Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. S-O-R Thoery
Teori ini sebagai singkatan dari stimulus-organisem-repon, ini semula berasal dari psikologi.
Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dan
psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama. Menurut stimulus respon ini, efek yang di
timbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
3. S-M-C-R Model
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Sourc yang berarti
sumber atau komunikator, M singkatan dari Massage yang berarti pesan, C singkatan dari
Cannel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti
penerima atau komunikan. Jadi komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan
satu media saja. Misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang komunikator,
misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media, media primer dan media
skunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.
Teori Matematika ini dibuat seringkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori
komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Klaude
E. Shannon dan Warren Weaver. Adalah Shannon yang pada tahun 1948 mengatakan teori
matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication). Yang kemudian
bersama Warren pada tahun 2949 diterapkan pada proses komunikasi manusia. Sejak itulah
istilah komunikasi dipergunakan dalam pengertian amat luas yang mencangkup semua prosedur
dimana pikiran seseorng mempengaruhi pikiran orang lain,
Shannon dan Weaver membedakan Source dengan transmitter dan antara receiver dengan
distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengirim dan pada sisi penerimaan.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukan fungsinya yang hamper sama digambarkannya dua
pihak berperilaku sama, yaitu encoding atau menjadi, decoding menjadi balik dan interpreting
atau menafsirkan.
6. Model Helical Dance
Model komunikasi ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkural dari Osgood
dan Schramm. Yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukan perhatian
kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini
akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang dating menyusul Dance menggarisbawahi
sifat dinamik dari komunikasi.
Dalam percakapan misalnya, bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka yang
terlibat. Para actor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi mengenai topic termasa,
tentang pandangan orang lain, pengetahuan dan sebagainya.
7. Model Abx Newcomb
Model ini menyaatkan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling
bergantung, dan kegiatannya membentuk suatu system yang meliputi 4 orientasi.
a) Orientasi A terhadap X termasuk sikap baik terhadap x sebagai object untuk didekati atau
dihindarkan maupun dihindarkan maupun terhadapa cirri-ciri kognitif.
b) Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang benar-benar sama (untuk tujuan menghindarkn
istilah-istilah yang membingungkan, Newcomb menyebutnya antraksi yang positif dan negative
terhdap A atau C sebagai orang-orang dengan sikap-sikap yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan terhadap X).
c) Orientasi B terhadap X
d) Orientasi B terhadap A
8. TeoriDisonasiKognitif
Istilah disonasi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini berarti
ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri
seseorang. Orang yang mengalami disonasi akan beupaya mencari dalih untuk mengurangi
disonasinya itu.
9. Teori Inokulasi
Teori ini yang pada mulanya ditampilkan oleh McGuire ini mengambil analogi dari peristiwa
medis. Orang. Yang secara fisik tidak siap untuk menahan penyakit infeksi, seperti cacar dan
polio, memerlukan inokulasi (suntikan) vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan
tubuhnya supaya dapat melawan penyakit tersebut.
Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau
tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka dia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau
dibujuk, oleh karena iatidak siap untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk, suatu
cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah menyuntiknya dengan
argumentasi balasan.
Teori inokulasi menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk dengan counter
argument daripada membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan.
4. Social Exchange
Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam sesuatu hubungan, di mana hubungan
itu memengaruhi kontribusi orang lain, thibut dan kelley, (Sendjaja, 2002: 2.43) pencetus teori
ini, mengemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungan dengan orang lain dengan
mempertimbangkan konsekuesinya, khususnya terhadap ganjaran yang di peroleh dan upaya
yang telah di lakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut atau
pergi meninggalkanya .
5. Aprehensi Komunikasi
McCroskey menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia karena
pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa faktor-faktor lingkungan
rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anakorang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa
lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya "
Penyebab aprehensi komunikasi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori :
a) Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu
aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
Cth: Saat kegiatan di luar kota, kita sibuk berbelanja& jalan-jalan sebelum
kegiatan hari H. Alhasil pada hari H kita sudah terlalu kecapaian dan tidak fokus
b) Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak
nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab
aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir
tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan.
Cth : Kita akan bertemu dengan seorang dosen untuk meminta ujian susulan
karena pada saat ujian kita sakit. Kita terlebih dahulu memikirkan situasi
menyeramkan yang akan berlangsung dalam komunikasi tersebut.
dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi),
dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari
dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari
dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil
dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek,
namun seringkali memakan waktu lama.
8. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses
stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup
menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan
menentukan pendapat umum.
9. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
`
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori
uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value
theory
(teori
pengharapan
nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap
Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada
Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa
situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur,
Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms.
Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak
realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
10. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini
adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media,
maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat
kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap
dan pendapat.
11.
Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi
massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena
televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan
jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan
sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif
koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal
kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya.
Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan
keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi
sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola
berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama
dari lingkungan simbolis umum.
Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya
dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol
dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan
media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan simbolik kita, dengan cara
menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia
lainnya (McQuail, 1996 : 254)
* Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
* Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
yang bersifat pribadi kepada orang lain. Teori ini mendorong sifat keterbukaan. Pemahaman
Komunikasi Antar Pribadi terjadi melalui: Self-disclosure (pengungkapan diri), Feedback
(umpan balik), dan Sensitivitas untuk mengenal orang lain.
Sedangkan ketidakpuasan dalam hubungan diawali oleh: Ketidakjujuran, Kurangnya
kesamaan antara tindakan seseorang dengan perasaannya, Miskin feedback; dan pengungkapan
diri yang ditahan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, adalah curhat dengan teman dekat.1
c) Teori Penetrasi Sosial
Teori ini menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual)
dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu
fungsi
dari
dampak
saat
ini
maupun
dampak
masa
depannya..
Teori ini menyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure
berlangsung. Artinya, orang-orang yang melakukan interaksi ini mengaplikasikan teori self
disclosure. Pada dasarnya, konsep penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan relasi itu
berkembang, gagal untuk berkembang atau berhenti. Seperti bawang merah, kita mengupas dari
bagian terluar hingga terdalam.
Contoh, kedekatan seorang sahabat, laki-laki dan perempuan. Teori penetrasi sosial
menjelaskan kedekatan itu berkembang, jika hubungan dua sahabat ini berkembang dari teman
menjadi pasangan kekasih. Namun jika tidak berkembang, tetap menjadi teman, berarti teori
penetrasi sosial menjelaskan kedekatan itu tidak berkembang. Dan jika pertemanan itu menjadi
musuh karena suatu hal, karena tidak adanya self disclosure, maka teori penetrasi sosial
menjelaskan bahwa hubungan itu akan berhenti.
d) Teori Pengurangan Ketidakpastian
Uncertainty reduction theory atau teori pengurangan ketidakpastian, terkadang juga
disebut initial interaction theory. Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese
1
pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam mengkonstruksikan teori ini adalah untuk menjelaskan
bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang
terikat dalam percakapan mereka bersama.2
Teori ini menjelaskan, interaksi
Dari perspektif dialektika relasional, ikatan terjadi dalam saling ketergantungan dengan
yang lain dan kemerdekaan dari lainnya. Tanpa salah satu dari itu, hubungan bisa berkurang
intensitasnya.
Dialektikal Internal (personal): ketegangan/ kontradiksi yang muncul dari dan
dibangun oleh komunikasi dan ada 3 kontradiksi dalam hal ini:
1.
Keterkaitan dan Keterpisahan
2.
Kepastian dan Ketidakpastian
3.
Keterbukaan dan Ketertutupan
f) Teori Penilaian Sosial
Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal,
pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual
yang membawa pada polarisasi ide. Sedangkan asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang
bertentangan.Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya
pada wilayah penerimaan.
Teori ini menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan pandangan
pendengaranya maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada
dalam wilayah penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang tinggi menunjukan luasnya
wilayah penolakan.
Contoh, dengan komunikasi antar pribadi, seseorang dapat menilai sikap orang lain
melaui interaksi yang terjadi. 4
1. lima teori dalam teori komunikasi antar pribadi yaitu sebagai berikut :
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi. Menurut Mead,
orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi
tertentu.
Sedangkan simbol adalah representasi dari sebuah fenomena, dimana simbol
sebelumnya sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan
untuk mencapai sebuah kesamaan makna bersama.
Ralph Larossa dan Donald C.Reitzes mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah sebuah
kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan orang lainnya
menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya membentuk perilaku manusia.
4
Merujuk pada pendapat Mead Self (diri) adalah proses mengkombinasikan I dan Me
yaitu :
I adalah kekuatan spontan yang tidak dapat diprediksi. Ini adalah bagian dari diri
yang tidak terorganisir.
ME adalah tidak pernah dilahirkan. Me hanya dapat dibentuk melalui interaksi
simbolik yang terus menerus mulai dari keluarga, teman bermain, sekolah dan
seterusnya.
2. Teori Groupthink
Teori pemikiran kelompok (Groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis.
Melalui karya Victim Of Groupthink : A Psychological Study Of Foreign Decisions
and Fiascoes (1972), Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan
suatu mode berfikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu), ketika usahausaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata
Faktor Anteseden
Hal-hal yang mendahului ditujukkan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka
keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal-hal
yang mendahului ditujukkan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang
akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran
kelompok, dari pada yang menggunakan sistem suara terbanyak.
aktor yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang secara refleksif mengontrol
aktivitas mereka. Moralitas, interpretasi, dan kekuasaan selalu dikombinasikan
dalam setiap tindakan kelompok. Konstribusi tiga elemen tindakan tersebut sangat
menarik sebagai awal bagi kita memahami proses yang dilalui oleh kelompok saat
mereka membuat suatu keputusan.
dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Mengapa media
bisa melakukan penyettingan agenda?
2 tingkatan penyusunan agenda:
a.Penentuan isu-isu umum yang dianggap penting.
b.Menentukan bagian atau aspek dari isu-isu tersebut yang dianggap penting.
Ada 3 aspek terkait agenda setting:
1.Prioritas isu-isu yang akan dibahas dalam media atau agenda media,harus diatur.
2.Agenda media memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang masyarakat pikirkan,
menciptakan agenda masyarakat.
3.Agenda masyarakat memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang para pembuat kebijakan
anggap penting disebut agenda kebijakan.
Teori-teori Organisasi
1.
menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga
pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah.
Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada
pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan
konsep planning, organizing, command, coordination, dan control yang menjadi
landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip
yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola
organisasi.
Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum,
pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah, ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja,
inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS
yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley.
Menurut James D. Mooney terdapat empat prinsip dasar untuk merancang
organisasi, yaitu :
a. Koordinasi, yang meliputi wewenang, saling melayani, serta perumusan tujuan dan
disiplin.
b. Prinsip skalar, meliputi prinsip, prospek, dan pengaruh sendiri, tercermin dari
kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.
c. Prinsip fungsional, yaitu funsionalisme tugas yang berbeda.
d. Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu
telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari teori-teori organisasi
modern.
2. Teori Informasi Organisasi
Teori Komunikasi Organisasi dikemukakan oleh Karl Weick (1995). Karl Weick
mengembangkan sebuah pendekatan untuk menggambarkan proses dimana organisasi
mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang mereka terima.
Fokus utama penelitian Weick adalah pada pertukaran informasi yang terjadi
dalam organisasi dan bagaimana anggota mengambil langkah untuk memahami hal ini.
Weick percaya bahwa orgaanisasi berbicara pada dirinya sendiri. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah anggota-anggota organisasi adalah penting dalam penciptaan
dan pemeliharaan makna pesan.
Weick melihat organisasi sebagai sebuah sistem yang mengambil sebuah
informasi yang membingungkan atau ambigu dari lingkungannya dan membuat informasi
tersebut menjadi masuk akal. Oleh karenanya, menurut Teori Informasi Organisasi,
organisasi akan berevolusi selama mereka masih berusaha untuk memahami diri mereka
dan lingkungannya.
Weick pertama kali memperkenalkan pendekatan teoritis yang menjelaskan
bagaimana organisasi memahami dan menggunakan informasi dalam bukunya The Social
Psyhology Organizing (1969). Ia kemudian memperbarui teorinya untuk
mengklarifikasikan
kebingungan
yang
mungkin
muncul
(1995).
Teorinya berfokus pada proses yang dilalui organisasi dalam usaha untuk memahami
semua informasi yang membombardir mereka tiap harinya. Weick mengatakan,
organisasi dan lingkungan mereka berubah begitu cepatnya sehingga sangat tidak
realistis untuk menunjukkan seperti apa mereka saat ini, karena mereka tidak akan tetap
seperti itu nantinya.(1969).
Fokus dari teori organisasi adalah pengkomunikasian informasi yang penting bagi
suksesnya sebuah oraginsasi. Sangat jarang bahwa seseorang atau satu departemen dalam
sebuah organisasi mempunyai semua informasi penting untuk menyelesaikan suatu
proyek. Tugas pemrosesan informasi tidak dilaksankan hanya dengan melakukan
perolehan informasi, bagian tersulit adalah dalam mengartikan dan mendistribusikan
informasi yang didapatkan.
Informasi yang diterima sebuah organisasi berbeda dalam hal ketidak jelasannya.
Asumsi Yang diajukan oleh Weick berfokus pada ambiguitas yang ada dalam informasi.
Pesan-pesan berbeda dalam hal sejauh mana mereka dapat dipahami. Sebuah organisasi
harus menentukan mana anggota yang lebih mengetahui atau berpengalaman dalam
berurusan dengan informasi penting yang didapatkan. Sebuah rencana untuk memahami
informasi harus disusun. Pesan-pesan, menurut teori Weick, sering kali tidak jelas.
Ketidakjelasan merujuk pada pesan yang rumit, tidak pasti, dan tidak dapat di prediksi.
Asumsi ini menyatakan bahwa organisasi mulai dalam aktifitas kerjasama untuk mebuat
informasi yang diterima dapat lebih dipahami. Weick melihat proses mengurangi
ketidakjelasan sebagi sebuah aktifitas bersama diantara anggota organisasi. Ini bukan
hanya merupakan tanggung jawab dari seseorang saja untuk mengurangi ketidakjelasan.
Sebaliknya, ini adalah sebuah proses yang mungkin melibatkan beberapa anggota
organisasi.
3.Teori Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi dikemukakan oleh Clifford Geertz, Michael Pacanowsky
dan Nick ODonnell-Trujillo. Untuk memahami kehidupan organisasi melampaui budaya
termasuk nilai-nilai, kisah, tujuan, praktik, dan filosofi perusahaan. Michael Pacanowsky,
dan Nick ODonnell-Trujillo (1982,1990) mengonseptualisasikan teori budaya organisasi.
Pacanowsky dan Nick ODonnell-Trujillo merassa bahwa organisasi dapat paling baik
dipahami dengan menggunakan lensa budaya, sebuah ide yang mulanya dikenukakan
oleh seorang antropolog bernama Clifford Geertz.
Pacanowsky, dan Nick ODonnell-Trujillo (1982) berargumen bahwa teori budaya
organisasi mengundang para peneliti untuk mengamati, mencatat dan memahami
perilaku komunikatif dari anggota-anggota organisasi. Mereka menganut totalitas atau
pengalaman nyata dalam organisasi (Pacanowsky,.1989). Para teoritikus dalam
pemahaman mereka akan organisasi dengan menyatakan bahwa budaya bukanlah
sesuatu yang dimiliki oleh organisasi; budaya adalah sesuatu yang merupakan orgainsasi
itu sendiri (Pacanowsky dan ODonnell-Trujillo, 1982).
Dalam hal ini budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar
belakang individu. Menurut Pacanowsky dan ODonnell-Trujillo budaya adalah suatu
cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer
emosional dan psikologis. Hal ini mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat
produktifitas (schrodt, 2002). Budaya organisasi juga mencakup semua simbol (tindakan,
rutinitas, percakapan, dst) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol-simbol
ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan
dan pihak menejemen.
Pacanowsky dan ODonnell-Trujillo percaya bahwa budaya organisasi
mengindikasikan apa yang mnyusun dunianya ingin diselidiki. Dengan kata lain,
budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan organisasi. Mereka mengadopsi
pendekatan interpretasi sombolik yang dikemukakan oleh Clifford Geertz (1973) dalam
model teoritis mereka. Clifford Geertz menyatakan bahwa orang-orang adalah yang
tergantung di dalam jaringan kepentingan. Clifford Geertz menggambarkan jaringan
kepentingan seperti jaring laba-laba. Clifford Geertz menggunakan gambaran mengenai
laba- laba bukan tanpa tujuan. Ia yakin budaya seperti sebuah jaring yang dipintal oleh
laba-laba. Maksudnya, jaring ini memiliki desain yang rumit, dan tiap jaring berbeda
dengan yang lainnya.
Asumsi dasar Teori Budaya Organisasi:
Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang
dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang
lebih baik mengenai nila-nilai sebuah organisasi.
Aturan komunikasi berfungsi baik sebagai medium untuk maupun hasil akhir dari
interaksi.
hal
tertentu,
maka
media
komunikasi
secara
tidak
makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian
fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup
sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala. Natanson menggunakan
istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang
menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk
memahami tindakan sosial.
B. Hermeunetika
Adalah kajian yang menunjukkan para ilmuwan pada pentingnya teks
dalam dunia sosial dan pada metode analisis yang menekankan
keterhubungan antara teks, pengarang, konteks dan kalangan teorisi.Dengan
demikian Heurmeneutika pada dasarnya menyediakan suatu jalan untuk
menghindar dari tekanan dalam penjelasan dan kontrol pada kalangan
positivis serta pemahaman subjektif atas penelitian sosial.
Pengkajian teks yang dianalis terus mengalami perkembangan dan kini
stdui komunikasinya meluas pada beberapa hal diantaranya, pidato, acara
televisi, pertemuan bisnis, percakapan yang intim, prilaku nonverbal atau
arsitektur dan dekorasi sebuah rumah.
C. Interaksionis Simbolik
Berorienberinteraksi tasi pada prinsip bahwa orang merespon makna
yang mereka bangun sejauh mereka satu sama lain. Setiap individu
merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh
budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting
dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang
memengaruhi mereka.
2. TEORI KRITIS
Kritik merupakan konsep kunci untuk memahami teori kritis.Teori ini
dikembangkan oleh Mashab Frankfrut.Konsep kritik dupergunakan mazhab ini
memiliki kaitan dengan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masamasa Rennaisance.
Pada dasarnya, jumlah teori yang dapat dikategorikan sebagai teori kritis
jumlahnya sangat banyak. Mulai dari teori awal yang lebih tua hingga yang lebih
modern dan maju. Teori kebudayaan kritis yang lebih maju memiliki sejumlah
konsepsi yang berbeda mengenai hubungan antara media dan kebudayaan. Namun
demikian, semua teori kritis memiliki karakteristik yang sama, yaitu sebagai berikut.
Teori kebudayaan kritis diaku secara terbuka memiliki motif-motif politik yang
didasarkan atas ajaran neo-marxis, orientasi ajaran ini berdasarkan politik
aliran kiri.
Tujuan penganut teori ini adalah untuk mendorong perubahan dalam hal
kebijakan pemerintah atas media, dan pada akhirnya mendorong perubahan
pada media dan system kebudayaan. Teori ini beranggapan bahwa media
massa yang mendukung mereka yang berkuasa (pemilik aset) haruslah
diubah.
Teori kebudayaan kritis menyelidiki dan menjelaskan bagaimana elompok
elite menggunakan media massa untuk mempertahankan kekuasaan dan
posisi istimewa mereka. Isu-isu, seperti kepemilikan media, hubungan
pemerintah dengan media, serta persoalan keterwakilan pekerja dan
kelompok-kelompok yang belum terwakili dalam menejemen media selalu
menjadi tema-tema penelitian penganut teori ini karena mereka selalu
memusatkan perhatian pada penerapan atau menggunakan kekuasaan.
Tradisi kritis berupaya untuk memahami system yang sudah baku yang di
terima masyarakat begitu saja (taken-from-granted systems) termasuk juga
struktur kekusaandan kepercayaan atau ideologi yang mendominasi
masyarakat, namun tradisi kritis memberikan perhatian utama pada
kepentingan siapa yang lebih dilayani oleh struktur kekuasaan yang ada.
Teori kritis menunjukan ketertarikannya untuk mengemukakan adanya suatu
bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan
(power arrangements) dalam upaya mendukung emansipasi dan mendukung
terwujudnya masyarakat yang lebih bebas dan lebih terprnuhi kebutuhannya
(a free and more fulfilling society) memahami adanya penindasan menjadi
langkah pertama untuk mengapus ilusi dan janji manis yang diberikan suatu
ideologi atau kepercayaan dan mengambil tindakan untuk mengatasi
kekuasaan yang menindas.
Para pendukung teori kritis berusaha untuk memadukan antara teori dan
tindakan. Teori yang bersifat normativ harus bias diimplementasikan untuk
mendorong perubahan ditengah masyarakat. Hubungan antara teori dan
tindakan ini digambarkan dalam ungkapan to read the world with an a
towards shaping it (membaca dunia dengan mata tertuju pada upaya untuk
mengubahnya). Penelitian yang dilakukan dalam teori kritis berupaya
menunjukan bagaimana mengatasi benturan konflik kepentingan itu dengan
lebih mengutamakan kepentingan kelompok tertentu, khususnya kelompok
marginal (masyarakat lemah).
1) Teori Marxist
Beberapa filsuf terkenal yang dianggap sebagai anggota Mazhab Frankfurt ini
antara lain Theodor Adorno, Walter Benjamin, dan Jrgen Habermas. Perlu
diingat bahwa para pemikir ini tidak pernah mendefinisikan diri mereka sendiri
di dalam sebuah kelompok atau 'mazhab', dan bahwa penamaan ini diberikan
secara retrospektif. Walaupun kebanyakan dari mereka memiliki sebuah
ketertarikan intelektual dengan pemikiran neo-Marxisme dan kritik terhadap
budaya (yang di kemudian hari memengaruhi munculnya bidang ilmu Studi
Budaya), masing-masing pemikir mengaplikasikan kedua hal ini dengan caracara dan terhadap subyek kajian yang berbeda.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan
antara lain oleh ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori
Marxisme oleh kebanyakan orang lain, yang mereka anggap merupakan
pandangan sempit terhadap pandangan asli Karl Marx.
Menurut mereka, pandangan sempit ini tidak mampu memberikan 'jawaban'
terhadap situasi mereka pada saat itu di Jerman.Setelah Perang Dunia Pertama
dan meningkatnya kekuatan politik Nazi, Jerman yang ada pada saat itu
sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami Karl Marx.Sehingga jelaslah bagi
para pemikir Mazhab Frankfurt bahwa Marxisme harus dimodifikasi untuk bisa
menjawab tantangan zaman.
Patut dicatat bahwa beberapa pemikir utama Mahzab Frankfurt beragama
Yahudi, dan terutama di perioda awal secara langsung menjadi korban Fasisme
Nazi.Yang paling tragis ialah kematian Walter Benjamin, yang dicurigai
7) Analisis Wacana
Banyak model dan teori analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahli.
Seperti yang dijabarkan oleh Eriyanto (2001) dalam buku Analisis Wacana, ada
beberapa model analisis wacana yang populer dan banyak digunakan oleh para
peneliti, diantaranya adalah model dan teori analisis wacana yang
dikembangkan oleh Roger Fowler dkk (1979), The van Leeuwen (1986), Sara
Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun
Teori Proses Selektif ini merupakan hsil penelitian lanjutan tentang efek
media massa pada Perang Dunia II yang mengatakan bahwa penerimaan selektif
media massa mengurangi sejumlah dampak media. Teori ini menilai orang-orang
cenderung melakukan selective exposure (terpaan selektif). Mereka menolak
pesan yang berbeda dengan kepercayaan mereka.
Tahun 1960 Joseph Klapper menerbitkan kajian penelitian efek
mediamasssa yang tergabung dalam penelitian pascaperang tentang persuasi ,
pengaruh persona dan proses selekif. Klapper menyimpulkan bahwa pengaruh
media itu lemah, presetase pengaruhnya kecil bagi pemilih dalam pemilihan
umum, pasar saham, dan para pengiklan.
Teori Pembelajaran Sosial
Selama beberapa tahun kesimpulan Klapper dirasakan kurang memuaskan.
Penelitian dimulai lagi dengan memakai pendekatan baru, yang dapat
menjelaskan pengaruh media yang tak dapat disangkal lagi, terutama televisi,
terhadap remaja. Muncullah teori baru efek media massa yaitu social learning
theory (teori pembelajaran social). Teori ini diaplikasikan pada perilaku
konsumen , kendati pada awalnya menjadi penelyian komunikasi massa yang
bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa. Berdasarkan hasil
penelyian Albert Bandura, teori ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru ap yang
mereka lihat di televise, melakukan suatu observational learning (pembelajan
hasil pengamatan ). Klapper menganggap bahwa ganjaran dari karakter TV
diterima mereka sebagai perilaku antisocial, termasuk menjadi toleran terhadap
perilaku perampokan dan kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti
di televisi.