Jawa
b:
Keterangan :
Atas kontrak dengan Istana Kepresidenan
Nilai penghasilan bruto yang telah dicatat
= 2.650.000.000
= 2.650.000.000
+ 265.000.000
= 2.877.900.000
37.100.000
- 2.650.000.000
= 227.900.000
Keterangan :
Depresiasi menurut akuntansi
= 4% * (2.100.000.000 - 100.000.000 )
= 4% * (2.000.000.000)
= 80.000.000
Depresiasi menurut fiskal
= 50% * 5% * 2.000.000.000
= 50.000.000
Koreksi positif atas beban depresiasi
= 80.000.000 50.000.000
= 30.000.000
8.834.900.000
1.822.100.000
598.500.000
1.165.000.000
3.567.250.000
Utang PPh 29
1.682.050.000
Keterangan :
Kredit PPh 22
= Atas impor
= 1.785.000.000
+ 37.100.000
= 1.822.100.000
Kredit PPh 25
= Angsuran PPh 25 + STP PPh 25
= 2.755.000.000
+ 812.250.000
= 3.567.250.000
Aset pajak tangguhan muncul akibat perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan, berdasar perspektif perpajakan. Nilai aset pajak tangguhan Fa.
Cartenz meliputi
= Akibat beban piutang tak tertagih
+ 25% x 30.000.000
= 395.625.000
+ 7.500.000
= 403.125.000
Jurnal
Aset pajak tangguhan
Manfaat pajak tangguhan
403.125.000
403.125.000
Kompensasi kerugian
Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebahaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Undang undang nomor 36 tahun
2008 menyebutkan :
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Kompensasi kerugian berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak di masa yang akan datang,
dan efek pajaknya akibat dari kompensasi kerugian adalah menghematan pada di masa yang
akan datang (future tax saving). Realisasi keuntungan pajak dimasa yang akan datang
tergantung pada Penghasilan Kena pajak di masa yang akan dating tersebut yang sulit
diramalkan dan tidak pasti.
Terdapat persoalan menyangkut efek pajak akibat kompensasi kerugian tersbut diakui dalam
tahun pajak pada saat kerugian tersbut muncil, atau pda tahun-tahun yang akan dating pada
saat terealisasi. Terdapat pendapat umum yang menyatakan bahwa keuntungan pajak akibat
kompensasi kerugian tersbut hendaknya tidak diakui sampai bena-benar terealisai, keciali
dalam keadaan yang tidak lazim, pada saat munculnya kompensasi kerugian tersebut dengan
penuh keyakinan tanpa ragu-ragu bahwa kompensasi kerugian tersebut akan terealisasi.
Hal ini dengan alas an bahwa keuntungan pajak akibat kompensai kerugian baru
diperhitungkan setelah terealisasi, dikarenakan perusahaan yang menderita kerugian
membutuhkan waktu yang cukup untuk menutupi kerugian tersebut, sehingga menghasilkan
operasional yang menguntungkan kembali. Kompensasi hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu 5 tahun berturut-turut. Kerugian ini dapat direalisasikan apabila terdapat penghasilan
kena pajak (laba) di periode mendatang (kewajiban pajak tangguhan) untuk kompensasinya.
Di Amerika Serikat, keuntungan pajak akibat kompensasi akan diakui apabila terdapat
kemungkinan akan direalisasikan sebesar 50% di masa yang akan dating. Dalam hal ini,
aktiva pajak tangguhan nettoakan dicatat sebagai keuntungan pajak, yang dihitung
berdasarkan aktiva pajak tangguhan bruto setelah dikurangi dengan penyisihan penilaian nihil
yang otomatis menjadi aktiva pajak tangguhan neto (Zain, 2007)
Keuntungan pajak akibat kompensasi rugi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dalam hal
kompensasi pajak tangguhan tersebut dapat dikompensasi dengan jumlah Penghasilan Kena
Pajak pada masa mendatang. Keuntungan pajak dihitung dengan mengalikan jumlah yang
dapat dikompensasi tersebut dengan tarif pajak yang akan berlaku pada periode kompensasi
terjadi. Pada saat aktiva pajak tangguhan tersebut dicatat, beban pajaknya pun akan
berkurang. Pada tahun-tahun berikutnya, pada saat penghasilan terealisasi, aktiva pajak
tangguhan pun akan berkurang. Keuntungan pajak karena kompensasi kerugian tidak akan
terealisasi apabila tidak terdapat Penghasilan Kena pajak yang memadai untuk menutupi
kerugian tersebut.
Dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan par. 26 menjelaskan bahwa saldo
rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar
kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi. Selanjutnya
dalam Menurut PSAK 46 par. 27 diatur bahwa terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai
untuk dikompensasikan :
1. Apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang
memadai, yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa
berlakunya kadaluarsa;
2. Apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluarsa;
3. Apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu
yang hampir tidak mungkin berulang.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat
dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak
tangguhan tidak diakui.
Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aktiva pajak tangguhan. Pada setiap
tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui.
Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar
kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya.
Berikut ini ilustrasi sederhana penerapan penghitungan aktiva pajak tangguhan atas saldo rugi
fiskal yang dapat dikompensasi. Berhubung topik pembahasan kali ini terbatas pada
kompensasi saldo rugi fiskal maka untuk memudahkan pemahaman diasumsikan bahwa tidak
terdapat unsur beda temporer dalam rekonsiliasi perpajakan.
Dari rekonsiliasi laba (rugi) komersial dengan laba (rugi) menurut fiskal PT A selama 5 tahun
berturut-turut diperoleh gambaran sebagai berikut :
2006
Laba (Rugi) Komersial 11.000
Beda Tetap :
Sumbangan
300
Entertainment
100
Laba (Rugi) Fiskal
11.400
Kompensasi
(3.250)
Laba (Akumulasi Rugi) 8.150
Fiskal
2005
10.500
2004
(4.000)
2003
(12.000)
500
300
11.300
(14.550)
(3.250)
100
150
(3.750)
(10.800)
(14.550)
400
800
(10.800)
0
(10.800)
Ayat jurnal pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi mulai tahun 2003
sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut :
Jurnal
Dr
3.240
1.125
3.390
975
Cr
Perhitungan
(30% x 10.800)
3.240
(30% x 3.750)
1.125
Dari ayat-ayat jurnal di atas, dapat diketahui bahwa saldo Aktiva Pajak Tangguhan di Neraca
PT A per 31/12/2006 sudah menjadi nol seiring dengan habisnya kompensasi saldo rugi fiskal
pada tahun 2006.