KEPERAWATAN JIWA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1. Deskripsi
Kesehatan jiwa merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajad kesehatan
masyarakat.Indikator kesehatan jiwa dimasa yang akan datang bukan lagi masalah klinis seperti
prevalensi gangguan jiwa,melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial.Oleh karena itu
upaya menjamin kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab pemerintah,masyarakat dan
melibatkan berbagai profesi termasuk keperawatan.Menurut Danardi dari bagian psikiatri
FKUI,fokus kesehatan jiwa adalah kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan
fungsi sosial (Yosep,2007)
Dalam bab ini akan dibahas konsep dasar kesehatan jiwa dan keperawatan kesehatan jiwa
yang mencakup pengertian kesehatan jiwa, masalah pikososial dan gagguan jiwa serta ciricirinya,pengertian,maksud dsn tujuan,falsafah,peran dan fungsi perawat dalam keperawatan
kesehatan jiwa,perkembangan keperawatan kesehatan jiwa,model konseptual keperawatan
kesehatan jiwa dan model stres adaptasi menurut pandangan para ahli Keperawatan kesehatan
jiwa.
2.Relevansi
Pada pembahasan ini peserta didik akan mempelajari konsep dasar kesehatan dan
keperawatan jiwa yang menjadi dasar pengetahuan untuk membahas topik berikutnya pada mata
kuliah keperawatan kesehatan jiwa I.Pembahasan ini ada hubungannya dengan mata kuliah yang
sudah dipelajari sebelumnya yaitu psikologi dan konsep dasar keperawatan.Topik ini sangat
berguna bagi peserta didik untuk memberikan pengetahuan tentang karakteristik jiwa seseorang
sehat atau terganggu,pengertian,sejarah perkembangan,falsafah,peran dan fungsi perawat,prinsip
serta model konseptual dan teori keperawatan kesehatan jiwa.Konsep ini memberikan arah bagi
perawat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama dalam praktek
keperawatan kesehatan jiwa dalam upaya meningkatkan,mencegah,mengobati atau memulihkan
kesehatan jiwa seseorang sampai pada tahap optimal.Untuk memudahkan proses pembelajaran
ini peserta didik disarankan membaca rujukan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang
dimaksud.
3. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan peserta didik mampu :
Menjelaskan pengertian kesehatan jiwa dan ciri-cirinya.
Menjelaskan pengertian masalah psikososial dan cirinya.
Menjelaskan pengertian gangguan jiwa dan cirinya.
Menjelaskan pengertian Keperawatan Kesehatan jiwa
Menjelaskan falsafah keperawatan kesehatan jiwa.
Menjelaskan maksud dan tujuan keperawatan kesehatan jiwa
Menjelaskan peran dan fungsi keperawatan kesehatan jiwa.
Menjelaskan beberapa prinsip keperawatan kesehatan jiwa.
Menguraikan sejarah perkembangan keperawatan kesehatan jiwa
j.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
memberikan dorongan) untuk menemukan kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti
kebutuhan fisik,aman dan nyaman,kebutuhan mencintai dan dicintai,harga diri dan aktualisasi
diri.Pasien atau klien yang dirawat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi dan
masyarakat(Sadock) dalam seluruh rentang kehidupan mulai sejak konsepsi sampai lanjut
usia(Otong,1995)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan keperawatan kesehatan jiwa
adalah :
Merupakan salah satu bidang spesialisasi ilmu keperawatan jiwa dalam praktek keperawatan
Memiliki dasar keilmuan yang khas sebagai batang tubuh ilmunya yaitu ilmu
perilaku,psikososial,biofisik,teori kepribadian,komunikasi,pendidikan dll
Memiliki kiat khusus merawat klien yaitu menggunakan diri perawat yaitu gerak
tubuh,bahasa,ekspresi,sentuhan,tatapan mata dan nada suara.
Perawat harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan(peka,mau
mendengar,empati,tidak menyalahkan,memotivasi dll.
Klien yang dirawat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi dan masyarakat dengan
penyimpangan mental mulai masa konsepsi sampai lanjut usia dimanapun berada.
Tugas atau peran perawat adalah menemukan kebutuhan klien yang terganggu berupa kebutuhan
biopsikososiospiritual.
Bertujuan untuk meningkatkan,mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental klien
Setiap perawat yang berminat dan melaksanakan praktek keperawatan kesehatan jiwa
disarankan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan serta kiat khusus agar dapat
melaksanakan peran dan fungsi sebagai perawat yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
keperawatan yang ditetapkan pada setiap klien yang dirawat.
4.Falsafah Keperawatan Kesehatan jiwa.
Menurut Dep.Kes (2000) Beberapa keyakinan yang mendasari praktek keperawatan
kesehatan jiwa,meliputi :
a. Individu memiliki harkat dan martabat yang perlu dihargai.
b. Tujuan individu adalah bertumbuh,berkembang,sehat,otonomi dan aktualisasi diri.
c. Individu berpotensi berubah.
d. Individu adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan sebagai
manusia utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi,dipengaruhi genetik,lingkungan,kondisi
stres dan sumber yang tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkembangkan psikologis seseorang.
j. Setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dalam pelayanan kesehatan.
l. Individu berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk kesehatannya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahtraan,memaksimalkan fungsi dan
meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan individu.
5.Maksud dan tujuan Keperawatan Kesehatan jiwa.
Adapun maksud dan tujuan keperawatan kesehatan jiwa adalah untuk menolong klien agar
kembali kemasyarakat sebagai individu yang mandiri dan berguna.Tujuan ini dapat dicapai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Peran dan fungsi perawat jiwa dituntut lebih aktif dan profesional untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa.Pada saat ini pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
berorientasi pada pelayanan komunitas.Komitmen ini sesuai dengan hasil Konferensi Nasional I
Keperawatan jiwa pada bulan Oktober 2004,bahwa pelayanan keperawatan diarahkan pada
tindakan preventif dan promotif.Hal ini juga sejalan dengan paradigma sehat yang digariskan
WHO dan dijalankan departemen kesehatan RI,bahwa upaya proaktif perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan jiwa.Upaya proaktif ini melibatkan banyak profesi termasuk
psikiater dan perawat.Penanganan kesehatan jiwa bergeser pada upaya kuratif/perawatan rumah
sakit menjadi perawatan kesehatan jiwa masyarakat.Pusat kesehatan jiwa masyarakat akan
memberikan pelayanan dirumah berdasarkan wilayah kerjanya,diharapkan pasien dekat dengan
keluarganya sebagai sistem pendukung yang dapat membantu pasien mandiri dan boleh
berfungsi sebagai individu yang berguna.
Diposkan 11th February 2013 oleh yhodi potutu
0
Tambahkan komentar
ELECTROCONVULSIVE THERAPY
Electroconvulsive therapy (ECT) was first describle by cerletti and bini in 1938 as a
treatment for schizopernia.at that time it was believe that epileptics were rarely
schizoperniac and therefore hypothezised that convulsions would cure schizopernia.later
research did not support this hypothesis.further experience with ECT showed that it is
much more effective as a treatment for affective disturbance than it is for schizopernia
sometimes occur together.
Electroconvulsive therapy is treatment in which a grand mal seizure is
artificially in an anesthetized patient by passing an electrical current through electrodes
apilied to the patients head.traditionally the electrodes have been applied
bilaterally.alternative eletorde placements are now routinely used, including unilateral
and birontal.it has been reported that patients have fewer cognitive side effects with these
alternative placemants,including less disorientation and fewer disturbance of verbal and
nonverbal memory (lisanby et al,2000,weiner,2000).
However,unilateral ECT,under many conditions,may not be as reliably effective
as bilateral ECT (krystal et al,2000;McCall et al,200;sackeim et al,2000).bifrontal
placement combines the efficacy of bilateral with the cognitive profile of unilateral
(bailine et la,2000).further studies in this area are ongoing.figure 28-1 illustrates the
different electrode placements.
Current clinical wisdom notes that for ECT to be effective, a grand mal seizure
must occur.the electrical stimulus is generally adjusted to the minimum level of energy
that will produce a seizure.the number of treatment in a series varies according to the
patients therapeutic response. A usual course is 6 to 12 treatments given two to there
times a week. Patients with schizopernia may require more.
ECT is an effective treatment and is generally well-tolerated by patient(brodaty et
al,2003;UK ECT review group,2003) (see citing the evidence). In some cases,after a
successful initial treatment episode,continuation of outpatient ECT combined with
antidepressant medication may be recommended: weekly treatments for the first month
after remission,gradually tapering to monthly treatments (Gagne et al,2000;Sackeim et
al,2001).
INDICATION
The primary indication for ECT is major depression.ECTs response rate of 80%
or more for most patients is better than response rates associated with antidepressant
medications medications. It can be useful for people in most age-groups who cannot
tolerate or fail to respond to treatment with medication (Hermann et
al,1999;Rabheru,2001). Box 28-1 lists the primary and secondary eriteria for the use ECT
as determined by the American Psychiatric Association (APA) Task force on
Electroconvulsive Therapy 2000.
reorientation.memory loss affect primarily material that has been recently learned and
any information acquired during the time of the ECT treatments.
Memory loss is distressing for the patient,so the nursing should reiterate often
that most memory difficulty may last up to 6 months.however,some information cannot
be retrieved,including the experience of the treatment it shelf and events that occurred
just before the procedure such as IV placement.in addition,events that occurred during
treatment may be unclear. A summary of nursing terventions for patients receiving ECT is
presented.
Interdisciplinary collaboration
the nurse is part of an interdisciplinary treatment team that not only administers the
treatment but also collaborates to evaluate the effectiveness of ECT and recommend
changes in the patients treatment plan as appropriate.within the team,the nurse identifies
patterns of patient behavior and evaluates their implications as related to treatment.these
include behavior indicative of a positive treatment response,such as improvement in
activities of daily living,adaptive changes in social interactions with others,increases in
energy,appetite,and weight,or other positive changes in target symptoms.
The nurse also would report any adverse behaviors associated with
ECT,including prolonged periods of confusion or disorientation,recurrent nausea or
headaches,elevation in blood pressure that does not resolve within several hours after
treatment,or an increase in the intensity or occurrence of target symptoms.
With these clinical observation and judgment,the nurse becomes an active
participant in treatment planning. Together the team evaluated issues such as the length
of the ECT treatment course,the need for alternative management strategies and
adjustments in the frequency of treatments,considerations for maintenance
ECT,indication for additional consultations,and other possible modifications in the
treatment plan.
Tambahkan komentar
1.
Feb
11
g.
j.
Yahoda menerangkan 6 ciri sehat jiwa adalah 1)Bersikap positif terhadap diri
sendiri,2)mampu tumbuh dan berkembang serta mencapai aktualisasi diri,3)mampu
mengatasi stres atau perubahan pada dirinya,4)bertanggung jawab terhadap keputusan
dan tindakan yang diambil,5)mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai
perasaan
serta
sikap
orang
lain,6)Mampu
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan(Keliat,dkk,2005).
Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen atau ciri dan dipengaruhi berbagai
faktor.Menurut Johnson (1997) ada 7 ciri kesehatan jiwa adalah 1)Otonomi dan
kemandirian,2)Memaksimalkan
potensi
diri,3)Mentoleransi
ketidakpastian
hidup,4)mampu mengelola stres kehidupan,5)menguasai lingkungan,6)Orientasi
realitas,dan 7)harga diri realitas(Videbeck,2008).
2.Masalah Psikososial.
Lingkup masalah kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks serta saling
berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia.Mengacu pada Undang-Undang
No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Ilmu kedokteran jiwa bahwa masalah
psikososial tergolong dalam masalah kesehatan jiwa.
Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis atau sosial yang memberikan pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa atau gangguan
kesehatan secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada
lingkungan
sosial.Berdasarkan
definisi
diatas
terdapat
ciri-ciri
masalah
psikososial,sebagai berikut :
a.
Cemas,kawatir berlebihan,takut.
b. Mudah tersinggung.
c.
Sulit berkonsentrasi.
g.
a.
g.
h.
i.
j.
k.
Merupakan salah satu bidang spesialisasi ilmu keperawatan jiwa dalam praktek
keperawatan
b.
Memiliki dasar keilmuan yang khas sebagai batang tubuh ilmunya yaitu ilmu
perilaku,psikososial,biofisik,teori kepribadian,komunikasi,pendidikan dll
c.
Memiliki kiat khusus merawat klien yaitu menggunakan diri perawat yaitu gerak
tubuh,bahasa,ekspresi,sentuhan,tatapan mata dan nada suara.
d.
e.
f.
Tugas atau peran perawat adalah menemukan kebutuhan klien yang terganggu berupa
kebutuhan biopsikososiospiritual.
g.
Setiap perawat yang berminat dan melaksanakan praktek keperawatan kesehatan jiwa
disarankan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan serta kiat khusus agar
dapat melaksanakan peran dan fungsi sebagai perawat yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan keperawatan yang ditetapkan pada setiap klien yang dirawat.
4.Falsafah Keperawatan Kesehatan jiwa.
Menurut Dep.Kes (2000) Beberapa keyakinan yang mendasari praktek keperawatan
kesehatan jiwa,meliputi :
a.
d.
Individu adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
sebagai manusia utuh.
g.
h.
Individu
memiliki
kapasitas
koping
yang
genetik,lingkungan,kondisi stres dan sumber yang tersedia.
bervariasi,dipengaruhi
i.
j.
k.
Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dalam pelayanan kesehatan.
l.
Kompetensi klinik.
2.
3.
4.
5.
6.
Parameter etik-legal.
Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa,perawat mempunyai peran tertentu :
a.Peran perawat dalam prevensi primer.
1). Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
2).Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan
pendidikan.
3).Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan
dan
Pendidikan seks.
4).Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
5).Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri .
6).Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk
meningkatkan
Fungsi kelompok.
7).Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.
b.Peran perawat dalam prevensi sekunder.
1).Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
2).Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
3).Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
4).Menciptakan lingkungan terapeutik.
5).Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
6).Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
7).Memberi konsultasi.
8).Melaksanakan intervensi krisis.
9).Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.
10).Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi
masalah.
c.Peran perawat dalam prevensi tertier.
1).Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
2).Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit
jiwa untuk
Memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
3).Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.
7.Prinsip Keperawatan kesehatan jiwa.
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan spesialisasi praktek keperawatan
mempunyai beberapa prinsip,adalah sebagai berikut :
a.
Peran dan fungsi perawat jiwa adalah unik yaitu perawatan yang kompeten.
b. Hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien adalah pengalaman belajar bersama
untuk memperbaiki emosi klien.
c.
d.
Model stres dan adaptasi memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami
memberikan berbagai strata sosial dimana dalam Keperawatan kesehatan jiwa melalui
proses keperawatan memberikan konsep yang jelas.
e. Perawat jiwa harus belajar struktur dan fungsi otak untuk memahami penyebab agar lebih
efektif dalam menentukan strategi intervensi pada gangguan jiwa.
f.
Keadaan status mental klien dalam keperawatan kesehatan jiwa menggambarkan rentang
kehidupan psikologis melalui waktu.
g.
Perawat harus peka terhadap sosial budaya klien yang bervariasi sebagai salah satu
pengatahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam intervensi keperawatan jiwa.
j.
k.
Sebelum didirikan Rumah sakit jiwa di Indonesia pasien gangguan jiwa ditampung
di Rumah Sakit Sipil atau militer di Jakarta,Semarang dan Surabaya.Pasien yang
ditampung adalah mereka yang sakit jiwa berat saja.Perawatan yang dijalankan saat iu
hanya bersifat penjagaan saja.Tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda melakukan sensus
pasien gangguan jiwa diseluruh Indonesia.Di Pulau Jawa dan Madura ditemukan pasien
sekita 6oo orang,sedangkan didaerah lain ditemukan sekitar 200 orang.Berdasarkan
temuan tersebut pemerintah mendirikan Rumah sakit jiwa bagi pasien gangguan jiwa.
Pada tanggal 1 Juli 1882 didirikan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia, di
Cilendek Bogor Jawa Barat dengan kapasitas 400 tempat tidur.Rumah sakit jiwa yang
kedua didirikan di Lawang Jawa timur tanggal 23 Juni 1902.Rumah Sakit jiwa ini adalah
terbesar di Asia tenggara dengan kapasitas 3300 tempat tidur.Rumah sakit jiwa yang ke-3
didirikan di Magelang pada tahun 1923,dengan kapasitas 1400 tempat tidur.Rumah sakit
jiwa di Sabang tahun 1927.Menyusul didirikannya rumah sakit jiwa lainnya di Grogol
Jakarta,Padang,Palembang,Banjarmasin dan manado,masing-masing memikili kapasitas
yang berbeda.
Pemerintah Hindia Belanda mengenal empat macam tempat perawatan pasien
gangguan jiwa :
1).Rumah Sakit Jiwa.
Rumah sakit jiwa diperuntukkan bagi pasien sakit jiwa yang membutuhkan perawatan
lama.Pasien demikian ditempatkan di RSJ Bogor,Magelang,Lawang dan
Sabang.Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan (Custodial care).
2).Rumah Sakit Sementara.
Rumah Sakit ini merupakan tempat penampungan sementara bagi pasien Psikotik
akut yang dipulangkan setelah sembuh.Pasien dari RS ini yang masih butuh perawatan
lama dikirim ke RSJ Jakarta,semarang,Surabaya,Palembang,Padang,Manado atau Medan.
3).Rumah Perawatan.
Berfungsi sebagai Rumah sakit jiwa,dikepalai seorang perawat berijazah dibawah
pengaasan Dokter umum.
4).Koloni.
Merupakan tempat penampungan pasien yang sudah tenang dan mereka bekerja
dilahan pertanian.Mereka tinggal di rumah penduduk,tuan rumahnya diberikan biaya oleh
pemerintah.Pasien tetap diawasi oleh dokter atau perawat.Rumah semacam ini dibangun
jauh dari kota dan masyarakat umum.
Diketahui pendidikan perawat jiwa mulai dibuka pada bulan september 1940 di
Bogor,berupa kursus.Yang diterima adalah orang Belanda atau Indo-Belanda,yang sudah