impairment (atau menurun nilainya), dengan jenis
estimasi yang lain.
Area dimana alokasi sekarang ini digunakan adalah yang berhubungan dengan
pembayaran berbasis saham (share-based payments). IFRS 2/AASB tentang Share-based
payments menyebutkan perusahaan mencatat beban yang berhubungan ke semua remunerasi
yang diberikan kepada karyawan, apakah dalam bentuk cash, aset lainnya atau instrumen
modal entitas. Terdapat tiga bentuk share-based payment, yakni:
Equity settled share-based payments (Entitas menerima barang dan jasa sebagai
pembayaran untuk instrumen ekuitas miliknya)
Cash-settled share-based payments (Entitas memperoleh barang dan jasa dengan
menimbulkan kewajiban pada jumlah yang didasarkan pada nilai instrumen ekuitas
miliknya)
Other transactions (entitas menerima atau memperoleh barang dan jasa dan entitas,
atau supplier, mempunyai pilihan apakah transaksi nya diselesaikan menggunakan
cash atau instrumen ekuitas)
Barang dan jasa yang diterima dalam transaksi share-based payments harus diakui
ketika diterima (paragraf 7, IFRS 2). Bersamaan peningkatan pada ekuitas dicatat bagi
equity-settled plans dan peningkatan pada kewajiban diakui pada cash settled share-based
payments.
Equity-settled plans adalah yang paling umum diamati. Barang dan jasa yang
diterima dalam transaksi equity-settled share-based payment dan peningkatan bersamaan
pada ekuitas harus diukur pada nilai wajar (fair value) dari barang dan jasa yang diterima,
hanya jika nilainya tidak dapat diestimasi secara andal (paragraf 10, IFRS 2). Nilai wajar dari
barang dan jasa yang diterima biasanya diukur dengan merujuk pada nilai wajar instrumen
modal yang diberikan, pada tanggal pemberian. Nilai wajar seharusnya berdasarkan pada
harga pasar (paragraf 11, IFRS 2) tetapi jika harga yang seperti itu tidak tersedia maka opsi
pricing model akan digunakan (seperti Black-Scholes-Merton atau model binomial).
Maka, equity-based plans menaikkan aset atau beban dan bersamaan dengan
kenaikan ekuitas. Jika instrumen ekuitas diberikan segera, beban yang berhubungan dengan

barang dan jasa yang tersedia diakui segera dan ada peningkatan pada ekuitas. Meskipun
demikian, jika instrumen modal tidak diberikan sampai kondisi yang pasti tercapai (seperti
penyelesaian periode jasa, atau peningkatan harga saham perusahaan) maka nilai wajar
barang dan jasa yang diterima dicatat melintasi periode pemberian (vesting period). Artinya,
proses alokasi digunakan untuk membagikan beban remunerasi (nilai wajar dari barang dan
jasa yang diterima) sepanjang vesting period. Sebagai contoh, jika nilai wajar pada tanggal
pemberian (grant date) atas opsi (option) yang diterbitkan kepada karyawan adalah $12,000
dan vesting period nya 4 tahun, maka beban sebesar $3,000 akan diakui pada tiap-tiap dari 4
tahun.
3. Immediate Recognition
Ini adalah prinsip terakhir dalam pengakuan dan pengukuran beban yang dapat
digunakan jika semua kemungkinan tidak tercakup ke dalam dua prinsip pertama. Contoh
penggunaan immediate recognition ini adalah pencatatan beban iklan. Efek dari iklan
mungkin akan memiliki manfaat jangka panjang, tetapi seringkali sulit untuk ditentukan.
Sebagai contoh, pelanggan mungkin membeli produk karena mereka terpengaruh oleh iklan
yang mereka lihat dua tahun sebelumnya. Karena manfaat tidak dapat ditentukan dengan cara
yang kredibel, biaya iklan biasanya diakui sesegera mungkin sebagai beban. Demikian pula,
pengeluaran penelitian (research expenditure) diakui sesegera mungkin sebagai beban
menurut IAS 38/AASB 138 tentang Intangible Assets. Penyusun standar (dalam kasus ini
adalah IASB) berpandangan bahwa pengeluaran penelitian tidak memenuhi kriteria sebagai
aset, yaitu, tidak memungkinkannya manfaat ekonomis masa depan, atau tidak dapat diukur
secara andal.
Beban impairment adalah contoh lain dari immediate recognition. Meskipun baik
aset berwujud maupun aset tak berwujud merupakan subjek penyusutan atau amortisasi,
proses alokasi mungkin mengalami kesalahan dalam penilaian atau nilai asset yang
dipengaruhi oleh kejadian yang tidak diharapkan. Ketika nilai yang dapat dipulihkan
(recoverable amount) dari aset diperkirakan lebih kecil dari carrying value nya, beban
sesegera mungkin diakui dalam laporan keuangan berdasarkan IAS 36/AASB 136 tentang
Impairment of Assets. Maka, beban impairment muncul karena adanya penurunan nilai asset,
selaras dengan definisi beban menurut Framework.
Immediate recognition
Prinsip terakhir untuk pengakuan dan pengukuran biaya ini dapat dilihat sebagai salah
satu yang bertanggung jawab atas kemungkinan lain yang tidak tercakup oleh dua prinsip
sebelumnya. Sebuah contoh penggunaan pengakuan langsung adalah pencatatan biaya iklan.
Pengaruh iklan dapat memiliki manfaat jangka panjang, namun mereka sering sulit untuk
ditentukan. Sebagai contoh, pelanggan dapat membeli produk karena mereka dipengaruhi
oleh iklan mereka melihat dua tahun sebelumnya. Karena manfaat tidak dapat ditentukan
secara kredibel, biaya iklan biasanya diakui langsung sebagai beban sesuai IAS 138
38/AASB Aset Tidak Berwujud. Standar setter (IASB dalam kasus ini) memiliki pandangan
bahwa pengeluaran penelitian tidak memenuhi kriteria pengakuan untuk sebuah aset, yaitu,
manfaat ekonomi masa depan yang tidak probable, atau tidak dapat diukur dengan andal.
Impairment beban adalah item lain yang diberikan pengakuan langsung. Walaupun
kedua aset berwujud dan tidak berwujud dapat dikenakan persyaratan depresiasi atau

amortisasi, proses alokasi mungkin melibatkan kesalahan dalam penilaian atau nilai aktiva
mungkin akan terpengaruh oleh peristiwa unexpexted lainnya. Bila jumlah yang dapat
dipulihkan adalah kurang dari nilai carryingnya, sebuah beban langsung diakui dalam laporan
laba rugi sesuai dengan IAS 136 36/AASB Impairment aset. Dengan demikian, beban
penurunan nilai timbul karena penurunan nilai aset, sesuai dengan definisi Kerangka tentang
biaya.
Criticisms of allocations
Paton dan Littleton melengkapi kerangka logis untuk akuntansi konvensional.
Matching konsep adalah salah satu fitur kunci kerangka kerja ini. Paton dan Littleton
mengaitkan pencocokan beban dengan pendapatan sebagai upaya untuk membandingkannya.
Mereka melihat proses bisnis sebagai aliran biaya, aliran yang pasti berakhir sampai ke
laporan laba rugi sebagai biaya yang telah terjadi. Menentukan jumlah biaya yang telah
kedaluwarsa merupakan salah satu tugas utama dari akuntan. Namun, seperti yang
ditunjukkan oleh Sprouse, proses pencocokan telah membuat neraca tidak sama dengan
laporan laba rugi, melainkan hanya sebagai repositori biaya yang belum berakhir sembari
mereka menunggu waktu untuk berakhir pada laporan laba rugi di masa depan. Pendekatan
ini mengurangi kegunaan neraca pengguna untuk membuat keputusan. Dalam beberapa tahun
terakhir, pembuat standar telah memfokuskan pada kriteria definisi dan pengakuan untuk
aktiva dan kewajiban yang menjamin neraca sama dengan laporan laba rugi.
Praktek kini juga dikritik oleh Thomas, yang berpendapat bahwa banyak dari
pelaporan akuntansi adalah sampah, karena informasi akuntansi didasarkan sebagian besar
pada allocations. Thomas berpendapat bahwa alokasi secara teoritis tidak dibenarkan. Untuk
menjadi benar, terdapat tiga kriteria yang disarankan:
1. Additivity. Keseluruhan harus sama dengan bagian. Jika alokasi terbuat dari total, partisi
itu harus menggambarkan total, tidak lebih dan tidak kurang. Artinya, ketika jumlah yang
dialokasikan ditambahkan bersama-sama, totalnya adalah sama seperti sebelum alokasi.
2. Unambiguity. Metode alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik - pilihan metode
yang jelas harus dibuat. Cara melakukan alokasi harus jelas.
3. Defensibility. Setelah metode alokasi dipilih, orang yang membuat seleksi harus mampu
memberikan argumen yang meyakinkan untuk pilihannya, dan mempertahankannya
terhadap lain metode alternatif lain yang mungkin.
Thomas berpendapat bahwa alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria,
terutama kriteria ketiga. Hal ini dimungkinkan untuk membela metode alokasi tertentu,
bahkan, berbagai metode yang ada, masing-masing dapat dipertahankan. Namun, tidak ada
cara meyakinkan untuk memilih satu preferensi dibandingkan dengan yang lain, kecuali
dengan cara sewenang-wenang.
Akuntan mempertahankan alokasi pada dua alasan. Salah satunya adalah bahwa
masukan yang diberikan menyediakan jasa pada periode kini dan masa depan dan pola
alokasi biaya mencerminkan biaya jasa yang diterima pada periode yang diberikan. Argumen
lain adalah bahwa alokasi data memberikan tujuan berguna karena pembaca laporan
akuntansi, yang meliputi alokasi data, merasa bahwa hal tersebut berguna.
Jika argumen pertama dibuat, Thomas bersikeras bahwa Akuntan harus menunjukkan
bahwa layanan yang disediakan oleh masukan yang diberikan memberikan kontribusi
terhadap jumlah tertentu dari kas atau pendapatan atau penghematan biaya. Tetapi akuntan
tidak bisa, Thomas menambahkan, karena alokasi pernyataan pada dasarnya adalah "tidak
dapat diperbaiki" secara empiris, yaitu, mereka tidak mampu diverifikasi atau ditolak secara
objektif. Thomas menyatakan bahwa 'tidak ada di dunia ini alokasi untuk perkiraan'. Dia
berpendapat:

Pernyataan alokasi konvensional tidak mengacu pada partisi dunia nyata, ketika
alokasi yang tidak dapat diperbaiki membagi sebuah total akuntansi, tidak ada alasan
untuk percaya bahwa ini mencerminkan pembagian sebuah total eksternal menjadi
bagian independen ... Pernyataan alokasi konvensional tidak mengacu pada dunia
nyata fenomena ekonomi, tetapi hanya untuk pembuat standar dan mereka pembaca
pikiran.
Jika Thomas mengartikan bahwa pola jasa atau kontribusi yang berkaitan dengan
masukan memang ada di dunia nyata tetapi pernyataan akuntan tentang pola ini begitu jauh
dari pola yang sebenarnya untuk membuat pernyataan mereka realistis, banyak akuntan dapat
menerima kritik semacam ini. Tapi Thomas berjalan jauh lebih dari itu. Dia berpendapat
bahwa pola pelayanan atau sumbangan tidak ada di dunia luar, hanya dalam pikiran akuntan.
Akuntan telah meyakinkan diri mereka sendiri dan orang lain bahwa divisi tersebut ada
padahal sebenarnya mereka tidak. komentar Thomas, pernyataan kita merujuk pada isi
pikiran kita, bukan pada dunia luar.
Alasan lain argumen yang mendukung alokasi ini tidak valid adalah karena 'interaksi'
dari input. kontribusi individu input untuk output atau pendapatan, atau kas masuk selama
periode tertentu tidak dapat diketahui karena semua masukan berinteraksi satu sama lain
menghasilkan total output yang berbeda dari apa yang mereka akan menghasilkan secara
terpisah. Misalnya, buruh yang bekerja dengan mesin menghasilkan output yang lebih dari
yang akan terjadi jika para pekerja bekerja dengan tangan kosong dan mesin dibiarkan tidak
terpakai. Setiap kali input berinteraksi, perhitungan berapa banyak pendapatan atau
penerimaan kas telah disumbangkan oleh setiap masukan menjadi tidak ada artinya.
Kita bisa melihat mengapa Thomas bersikeras pada poin tersebut, karena dengan
menghubungkan sebuah divisi dari layanan yang diberikan dari suatu aset dengan
penggunaan yang sebenarnya dari aktiva, misalnya dengan jam digunakan atau kilometer
didorong, bisa dikatakan bahwa pembagian tidak memiliki dunia nyata referen dan,
karenanya, alokasi adalah masuk akal. Alokasi mungkin tidak akurat, tetapi mereka akan
rasional. Hal itu kemudian akan menemukan cara yang lebih baik untuk mendekati divisi,
tidak harus meninggalkan alokasi. Tetapi Thomas berpendapat bahwa divisi tidak ada dalam
kenyataan. Jika ini benar, setiap argumen yang diberikan untuk mempertahankan alokasi
menjadi tidak berguna. Bagaimanapun, ia berpendapat, menentukan pola individu kontribusi
tidak bermakna karena adanya interaksi.
Argumen kedua, bahwa data yang dialokasikan memiliki tujuan yang berguna dan
oleh karena itu data tersebut harus berguna, ditolak oleh Thomas. Dia berpendapat bahwa
studi empiris mengklaim informasi akuntansi yang ada bermanfaat tidak benar-benar
menunjukkan bahwa itu adalah begitu. Dia berpendapat bahwa orang telah dikondisikan
untuk percaya bahwa informasi alokasi berlaku. Pernyataan alokasi konvensional berada pada
tingkat kelompok pragmatis. Seperti pernyataan yang menggambarkan fenomena dengan
kata-kata yang digunakan oleh orang lain tetapi digunakan internal hanya untuk asserter
tersebut. Akuntan membuat klaim mereka tidak dapat divalidasi. Solusinya adalah untuk
mempersiapkan laporan bebas alokasi. Thomas menyarankan laporan exit price saat ini atau
laporan dana aktiva bersih. Walaupun dengan argumen-argumen tersebut, pembuat standar
terus membuat proposal alokasi. Meninggalkan alokasi akan menjadi keberangkatan drastis
dari apa yang akuntan mengerti, percayai, dan terbiasa dengan saat ini. Alokasi adalah porsi
besar akuntansi. Bahkan definisi aktiva menyiratkan alokasi. Suatu aset dilihat dasarnya
sebagai seikat layanan masa depan, dan layanan ini diberikan selama masa saat ini dan masa
depan.
Defence of allocations
Eckel mendukung Thomas dengan mengatakan bahwa alokasi yang sewenangwenang, tetapi hanya karena tujuan alokasi tidak dapat dipertahankan. Tujuan dari alokasi

akuntansi konvensional adalah untuk menentukan profit dalam proses pencocokan tergantung
pada adanya hubungan sebab akibat yang unik dan dapat diidentifikasi antara biaya dan
pendapatan. Tapi ini tidak dapat ditunjukkan seperti pendapat Thomas. Tujuan dari alokasi,
bagaimanapun, dapat diubah. Sebagai contoh, bisa jadi berubah menjadi: Laba untuk periode
tersebut adalah hasil selisih antara pendapatan yang diakui dan biaya yang dialokasikan untuk
periode berdasarkan suatu amortisasi garis lurus selama n tahun. Hal ini mengubah proses
laba dari sebab dan efek hubungan menjadi garis lurus saja.
Zimmerman telah menunjukkan bahwa alokasi biaya untuk keperluan internal
berguna sebagai alat untuk mengontrol dan memotivasi manajer, dan oleh karena itu
dibenarkan. Dalam analisisnya, Zimmerman menunjukkan bahwa alokasi biaya tampaknya
merupakan biaya tertentu yang sulit diamati yang muncul ketika tanggung jawab
pengambilan keputusan ditugaskan kepada para manajer dalam perusahaan. Artinya, alokasi
biaya, ketika digabungkan dengan skema insentif yang mendorong manajer untuk
memperhatikan biaya yang dilaporkan, membantu mengurangi beberapa kontrol dan masalah
koordinasi yang timbul ketika manajer dalam perusahaan diberikan hak untuk membuat
keputusan tertentu. Dia menyimpulkan bahwa selama manfaat dari alokasi biaya (misalnya
biaya keterlambatan lebih sedikit) melebihi biaya alokasi biaya (misalnya biaya pencatatan
lebih), menggunakan teknik alokasi adalah rasional. Zimmerman menganjurkan bahwa
alokasi biaya tetap dapat berfungsi untuk menghitung biaya kesempatan yang sulit diukur.
Menggunakan sistem antrian untuk model departemen layanan perusahaan, Miller dan
Buckam menyimpulkan bahwa penjelasan Zimmerman hanya berlaku untuk kasus-kasus di
mana skala ekonomi kecil. Studi mereka menetapkan kasus tertentu untuk alokasi biaya tetap
oleh departemen pelayanan dalam pengaturan biaya ke departemen pengguna.
LO 4 CHALLENGES FOR ACCOUNTING STANDARD SETTERS
Matching
Bunyi dari theoretical framework untuk financial statement dapat berarti bahwa antara
balance sheet (statement dari financial position) dan income statement mepresentasikan
informasi dengan karakteristik dari kerelevansian dan representational faithfulness.
Framework bertugas untuk menyediakan definisi dan kriteria pengakuan, untuk
meningkatkan konsistensi antara standard.
Ditambah lagi, secara spesifik framework mengungkapkan bahwa konsep matching
tidak seharusnya diaplikasi pada salah satu cara untuk menizinkan pengakuan terhadap items
pada balance sheet yang bertemu dengan definisi dari asset dan liabilities.
Conservatism
Konsep Matching membutuhkan penilaian yang baik dari keputusan dalam
menentukan apakah nilai dari biaya dapat dijalankan untuk masa depan atau pada periode ini.

hal ini sangat penting untuk pemintaan akuntan terhadap bukti objektif untuk pengakuan dari
revenue, tetapi terdapat kekurangan pada diskusi dari bukti objektif dihubungkan untuk
pengakuan ekspense. Satu alasan untuk lebih kurang kebutuhan untuk bukti objective dalam
peengakuan ekspense dibanding dengan revenue adalah kovensi dari conservatism. konvensi
memanggil untuk mencatat dari ekspense, losses dan liabilities sesegera mungkin walaupun
terdapatbukti yang lemah.
Beberapa pendapat yang conservatism didasarkan pada profitability dan reability
criteria yang terekspose dalam framework. syarat yang memungkinkan berarti keadaan pada
masa yang akan datang seperti pengkonfirman dari loss dan ekspense.

ACCOUNTING FOR EXPENSES Jim Martin


Pada tahun 2000, Public Oversight Board Panel menemukan terdapat tujuh kesalahan
pengungkapan transakasi dan Ekspense merupakan akun yang menempati peringkat kedua
setelah revenue. Sebelum kita melihat kesalahan pencatatan pada akun ekspense mari kita
melihat sifat dari ekspense itu sendiri. Ekspense menurut Financial Acounting Standard
Borad (FASB) didefinisikan sebagai arus keluar dari penggunaan aset atau liabilities atau
keduanya selama sebuah periode dari pengiriman atau produksi barang, atau menyajikan
servis. atau bisa dikatakan bahwa ekspense adalah bentuk pengorbanan untuk mendapatkan
revenue dimana pengorbanan tersebut tidak mempunyai future benefit. Bentuk pengorbanan
ini dapat berupa pengeluaran kas seperti pembayaran tagihan listrik bulanan atau perjanjaian
akan membayar hutang dari produk yang telah dibeli. Seorang akuntan disini haruslah dapat
menidentifikasi mana pengorbanan yang memiliki future benefit atau yang tidak seperti
pembelian peralatan dimana terdapat dua hal yakni ketika peralatan tersebut masih
mempunyai future benefit seorang akuntan tidaklah harus mencatatnya sebagai ekspense akan
tetapi berbeda pula ketika peralatan tersebut sudah tidak mempunyai future benefit sehingga

akuntan tersebut haruslah mencatatnya sebagai ekspense. pada beberapa kasus dimana
terdapat pengorbanan yang memiliki manfaat untuk kedepannya sehingga akuntan haruslah
membagi porsi dari pengorbanan tersebut dan kemudian menunda nilai tersebut untuk
periode berikutnya.
Tipe Kesalahan dalam Expense
-

Improper deferral of ekspenditures


Kesalahan ini terjadi ketika perusahaan banyak yang tidak mencatat pengorbanan
yang tidak memiliki future benefit sebagai expense. kesalahan yang sering terjadi
yakni pada perhitungan operating expense. operating ekspense terdiri dari tiga
kategori yakni: selling, general and administrative (G&A) dan research &
development (R&D). Pengecualian untuk beberapa kasus dimana seperti advertising
Expense yang mempunyai future benefit untuk penjualan kepada konsumen. hal ini
dapat disikapi yakni dengan melihat tingkatan dari future benefit yang perusahaan
akan terima. terdapat situasi dimana advertising expense dapat ditunda seperti:
a. ketika advertising terjadi diperuntukan untuk mendapatkan penjualan kepada

konsumen.
b. biaya yang ditimbulkan kita lihat dapat memberikan manfaat.

Berdasarkan SOP 93-7 dimana penundaan advertising cost harus mengikuti


recoverability test.
-

Impairment not recognized


Kesalahan yang terjadi yang berikutnya untuk expense adalah tidak dicatatnya sebagai
expense untuk impairment ketika impairment loss terjadi. hal ini menimbulkan nilai
overstated pada aset tersebut yang ternyata pengorbanan yang perusahaan ketika
membeli aset tersebut dimana pengorbanan tersebut tidak memiliki future benefit lagi.

Netting and camouflaging expense.

Hal ini terjadi ketika nilai expense salah diklasifikasikan sehingga expense tidak
secara eksplisit tertera dalam pengurang income statement tetapi langsung atau tidak
terlihat dalam income statement dimana langsung mengurangi gain yang didapat
sehingga gain tersebut kecil dengan expense yang kecil pula.
-

Improper charges to reserve accounts


Beberapa perusahaan melanggar GAAP dengan mengatur resere yang tidak perlu
untuk melindungi tak diperinci.GAAP melarang sebuah bisnis dari membentuk
reserve account untuk mengeneralkan sesuatu. GAAP juga mensyaratkan perusahaan
untuk secara langsung memperbaiki besaran dari reserve kedalam pendapatan
walaupun itu jelas.

Anda mungkin juga menyukai