D.2015-1110070000136-S1-Bab 1
D.2015-1110070000136-S1-Bab 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian.
dan hinaan dengan mengakses teknologi, baik melalui internet maupun pesan
singkat dengan telpon genggam. Hal ini disebut cyberbullying. Bentuk dari
bullying yang dilakukan di dunia maya ini memiliki pemain yang jauh lebih
luas yang dapat melibatkan semua kalangan, baik dari pelajar sekolah dasar,
menengah, mahasiswa, bahkan kaum pekerja.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 82 juta orang
dan capaian Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Dari jumlah pengguna
internet tersebut, 80% di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Untuk
pengguna facebook, Indonesia di peringkat ke-4 terbesar dunia. Dari angka
tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.
Sedangkan, berdasarkan data Asia Pacific Digital Marketing Year Book 2012 lalu,
jumlah pengguna Facebook di Indonesia sudah mencapai lebih dari 40 juta. Dari
jumlah itu, sebanyak 59% pengguna dari kalangan remaja usia 13-18 tahun, atau
41% pengguna berusia 18-24 tahun. Dengan menggunakan data statistik di atas,
tentu saja kelompok usia tersebut sangat rentan pada masalah penyimpangan
perilaku di media sosial ketimbang orang dewasa. Anak-anak yang menggunakan
akses tersebut dapat melakukan apa saja di jejaring sosial. Bahkan tanpa disadari
apa yang mereka lakukan saat bersosial media, bisa mengarah terjadinya
cyberbullying.
Menurut survei global yang dilakukan The Health Behavior in SchoolAged Children (HBSC) (Kaman, 2013), Indonesia merupakan negara dengan
kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Kasus bullying di
Alasan lain yang membuat lebih banyak lagi pelaku cyberbullying karena
pelaku dapat menyembunyikaan identitas atau anonimitas (Heirman & Walrave,
2008). Penyamaraan atau penyembunyian identitas sebenernya membuat pelaku
cyberbullying merasa tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya,
sehingga mudah terlibat dalam permusuhan dan perilaku agresif. Menurut
Pellegrini (dalam Dilmac, 2009), menyebutkan pelaku bullying memiliki
emosional tinggi dan kontrol diri rendah, namun hingga saat ini, belum ada jurnal
atau penelitian yang menyebutkan secara jelas bahwa tipe kepribadian tertentu
menentukan kecenderungan seseorang untuk menjadi pelaku ataupun korban
cyberbullying. Sedangkan pada penelitian remaja di Singapura dan Malaysia
ditemukan agresivitas sebagai mediator dari perilaku cyberbullying (Ang, Tan, &
Mansor, 2011). Dalam penelitian tersebut, remaja pelaku cyberbullying cenderung
memiliki sikap agresivitas yang tinggi yang salah satu faktor pemicunya
rendahnya self-control.
Dari
data-data
menyimpulkan
bahwa
dan
beberapa
perilaku
hasil
penelitian
cyberbullying
pada
di
atas,
remaja
peneliti
merupakan
10
pesan singkat, gambar atau video dalam sebuah chat room, atau melalui
media sosial.
2. Empati adalah merujuk pada kesadaran individu untuk dapat berpikir,
merasakan, dan mengerti keadaan orang lain dilihat dari perspektif orang
tersebut, sehingga individu tahu dan benar-benar dapat merasakan apa
yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang tersebut.
3. Adapun yang dimaksud self-control adalah kemampuan seseorang dalam
mengelola stimulus dari luar dirinya untuk menentukan tindakan yang
sesuai dengan yang diyakini, dibagi berdasarkan pada aspek behavior
control, cognitive control, dan decisional control (Averill, 1973).
4. Yang dimaksud dengan Self-esteem adalah sikap individual, baik positif
atau negatif terhadap dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
5. Subjek penelitian siswa SMAN 64 Jakarta
1.2.2 Perumusan Masalah
Setelah melalui tahap identifikasi masalah dan tahap seleksi masalah, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh empati, self-control, dan self-esteem terhadap
terhadap perilaku cyberbullying pada siswa SMAN 64 Jakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh perspective taking dari variabel empati
terhadap perilaku cyberbullying pada siswa SMAN 64 Jakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh fantasy dari variabel empati terhadap perilaku
cyberbullying pada siswa SMAN 64 Jakarta?
11
1.3
1.3.1
12
1.3.2
Manfaat penelitian ini dilihat dari segi teoritis dan praktis sebagai
berikut:
13
penelitian,
definisi
operasional
variabel
penelitian,
instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk dan hasilnya, teknik analisis data dan
prosedur penelitian.
Bab 4. Hasil Penelitian
Pada bab ini, penulis menguraikan gambaran subjek penelitian, deskripsi data,
analisis data dan hasil uji hipotesis. Deskripsi data dilengkapi dengan tabel-tabel.
Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Dalam bagian ini memuat kesimpulan, diskusi dan saran