Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEKULARISME
A.
ISTILAH
SEKULER,
SEKULARISASI
DAN
Sekuler
Secara leksikologis, kata secular berasal dari bahasa Inggris yang bererti; yang
bersifat duniawi, fana, temporal, yang tidak bersifat spiritual, abadi dan sacral,
kehidupan diluar biara dan sebagainya (M. Solihin, 2007:244-245). Sedangkan
istilah sekuler yang berasal dari kata latin saeculum mempunyai erti ganda, ruang
dan waktu. Ruang menunjuk pada pengertian duniawi, sedangkan waktu
menunjuk pada pengertian sekarang atau zaman kini. Jadi kata saeculum bererti
masa kini atau zaman kini. Dan masa kini atau zaman kini menunjuk pada
peristiwa didunia ini, atau juga bererti peristiwa masa kini (Al-Attas, 1981:18-19).
Atau boleh dikatakan bahwa makna sekuler lebih ditekankan pada waktu atau
periode tertentu di dunia yang dipandang sebagai suatu proses sejarah.
Konotasi ruang dan waktu (spatio-temporal) dalam konsep sekuler ini
secara historis telah lahir di dalam sejarah Kristian Barat. Di Barat pada Abad
Pertengahan, telah terjadi langkah-langkah pemisahan antara hal yang
menyangkut masalah agama dan non agama (bidang sekuler). Dalam
perkembangannya, pengertian sekuler pada abad ke-19 diertikan bahawa
kekuasaan Gereja tidak berhak campur tangan dalam bidang politik, ekonomi, dan
ilmu pengetahuan. Pada waktu itu sudah ada yang menentang sekularisasi,
misalnya Robertson dari Brighton, yang pada tahun 1863 mengatakan,kita
mengecap suatu bidang kehidupan sebagai sekuler, dan kemudian agama menjadi
hal yang kabur dan tidak real. (Faisal Ismail, 1984:10).
B.
Sekularisasi
Sekularisme
Istilah sekularisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh George
Jacub Holyoake yang menyatakan bahwa schularism is an ethical system pounded
on the principle of natural morality and in independent of reveald religion or
supernaturalism. (Sekularisme adalah suatu sistem etika yang didasarkan pada
prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama-wahyu atau supernaturalisme).
Jika sekularisasi menunjuk kepada suatu proses yang terjadi dalam pikiran
orang seorang dalam kehidupan masyarakat dan negara maka sekularisme
menunjuk kepada suatu aliran, paham, pandangan hidup, sistem atau sejenisnya
yang dianut oleh individu atau masyarakat. H.M. Rasjidi mendefinisikan
sekularisme sebagai berikut, Sekularisme adalah nama sistem etika plus filsafat
yang bertujuan memberi interpretasi atau pengertian terhadap kehidupan manusia
tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci dan hari kemudian. (H.M. Rasjidi,
1997:15)
Dalam kamus Al-Mujam Ad-Dauliy Ats-Tsalits Al-Jadid menjelaskan kata
secularism sebagai berikut:
Sebuah orientasi dalam kehidupan atau dalam urusan apapun secara khusus, yang
berdiri diatas prinsip bahwa sesungguhnya agama atau istilah-istilah agama itu,
wajib untuk tidak intervensi ke dalam pemerintahan. Dengan kata lain, sebuah
orientasi yang membuang jauh-jauh makna dari istilah tersebut. Akhirnya, muncul
pengertian seperti ini: hanya politik non agamais (Atheis) yang ada di dalam
pemerintahan, yaitu sebuah sistem sosial dalam membentuk akhlak, dan sebagai
pencetus atas pemikiran wajibnya menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupan
modern dan dalam lingkup masyarakat sosial tanpa harus memandang agama.
(Al-Qardhawi, 2006:67)
TOKOH SEKULARISME DAN LATAR BELAKANG MUNCULNYA
SEKULARISME
A.
Tokoh Sekularisme
1. Yang mendorong terjadinya sekularisme pada abad ke-17 dan ke-18 adalah
perebutan kekuasaan antara negara dan Gereja. Karena itu, pemisahan
antara kedua kekuasaan itu adalah penanggulangan perselisihan baik
secara legal atau filosofis.
2. Yang mendorong sekularisme abad ke-19 adalah pembentukan kekuasaan.
Karena itu, pengertian sekularisme tidak sama dengan paham pemisahan
antara Gereja dan negara, akan tetapi semacam penghapusan paham
dualisme dengan penghancuran agama sebagai awal mula untuk mencapai
kekuasaan tersendiri, yaitu kelompok Buruh atau sosial atau negara
atau partai.
3. Penelitian terhadap alam dan kemajuan ilmu pengetahuan telah
memberanikan kaum intelek sekuler untuk keluar dari wasiat atau dogma
Gereja. (Pradoyo, 1997:37)
Sedangkan Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan, bahwa sebab-sebab
kemunculan sekularisme di dunia Barat Masehi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: faktor agama, pemikiran, psikologi, sejarah dan realitas kehidupan
empiris.
1. Masehi menerima dikotomi kehidupan antara Tuhan dan Kaisar
Sesungguhnya didalam agama Masehi terdapat dalil-dalil yang
mendukung ajaran sekularisme, atau pemisahan agama dan negara,
ataupun antara pemerintahan spiritual dan pemerintahan dunia. Masehi
mengakui dualisme kehidupan ini, ia membagi kehidupan itu menjadi dua
bagian. Pertama, kehidupan untuk Kaisar dari satu pihak, yang tunduk
kepada pemerintahan duniawi, atau pemerintahan negara. Kedua,
kehidupan untuk Tuhan dari pihak lain, yang tunduk kepada kekuasaan
spritual, yaitu berada dibawah pemerintahan Gereja.
Pembagian ini tergambar dengan jelas dalam perkataan Al-Masih
a.s. seperti yang diriwayatkan oleh Injil: berikanlah Kaisar apa yang
menjadi haknya, dan berikan pula kepada Tuhan apa yang menjadi
haknya.
2. Masehi tidak memiliki perundang-undangan bagai masalah kehidupan.
Dari sisi lain, Masehi tidak memiliki perundang-undangan
tersendiri bagi masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan, yaitu
perundang-undangan yang berfungsi untuk memantapkan berbagai bentuk
interaksi di dalam kehidupan, mengatur hubungan yang ada didalamnya,
dan meletakan dasar-dasar standar tertentu yang adil untuk segala aktivitas
dalam kehidupan. Agama Masehi hanya memiliki konsep spiritual dan
akhlak, yang dimuat didalam nasehat-nasehat Injil dan dalam perkataanperkataan Al-Masih.
3. Kekuasaan Agama Masehi
Bagi sekularisme, apabila ia memisahkan agama Masehi dari negaranya
atau memisahkan negaranya dari agamanya, pada dasarnya ia tidak
menghilangkan agamanya dan tidak pula mengisolasi kekuasaannya.
Sebab, agamanya memiliki kekuasaan tersendiri yang tegak berdiri. Ia
mempunyai kekuatan, kedudukan, finansial, dan tokoh-tokoh agama.
Dengan demikian terdapat dua kekuasaan didalam Masehi, yaitu
kekuasaan agama, yang dijalankan oleh pendeta dan tokoh Akliurus, dan
juga kekuasaan duniawi, yang dijalankan oleh raja maupun presiden serta
para tokoh dan pembantu-pembantu pemerintahan.
4. Sejarah Gereja
Sesungguhnya sejarah hubungan gereja dengan ilmu, pemikiran
dan kebebasan adalah sebuah sejarah yang menakutkan. Gereja pernah
berada dalam kebodohan yang memusuh ilmu pengetahuan, ia juga pernah
bergelut dengan khurafat sehingga menentang pemikiran, juga pernah
bertindak sewenang-wenang dan menentang kebebasan, pernah
berkonspirasi dengan kaum feodalistik menentang rakyat sehingga rakyat
pun bangkit melakukakan revolusi terhadapnya. Mereka menuntut
kebebasan dari para petinggi pemerintahan secara langsung, dan mereka
pun menganggap bahwa pengisolasian agama dari negara adalah sebuah
upaya bagi rakyat di dalam menentang keterkungkungan mereka. (AlQardhawi, 2006:69-75)
C. Periodisasi Sekularisme
Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai perkembangan
permasalahan tentang sekularisasi dalam kerangka pemikiran kefilsafatan di
Eropa, secara garis besar Muhammad Al-Bahy membagi dua periode
sekularisme.
a. Periode pertama, periode sekularisme moderat yaitu antara abad ke-17
dan ke-18
b. Periode kedua, periode sekularisme ekstrem, yaitu yang berkembang
pada abad ke-19
c. Periode sekularisme moderat, Pada periode sekularisme moderat, agama
dianggap sebagai masalah individu yang tidak ada hubungannya dengan
D. Ajaran Sekularisme
Istilah sekularisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh
George Jacub Holyoake yang menyatakan bahwa schularism is an ethical system
pounded on the principle of natural morality and in independent of reveald
religion or supernaturalism (M. Solihin, 2007:246). (Sekularisme adalah suatu
sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agamawahyu atau supernaturalisme). Mula-mula gerakan ini dirancang untuk memusuhi
kekuasaan yang mutlak dari gereja. Tapi dalam perkembangannya gerakan ini
juga memusuhi agama-agama apapun, baik yang mendukung ilmu pengetahuan
ataupun yang memusuhinya.(WAMY, 1995:285).
Dalam perkembangan selanjutnya, sekularisme memiliki beberapa paham
atau ajaran yang terus berkembang sampai sekarang. Bahkan sejumlah negara
secara berani dan transparan mendeklarasikan dirinya sebagai sebuah negara
sekuler. Dalam sistem pemerintahannya, ia menyusun undang-undang yang
mewajibkan seluruh masyarakatnya menghilangkan simbol-simbol keagamaan
karena hal ini dianggap sebagai pemicu pertentangan antar umat beragama.
Berikut ini dijelaskan mengenai beberapa paham/ajaran sekularisme, yaitu:
1. Paham Sekuler tentang Etika
Sebagai suatu sistem etika yang didasarkan atas prinsip-prinsip
moralitas alamiah dan bebas dari agama wahyu atau supranatural, pandangan
sekularisme harus didasarkan atas kebenaran ilmiah, kebenaran yang bersifat
sekuler, tanpa ada kaitannya dengan agama atau metafisika. Sekularisme lahir
disaat pertentangan antara ilmu (sains) dan agama sangat tajam (agama
Kristian). Ilmu tampil dengan independensinya yang mutlak, sehingga
bersifat sekuler.
lain. Pendek kata tidak ada perkara yang dibiarkan melainkan Islam
merangkumnya.
Al-Quran sendiri telah menggariskan beberapa dasar umum untuk umat
Islam dalam memandu kehidupan mereka. Sebagai contoh dalam bidang
akidah (lihat surah Ali Imran ayat 19), bidang ibadat (lihat surah Al Baqarah
ayat 43), bidang sosial (lihat surah Al-Baqarah ayat 188), bidang politik (lihat
surah Saba ayat 15), bidang undang-undang pepemerintahan (lihat surah AlNisa ayat 59) dan juga bidang-bidang yang lain.1
Islam menghadapi sekularisme dengan universalitasnya yang mencakup
seluruh aspek kehidupan: materi dan spritual, individu dan masyarakat,
sementara sekularisme tidak menerima universalitas ini, sehingga tidak ayal
lagi terjadilah benturan antara keduanya. Agama Nashrani kadang-kadang
menerima pendikotonomian kehidupan dan manusia kedalam dua arah, yaitu
agama dan negara, atau dalam penjelasan Injil dikatakan seperti ini: Arah bagi
Tuhan dan arah bagi kaisar, maka berikanlah kaisar apa yang menjadi
bagiannya, dan berikan pula kepada Tuhan apa yang menjadi bagiannya.
Sementara Islam, ia memandang kehidupan sebagai sebuah kesatuan
yang tidak terpisah-pisahkan, dan memandang manusia sebagai sebuah
bangunan yang tidak terkotak-kotakan. Islam berpandangan bahwa
sesungguhnya Allah adalah Tuhan bagi seluruh kehidupan dan bagi segenap
umat Islam. Oleh karena itu, Islam tidak menerima kaisar sebagai sekutu Allah.
Apa dan siapapun yang ada di langit dan di bumi, semuanya milik Allah.
Kaisar tidak memiliki apapun. Semuanya milik Allah. Jadi Kaisar tidak boleh
menguasai sebagian dari kehidupan lantas membawanya jauh dari petunjuk
Allah.
Sesungguhnya, Islam hanya ingin mengarahkan seluruh kehidupan
dengan hukum dan ajaran-ajarannya, serta mewarnainya dengan warnanya,
yaitu dengan ajaran Allah. Islam ingin memenuhi kehidupan itu dengan
jiwanya yang suci, yaitu jiwa, akhlak dan humanisme yang berpedoman kepada
ajaran Tuhan. (Al-Qardhawi, 2006:126-127).
Konsep sekularis bagaimanapun menghalangi pergerakan umat
Islam dengan segenap kemampuannya. Sebab, ia adalah asing bagi umat Islam,
masuk kedalam tubuh umat Islam, namun tidak mampu menggerakannya dari
dalam. Contoh nyata mengenai negara Islam yang diperintah oleh sekularisme,
1 Dinukil dari situs http://www.voaislam.com/trivia/liberalism/2010/01/07/2471/hakikat-sekularisme-dan-bahayanya/
pada tanggal 05-12-2012 jam 21.48
BIBILIOGRAFI
Ahmad Dzakirin. 2012. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisa Strategi Dan
Kebijakkan AKP Turki Memenangkan Pemilu. Solo. PT Era Adicitra Intermedia.
Al-Attas, S.M.A., 1981, Islam dan Sekularisme, diterjemahkan oleh: Karsidjo
Djodjosuwarno, Peneribit Pustaka, Bandung.
Al-Qardhawi, Yusof. 1997, Islam dan Sekularisme, diterjemahkan oleh: Amirullah
Kandu, Lc, CV. Pustaka Setia, Bandung.
A.P Padhi & K.V. Rao. 1984. Socialism Secularism And Democracy In India.
Delhi. New Literature.
Irwan bin Mohd Subri, 2010, Hakikat sekularisme dan Bahayanya,
http://www.voa-islam.com/trivia/liberalism/2010/01/07/2471/hakikat sekularisme
- dan - bahayanya/, diakses tanggal 05-12-2010
Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY, 1995, Gerakan Keagamaan dan
Pemikiran, diterjemahkan oleh: A. Najiyulloh, Al-Ishlahy Press, Jakarta.
Nurulllah Ardic. 2012. Islam And The Politics Of Secularism: The Caliphate And
Middle Eastern Modernization In The Early 20th Century.
Pardoyo, 1993, Sekularisasi dalam Polemik, Pustaka Utama Grafitti, Jakarta.
Praja, J. S., 2010, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Kencana, Jakarta.
Rasjidi, H.M., 1997, Koreksi terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang
Sekularisme, Bulan Bintang, Jakarta.
Ronald Inglehart & Pippa Norris. 2011. Sacred And Secular: Religion And
Politics Worldwide. Cambridge. Cambridge University Press.
Solihin, M., 2007, Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga
Modern, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Sujata Raghuvansh. 2004. Education And Secularism: Concept And Practice.
New Delhi. Kilaso Books.