Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DASAR DASAR REKAYASA TRANSPORTASI

DISUSUN OLEH :
WAHYU SANJAYA
NIM : D 111 10 017

TAHUN AJARAN 2014/2015


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

DASAR DASAR REKAYASA TRANSPORTASI


A. Pengertian
Dasar Dasar Rekayasa Transportasi adalah ilmu-ilmu dasar yang mempelajari tentang
perencanaan dan perhitungan sistem transportasi (perpindahan barang atau jasa dari suatu
tempat ke tempat lain) agar didapat hasil yang optimal. Sebagai bagian dari ilmu teknik
Sipil , Dasar Dasar Rekayasa Transportasi juga menggunakan prinsip dasar dari teknik Sipil
yaitu : Aman, Ekonomis, dan Efisien.
1. Aman
Aman yang dimaksud disini adalah dimensi yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan (demand) sebanyak-banyaknya tanpa menghitungkan ketersediaan (supply).
Contoh : pembangunan ruas jalan selebar-lebarnya untuk memenuhi kebutuhan arus lalu
lintas.
2. Ekonomis
Ekonomis dimaksud disini adalah penggunaan ketersediaan (supply) sekecil mungkin
dengan tujuan untuk mengurangi biaya (cost) untuk pemenuhan kebutuhan (demand).
3. Efisien
Efisien adalah gabungan dari Aman dan Ekonomis, dimana perencanaan dihitung agar
menggunakan biaya sekecil mungkin tetapi tetap bisa memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
Dengan kata lain, efisien adalah keseimbangan antara kebutuhan (demand) dan ketersediaan
(supply).
Iptek dan manajemen transportasi merupakan aspek penting dalam upaya mencapai
kinerja sistem transportasi nasional yang lebih baik. Hal ini diantaranya dapat ditunjukkan
dengan tingkat kehandalan, tingkat efisiensi yang dicapai, serta tingkat harga pelayanan jasa
yang relatif murah. Dalam fungsinya sebagai faktor stimulan kegiatan ekonomi,
pengembangan teknologi dan penataan manajemen transportasiakan secara langsung
mempengaruhi kemampuan serta daya saing global bagi armada transportasi nasional baik
jalan, kereta api, sungai, danau dan penyeberangan, maupun laut dan udara. Seperti diuraikan
sebelumnya, permasalahan regulasi, pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta
manajemen transportasi merupakan potret keseharian pembangunan transportasi nasional.
Berangkat dari permasalahan transportasi tersebut, diperlukan kerangka kebijakan yang
mengarah kepada: (1) fokus program penelitian

dan pengembangan teknologi dan

manajemen bagi kepentingan penerapan regulasi di bidang transportasi; (2) fokus riset-riset

sosioekonomi dan kultural untuk menjawab berbagai masalah yang bermula dari para pelaku
transportasi; (3) menyediakan berbagai bentuk insentif yang tepat untuk mengembangkan
inovasi dan rekayasa transportasi; (4) mendorong peningkatan kemampuan industri
transportasi nasional agar penggunaan komponen lokal,penerapan azas cabotage, maupun
pembentukan kemandirian bangsa dapatdiwujudkan; (5) meningkatkan dukungan politik dan
dukungan publik untuk mewujudkan tercapainya pemenuhan kebutuhan akan jasa
transportasi nasional.
Manajemen transportasi maliputi kegiatan perancanaan, pengaturan, pengawasan dan
pengendalian transportasi. Menejemen transportasi bertujuan untuk keselamatan, keamanan,
ketertiban, kelancaran lalu lintas dan dilakukan antara lain dengan;
a.
b.
c.

usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan, dan/jaringan jalan


pembarian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu
penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkar pelayanan tertentu dengan

mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda


d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan perintah pemakai jalan
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventaris dan evaluasi pelayanan. Maksud
dari inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan
ruas jalan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan factor kecepatan dan
keselamatan.
Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam mementukan tingkat pelayanan
yang diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan rencana umum jaringan
transportasi jalan, peranan, kapasitas dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu
lintas, aspek lingkungan, aspek ekonomi dan social.
Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas. Penyusunan rencana dan program
dilaksanakan perwujudan. Maksud program dan perwujudan dalam ketentuan ini adalah

penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan
usulan usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan di tetapkan pada setiap persimpangan
usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu rambu lalu lintas, marka

jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan

usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun
penyuluhan kepada masyarakat
kegiatan pengaturan lalu lintas maliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas
pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu, termasuk dalam pengertian penetapan
kebijaksanaan lalu lintas dalan ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas,

penentuan kecepatan maksimum dan minimum, larangan penggunaan jalan, larangan


dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi pemantauan dan penilaian terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksud untuk
mengetahui evektifitas dan kebijakan-kebijakan tersebut untuk mendukung pencapaian
tingkat pelayanan yang telah di tentukan. Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain
meliputi inventarisasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku di ruas
jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas
palanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan
criteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan
perbaikan
Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, tindakan korektif
yang dimaksud untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan.
Termasuk dalam tindakan korektif adalah meninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila
di dalam palaksanaan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi pemberian arahan dan petunjuk dalam
pelaksanaan kebijakan lalu lintas, pemberian dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa
penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen
transportasi, dengan maksud agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaaan serta dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang
telah ditetapkan
Masalah Transportasi Dan Lingkungan
MASALAH kemacetan dan polusi (pencemaran) dari sistem transportasi darat
memang merupakan problema yang sulit dicari solusinya. Hal ini bukan saja menimpa Kota
Bandung, namun kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan kota-kota di dunia pun juga
mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar polusi udara
dari kendaraan bermotor. Untuk itu, perencanaan sistem transportasi haruslah menjadi
prioritas dalam upaya menanggulangi hal tersebut, terutama dalam menekan dampak negatif
bagi lingkungan.
Memang, dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan
melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem
transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan dan
bahan bakar yang digunakan.

Dampak negatif dari masalah sistem transportasi ini adalah tingginya kadar polutan
akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Hal ini bisa menjadi ancaman serius
bila dibiarkan begitu saja, bukan saja bagi lingkungan yang kita diami, lebih jauh ini bisa
mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat dengan berjangkitnya penyakit
saluran pernapasan akibat polusi udara.
Program langit biru (PLB) yang pernah dicanangkan oleh Pemkot Bandung dalam
rangka menekan tingkat pencemaran udara di Kota Bandung, pada praktiknya sulit untuk
diterapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Terbukti dengan masih banyaknya
masyarakat yang menggunakan mobil pribadi atau kendaraan roda dua dibandingkan dengan
menaiki kendaraan umum. Termasuk dalam pemeliharaan kondisi mesin kendaraan pun
masih banyak yang tidak terawat, hingga menimbulkan semakin bertambahnya tingkat
pencemaran udara.
Hal inilah yang harus menjadi pemikiran kita bersama dalam upaya memelihara dan
menyamankan Kota Bandung sebagai kota yang bersih dengan tingkat polusi yang minim.
Tentunya upaya ini adalah dengan adanya manajemen yang baik dalam perencanaan sistem
transportasi. Dalam artian, system transportasi yang hemat energi dan berwawasan
lingkungan. Perencanaan
sistem transportasi Pada dasarnya pemilihan model transportasi ditentukan dengan
mempertimbangkan salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia
dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang terkecil. Transportasi massal
merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi individual. Dengan
mengurangi jumlah sarana transportasi (kendaraan) sekecil mungkin dan dalam waktu
tempuh yang sekecil mungkin akan diperoleh efisiensi yang tertinggi, sehingga pemakaian
total energi per penumpang akan sekecil mungkin, dan intensitas emisi pencemar yang
dikeluarkan akan berkurang.
Aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi faktor generik
dampak yang umumnya timbul, khususnya penggunaan energi, pencemaran udara-termasuk
dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas. Selama aspek sistem transportasi yang
memadai dan sesuai terlaksana dalam konteks perencanaan kota melalui manajemen
transportasi efisiensi energi dan pencegahan dampak bagi lingkungan dapat dilakukan.
Dengan demikian, dalam mencapai sistem transportasi yang hemat energi, diperlukan terlebih
dahulu upaya proaktif dalam perencanaan yang menjamin bahwa sistem transportasi yang
direncanakan sesuai dengan tata ruang dan perencanaan kota, dalam cakupan waktu tertentu.
Keadaan yang banyak ditemui sekarang di kota-kota besar Indonesia, umumnya timbul

karena tidak serasi lagi antara program perencanaan tata kota dengan sistem transportasi yang
ada,

terutama

akibat

gejala

urbanisasi

yang

jauh

di

luar

perkiraan

semula.

Dalam keadaan ini, umumnya upaya remedial sistem transportasi yang diterapkan lebih
banyak bertujuan memecahkan masalah yang timbul sekarang dan berjangka panjang, tanpa
integrasi yang sesuai dengan perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada aspek
perencanaan sistem transportasi secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul beserta
implikasi dampaknya tak akan dapat terpecahkan dengan tuntas.
Dampak bagi lingkungan Perencanaan sistem transportasi yang kurang matang, bisa
menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya kemacetan dan tingginya kadar polutan
udara akibat berbagai pencemaran dari asap kendaraan bermotor. Dampak yang dirasakan
akibat menurunnya kualitas udara perkotaan adalah adanya pemanasan kota akibat perubahan
iklim, penipisan lapisan ozon secara regional, dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat
yang ditandai terjadinya infeksi saluran pencernaan, timbulnya penyakit pernapasan, adanya
Pb (timbal) dalam darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi hujan (hujan asam). Polutan
(bahan pencemar) yang ada di udaraseperti gas buangan CO (karbon monoksida) lambat
laun telah memengaruhi komposisi udara normal di atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi
kondisi lingkungan dengan adanya dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak
dijumpai dalam model prediktif yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam
terhadap kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ke
tingkat regional, dan sebagainya. Dalam sebuah bukunya tentang pencemaran udara (2001),
Dr, Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh pencemaran
udara bagi lingkungankhususnya bagi terjadinya pemanasan global dalam setengah abad
mendatang diperkirakan akan meliputi kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin,
penumpukan es dan salju di kutub. Selain itu juga akan terjadi peningkatan badai atmosferik,
bertambahnya populasi dan jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem hutan, daratan
serta ekosistem lainnya. Adapun dampak negatif bagi kesehatan masyarakat, diketahui kontak
antara manusia dengan CO, misalnya, pada konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100 ppm
(mg/lt) akan berdampak pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui terutama dalam
hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara umumnya memang
kurang dari 100 ppm. Senyawa CO dapat menimbulkan reaksi pada hemoglobin (Hb) dalam
darah. Adapun faktor penting yang menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah, makin
tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin fatal pengaruhnya
terhadap kesehatan manusia. Sistem transportasi ramah lingkungan Perencanaan sistem

transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang sesuai dan memenuhi
persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata,
aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan
lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan,
kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan. Dalam mencapai sistem
transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana
jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi
emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah
dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan lingkungan
pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi
pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi. Dalam konteks ini, untuk mencapai
sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya;
1.

Rekayasa lalu lintas. Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem

transportasi yang direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemar dapat
dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh per
kendaraan per tujuan (vehicle mile trip dan passenger mile trip), dan seterusnya. pola
berkendara (driving pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu
lintas. Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia
hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu
lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin,
seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination). Dengan
meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan
dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih
besar.
2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan). Jenis kendaraan yang digunakan sebagai
alat transportasi merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang akan memberikan
dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisingan.
Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang
digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat
(AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin
kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini. Sejak tahun 1970, bersamaan dengan
krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los Angeles Smog, dikeluarkan persyaratanpersyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal untuk mengendalikan emisi kendaraan

bermotor dan efisiensi bahan bakar. Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana
mesin, meliputi pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem pemantikan yang
memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi uap bahan bakar minyak (BBM) untuk
mengurangi emisi tangki BBM, dan after burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan
teknologi retrofit disyaratkan dengan pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk
mereduksi emisi HC dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar
terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.
3.

Energi transportasi. Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor

selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan oleh jenis BBM
yang digunakan. Seperti halnya penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran
sempurna dan efisiensi energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi
gas buang, bila peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu
bebas timbal. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan sistem transportasi
perkotaan, terutama bagi Kota Bandung akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya
dalam upaya mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin meningkatnya kadar
polutan udara oleh asap kendaraan bermotor. Mudah-mudahan Kota Bandung sebagai kota
yang nyaman, indah, dan bersih akan tetap terpelihara eksistensinya.

Anda mungkin juga menyukai