RAHASIA DAGANG
TESIS
Oleh
HIMALAY TAUFAN
067011041/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
TESIS
HIMALAY TAUFAN
067011041/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)
Direktur
Telah diuji
Pada Tanggal : 30 Juni 2008____________________________________________
ABSTRAK
Rahasia Dagang saat ini sudah merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat
mahal di samping bentuk investasi lainnya yang harus dipertahankan terhadap semua
pihak sehingga tidak disalahgunakan demi kepentingan pihak lain melalui suatu
mekanisme persaingan tidak jujur.
Rahasia Dagang adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang tidak
diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Perlindungan hukum atas Rahasia Dagang dapat dibagi kedalam beberapa bagian
besar, yaitu:
1. Adanya unsur kontrak/perjanjian.
2. Hak pemilik Rahasia Dagang benar-benar diperhatikan
3. Dicantumkannya unsur perbuatan melawan hukum.
4. Penyelesaian sengketa di Peradilan Negeri.
5. Adanya Pengalihan Hak Rahasia Dagang.
6. Tidak adanya jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang.
Bertolak dari uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang, bagaimana upaya Pemilik
Rahasia Dagang dalam mempertahankan eksistensi Rahasia Dagangnya untuk
mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh kompetitor yang tidak
beritikad baik, serta bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran
Rahasia Dagang
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk
lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat
serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perlindungan Rahasia Dagang.
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, karena penelitian
ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau
ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain,
kalaupun ada digunakan pendekatan yuridis empiris hanyalah sebagai metode
pendukung dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpulannya bahwa Sistem
Perlindungan Rahasia Dagang memiliki ruang lingkup yang lebih luas, karena
terdapat ketentuan didalamnya bahwa pihak yang melakukan pelanggaran dapat
dikenakan tuntutan baik secara perdata maupun pidana. Pemberian perlindungan
hukum terhadap Rahasia Dagang memiliki makna yang sangat penting, yaitu sebagai
landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk informasi yang
bersifat rahasia yang dikatagorikan sebagai Rahasia Dagang melalui pengaturan
pencegahan praktek persaingan usaha yang tidak sehat yang dapat merugikan
masyarakat
ABSTRACT
The secret of trade now is already one form of investment expensively
beside the form of another investment that must be maintained against all parties
for not abuse for interest of another parties through one mechanism of inhonest
competition.
The secret of trade is information in field of technology and business that is
not known by public, to have value of economy because useful in activity of business,
and kept the secret by the owner of the Trade Secret.
The protection of law for secret of trade can be separated into some parts,
they are:
1. There is contract element/agreement
2. The right of owner of Trade Secret is noticed seriously (there is right of exclusive)
3. Display of unlawfull actions
4. The solution of conflict in state court
5. The transfer of rights of trade secret
6. There is no time period of protecting trade secret
To depart from the presentation above, so the formulation of issue in this
research is how the protection of law for secret of trade, what is the attempt of trade
secret owner in maintaining the existence of trade secret for solving the competition
that is not healthy by competitors and there is no good intention, and what is the form
of conflict solution in breaking of the trade secret.
This research is descriptive analytical, meaning that this research is included
into scope of research to describe, process and explain and analyze the regulations of
law relating to the protection of trade secret.
Research is done by approach of yuridic and normative, because the research
is library one and document study, although there is yuridical empiric, it is only a
supportive method of the research.
From the result of research, it is concluded that system of Trade Secret
Protection has wider scope, because there is provision in it that the breaker can be
claimed by civil and criminal matter. The giving of law protection on trade secret has
important meaning, namely as foundation for effective protection for forms of
information secretly categorized as secret of the trade by regulation of preventing
unhealthy practice of competition that can damage the people.
It is suggested the protection of Law for Trade Secret is stipulated in better
focus because Secret of trade is asset or investment with high value and expensive of
price for person or organization as inventor of the Trade Secret, therefore government
makes law regulation to regulate the things needed particularly in protecting an asset
of high economic value such as Secret of Trade.
Keywords: Secret of Trade, Protection of Trade Secret
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan penyayang karena
berkat dan rahmat-Nya maka penulisan Tesis ini dapat diselesaikan dengan judul
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP RAHASIA DAGANG
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh Gelar Magister dalam bidang ilmu kenotariatan pada program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini telah banyak
mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu
penulis ucapkan terima kasih khusus kepada bapak Prof. Dr Runtung Sitepu,
sebagai pembimbing utama, bapak Prof. Dr. H. M,.Yamin,SH, MS, CN. Dan bapak
Syafruddin Hasibuan, SH, MH, Sebagai anggota pembimbing kedua dan ketiga atas
kesediaan memberi bimbingan dan petunjuk serta saran dari sejak awal penyusunan
proposal sampai selesai penulisan tesis ini.
Selanjutnya terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada :
1. Kedua orang tua saya Hamzah dan Nurmala Harahap serta seluruh anggota
keluarga penulis yang sangat penulis sayangi dan hormati yang senantiasa
mengasihi, membimbing, memperhatikan dan menyediakan segala apa yang
penulis perlukan dalam segala hal sampai saat ini.
2. Prof. Dr Chairuddin P.Lubis, DTM & H, SpAK, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami
untuk
mengikuti
dan
menyelesaikan
pendidikan
Program
Magister
Ion, Ari, Yudha, Fitri, Widy, Eko yang selalu berada di sisi penulis dalam
segala kondisi.
10. My Sweet Heart, Eka Santi, yang selalu membantu dan memberi dukungan
dalam penyelesaian Tesis ini.
11.
Rekan-rekan
mahasiswa
dari
program
Studi
Magister
Kenotariatan
Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan nama
dan jabatannya satu persatu
Akhirnya dengan menghaturkan puji dan syukur yang sangat mendalam
Medan,
Juni 2008
Penulis
Himalay Taufan
067011041
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama
: Himalay Taufan, SH
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 23 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Telepon
: (061) 77048214
Hand Phone
: 081396121184 - 081361212114
B. PENDIDIKAN
1. PENDIDIKAN FORMAL
C. PRESTASI
1. Modelling
2. Acting
3. Iklan
4. Talent search
Indonesian Idol
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................i
ABSTRACT ................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Permasalahan ....................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................9
E. Keaslian Penelitian............................................................................................9
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi .......................................................................10
1. Kerangka Teori...........................................................................................10
1.1 Sejarah Rahasia Dagang....................................................................11
1.2 Pengertian Rahasia Dagang................................................................15
1.2 Kriteria Rahasia Dagang ...................................................................18
1.4 Ruang Lingkup Rahasia Dagang.......................................................19
2. Konsepsi.....................................................................................................21
G. Metode Penelitian ..........................................................................................22
PEMILIK
RAHASIA
MEMPERTAHANKAN
EKSISTENSI
DAGANG
RAHASIA
DALAM
DAGANGNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hasil dari proses kemampuan
berpikir (intellectual) manusia yang merupakan ide dan diwujudkan dalam bentuk
ciptaan atau invensi. Pada ide tersebut, melekat predikat intelektual yang bersifat
abstrak, sedangkan pada ciptaan atau invesi yang merupakan milik didalamnya
melekat suatu hak yang bersumber dari akal atau intelek manusia. Jadi dapatlah
dikatakan bahwa HAKI tersebut merupakan hak yang bersifat abstrak dan termasuk
pada lingkup benda tidak berwujud.
Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara perlindungan atas Rahasia
Dagang (trade secret) atau yang dikenal juga dengan informasi yang dirahasiakan
(undisclosed information) yang merupakan bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelktual
dengan globalisasi perdagangan 1 .
Pada era globalisasi perdagangan internasional dilakukan secara bebas antar
negara-negara di dunia. Kondisi ini sangat mempengaruhi perkembangan HAKI oleh
karena itu perlu diberikan perlindungan hukum terhadap HAKI, dimana perlindungan
ini tidak hanya secara bilateral melainkan juga secara multilateral atau secara global.
Tingginya frekuensi keluar masuk dan berpindah-pindahnya sumber daya
manusia dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya bahkan antar perusahaan yang
berbeda negara telah menjadi ciri dalam era globalisasi perdagangan yang tidak dapat
dihindarkan. Kenyataan seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap perlindungan
Rahasia Dagang.
Tingginya frekuensi keluar masuk tenaga kerja dari suatu perusahaan ke
perusahaan lainnya secara internasional dengan mudah dapat digunakan sebagai
upaya pelanggaran Rahasia Dagang oleh kompetitor.
Dengan berpindahnya sumber daya manusia dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya tidak berarti bahwa orang tersebut dapat menggunakan Rahasia
Dagang yang dimiliki oleh perusahaan yang ditinggalkannya untuk dimanfaatkan
pada perusahaan barunya. Oleh karena itu pembuatan kontrak kerja yang melindungi
Rahasia Dagang baik itu bersifat formula, proses produksi, daftar pelanggan metodemetode dan sebagainya menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Pembentukan Undang-Undang Rahasia Dagang harus diterapkan atau
setidaknya menerapkan standar minimal dalam TRIPs Agreement. Dengan
kemungkinan penerapan standar minimal, berarti masih dimungkinkan celah untuk
menentukan ketentuan-ketentuan yang dapat memberikan manfaat.
Indonesia pada prinsipnya telah memberikan Rahasia Dagang itu sendiri jauh
sebelum Undang-Undang Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dirumuskan.
Undang-Undang Rahasia Dagang sangat penting untuk melindungi gagasangagasan yang mempunyai nilai komersil yang memberikan keuntungan bersaing.
Ahmad M Ramli, Hak atas Kepemilikan Intelektual (Teori Dasar Perlindungan Rahasia
Dagang) Bandung, 2000, Mandar Maju, Hal 1
Undang-Undang Rahasia Dagang juga dapat mendorong iklim yang sehat dan
memantapkan hubungan para pihak dalam transaksi perdagangan dengan tersedianya
perangkat aturan-aturan main yang jujur, bahkan tanpa adanya kontrak yang tegas
sekalipun. Lebih jauh, Undang-Undang Rahasia Dagang juga mempertinggi efisiensi
dan produktivitas dengan memberikan kerangka yang mendorong arus informasi
diantara semua pihak terhadap suatu transaksi perdagangan 2 .
Rahasia Dagang saat ini sudah merupakan salah satu bentuk investasi yang
sangat mahal disamping bentuk investasi lainnya yang harus dipertahankan terhadap
semua pihak sehingga tidak disalahgunakan demi kepentingan pihak lain melalui
suatu mekanisme persaingan tidak jujur 3 . Akibat dari kenyataan ini, maka
perlindungan atas Rahasia Dagang akan menjadi salah satu faktor penentu dalam
menarik investor asing untuk masuk ke Indonesia, dan faktor penentu untuk frekuensi
perdagangan internasional itu sendiri.
Untuk melindungi Rahasia Dagangnya para investor juga berkepentingan
terhadap suatu bentuk usaha penanam modal asing yang didalamnya tidak terlibat
unsur luar perusahaan itu.
Perlindungan Rahasia Dagang juga semakin penting jika dikaitkan dengan
hubungan antar perusahaan dan karyawannya. Keberadaan PMA yag tidak
melibatkan unsur luar perusahaan saat ini sudah dimungkinkan di Indonesia dengan
kebijakan pemerintah yang menyatakan dibolehkannya bentuk PMA 100% saham
2
dalam suatu PT sangat penting artinya, terutama apabila bidang usaha PT tersebut
melibatkan HAKI termasuk Paten dan Rahasia Dagang 4 .
Perlindungan hukum berlaku bagi Hak Kekayaan Intelektual yang sudah
terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran. Perlindungan hukum
berlangsung
selama
jangka
waktu
yang
ditentukan
menurut
bidang
dan
klasifikasinya. Apabilia orang ingin menikmati manfaat ekonomi dari Hak Atas
Kekayaan Intelektual orang lain, dia wajib memperoleh izin dari orang yang berhak.
Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh Undang-Undang
guna mencegah terjadinya pelanggaran HAKI oleh orang yang tidak berhak.
Undang-Undang Rahasia Dagang memainkan peranan penting bagi suatu
bisnis yang menghasilkan inovasi-inovasi yang harus dijaga kerahasiaannya untuk
memperoleh kembali biaya-biaya dan keuntungan3.
Dalam konteks yang lebih luas, dasar perdagangan dari seluruh negara dapat
dipengaruhi oleh seberapa luasnya sistem hukum yang melindungi Rahasia Dagang,
bersama-sama Hak Atas Kekayaan Intelektual lainnya, seperti Hak Paten, Hak
Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan lain-lain.
Tidak memadainya Perlindungan Hukum atas Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) tersebut dapat mempengaruhi perkembangan industri karena
perangkat
HAKI itu dirancang untuk merangsang kegiatan swasta, terutama investasi dana
untuk membantu riset dan pengembangan teknologi baru yang sudah menjadi sifatnya
3
Opcit Hal 2
mengandung resiko yang lebih besar dari pada kegiatan perdagangan lainnya. Maka
melalui pengurangan resiko, perangkat hukum HAKI merangsang investasi yang
lebih besar dalam proses invasi 5 .
Jadi, perlindungan atas Rahasia Dagang dapat mendorong masuknya investasi,
inovasi industri, dan kemajuan teknologi dan dengan demikian mempunyai pengaruh
langsung pada keseluruhan perekonomian negara 6 .
Dalam
tahun-tahun
belakangan
ini,
lajunya
perubahan
teknologi,
terhindar dari praktek persaingan curang atau persaingan tidak sehat. Dengan
demikian, kelancaran dan kemajuan suatu perusahaan meningkatkan dan melahirkan
optimisme dari pelaku usaha di dalam memasuki era globalisasi perdagangan.
yang tidak boleh diketahui oleh umum yang merupakan bagian dari HAKI selain Hak
Paten, Hak Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
dan lain-lain.
Informasi yang dirahasiakan atau Rahasia Dagang dari suatu perusahaan
merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha karena informasi ini memiliki
nilai ekonomis dan menyangkut kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan.
Apabila terjadi pembocoran maka akan merugikan perusahaan tersebut, jadi
dipandang dari sudut hukum dan ekonomi, Rahasia Dagang menjadi faktor yang
esensial bagi perkembangan perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang ini merupakan
suatu syarat mutlak dan menjadi faktor yang sangat esensial terutama untuk
mencegah persaingan usaha yang tidak sehat dari pelaku bisnis lainnya yang memiliki
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sejenis, terlebih-lebih jika
dikaitkan dengan globalisasi perdagangan.
Jadi dengan adanya perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang, maka
akan melahirkan bentuk persaingan dagang yang jujur di antara pelaku bisnis dan
menjadi komoditas yang sangat berharga karena memiliki nilai ekonomis tinggi 7 .
Selain itu, perlindungan hukum ini menjadi salah satu faktor penentu dalam menarik
investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Para pelaku usaha enggan melakukan kegiatan perdagangan karena jika terjadi
pembocoran Rahasia Dagang oleh orang yang tidak berhak maka mengakibatkan
bagaimana
upaya
pemilik
Rahasia
Dagang
dalam
Opcit, Hal 3
Bintaro Tjokroamidjojo Dan Mustofa Adidjoyo, Teori Dan Strategi Pembangunan Nasional,
Jakarta; CV Haji Masagung, 1998, Hal 12
9
M. Solly Lubis, dikutip dalam S. Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara,
Jakarta; Pustaka Bangsa Press, 2004, Hal 13
Dalam hal ini fungsi kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan oleh
Dr. Sugiyono bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberikan
jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan 10 .
1.1 Sejarah Rahasia Dagang
Sebelum mengetahui lebih jauh tentang Rahasia Dagang, maka ada baiknya
terlebih dahulu kita tahu tentang sejarah daripada Rahasia Dagang itu sendiri. Dengan
mengetahui sejarah dari Rahasia Dagang itu maka dapat mengetahui mengapa
Rahasia Dagang menjadi penting. Rahasia Dagang bukanlah hal yang baru bagi dunia
usaha.
Sebelum abad kesembilan belas, masalah kerahasiaan, khususnya yang
berhubungan dengan rahasia perusahaan, telah memperoleh perhatian yang tidak
kalah pentingnya oleh pengadilan, namun hal ini belum diatur secara khusus.
Dimana pengaturannya secara umum diatur dalam hukum kerahasiaan (law
of confidental). Hukum kerahasiaan berkaitan dengan perlindungan rahasia-rahasia
baik yang menyangkut rahasia di bidang perdagangan, rahasia yang sifatnya pribadi
ataupun mengenai pemerintah negara.
Adapun dasar-dasar alasan terbentuknya hukum kerahasiaan ini dapat
mencegah seseorang membocorkan informasi yang diberikan kepadanya secara
rahasia, dengan pengertian tegas maupun diam-diam bahwa informasi itu tidak boleh
dibocorkan kepada pihak-pihak lain atau disalahgunakan oleh penerima informasi.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfa Beta, 1983, hal 200
pembelian,
pemasok
(supplier),
penjualan,
promosi,
pelanggan
(customer), serta proses penentuan harga (pricing), hal ini dilakukan oleh Cohen
untuk merebut pangsa pasar.
pengungkapan
informasi
tersebut
ternyata
merupakan
David I Bainbridge, Komputer Dan Hukum, Jakarta, PT Sinar Grafika, 1993, Hal;46
suatu
12
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Rahasia Dagang, Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada,
2001, Hal 1
13
Ibid Hal 2
14
Ahmad M. Ramli, HAKI Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung, Mandar Maju,
2000, Hal.31
15
Insan Budi Maulana, Langkah Awal Mengenal Undang-Undang Rahasia Dagang, Bandung, PT.
Citra Aditya Bakti, 2001, Hal.18
TRIPs dalam hal ini memberikan istilah agak berbeda dengan menyatakan
sebagai informasi yang dirahasiakan, istilah ini pada prinsipnya merupakan pedoman
dari istilah Rahasia Dagang.
Dengan catatan bahwa kesepakatan GATT-WTO dalam TRIPs tampak
bermaksud memperluas istilah Rahasia Dagang ini. Berbeda dengan penggunaan
istilah yang digunakan dalam Sistem Hukum Amerika Serikat, Sistem Hukum Inggris
memberikan istilah yang lebih mendekati terminologi yang digunakan TRIPs dengan
menyebutkannya sebagai informasi rahasia (confidential information) untuk Rahasia
Dagang, sedangkan hukum dan praktek pengadilan Australia justru menggunakan
istilah yang sama dengan Amerika Serikat yaitu Rahasia Dagang 16 .
Terlepas dari semua perbedaan tentang penyebutan istilah Rahasia Dagang itu
sendiri, pada prinsipnya Rahasia Dagang merupakan bagian dari informasi rahasia 17 .
Informasi Rahasia adalah informasi yang tidak boleh diketahui siapa saja, kecuali
petugas atau pejabat yang diberi wewenang untuk melaksanakan dan menyimpan
informasi rahasia tersebut.
Informasi rahasia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut
pemilik atau sumbernya, yaitu 18 :
1.
2. Rahasia Politik (political secret), dimiliki oleh negara atau partai politik misalnya
rahasia jabatan, strategi penguasaan suatu wilayah, pembatasan ruang gerak
partai politik, strategi mempertahankan kekuasaan.
3. Rahasia Pertahanan dan Keamanan (defence and security secret), dimiliki negara,
misalnya strategi pengembangan militer, pembangunan pabrik senjata,
pertahanan negara yang efektif, daerah kawasan militer.
4. Rahasia Dagang (trade secret), dimiliki perusahaan atau pengusaha, misalnya
penemuan teknologi, proses produksi dan pemasaran, manajemen perusahaan,
formula produk berkualitas, program komputer, dan komputerisasi data prospek
perusahaan.
Terdapat perbedaan pengertian Rahasia Dagang pada beberapa sarjana, untuk
mewakili pengertian Rahasia Dagang itu sendiri, kita akan mengutip dari pengertian
yang tercantum dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang, Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi :
Rahasia Dagang adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang tidak
diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Banyak pengertian dari Rahasia Dagang itu sendiri, baik menurut ketentuan
hukum nasional maupun menurut negara lainnya. Namun pada prinsipnya bahwa
Rahasia Dagang merupakan segala informasi yang tidak diketahui oleh umum dalam
rangka kegiatan perdagangan. Informasi yang sangat strategis sifatnya ini memiliki
18
Ibid Hal 36
potensi mengandung nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat
bersaing dengan para competitor.
1.3 Kriteria Rahasia Dagang
Dengan mengetahui pengertian Rahasia Dagang tersebut, maka kita dapat
mengambil kesimpulan informasi yang bagaimanakah yang termasuk kedalam
Rahasia Dagang tersebut. Untuk menjawab pertanyaan itu, yang menjadi pembahasan
selanjutnya yaitu kriteria Rahasia Dagang tersebut.
Adapun kriteria Rahasia Dagang berdasarkan pengertian Rahasia Dagang
sebelumnya yaitu :
1. Informasi
itu
mempunyai
nilai
ekonomi
(economic
value),
artinya
antara pengusaha dengan karyawannya ataupun antar perusahaan yang satu dengan
yang lain mengenai kewajiban tiap-tiap pihak yang terkait untuk menjaga kerahasiaan
terutama di bidang perdagangan.
Untuk mempertahankan eksistensi Rahasia Dagang, maka pemiliknya harus
melakukan langkah-langkah konkret untuk melindunginya, seperti :
1. Pengungkapan Rahasia Dagang hanya dilakukan terhadap mereka yang perlu
mengetahuinya saja dengan persyaratan-persyaratan yang sifatnya rahasia.
2. Rahasia Dagang harus selalu dimasukkan kedalam kelompok informasi atau
data yang bersifat rahasia.
3. Akses public terhadap informasi tersebut dalam berbagai bentuk harus
dihindari, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan penelitian laboratorium,
studi literatur, perbandingan proses produksi dan lain-lain.
4. Dalam perjanjian kerja antar perusahaan dengan karyawan harus diatur secara
tegas tentang larangan pengungkapan Rahasia Dagang diluar tugas-tugasnya
seperti jika berhubungan dengan pihak lain yang tidak terikat dalam
perjanjian.
1.4 Ruang Lingkup Rahasia Dagang
Mengenai ruang lingkup Rahasia Dagang masih terdapat perbedaan pendapat,
namun Indonesia mencoba untuk membuat cakupan mengenai Rahasia Dagang itu
dengan mengacu kepada ketentuan TRIPs.
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi informasi tentang Metode
Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition19 . Pentingnya defenisi operasional adalah untuk
menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu
istilah yang dipakai. 20 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional
diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:
a. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
19
Sutan Remy Syahdeeni, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, hal 10.
20
Tan Kamelo, 2002, Perkembangan Lembaga Fiducia;Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan Dan
Perjanjian Di Sumatera Utara, Disertasi, Medan:PPs-USU, hal 35.
diperlukan untuk proses penulisan, cara-cara yang dapat ditempuh, apabila menemui
kesulitan pada proses penelitian 21 .
Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dimulai
dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan
kaedah-kaedah penelitian ilmiah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini diarahkan untuk
mengetahui Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang Sebagai Hak Kekayaan
Intelektual Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang.
Meneliti pada hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian
hukum adalah kaedah, norma atau das sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti
fakta atau das sein 22 .
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk
lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat
serta
menganalisa
peraturan
perundang-undangan
yang
berkaitan
dengan
21
Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1994, hal 23.
22
Soedikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty
Yogyakarta, 2001, Hal.29
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini dipergunakan penelitian kepustakaan yang bersifat
hukum normatif 23 atau penulisan kepustakaan dengan pendekatan perundangundangan (statue approach), terutama untuk mengkaji peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Rahasia Dagang.
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, karena
penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan
atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang
lain 24 , kalaupun ada digunakan pendekatan yuridis empiris hanyalah sebagai metode
pendukung dalam penelitian ini.
Penelitian hukum normatif atau kepustakaan menurut Soerjono Soekanto
mencakup :
1. Penelitian hukum Penelitian terhadap azas-azas hukum;
2. Penelitian terhadap sistematik hukum;
3. Penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal;
4. Perbandingan hukum;
5. Sejarah hukum.
23
24
3. Sumber Data
Penelitian normatif ini dilakukan dengan penggunaan studi dokumen atau
bahan pustaka, yaitu berupa data sekunder. Penelitian ini juga menggunakan
penelitian lapangan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan berupa norma dasar,
peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak
dikodifikasikan dan badan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih berlaku,
sedangkan badan hukum sekunder yang digunakan berupa buku, makalah, dan hasil
penelitian dibidang hukum.
Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan
menghimpun bahan-bahan berupa :
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan hukum yang mengikat, berupa ketentuan peraturan perundangundangan terkait dengan penulisan ini.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara
lain buku-buku hasil penulisan, jurnal, makalah, artikel, surat kabar, internet
yang terkait dengan objek penulisan ini.
c. Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus
hukum, dan jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, dan internet juga menjadi
tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Data primer yaitu penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer yang
berkaitan dengan masalah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang yang dilakukan
dengan wawancara dengan Maneger In Charge A&W Restaurant Cabang Sun Plaza,
Medan.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan yaitu Di kantor Cabang A&W
Restaurant, Cabang Medan, Sun Plaza, Medan. dengan pertimbangan bidang usaha
yang berkaitan dengan konsumsi terasa lebih eksis dalam melindungi Rahasia
Dagangnya.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian
dalam rangka memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Penelitian
ini akan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif di bidang Rahasia Dagang
dan perundang-undangan lainnya yang mempunyai hubungan erat dengan peraturan
perundang-undangan lainnya yang mempunyai hubungan erat dengan Perlindungan
Rahasia Dagang.
Dari data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kemudian ditarik
kesimpulan dengan menggunakan logika hukum dengan cara deduktif. Dari data yang
dianalisis tadi diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ditetapkan.
BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM RAHASIA DAGANG
A. Tentang Era Globalisasi
Dalam beberapa tahun ini timbul kecendrungan bahwa sistem perekonomian
dunia berdampak luas bagi perkembangan sistem perekonomian nasional, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kenyataan memperlihatkan bahwa negara-negara di dunia saling bergantung
satu sama lain, berusaha mengahasilkan barang dan jasa yang terbaik dan melakukan
transaksi perdagangan secara bebas dan terbuka. Kondisi ini memperlihatkan akan
lahirnya suatu era yang bersifat global, bebas, namun terkendali dan terbuka bagi
semua negara di dunia. Era inilah yang disebut dengan era globaliasi atau
perdagangan bebas.
Konsep globalisasi pada dasarnya mengacu pada pengertian ketiadaan batas
antar negara. Konsep ini bermakna bahwa suatu negara tidak dapat mencegah sesuatu
terjadi di negara lain. Hal ini dapat dihubungkan dengan banyak hal, seperti sistem
perekonomian, sistem perdagangan, investasi atau penanaman modal, tatanan
kehidupan, dan lain-lain.
Globalisasi adalah ketiadaan batas dan kendala perdagangan antar bangsa (as
a popular view of globalization is as the absence of bonders and barries to trade
between nations).
suatu barang atau jasa bukan bergantung pada keunggulan comparative barang atau
jasa, untuk bersaing serta merebut pangsa pasar.
Era globalisasi atau perdagangan bebas ini juga dialami di tingkat regional,
misalnya dengan dibentuknya blok perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free
Trade Area). Indonesia sebagai negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara ikut
serta menandatangani kesepakatan itu bersama-sama dengan negara-negara lainya.
AFTA atau Area Perdagangan Bebas ASEAN ialah suatu kerja sama regional
di Asia Tenggara untuk mengahapuskan trade barries antar negara anggota ASEAN.
Munculnya AFTA ini merupakan fenomena global yang terjadi di berbagai blok-blok
ekonomi sebagi reaksi atau anti klimaks terhadap globalisasi dan perdagangan bebas.
Berdasarkan kondisi ini, tujuan pendirian AFTA adalah menjalin kerja sama
ekonomi regional ASEAN dalam rangka tercapainya cita-cita perdagangan dunia
yang adil, seimbang, transparan, bebas hambatan tarif dan non tarif, serta mendukung
tercapainya pemilihan ekonomi dan dinamika bisnis negara-negara anggota yang
sesuai dengan kesepakatan ASEAN Bold Measures yang dicapai pada pertengahan
Desember 1998 pada KTT VI ASEAN di Hanoi. 25
Target AFTA adalah pengurangan tarif, bahkan menuju zero tariffs rate
sebelum tahun 2003 bagi negara-negara anggotanya menuju liberalisasi perdagangan.
Dengan demikian, negara-negara anggota dapat meningkatkan daya saing jangka
panjang dan keunggulan kompetitif sebagai basis produksi pasar dunia.
25
Ade Manan Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta:Ghalia, Cetakan I, 2000,
Hal 124-125
maupun
internasional.
Sedangkan
disisi
lain,
perkembangan
ini
Internasional didalam negeri antara lain dengan langkah nyata untuk melindungi
Rahasia Dagang pelaku usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Didalam menjalankan usahanya, pelaku usaha berusaha menghasilkan
barang/jasa yang berkualitas dengan menggunakan teknologi yang canggih. Untuk
mewujudkan hal ini, pelaku usaha dituntut untuk dapat bersaing dan bertindak secara
jujur, efisien, mampu mengembangkan kreativitasnya dan inovasi-inovasi baru dalam
kancah persaingan usaha nasional maupun internasional. Dengan adanya persaingan
ini, pelaku usaha dapat memperoleh laba yang sebesar-besarnya, menghasilkan
produk bermutu melalui penemuan-penemuan baru, dan suatu saat mampu menguasai
pasar. Jika ia mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya, maka perusahaannya
pasti mampu bertahan dalam era persaingan global.
Di dalam dunia bisnis, persaingan atau competition antar pelaku usaha
merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dapat mendatangkan keuntungan atau
menimbulkan kerugian.
Persaingan ini merupakan pendorong untuk memajukan perusahaan dengan
menciptakan produk bermutu dan teknik menjalankan perusahaan yang serba
canggih. Jika aktivitas ini dilakukan, maka pelaku usaha melaksanakan persaingan
usaha yang jujur dan sehat.
Persaingan inilah yang dibenarkan oleh hukum dan mendatangkan
keuntungan bagi siapa saja. Akan tetapi, dalam era globalisasi ini, tingkat persaingan
atau kompetisi antara perusahaan semakin tinggi. Sering terhadap praktek persaingan
usaha tidak sehat, melanggar hukum yang dapat menimbulkan konflik antar pelaku
usaha yang satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha cenderung untuk saling
menjatuhkan dan merugikan pelaku usaha lainnya dengan perbuatan yang tidak
wajar, tidak jujur, atau curang.
Dalam literatur hukum, persaingan ini disebut persaingan melanggar hukum
yang dikatagorikan sebagai perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad).
Contohnya seperti membujuk karyawan perusahaan produsen barang bermutu tinggi
supaya membocorkan formula (rumus) untuk memprediksi barang tersebut, meniru
cara promosi perusahaan lain, mencuri bahan baku perusahaan lain, dan lain-lain.
Oleh karena itu, pelaku usaha merasa berkepentingan terhadap teknologi canggih
serta Rahasia Dagang yang dimilikinya demi kelangsungan perusahaannya.
Dalam era globalisasi, Rahasia Dagang memiliki dua peranan penting bagi
negara berkembang dalam melaksanakan investasi dan perdagangan bebas, yaitu:
1. Keberhasilan negara berkembang dalam memberikan perlindungan hukum
terhadap
Rahasia
Dagang
akan
dijadikan
ukuran
kelayakan
untuk
pertumbuhan sektor ekonomi suatu negara terutama bagi negara berkembang dan
kelancaran aktivitas perdagangan internasional.
Sebagai negara yang telah meratifikasi TRIPs melalui UU No. 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Indonesia
memiliki keterikatan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang Rahasia
Dagang dan ketentuan-ketentuan HAKI lainnya yang terdapat dalam TRIPs 26 Sampai
saat ini RI telah memiliki perundang-undangan di bidang Hak Cipta, Paten, Merek,
Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah
mengakomodasi dan memuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan (implementing
legislation) dari TRIPs.
Beberapa Undang-undang tentang HAKI tersebut yang saat berlaku seringkali
memberi kesan tambal sulam karena hanya mengadakan perubahan dalam berbagai
pasal yang sebenarnya sangat banyak berbeda. Kenyataan ini menurut Sudargo
Gautama justru membingungkan dalam penerapannya karena kemungkinan akan
menimbulkan kekeliruan dalam penerapannya, oleh karenanya lebih baik dibuat suatu
Undang-Undang baru. 27
Berkenaan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang, dapat dikatakan merupakan peraturan implementasi dari TRIPs GATT. Pengaturan tentang hal ini sebelumnya tidak berarti sama sekali tidak ada,
26
Pemerintah RI telah mengeluarkan UU No. 12/1997 tentang Perubahan atas UU No. 6/1982
tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7/1987; UU No. 13/1997 tentang
Perubahan atas UU No. 6/1989 tentang Paten; dan UU No. 14/1997 tentang Perubahan atas UU No.
19/1992 tentang Merek, UU No. 30/200 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31/2000 tentang Disain
Industri, dan UU No. 32/2000 tentang Disain Tata Letak Sirkuit Terpadu
27
Sudargo Gautama, & Rizawanto Winata, Pembaharuan Undang-Undang Paten , 1998, hal. 3
Article 10 bis Paris Convention berbunyi :
(1) The countries of the Union are bound to assure to nationals of such countries effective protection
againts unfair competition.
(2) Any act of competition contrary to honest practices in industrial or commercial matters constitutes
and act of unfair competition
(3) The following in particular shall be prohibited :
1. all acts of such a nature as to create confusion by any means whatever with the
establishment, the goods, or the industrial or commercial activites, or competitor
2. false allegation in the corse of trade of such anature as to discredit the establisment, the
goods, or the industrial or commercial activities, of a competitor;
3. indication or allegation the use of which in the course of trade is liable so mislead the
public as to the nature, the manufacturing process, the characteristic, the suitability for
their purpose, or the quantity, of the goods.
29
lihat. Pasal 1 (3), Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 (b) TRIPs. Dalam hal ini TRIPs sebagai suatu
kesepakatan internasional memiliki relevansi dengan Konvensi-konvensi dan Perjanjian Internasional
lainnya di bidang HAKI. Dalam beberapa segi TRIPs merupakan kaidah penunjuk untuk berlakunya
ketentuan-ketentuan Perjanjian Internasional di bidang HAKI. Anggota harus mematuhi ketentuan ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 sampai dengan 12, dan Pasal 19 Konvensi Paris (1976) dan
tidak satupun ketentuan TRIPs yang memungkinkan negara anggota terbebas dari kewajibankewajiban yang timbul atas dasar ketentuan Konvensi Paris, Konvensi Berne, Konvensi Roma dan
Perjanjian HAKI tentang Rangkaian Elektronik Terpadu.
28
necessary to protect the public, or unless steps are taken to ensure that the data are
protected against unfair commercial use."
Perlindungan juga diberikan terhadap data yang diserahkan kepada
pemerintah atau badan pemerintah, dalam hal ini pemerintah negara peserta yang
mewajibkan diserahkannya rangkaian percobaan yang dirahasiakan atau data lain
yang diperoleh sebagai syarat persetujuan pemasaran atau produksi farmasi baru atau
produk kimia pertanian baru yang memanfaatkan unsur kimia baru. Pemerintah
negara tersebut wajib memberikan perlindungan yang memadai agar data yang
diserahkan kepadanya itu tidak digunakan secara komersial dan secara tidak adil.
Dalam hal ini pemerintah tersebut harus melindungi dari kemungkinan
publikasi atas data yang bersangkutan, kecuali jika diperlukan untuk melindungi
masyarakat atau didasarkan atas jaminan bahwa data tersebut tidak akan
disalahgunakan secara komersial.
Berkenaan dengan perlindungan Rahasia Dagang ini, TRIPs memberikan
penekanan terhadap apa yang dimaksud praktik-praktik komersial yang tidak jujur
seperti tertuang dalam ketentuan TRIPs yang mengatakan : 31 For the purpose of this
provision, "a manner contraty to honest commercial practices" shall mean at least
practices such as breach of contract, breach of confidence and inducement to breach,
and includes the acquisition of undisclosed information by third parties who knew, or
30
31
were grossly negligent in failing to know, that such practices were involved in the
acquisition."
Dalam kalimat negatif dikatakan bahwa apa yang dimaksud dengan praktikpraktik komersial yang tidak jujur atau bertentangan dengan praktik-praktik
komersial yang jujur adalah suatu tindakan yang paling tidak mencakup praktik
berupa tindakan ingkar janji (wanprestasi atas suatu kontrak), wanprestasi atas
kerahasiaan dan bujukan untuk melakukan wanprestasi, termasuk diperolehnya
informasi yang dirahasiakan oleh pihak ketiga yang mengetahui atau yang sepatutnya
mengetahui bahwa praktik-praktik tersebut terjadi dalam upaya untuk mendapatkan
informasi tersebut. Masalah praktek persaingan curang ini pun diatur dalam UU No. 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. 32
Sebagai anggota World Trade Organization (selanjutnya disebut : WTO),
maka Indonesia harus menyesuaikan semua ketentuan HAKI yang ada dengan
ketentuan TRIPs, dengan catatan bahwa dalam hal ini harus sejauh mungkin
diupayakan agar penerapan dan implementasi ketentuan TRIPs tersebut tidak
merugikan kepentingan Indonesia.
Khusus untuk Rahasia Dagang lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2000 menunjukkan bahwa Pemerintah telah membuat peraturan implementasi dalam
32
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berbunyi : "Persaingan usaha tidak sehat
adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha."
efektifitas
pelaksanaanya
melalui
peningkatan
administrasi
c. Masalah dengan begitu bukan sekedar menyesuaikan peraturan perundangundangan HAKI. Selain kesiapan masyarakat dan aparatur, perlu juga dikaji
seberapa jauh dampak penerapan pengaturan hal-hal yang baru dan ketentuan
ketentuan yang berstandar tinggi tersebut tidak menimbulkan terutama masalah
sosial dan ekonomi yang akhirnya akan menyulut kerawanan politik.
d. Masa peralihan bagi Indonesia hanya berlangsung maksimal 5 tahun. Kalau
persetujuan tersebut benar-benar akan berlaku efektif misalnya tanggal 1 januari
1995, maka segala persiapan baik pranata peraturan perundang-undangan yang
harus disesuaikan, kesiapan administrasi, kesiapan masyarakat dan para aparat
dalam memahami peraturan perundang-undangan yang baru, harus benar-benar
selesai dan siap mulai tanggal l Januari 2000. Jangka waktu tersebut tidak lama
untuk semua itu.
e. Dampak dari ketidaksiapan tadi, sangat hebat pengaruhnya terhadap perekonomian
nasional terutama dalam perdagangan intenasional. Setiap saat Indonesia harus
siap untuk menghadapi panel dalam rangka mekanisme penyelesaian pertikaian.
Dan kalau "Kesalahan" tersebut terbukti, serta kerugian ekonomi/finansial yang
diakibatkan dapat ditunjukkan, maka Indonesia harus selalu bersiap untuk
menghadapi tindakan balasan terhadap komoditi ekspornya.
Pemikiran tentang perlunya perlindungan hukum terhadap ide, gagasan yang
berasal dari kreativitas manusia yang merupakan objek HAKI sebenarnya telah ada
sejak abad ke-19. pada masa itu, perlindungan hukum berdasarkan hukum perdata
dianggap kurang memadai, terlebih lagi dengan mulai berkembangnya kegiatan
33
Huala Adolf Dan Chandrawulan A, Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta;
PT. Raja Grafindo Perkasa, 1994, hal 1.
perlindungan
multilateral
bagi
kepentingan
nasional
dalam
perdagangan
internasional. 34
Persetujuan Putaran Uruguay ini meliputi:
1. Pembentukan organisasi perdagangan dunia (WTO) sebagai pengganti
sekretariat
GATT
yang
akan
mengadministrasikan
dan
mengawasi
35
Sebagai bagian dari lampiran pembentukan WTO, TRIPs terdiri dari 7 (tujuh)
Bab, 73 (tujuhpuluh tiga) pasal, dan memuat kaedah-kaedah secara detail tentang
standar yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh negara-negara penandatanganan
untuk Rahasia Dagang ini diatur dalam Article 39 Section 7, yang berbunyi:
1. In the course of ensuring effective protection against unfair competition as
provided in Article 10bis of the Paris Convention (1967), Members shall protect
undisclosed information in accordance with paragraph 2 and data submitted to
governments or governmental agencies in accordance with paragraph 3.
2.Natural and legal persons shall have the possibility of preventing information
lawfully within their control from being disclosed to, acquired by, or used by others
without their consent in a manner contrary to honest commercial practices (10) so
long as such information:
(a) is secret in the sense that it is not, as a body or in the precise configuration and
assembly of its components, generally known among or readily accessible to
persons within the circles that normally deal with the kind of information in
question;
(b) has commercial value because it is secret; and
(c) has been subject to reasonable steps under the circumstances, by the person
lawfully in control of the information, to keep it secret.
3. Members, when requiring, as a condition of approving the marketing of
pharmaceutical or of agricultural chemical products which utilize new chemical
entities, the submission of undisclosed test or other data, the origination of which
involves a considerable effort, shall protect such data against unfair commercial
use. In addition, Members shall protect such data against disclosure, except where
necessary to protect the public, or unless steps are taken to ensure that the data are
protected against unfair commercial use.
Berdasarkan ketentuan Pasal 39, TRIPs hanya memberikan aturan yang sangat
umum mengenai perlindungan atas Rahasia Dagang. Oleh karena itu, TRIPs
membebankan kewajiban kepada para anggota WTO untuk melindungi Rahasia
Dagang dengan maksud untuk menghindari adanya praktek perdagangan tidak sehat
dengan cara mencuri atau memperoleh informasi rahasia secara tidak benar, ataupun
dengan cara memanfaatkannya untuk kepentingan perdagangan. Ketentuan ini
memberikan konsekuensi kepada negara anggota WTO untuk membentuk UndangUndang Rahasia Dagang yang harus disesuaikan dan diselaraskan dengan standar
minimal yang diatur dalam TRIPs. Dengan demikian, masih dimungkinkan untuk
menerapkan ketentuan-ketentuan yang tidak mengabaikan kepentingan nasional.
Dengan adanya kewajiban tersebut, maka ketentuan TRIPs ini memberikan
pengaruh yang sangat besar dalam pemberian perlindungan hukum terhadap Rahasia
Dagang dalam era globalisasi. Selain itu, dalam pelaksanaan perdagangan
internasional; yang bebas dan penuh dengan persaingan bisnis, TRIPs dalam Pasal 41
menghendaki agar anggota WTO, seperti Indonesia, mencantumkan prosedur
penegakan hukum tentang HAKI (Rahasia Dagang) dalam hukum nasional demi
kelancaran aktivitas perdagangan yang sah dan untuk menciptakan perlindungan
hukum yang jujur, adil bagi semua pihak. Selain itu, prinsip-prinsip TRIPs harus
menjadi landasan lahirnya ketentuan tentang Rahasia Dagang yang disetai dengan
penegakan hukumnya secara konsisten.
Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang, sistem hukum yang diterapkan sesuai dengan kepentingan nasional
dengan strategi bisnis yang berskala nasional dan internasional dan menciptakan
kreasi dan inovasi masyarakat.
Dengan kata lain, kebijakan-kebijakan ekonomi demi peningkatan industri
harus dilakukan tanpa mengabaikan faktor hukum untuk melindungi hak-hak dari
pelaku bisnis. Jadi, para pihak yang memiliki Rahasia Dagang tersebut akan mampu
menguasai Rahasia Dagangnya dan memanfaatkannya dalam kancah persaingan
bisnis.
Dengan demikian, persaingan usaha tidak sehat yang pasti menimbulkan
masalah-masalah ekonomi internasional yang berkaitan dengan kepercayaan para
investor asing terhadap Indonesia akan mulai berkurang dan persaingan bisnis antar
pelaku bisnis dilaksanakan secara jujur, sehat, dan adil dalam aktivitas perdagangan
global dalam era globalisasi.
D. PERLINDUNGAN HUKUM RAHASIA DAGANG
Perlindungan Rahasia Dagang memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia
investasi dan perdagangan, karena melalui sistem perlindungan seperti ini, maka
informasi bisnis yang sifatnya sangat strategis dan kompetitif yang tidak terlindungi
dengan Sistem Hukum Paten dan Hak Cipta atau Desain Industri dapat dilindungi.
36
Prinsip tentang Hak Milik ini juga dikenal dalam Hukum Indonesia. Pasal 570
BW menyatakan: Hak Milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu
kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu
dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang
atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak
menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu
dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan Undang-Undang dan dengan
pembayaran ganti rugi.
Pengertian pasal 570 BW ini menunjukkan bahwa Hak Milik adalah hak yang
paling utama dimana pemilik dapat menguasai benda itu sebebas-bebasnya dalam
arti dapat memperlakukan perbuatan hukum atas benda itu secara eksklusif
disamping dapat pula melakukan perbuatan-perbuatan materiil atas benda itu.
Namun demikian, sifat eksklusivitas atas Hak Milik untuk benda-benda berwujud
tampaknya sudah mengalami pergeseran karena munculnya berbagai norma
kemasyarakatan yang membatasi Hak Milik. Rahasia Dagang dan HAKI pada
umumnya, pada prinsipnya harus dapat dibatasi jika bersentuhan dengan
kepentingan masyarakat luas.
b.
Teori Kontrak
Teori kontrak merupakan dasar yang paling sering dikemukakan dalam proses
pengadilan mengenai Rahasia Dagang, khususnya di Amerika. Di Indonesia
sendiri yang mengadopsi Sistem Hukum Eropa Kontinental, ketentuan tentang
prinsip kontrak ini diatur dalam KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek). Dalam Pasal
1233 dinyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik
karena Undang-Undang.
Prinsip perlindungan berdasarkan Hukum Kontrak ini sangat relevan dengan
bentuk perlindungan berdasarkan sistem hukum perburuhan atau hukum
ketenagakerjaan. Hubungan antara pengusaha dan karyawan merupakan salah
satu masalah penting berkenaan dengan Rahasia Dagang. Tingginya tingkat
keluar masuk karyawan dari suatu perusahaan ke perusahaan yang lain
menyebabkan perlunya pengaturan Rahasia Dagang ini diintegrasikan dengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan 40 . Teori inipun terkait dengan masalah
kedudukan orang dalam perusahaan (insider traiding). Perlu dibuat perjanjian
kerja oleh perusahaan dengan karyawannya yang isinya melarang penggunaan
teknologi atau informasi yang telah diketahui secara umum atau merupakan
public domain karena ini merupakan suatu tindakan yang dianggap sebagai cacat
hukum 41
c.
40
41
untuk mengatasi kegiatan persaingan curang yang dilakukan oleh kompetitor yang
tidak beritikad baik. Seseorang dianggap telah melakukan perbuatan melawan
hukum jika secara tanpa hak mempergunakan informasi dengan cara:
1. diperoleh melalui tata cara yang tidak lazim atau
2. pengungkapan atau penggunaannya mengakibatkan dilanggarnya
kerahasiaan yang diperolehnya dari orang lain yang mengungkapkan
rahasia itu kepadanya, atau
3. orang tersebut mempelajari rahasia tersebut dari orang ketiga yang
memperoleh informasi tersebut secara tidak patut atau pengungkapan
pihak ketiga ini merupakan pelanggaran juga atau
4. orang
itu
mempelajari
mengungkapkannya
dengan
rahasia
tersebut
menyatakan
dan
bahwa
hal
kemudian
tersebut
Informasi yang bersifat rahasia. Hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak
diketahui secara umum oleh masyarakat.
rahasia dengan melakukan langkah-langkah yang layak dan patut. Artinya semua
langkah yang memuat ukuran kewajaran, kelayakan, dan kepatutan yang harus
dilakukan.
Pemeliharaan rahasia biasanya berkaitan dengan hubungan antara pekerja
dengan pemberi kerja yang merupakan pemilik Rahasia Dagang. Dalam lingkungan
kerja perlu diatur prosedur perusahaan yang bisa menjamin kerahasiaan informasi.
Perlu diatur secara jelas dan tegas pula dalam peraturan perusahaan mengenai pihak
yang bertanggung jawab atas informasi rahasia.
Dalam Undang-Undang Rahasia Dagang Indonesia juga ditegaskan bahwa
yang menjadi objek perlindungan Rahasia Dagang adalah informasi yang bersifat
rahasia yang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau
informasi lain dibidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan
tidak diketahui oleh masyarakat umum. 42
Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang menurut Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2000 dapat dibagi kedalam beberapa bagian besar, yaitu:
1. Adanya unsur kontrak/perjanjian, dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000
ketentuan mengenai hal ini tercantum dalam Pasal 6 yang menyebutkan bahwa
Pemegang Hak Rahasia Dagang dapat memberian lisensi kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian lisensi. Lisensi secara garis besar merupakan izin yang
diberikan oleh pemegang Rahasia Dagang kepada pihak lain dalam bentuk tertulis
(perjanjian). Perjanjian lisensi yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2000, harus mampu menampung segala aspek yang diperlukan untuk
melindungi Rahasia Dagang tersebut.
2. Hak pemilik Rahasia Dagang benar-benar diperhatikan (adanya Hak Eksklusif).
Keeksklusifan dari hak tersebut diharapkan dapat membuat kerahasiaan dari
Rahasia Dagang itu sendiri tetap dapat terjaga.
3. Dicantumkannya unsur perbuatan melawan hukum. Prinsip melawa hukum
sangat relevan untuk dijadikan dasar perlindungan Rahasia Dagang antara para
pihak yang sama sekali tidak terikat kontrak/perjanjian satu sama lain.
4. Penyelesaian sengketa di Peradilan Negeri. Ketentuan mengenai hal ini tercantum
dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 yang
menyebutkan bahwa Pemilik Rahasia Dagang dapat menggugat siapapun yang
42
dengan sengaja dan tanpa hak untuk membayar ganti kerugian, dimana gugatan
tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri.
5. Pengalihan Hak Rahasia Dagang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) dan pasal 6
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000. disebutkan dalam pasal itu bahwa Hak
Rahasia Dagang dapat beralih atau dialihkan dengan melalui Pewarisan, Hibah,
Wasiat, Perjanjian Tertulis dan sebab-sebab lain yang dibenarkan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan dalam Pasal 6 mengatur tentang Pengalihan
Hak Rahasia Dagang dengan lisensi berdasarkan perjanjian lisensi. Dari dua
ketentuan di atas disebutkan bahwa pengalihan Rahasia Dagang dapat berupa
pengalihan hak dengan non lisensi dan pengalihan hak dengan lisensi.
6. Jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang. Kedua ketentuan hukum tersebut
tidak menyebutkan batasan waktu perlindungan Rahasia Dagang. Dalam artian
bahwa perlindungan Rahasia Dagang tidak terbatas oleh waktu seperti halnya
perlindungan di bidang HAKI lainnya yang terdapat batasan waktu perlindungan,
misalnya perlindungan Paten selama kurun waktu 20 tahun.
Perlindungan Hukum Rahasia Dagang Berdasarkan Perjanjian
Hukum perjanjian di atur dalam buku ke III KUHPerdata dimana pada KUH
Perdata digunaan kata persetujuan untuk menyatakan perjanjian.
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 43
43
Rahasia
Dagang
berkewajiban
merahasiakan
dan
tidak
mengungkapkan Rahasia Dagang tersebut kepada orang lain tanpa izin tertulis dari
pemberi Rahasia Dagang. Oleh karena itu, harus diperjanjikan dengan tegas bahwa
informasi itu adalah suatu hak kepemilikan sehingga penerima hak tidak akan
menggunakannya untuk kepentingan usahanya.
Kewajiban merahasiakan ini juga berlaku terhadap perjanjian selanjutnya
yang mungkin dilakukan yang berkaitan dengan perjanjian pokok dan tetap berlaku
seterusnya apabila jangka waktu perjanjiannya telah berakhir.
Khusus untuk pengakuan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu
pengalihan hak yang didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik.
Hal ini penting mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik, selain
untuk menjaga kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian
pengalihan hak atas Rahasia Dagang tersebut.
Kecenderungan dipilihnya bentuk perlindungan melaui Rahasia Dagang
setidaknya dilandasi oleh dua alasan, yaitu:
Karena seringkali substansi yang diinginkan untuk mendapat perlindungan
1.
merupakan hal yang tidak dapat diberi Paten, seperti halnya daftar
pelanggan perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis dan lain-lain.
2.
Paten maka setelah habis jangka waktunya itu maka informasi akan menjadi
milik umum dan setiap orang dapat mengaksesnya tanpa perlu takut
dinyatakan sebagai pelanggar HAKI, sedangkan informasi itu sendiri
merupakan salah satu potensi strategis yang seharusnya dipegang teguh untuk
dapat bersaing dengan kompetitor. Melalui sistem perlindungan Rahasia
Dagang, maka informasi itu dapat dilindungi seterusnya dan haknya tetap
melekat pada pemiliknya. Rahasia Dagangpun seringkali tidak memenuhi
syarat Paten. Disamping itu perlu juga dipenuhi syarat-syarat seperti harus ada
unsur kebaruan, dan dapat diterapkan dalam industri.
2. Melalui sistem perlindungan Rahasia Dagang, maka segala informasi penting
perusahaan akan tetap terjaga kerahasiaannya, karena informasi itu tetap
bersifat tertutup, hal ini sangat penting mengingat keterbukaan informasi
tersebut dapat dimanfaatkan oleh kompetitor untuk membuat produk yang
sama.
3. Dalam sistem Hukum Paten hanya penemu pertama yang boleh mendaftarkan
patennya, namun dalam Rahasia Dagang hal ini tidak diatur artinya sepanjang
waktu orang boleh menyimpan Rahasia Dagangnya dan memelihara haknya
dari gangguan orang lain, tanpa perlu memikirkan apakah orang lain juga
mempunyai informasi serupa, dengan catatan bahwa informasi itu bukan
informasi umum atau milik umum.
44
4. Dari segi biaya, perlindungan penemuan melalui Rahasia Dagang relatif lebih
murah dibandingkan dengan Paten, karena tidak perlu mengeluarkan iuran
tahunan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan formalitas pendaftaran seperti
halnya pada Paten. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan
oleh inventor.
5. Secara faktual terdapat hal-hal yang tidak dapat dilindungi Paten, tetapi justru
dapat dilindungi oleh Rahasia Dagang, misalnya daftar pelanggan, formulirformulir, dan lain-lain. Informasi-informasi bisnis seringkali tidak merupakan
hal yang memenuhi syarat untuk dlindungi Paten, karena beberapa alasan
seperti tidak mengandung langkah inventif, kemungkinan adanya kesamaan
dengan penemu lain dan sebagainya 45 .
Sedangkan menurut A&W Restaurant, tujuan dan kegunaan dari Rahasia
Dagang itu sendiri adalah untuk 46 :
1. Merupakan bahan untuk membuat strategi bisnis
2. Menghindari persaingan dari perusahaan sejenis.
3. Menjaga nama baik perusahaan.
Kerugian-Kerugian Perlindungan Rahasia Dagang adalah47
45
Langkah inventif menurut pasal 2 ayat 2 dan ayat 3 UU Nomor 13 Tahun 1997 adalah jika
penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keahlian biasa mengenai teknik merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya. Penilaian bahwa suatu penemuan merupakan hal yang tidak dapat
diduga harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat diajukan permintaan
paten atau yang telah ada pada saat diajukan permintaan pertama dalam hal permintaan itu diajukan
dengan Hak Prioritas.
46
Hasil wawancara dengan Syafnil Tanjung, Maneger In Charge, A&W Restaurant Cabang Sun
Plaza Medan, Tanggal 24 Maret 2004, Pukul 11.00 WIB
47
Ahmad M Ramli, opcit, Hal 81
48
BAB III
UPAYA PEMILIK RAHASIA DAGANG DALAM
MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI RAHASIA
DAGANGNYA UNTUK MENGATASI
PERSAINGAN TIDAK SEHAT
memerintahkan setiap orang yang terlibat dalam proses penuntutan untuk tidak
mengungkapkan Rahasia Dagang dimaksud tanpa terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari pengadilan. 51
Pada Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang, dinyatakan bahwa Hak Rahasia Dagang adalah Hak Atas Rahasia
Dagang yang timbul berdasarkan Undang-Undang ini.
Berdasarkan ketentuan ini, maka secara eksplisit diatur tentang hak dari
pemilik Rahasia Dagang (Pasal 4), yaitu:
a. menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya;
b. memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk
mengunakan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.
Berdasarkan ketentuan ini, pemilik Rahasia Dagang mempunyai hak
monopoli untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimiliknya dalam
kegiatan bisnis dan bersifat komersil untuk memperoleh keuntungan. Hal ini berarti
bahwa hanya pemilik Rahasia Dagang saja yang berhak memberikan izin kepada
records of the action, and ordering any person involved in the litigation not to disclose an alleged
trade secret without prior court approval."
51
Pasal 11 UTSA (Canada) berbunyi : "(1) In any proceedings under this Act, the Court may, at
any time, on application, make an order directing by what means the trade secret at issue in the
proceedings is to be preserved during the course of the proceedings. (2) Without limiting the
generality of subsection (1), the Court may
(a)hold hearing in private,
(b)order that all or any of the records of the proceedings be sealed, or
(c) order any person involved in the proceedings not to disclose an alleged trade secret without prior
approval of the Court."
pihak lain untuk mengunakan Rahasia Dagang yang dimiliknya melalui perjanjian
lisensi.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang
kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian hak (bukan
Pengalihan Hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang
diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. 52
Dari rumusan tersebut dapat ditarik beberapa unsur, yaitu:
1. adanya izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang.
2. izin tersebut diberikan dalam bentuk perjanjian.
3. izin tersebut merupakan pemberian hak untuk menikmati manfaat
ekonomi (yang bukan bersifat pengalihan Hak Rahasia Dagang).
4.
52
hanya ingin memakai sendiri untuk kepentingan bisnisnya dan tidak bersedia
memberikan lisensi kepada pihak lain.
Prinsip dari lisensi bersifat non ekslusif, artinya bahwa lisensi tetap
memberikan kemungkinan kepada pemiliknya untuk memberikan lisensi kepada
pihak ketiga lainnya, apabila akan dibuat sebaliknya, hal ini harus dinyatakan secara
tegas dalam perjanjian lisensi tersebut.
Perjanjian lisensi kerap kali dilakukan secara tidak seimbang atau hanya
menguntungkan salah satu pihak saja (biasanya yang diuntungkan adalah pemberi
lisensi atau Licensor), sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pihak lain
(penerima lisensi), dan kerugian itu bahkan juga dapat menimbulkan kerugian bagi
perekonomian negara, baik langsung atau tidak langsung 53 . Dengan melihat
pengalaman atau untuk melakukan tindakan pencegahan yang ditimbulkan akibat dari
perjanjian lisensi maka Pasal 9 Undang-Undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun
2000 menentukan bahwa:
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan
akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat 54 sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
53
Suyud Marono & Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aset Hukum Bisnis, Jakarta,
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Hal 41.
54
Penjelasan pasal ini tidak mencantumkan makna atau mendefenisikan dari persaingan tidak
sehat, namun bisa saja maksud dari pasal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
informasi yang dimiliknya dari pihak-pihak yang berusaha dengan berbagai cara
memperolehnya untuk kepentingan usahanya.
Kewajiban dalam memelihara kerahasiaan ini dapat ditempuh melalui
ketentuan-ketentuan yang bersifat implisit. Pada prinsipnya hukum akan memberikan
perlindungan apabila pemilik Rahasia Dagang tersebut menjalankan kewajibannya
untuk menjaga Rahasia Dagangnya.
Pemilik Rahasia Dagang juga dibebani kewajiban, yaitu harus bersedia
mengungkapkan setiap bagian dari Rahasia Dagangnya serta proses penggunaannya
secara lengkap untuk kepentingan pembuktian dihadapan pengadilan. Hal ini
memang mengandung resiko karena Rahasia Dagang yang dimilikinya dapat
terpublikasikan. Oleh karena itu, hakim dapat meminta agar sidang dilakukan secara
tertutup demi kepentingan bisnis dari pemiliknya serta mengurangi tingkat kerugian
yang dideritanya.
B. Pengalihan Hak Rahasia Dagang
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Rahasia Dagang menyatakan bahwa Hak
Rahasia Dagang adalah Hak Atas Rahasia Dagang yang timbul berdasarkan UndangUndang Rahasia Dagang ini (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang). Hak Rahasia Dagang ini diklasifikasikan sebagai Hak Milik,
sehingga sebagai Hak Milik, Rahasia Dagang dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain.
Undang-Undang Rahasia Dagang dalam Pasal 5 ayat (1) menyebutkan
peristiwa-peristiwa hukum yang dapat mengakibatkan beralihnya Hak Rahasia
Rahasia Dagang itu. Hal ini berbeda, misalnya, dari pemberian bantuan teknis yang
biasanya dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pengoperasian mesin baru atau
kegiatan lain yang khusus dirancang dalam rangka bantuan teknik. 56
Selama
memberikan
lisensi,
Pemilik
Rahasia
Dagang
tetap
boleh
melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan
Rahasia Dagang yang dimilikinya. 57 Dengan demikian pada prinsipnya perjanjian
lisensi bersifat non-eksklusif, artinya tetap memberikan kemungkinan kepada Pemilik
Rahasia Dagang untuk memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya. Apabila
diinginkan untuk perjanjian lisensi yang bersifat eksklusif, artinya Hak Rahasia
Dagang tidak dapat diberikan lagi kepada pihak ketiga lainnya maka hal tersebut
harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian lisensi dimaksud.
Sebagai catatan, perlu dikemukakan pada prinsipnya perjanjian lisensi
seharusnya tidak boleh memuat ketentuan yang langsung maupun tidak langsung
merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. 58 Peraturan perundang-undangan dimaksud dalam ketentuan
ini adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
55
59
Ahmad M Ramli, Hak Atas Kepemilikan Intelektual Teori Dasar Perlindungan Rahasia
Dagang, Bandung, Mandar Maju, 2001, Hal 126
Milik, Rahasia Dagang dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain melalui caracara yang telah disebutkan diatas.
Pengalihan Hak Rahasia Dagang melalui Pewarisan terjadi demi hukum
sebagai akibat meninggalnya pihak pemilik Rahasia Dagang, jelas mengakibatkan
beralihnya secara hukum semua hak-hak dan kewajiban yang melekat pada Rahasia
Dagang dari pewaris (Pemilik Rahasia Dagang)
Sedangkan Pengalihan melalui Hibah dan Wasiat tidak terjadi demi hukum,
melainkan harus dilakukan melalui perbuatan hukum tertentu, sehingga hak atas
Rahasia Dagang menurut hukum sah beralih atau dialihkan kepada penerima hibah
dan penerima wasiat.
Peristiwa hukum tertentu tersebut didasarkan pada hukum yang mengatur
mengenai hibah dan wasiat sesuai dengan golongan penduduknya.
Demikian pula Pengalihan Hak Rahasia Dagang dapat dilakukan melalui
Perjanjian yang tertulis (akta) atau dapat dilakukan karena sebab-sebab lain yang
dibenarkan peraturan perundang-undangan seperti melalui putusan pengadilan yang
menyangkut kepailitan.
Pengalihan Hak Rahasia Dagang diatas bersifat limitatif artinya proses
Pengalihan Hak Rahasia Dagang tersebut tidak boleh mencantumkan klausula time
constraint, dengan kata lain pengalihan hak itu bersifat final dalam arti tidak boleh
dibatasi oleh waktu.
Sebagai tambahan dapat dikemukakan bahwa pemerintah sendiri sampai saat
ini belum memiliki peraturan pelaksanaan tentang pencatatan perjanjian lisensi. Hal
ini merupakan kelemahan yang sangat mendasar karena UU Paten, Merek dan Hak
Cipta yang ada telah memerintahkan pengaturan hal ini.
C. Pemilik Rahasia Dagang Dalam Mempertahankan Eksistensi
Rahasia
tidak
diketahui
umum
dan
memerlukan
biaya-biaya
untuk
merahasiakannya.
Dalam proses pengadilan seseorang yang merasa hak atas informasi yang
dirahasiakannya dilanggar harus dapat membuktikan bahwa telah terjadi pengambilalihan Rahasia Dagang secara tidak sah oleh tergugat. Dalam Hukum Perdata
Intenasional hal seperti ini dikatagorikan sebagai unjust enrichment
Rahasia Dagang yang meliputi rumus, pola, cara kerja, atau kompilasi dari
informasi yang secara ekonomis dapat digunakan dalam suatu aktivitas bisnis harus
pula memiliki nilai yang sifatnya memberikan kesempatan kepada pemiliknya untuk
dapat menghasilkan produk dari perusahaan Rahasia Dagang. Rahasia Dagang harus
hanya diketahui oleh pemilik di mana fakta-fakta itu digunakan untuk kepentingan
bisnisnya.
60
3.
Rahasia Dagang harus selalu dimasukkan dalam kelompok informasi atau data
yang bersifat rahasia. Dengan demikian, seluruh dokumen yang berkaitan
dengan Rahasia Dagang harus dibubuhi tanda rahasia, dibuat kode-kode
rahasia, disimpan pada lemari yang terkunci, dan karyawan yang tidak
berkepentingan dilarang mengetahui informasi itu dengan membuat tanda
hanya untuk orang tertentu saja. Pihak perusahaan harus membuat sistem
kontrol atas penguinjung atau tamu yang mengunjungi perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, pihak perusahaan perlu mencatat siapa saja yang datang ke
perusahaan.
4.
Pihak perusahaan memuat tanda pengenal bagi semua orang seperti karyawan,
bahkan direktur untuk menghindari masuknya pihak luar ke dalam perusahaan.
5.
Pihak perusahaan harus pula membuat buku masuk bagi siapa saja yang
memasuki departemen pada perusahaan tersebut yang bukan merupakan
tempatnya, ketentuan ini perlu mengingat adanya hubungan antar departemen
dalam perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut A&W Restaurant, untuk menjaga kerahasiaan dari
61
BAB IV
PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN
RAHASIA DAGANG
dengan demikian sifat rahasia yang terkandung dalam Rahasia Dagang sesungguhnya
berada di luar ketentuan pidana.
A. Pelanggaran Rahasia Dagang
Seorang dianggap tidak sah dan melanggar Rahasia Dagang orang lain apabila
ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara-cara yang tidak
layak, seperti wanprestasi (ingkar janji), pencurian, penyadapan, spionase, membujuk
untuk membocorkan Rahasia Dagang melalui penyuapan,paksaan dan lain-lain. Yang
bukan dikatakan pelanggaran tersebut adalah kegiatan rekayasa ulang untuk
mengurangi bagian-bagian suatu produk yang diperoleh secara sah guna dianalisa
untuk mengetahui komposisi, cara pembuatan, cara kerja, bentuk maupun metode
pembuatannya. Praktik seperti ini diakui sah sepanjang digunakan sebagai dasar bagi
pengembangan atau penyempurnaan lebih lanjut atas produk yang bersangkutan.
Sebagai contoh, misalnya kasus Rachmat Hendarto alias Kristoforus dan
Andreas Tan Giok San Alias David Tan yang didakwa telah membocorkan Rahasia
Dagang PT General Food Industri Bandung (GFIB). Dalam persidangan yang digelar
di Pengadilan Negeri Bandung, Jaksa Penuntut Umum menjerat perbuatan kedua
terdakwa dengan pasal 13 jo pasal 17 Undang-Undang RI nomor 30 Tahun 2000
Tentang Rahasia Dagang jo pasal 55 ayat (1) KUH Pidana 62 . Perbuatan kedua
terdakwa dinilai telah merugikan PT GFIB, yang mana keduanya saat masih bekerja
dan terikat sebagai karyawan PT GFIB, telah keluar dan bekerja di perusahaan lain
62
yang bergerak di bidang yang sama, yaitu pengolahan biji cokelat menjadi produk
makanan olahan.
Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja (unsur
kesengajaan):
1.
2.
3.
4.
1.
Pengungkapan
atau
penggunaan
Rahasia
Dagang
didasarkan
pada
dan
b.
delik biasa. Dengan demikian, proses pemeriksaan atau penyidikan tndak pidana
tersebut dapat dilaksanakan apabila ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
Apabila aspek perdata dan pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dikaitkan dengan kegiatan bisnis yang akan
dilakukan pemilik atau pemegang Rahasia Dagang dalam era globalisasi, maka
gugatan perdata ini dapat diajukan oleh pemilik Rahasia Dagang setelah putusan
pidana berkekuatan hukum tetap.
Hal ini dperlukan untuk melindungi pelaku usaha dari tindakan pesaingnya
yang berkaitan dengan Rahasia Dagang yang dimilikinya serta agar mampu
menghadapi persaingan global yang cenderung mempergunakan teknologi canggih
yang berkaitan pula dengan Rahasia Dagang.
Ketentuan tentang Pelanggaran Rahasia Dagang diatur dalam Bab VII Pasal
13, Pasal 14, dan Pasal 15 Undang-Undang Rahasia Dagang. Pasal 13 menyatakan:
"Pelanggaran Rahasia Dagang dapat juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pelanggaran Rahasia Dagang dianggap
telah terjadi jika terdapat seseorang dengan sengaja mengungkapkan informasi atau
mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban (wanprestasi) atas perikatan
yang telah dibuatnya baik tersurat maupun tersirat untuk menjaga Rahasia Dagang
dimaksud.
Seseorang pun dianggap telah melanggar Rahasia Dagang orang lain jika ia
memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kekecualian terhadap ketentuan pelanggaran Rahasia Dagang ini diberikan
terhadap pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang yang didasarkan untuk
kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat di
samping berlaku pula untuk tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari
penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk
kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.
Ketentuan tentang pengecualian terhadap pelanggaran Rahasia Dagang
tersebut seharusnya juga dilengkapi dengan ketentuan yang secara tegas mengatur
tentang pengungkapan Rahasia Dagang oleh seseorang di depan sidang pengadilan
atas perintah hakim. Atas perintah hakim, seseorang yang mengungkapkan Rahasia
Dagang di depan sidang pengadilan seharusnya juga ditetapkan sebagai suatu
kekecualian sehingga yang bersangkutan tidak dianggap telah melakukan
pelanggaran Rahasia Dagang.
Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya sidang pengadilan berkaitan
dengan Rahasia Dagang bersifat tertutup (atas permintaan para pihak yang
bersengketa) juga tidak secara tegas maupun tersirat bermaksud mengatur
pengecualian di atas.
Di Amerika Serikat tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran Rahasia
Dagang antara lain berupa tindakan perolehan Rahasia Dagang secara tidak patut.
Pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain tanpa izin ataupun
pada saat pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang tersebut ia mengetahui
dan patut menduga bahwa informasi itu telah diperoleh secara tidak patut, atau
diperoleh dari pihak yang seharusnya berkewajiban memelihara Rahasia Dagang
itu 63 .
B. Tindak Pidana Pencurian Rahasia Dagang dan Spionase Ekonomi
Dalam UU Rahasia Dagang tidak ada ketentuan yang mengatur tentang tindak
pidana pencurian dan spionase ekonomi berkaitan dengan Rahasia Dagang. Tindaktindak pidana spionase ekonomi merupakan hal yang amat serius bagi negara-negara
maju.
Dalam Rancangan Undang-Undang Rahasia Dagang, spionase ekonomi ini
telah sempat dimasukkan sebagai suatu ketentuan yang perlu diatur. Spionase
ekonomi berkaitan dengan Rahasia Dagang dapat diartikan sebagai suatu pelanggaran
Rahasia Dagang yang sengaja dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan
pemerintah asing dikatagorikan sebagai tindakan spionase ekonomi. Tindakan
spionase ekonomi itu sendiri meliputi tindakan-tindakan sebagai berikut: 64
63
a. mencuri, atau tanpa izin mengambil untuk diri sendiri, membawa, atau
menyembunyikan, atau dengan penipuan, kelicikan, atau dengan cara curang
memperoleh Rahasia Dagang;
b.
65
atas laporan
yang
dipublikasikan,
Patrick
Worthing
menyalahgunakan disket, blueprint dan tipe lain dari informasi riset Rahasia Dagang
industri PPG, di mana ia mencoba menjual ke pihak kompetitor yaitu Owens Corning
pesaing PPG. Biarpun Owens Corning bersiap-siap memenangkan gugatan industri
PPG dan pemerintahan federal. Patrick Worthing dan saudaranya Daniel Worthing
didakwa atau dituntut berdasarkan Undang-undang Spionase Ekonomi, 18 U.S.C.
Pasal 1832 (a)(1), (3) dan (5). Patrick Worthing menjalani hukuman pada 5 Juni 1997
selama 15 bulan setelah didakwa bersalah. Daniel Worthing, yang menurut laporan
diketahui oleh umum, mengenai bentuk atau susunannya, untuk seluruhnya atau sebagian, atau oleh
orang yang tidak wenang mengetahui, ataupun jatuh dalam tangannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun enam bulan atau kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak tiga
ratus rupiah." Pasal 115 KUHP : "Barangsiapa melihat atau membaca surat-surat atau benda-benda
rahasia tersebut dalam untuk seluruhnya atau sebagian, sedangkan diketahui atau selayaknya harus
diduga bahwa benda-benda itu tidak dimaksud untuk diketahui olehnya; begitu pula jika membuat atau
menyuruh buat salinan atau ikhtisar dengan huruf atau bahasa apapun juga; membuat atau menyuruh
buat teraan, gambaran atau tiruan surat-surat atau benda-benda rahasia itu, atau jika tidak menyerahkan
benda-benda itu kepada pejabat kehakiman, kepolisian atau pamong-praja, dalam hal benda-benda itu
jatuh ke tangannya, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun."
Pasal 116 KUHP : "Pemufakatan jahat untuk melakukan kejahatan tersebut dalam Pasal 113 dan 115
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun."
66
R. Mark Halligan, The Economic Spionage Act Of 1996, The Theft Of Trade Secret Is New A
Federal Crime, Hal 1
setuju untuk membantu saudaranya malam sebelumnya untuk memberi uang sebesar
US $100,000, dihukum 5 tahun masa percobaan termasuk 6 bulan tahanan rumah 67 .
C. Peyelesaian Sengketa Pelanggaran Rahasia Dagang
Seorang pelaku usaha yang berkedudukan sebagai pemilik atau pemgang
Rahasia Dagang berusaha mempertahankan Hak Atas Rahasia Dagang
yang
67
Criminal No. 97-9 (W.D. Pa December 7, 1996) Trade Secrets dikutip dari
http://www.google.co.id/search=id&q=kasus+pelanggaran+rahasia+dagang&meta
68
Iman Syahputra Tunggal Dan Heri Herjandono, Aspek-Aspek Hukum Rahasia Dagang, Jakarta,
Harvindo, 2000, Hal 125
tidak
dipublikasikan,
sehingga
dapat
dihindari
Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dapat
langsung dilaksanakan;
f.
j.
4.
1. Karena
seringkali
substansi
yang
diinginkan
untuk
mendapatkan
perlindungan merupakan hal yang tidak dapat diberikan Paten, seperti halnya
daftar pelanggan perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis, dan lain-lain;
2. Mungkin juga hal yang ingin dilindungi sebenarnya memungkinkan untuk
diberi Hak Paten, tetapi inventor memilih bentuk perlindungan Rahasia
Dagang karena berbagai alasan seperti jangka waktu perlindungan yang
tidak terbatas, nilai kerahasiaan yan lebih menjamin, mahalnya biaya di
Kantor Paten dan formalitas pendaftaran yang lebih rumit.
Berdasarkan pertimbangan diatas, pemerintah memuat ketentuan tentang
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yaitu pada Pasal 123 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2000 yang menyatakan selain penyelesaian gugatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut
melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa
Bentuk alternatif penyelesaian sengketa terdiri dari negosiasi, mediasi, dan
lain-lain. Dalam negosiasi, para pihak membahas masalah tersebut dengan cara
tawar-menawar tanpa bantuan pihak ketiga (penengah) untuk mencapai kesepakatan.
Dari literatur hukum diketahui bahwa pada umumnya proses negosiasi merupakan
sutu lembaga alternative penyelesaian sengketa yang bersifat informal, meskipun
adakalnya dilakukan secara formal 70 . Tidak ada suatu kewajiban bagi para pihak
untuk melakukan pertemuan secara langsung pada saat negosiasi dilakukan.
70
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000,
Hal 31.
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa atau berselisih paham dapat
melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak
dengan atau melalui suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan
melepaskan atau memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada
asas timbal balik 71 . Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai tersebut
kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditanda tangani oleh para pihak dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kesepakatan tertulis tersebut menurut ketentuan
pasal 6 ayat 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 wajib didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak pendaftaran.
Selanjutnya oleh karena itu kesepakatan tertulis hasil negosiasi adalah suatu
persetujuan diantara para pihak, maka selayaknya juga jika hasil negosiasi tidak dapat
dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan kata lain alasan
bahwa salah satu pihak telah dirugikan. walaupun demikan masih terbuka
kemungkinan untuk tetap dapat dibatalkan, jika memang dapat dibuktikan telah
terjadi suatu kekhilafan mengenai orangnya atau mengenai pokok sengketa, atau telah
dilakukan penipuan atau paksaan, atau kesepakatan telah diadakan atas dasar suratsurat yang kemudian dinyatakan palsu.
Sedangkan mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa dengan melibatkan
pihak ketiga (penegah) yang disebut mediator. Mediator merupakan pihak yang tidak
memihak, netral, dan mampu menyelesaikan sengketa ini dan memuaskan para pihak.
Jadi mediator ini arus mampu menjembatani dan menerjemahkan kepentingan
71
ibid, Hal 31
ibid, Hal 34
mudah dimengerti, biaya lebih murah, lebih cepat, dan dapat memilik sendiri arbiter
yang ahli di bidangnya untuk menyelesaikan sengketa tersebut, dan keputusannya
bersifat final, tidak mengenal banding ataupun kasasi, serta mengikat.
Selain itu para pihak dapat menghindari kemungkinan terbukanya Rahasia
Dagang tersebut. Kelebihan-kelebihan inilah yang mendorong para pihak untuk
membuat klausula cara penyelesaian sengketa Rahasia Dagang melalui Arbitrase atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa di dalam perjanjian penggunaan Rahasia Dagang.
Dalam Undang-Undang Rahasia Dagang disebutkan mekanisme penyelesaian
sengketa yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
(1)
(2)
sengketa
di
bidang
Rahasia
Dagang
dapat
diajukan
73
Pasal 631-640 R.V yang telah diubah dengan pasal 6 ayat 7 jo pasal 60 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
2.
ini tidak hanya data dan informasi yang termasuk katagori Rahasia
Dagang, tetapi juga mencakup tentang pengalaman teknik berkenaan
dengan proses pengolahan, bahan-bahan, tata cara pengoperasian,
pengendalian mutu, dan informasi mengenai formula yang memiliki
nilai komersial tinggi
b. Membuat Perjanjian Kerja Antara Pihak Perusahaan Dengan
Karyawan Perjanjian kerja ini disebut dengan Employment Agreement
and Confidentiality Agreement. Dalam perjanjian kerja tersebut harus
diatur dengan tegas bahwa karyawan tidak boleh mengungkapkan
Rahasia Dagang perusahaan diluar tugasnya, seperti jika berhubungan
dengan pihak lain yang tidak terikat dalam perjanjian, bahkan dalam
kegiatan seminar atau pameran yang diselenggarkan perusahaan.
Klausula ini disebut dengan Non-Disclosure of Confidential
information.
c. Rahasia Dagang harus selalu dimasukkan dalam kelompok informasi
atau data yang bersifat rahasia. Dengan demikian, seluruh dokumen
yang berkaitan dengan Rahasia Dagang harus dibubuhi tanda
rahasia, dibuat kode-kode rahasia, disimpan pada lemari yang
terkunci,
dan
karyawan
Pihak perusahaan harus pula membuat buku masuk bagi siapa saja
yang memasuki departemen pada perusahaan tersebut yang bukan
merupakan tempatnya, ketentuan ini perlu mengingat adanya
hubungan antar departemen dalam perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Bambang Kesewo, Beberapa Ketentuan Dalam Persetujuan TRIPs, Jakarta,
Departemen Perdagangan RI, 1994.
______________, Pengantar Umum Mengenai HAKI Di Indonesia, Departemen
Perdagangan RI, 1994.
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Penelitian Tentang Masalah Hukum Rahasia
Dagang, Jakarta, Departemen Kehakiman, 1997.
Badrulzaman, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, cetakan I, Bandung, PT
Citra Aditya Bakti, 2001.
Bainbrige, I David, Komputer Dan Hukum, Cetakan I, Jakarta, PT. Sinar Grafika,
1993.
Black, Henry Campbell, Blacks Law Dictionary, St, Paul, Minn, West Publishing
Co, USA, 1991.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 1990.
Departemen Kehakiman R.I, Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten, Dan Merek, Buku
Panduan Di Bidang Paten, 1997
Gautama, Sudargo, Hukum Merek Indonesia, Bandung; PT Citra Aditya Bakti, 1990.
_______________, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.
_______________, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Bina
Cipta, Bandung, 1982.
Gembiro, Ita, Hukum Milik Intelektual, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
1991.
Kansil, Nico, Pengantar Umum Mengenai Hak Cipta, Paten, Dan Merek, Yan Apul,
1994
Miljani, Halida Dampak GATT/Putaran Uruguay Bagi Dunia Usaha, Departemen
Perdagangan RI, 1994.
M. S, Soedewi Sri, Hukum Benda, Yogyakarta, Seksi Hukum Perdata Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada, 1980.
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 1994.
Saidin, H.O.K, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta; Raja Grafindo
Persada, 2004.
Tunggal, Iman Syahputra Dan Herjandono, Heri, Aspek-Aspek Hukum Rahasia
Dagang (Trade secrets), Jakarta, Harvarindo, 2000.
Widjaja, Gunawan, Pemilik Rahasia Dagang Dan Pemegang Rahasia Dagang,
Business News, 2001.
_______________, Seri hukum Bisnis Rahasia Dagang, Jakarta, Raja Grafindo,
2001.
Usman, Rachmadi, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan Dan
Dimensi Hukumnya Di Indonesia, Bandung; Alumni, 2003.
Winata, Rizwanto Dan Gautama Sudargo, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
______________________________________, Konvensi-Konvensi Hak Milik
Intelektual Baru Untuk Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
______________________________________,
Pembaharuan Undang-Undang
Paten, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.
Wiranta, I Made, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Penerbit
Andi, Yogyakarta; 2006
B. UNDANG-UNDANG
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
Trade Related Aspects Of Intelectual Property (TRIPs)
C. MAKALAH, DISERTASI DAN JURNAL HUKUM
Guilarmo, Cabanellas & Massaguer jose, Know-How Agreements and EEC
Competition Law,IIC Studies,Vol 12
Kamelo, Tan, Perkembangan Lembaga Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan
Dan Perjanjian Di Sumatera Utara, Medan; PPs-USU