g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
5. Klasifikasi dispepsia
Dyspepsia dibagi menjadi dua yaitu :
1. Dispepsia Organik
Terjadi apabila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebab atau adanya kelainan
sistemik yang jelas, adanya kelainan organik sebagai penyebabnya Sindroma dispepsia organik
terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari, radang pankreas, radang empedu, gastritis, pankreatitis, kolesititis dan lain-lain.
2. Dispepsia Non Organik (Dispepsia fungsional/non ulkus)
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya atau tanpa didapat kelainan struktur/organik. Dispepsia fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
6. Manifestasi Klinis
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia
menjadi tiga tipe :
1) Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodik
2) Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3) Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai
dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga
bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa
dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk
nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia
menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau
disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani
pemeriksaan.
7. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
B. Kulit
Lesi, tanda peradangan
Turgor kulit baik, cepat kembali < 1 detik
Kelembaban kulit
Gejala cyanosis
C. Kepala
Warna rambut dan distribusi
Kotoran kulit kepala / ketombe
Bentuk simetris, tidak terdapat adanya benjolan.
D. Penglihatan
Gerakan bola mata, konjungtiva
Refleks terhadap cahaya
Ada atau tidaknya gangguan penglihatan (Visus).
E. Mulut
Mukosa bibir dan warna lidah
Warna gusi
F. Dada / Pernafasan / Sirkulasi.
Bentuk dada dan retraksi dinding dada
Fremitus vokal dextra dan sinistra
Bunyi 1 dan 2 tunggal, ada atau tidaknya terdengar bunyi nafas tambahan
G. Abdomen
Bentuk abdomen, kembung
Nyeri tekan daerah hipogastrik kiri, teraba atau tidak pembesaran hati.
Bunyi timpany, kembung
Peningkatan bising usus
H. Ekstremitas atas & bawah
Akral hangat atau tidak, bentuk tangan dextra dan sinistra, jumlah jari, ada atau tidaknya
pembatasan gerak ekstremitas atas
Bentuk kaki, tidak terdapat gejala / tanda oedema, ada atau tidaknya pembatasan
gerak ekstremitas bawah
8. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada
sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit
disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa :
laboratorium, radiologis, barium enema, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap
dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila
ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika
tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia tukak,