Anda di halaman 1dari 13

Menegakkan Diagnosis Karsinoma Tiroid serta Terapinya

Yudha Adi Pradana Djatioetomo


102012436 / D8
27 November 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: redemtusyudha@gmail.com
Pendahuluan
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85%
dan 2,5% dari seluruh keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar endokrin,
keganasan tiroid termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang sering ditemukan. Secara
klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit dibedakan, bahkan baru
dapat dibedakan setelah didapat hasil evaluasi sitologi preparat biopsi jarum halus atau
histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang diambil saat operasi. Dengan berbagai
kemajuan teknologi, seperti aplikasi BAJAH, USG, TSH sensitif dan terapi supresi L-tirosin,
telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi nodul tiroid secara lebih cermat
sehingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau ganas.1
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta
bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.
Sebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat kecuali keganasan
jenis anaplastik yang sangat cepat membesar dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien,
khususnya pasien dengan nodul tiroid yang besar, mengeluhkan adanya gejala penekanan
pada esofagus dan trakhea. Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, kecuali timbul
perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis akut/subakut. Keluhan lain pada
keganasan yang mungkin ada ialah suara serak.2
1

Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa pertanyaan berikut untuk membantu


menegakkan diagnosis:

Apakah terdapat pembesaran di leher?


Bila ada dimana lokasinya, sejak kapan benjolannya timbul.
Apakah terdapat nyeri pada bagian leher?
Bila ada bagaimana rasa nyeriya apakah berpindah atau tetap.
Perkembangan benjolan dan pengobatan yang telah ditempuh??
Ditanyakan cara membesarnya, apakah cepat atau lambat.
Riwayat keluarga
Apakah pernah mengalami hal yang sama
Riwayat Penyinaran
Apakah terdapat perubahan suara, kesukaran dalam bernafas dan berbicara?
Apakah berat badan turun meskipun makan banyak??

Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Keadaan Umum dan TTV (Tanda Tanda Vital)
2. Pemeriksaan fisik
Pada setiap pasien dengan kecurigaan kelainan tiroid, kelenjar tiroid diinspeksi dan
dipalpasi secara rutin.
a) Inspeksi
Inspeksi kelenjar tiroid
Dimulai dengan indentifikasi dari penandanya. Bagian bawah leher diantara
otot

sternocleidomastoideus

diinspeksi

untuk

melihat

apakah

ada

pembengkakan atau asimetris. Pasien diinstruksikan untuk memanjangkan


sedikit lehernya dan menelan ludah. 3
Tiroid menempel pada kartilago tiroid pada laring dan akan bergerak

keatas saat menelan.


Massa lain pada leher seperti pembesaran kelenjar getah bening hampir

tidak bergerak
Kista tiroglossalis tidak akan bergerak saat menelan tapi akan bergerak

naik dengan menjulurkan lidah.4


Inspeksi leher
Inspeksi dengan teliti bagian leher jika ada luka yang terlihat ( luka
tiroidektomi seringkali tersembunyi di balik kalung dan mudah sekali

terlewati.)
Periksa JVP dan amati jika tampak vena yang berdilatasi dapat

mengindikasikan ekstensi retrosternal pada struma


Kemerahan atau eritema dapat mengindikasikan tiroiditis supurativa.4

b) Palpasi
Palpasi kelenjar tiroid
2

Pemeriksaan dapat memeriksa tiroid dari posisi anterior ataupun posterior.3


leher pasien diusahakan sedikit flexi untuk merelaksasi otot sternomastoideus.
Tanyakan jika ada rasa nyeri
Letakkan jari telunjuk, tengah, dan jari manis dari kedua tangan
mengikuti garis tengah leher, bawah dagu.
Gerakkan jari ke bawah sampai mencapai kelenjar tiroid dengan lembut
Jika kelenjar membesar, tentukan simetris atau tidak
Apakah teraba nodul atau tidak
Diamati ukuran, bentuk, dan pergerakan
Diulang pemeriksaannya kali ini dengan kondisi saat pasien menelan
Perkirakan konsistensi dari membrane tiroid manapun yang teraba
o Lembut : normal
o Keras : struma sederhana
o Keras seperti karet : hashimotos thyroiditis
o Keras seperti batu : kanker, kalsifikasi kista, fibrosis, riedes
thyroiditis.
Palpasi leher
Palpasi kelenjar getah bening pada leher, arteri karotis dan deviasi trakea.
c) Auskultasi
Gunakan stetoskop diafragma pada setiap lobus dari kelenjar tiroid dan
lakukan auskultasi untuk menemukan bruit.
Pemeriksaan fisik khusus tiroid2
1) Pambertons sign
Pasien menaikkan kedua tangan keatas kepala
Pasien dengan obstruksi dapat menunjukkan tanda dari kompresi vena
(flushing, sianosis, pusing, sinkop)
2) Tremor Kasar
Pasien meuruskan kedua tangan nya kedepan (dengan posisi puggung tangan
di bagia atas). Kemudian perhatikan tangan pasien apakah terdapat tremor atau
tidak.
3) Pemeriksaan status tiroid
Amati keadaan pasien (rileks, agitasi)
Hitung tekanan nadi dan amati jika pasien dalam keadaan atrial
fibrilasi
Amati tangan pasien (eritema, hangat)
Rasakan tangan pasien (kering, basah)
Amati adanya tremor
Lihat wajah pasien (eksoftalmus tidak)
Lihat tungkai apakah ditemukan pretibial myxoedema
4) Pemeriksaan Tanda Opthalmopati
3

Selain perlu juga diperhatikan tanda-tanda ophtalmopati seperti:


-

Ada exoptalmus = mata menonjol dan bola mata dikelilingi oleh sclera

berwarna putih.
Alat eksoftalmometer, yaitu alat mengukur penonjolan bola mata dari

samping
Ada von grape sign = ketika melihat ke bawah, palpebra superior tidak

bisa mengikuti.
Ada stellwag sign = mata jarang berkedip
Ada moebius sign = mata gak bias konvergensi
Ada jofroy sign = tidak dapat mengerutkan dahi
Rosenbach sign = tremor palpebra saat menutup mata

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
T3&T4&TSH normal dan tiroglobulin normal. Tetapi untuk tiroglobulin
biasanya meningkat kerena tiroglobulin merupakan sat-satunya protein yang hanya
dihasilkan oleh tiroid sehingga jika tiroid membesar maka tiroglobulin akan
meningkat. Biasanya tiroglobulin digunakan untuk follow up. Jika sudah di operasi
tetapi tiroglobulin tetap menignkat maka curiga metastasis.
2. Biopsi Jarum Halus
Ketepatan diagnosis mencapai 70-80% dengan hasil negative palsu keganasan
antara 1-6%. Ketepatan diagnostic akan meningkat bila sebelum biopsy dilakukan
penyidikan isotopic atau ultrasonografi. Sidik tiroid diperlukan untuk menyingkirkan
nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik, sedangkan ultrasonografi
selain untuk membedakan nodul kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul, juga
berguna untuk menuntun biopsy.
Teknik ini aman, murah, dan dapat dipercaya, serta dapat dilakukan pada pasien
rawat jalan dengan resiko yang sangat kecil. Dengan BAJAH ini tindakan bedah dapat
dikurangi sampai 50% kasus nodul tiroid, dan pada waktu bersamaan meningkatkan
ketepatan kasus keganasan pada tiroidektomi. Hasil sitology BAJAH : jinak
(negative), curiga (indeterminate), atau ganas (positif).1
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi memberikan informasi tentang morfologi kelenjar tiroid dan
merupakan modalitas yang handal dalam menentukan ukuran dan volume kelenjar
tiroid serta dapat membedakan apakah nodul tersebut bersifat kistik, padat, atau
campuran. Ultrasonografi juga dilakukan untuk penuntun biopsy. Sekitar 20-40%
4

nodul yang secara klinis soliter, ternyata multiple pada gambaran ultrasonogram.
Gambaran ultrasonogram dengan karakteristik dan resiko kemungkinan ganas adalah
apabila ditemukan nodul yang hipoechoik, mikrokalsifikasi, batas ireguler,
peningkatan aliran vaskuler pada nodul (melalui pemeriksaan dengan teknik Doppler),
serta bila ditemukan invasi atau limfadenopati regional.
Menurut beberapa peneliti lesi hipoekoik

cenderung

ganas

tetapi

diskriminannya hanya sekitar 63%, sedangkan lesi hiperekoik jarang ganas hanya
sekitar 4%. Adanya halo sempurna di sekeliling nodul lebih menunjukkan lesi jinak,
hanya sekitar 6% nodul dengan halo sempurna dan 16% dengan halo tidak sempurna
ternyata ganas.1
4. Sidik Tiroid
Sidik tiroid merupakan pencitraan isotropic yang akan memberikan gambaran
morfologi fungsional, yang berarti hasil pencitraan merupakan refleksi dari fungsi
jaringan tiroid. Radiofarmaka yang digunakan adalah I-131, Tc-99mpertechnetate, Tc99m MIBI, TI-201, atau f-18 FDG. I-131 memiliki perilaku sama dengan iodium
stabil yaitu ikut dalam proses trapping dan organifikasi untuk membentuk hormone
tiroid, sedangkan Tc-99m hanya ikut dalam proses trapping.
Pencitraan isotoppik dilakukan untuk mengetahui apakah suatu nodul tiroid
menangkap radioaktivitas atau tidak, mendeteksi tiroid aberan, mendeteksi jaringan
tiroid sisa pasca tiroidektomi atau jaringan metastase fungsional dari karsinoma tiroid
berdiferensiasi.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu : nodul panas, dingin dan hangat.
5. CT Scan atau MRI
Seperti halnya ultrasonografi, CT scan atau MRI merupakan pencitraan anatomi dan
tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid. Penggunaannya lebih
diutamakan untuk mengetahui posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap
organ sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trachea karena
nodul.1
Working Diagnosis
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel). Tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:1
a

Karsinoma folikuler
Terdapat kira-kira 25% dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai
kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar
5

ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/ menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang
kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai The Recurrent
Laringeal Nerves, suara menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih
sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.

Karsinoma papilare
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun.3 Karsinoma papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total.

Karsinoma medulare
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 510 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya
melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) tipe II yang
juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.

Karsinoma berdiferensiasi buruk (anaplastik)


Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis
ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala
seperti stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring), suara serak, dan
disfagia. Prognosis karsinoma anaplastik buruk, dan penderita biasanya meninggal
dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah didiagnosis.4

Differential Diagnosis
Hipertiroidisme dan Tirotoksikosis
Perlu

dibedakan

antara

pengertian

tirotoksikosis

dengan

hipertiroidisme.

Tiroktoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi.
6

Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan
resepetor T3 inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH like substance, autonomi
instrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck uptake tiroid
naik. Sebaliknya destruksi kelenjar misalnya karena radang , inflamasi, radiasi, akan terjadi
kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat
pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan.
Beberapa penyebab hipertiroid antara lain penyakit Grave (suatu penyakit autoimun
yang paling sering), Toxic Multinodular Goiter (TMNG), Solitary Toxic Adenoma, asupan
yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid, pengeluaran yang abnormal dari Thyroid
Stimulating Hormon (TSH), peradangan pada kelenjar tiroid (tiroiditis), asupan yodium yang
berlebihan, kanker pituitari, dan pemakaian obat-obatan seperti amiodaron.
Manifestasi klinis dari hipertiroid ditandai dengan beberapa gejala, namun pada
pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak ada gejala. Pada pasien usia > 70 tahun,
tanda dan gejala yang khas mungkin juga tidak ada. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi
lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya yang berkaitan dengan
hipertiroid antara lain denyut jantung yang sangat cepat (berdebar-debar) > 100 kali per
menit, peningkatan tonus otot, tangan gemetaran (tremor), rambut rontok, kulit tipis dan
halus, sulit tidur (insomnia), gelisah dan mudah tersinggung, pertumbuhan kuku yang sangat
cepat, kelelahan dan cepat letih, penurunan berat meskipun pola makan normal atau banyak,
peningkatan frekuensi buang air besar (BAB), pembesaran kelenjar tiroid, tidak tahan udara
panas, keringat berlebihan, tanda bruit, konsentrasi berkurang, mata melotot (exoptalmus),
dan pada wanita terjadi gangguan haid (sedikit dan tidak teratur).
Limfadenitis
Merupakan peradangan pada kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi bengkak karena
adanya penumpukan cairan dijaringan dan jumlah sel darah putih yang meningkat.
Peradangan ini biasanya terjadi pada kelenjar limfe di leher, ketiak, dan lipat paha.
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari virus, bakteri, ataupun jamur. Gejala klinisnya
adalah demam, adanya benjolan yang lunak, nyeri tekan, dan tanda-tanda peradangan (kulit
di atasnya terlihat merah dan terasa hangat).
Kanker nasofaring
7

Adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langitlangit rongga mulut. Penyebabnya adalah infeksi dari virus Epstein-Barr, lingkungan,
makanan, dan faktor genetik. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras
mongoloid. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara
genetik.
Penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan
otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.
Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit
rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun,
biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut, di dalam telinga
timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran
berkurang. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus,
kemudian pilek. Pada kondisi akut menunjukkan gejala kelenjar getah bening pada leher
membesar, mata menjadi juling, penglihatan ganda, mata bisa menonjol keluar, dan sering
timbul nyeri serta sakit kepala.
Etiologi
Etiologi kanker tiroid belum jelas, pada umumnya beranggapan karsinoma tiroid
berkaitan dengan banyak faktor, termasuk radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen,
jenis kelamin, faktor diet, dll.5
1. Kenaikan sekresi hormon TSH dari kelenjar hipofise anterior disebabkan
berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya
intake yodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Sebagian karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial. Timbulnya karsinoma
medular tiroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET pada kromosom nomor 10.
4. Penyakit hiperplasia jinak tiroid seperti struma nodusa dan adenoma tiroid dapat
bertransformasi ganas menjadi karsinoma. Transformasi ganas adenoma berhubungan
dengan tipe patologik, adenoma folikular tipe embrional dan tipe fetal lebih mudah
menjadi ganas.

5. Perbedaan jenis kelamin pada karsinoma tiroid relatif besar, hormon wanita mungkin
berperan dalam etiologinya. Ada penelitian menemukan, pada kelenjar tiroid normal,
tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat reseptor estrogen dalam jumlah
bervariasi. Pada jaringan karsinoma papilar tiroid kandungan reseptor estrogen (ER)
dan reseptor progesteron (PR) tertinggi, disimpulkan bahwa ER, PR merupakan faktor
penting yang mempengaruhi insiden karsinoma tiroid pada wanita.

Epidemiologi
Insiden kanker tiroid bervariasi menurut negara dan kawasan yang berbeda. Di Eslandia
dan Hawaii, insiden kanker tiroid sangat tinggi, di China relatif rendah, dewasa ini belum
terdapat data statistik lengkap di China. Menurut data tahun 1988 dari kantor survei tumor
kota Tianjin, insiden kanker tiroid tahunan pada pria adalah 0,8-0,9/100.000, pada wanita 2,02,2/100.000, menempati 0,86-0,90% dari tumor ganas seluruh tubuh. Penderita wanita lebih
banyak dari pria, ratio pria terhadap wanita adalah 1 : 2-4, penyakit tersering terjadi pada usia
20-40 tahun.5
Patofisiologi
Tumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering pula berupa tumor keras.
Adenokarsinoma papiler (60%) biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita
memperlihatkan sarang ganas di lobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mulamula ke kelanjar limfe regional, dan akhirnya dapat terjadi metastasis hematogen.2
Sebaliknya, adenokarsinoma folikuler biasanya bersifat unifokal dan jarang
bermetastasis ke kelenjar limfe leher. Karsinoma folikuler ini bermetastasis ke kelenjar limfe
leher. Karsinoma folikuler ini lebih sering menyebar secara hematogen, antara lain ke tulang
dan paru.
Adenokarsinoma meduler berasal dari sel C / sel parafolukiler sehingga kadang
mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Kadang terdapat hubungan dengan adenomaendokrin
lain dalam bentuk MEN II (multiple endocrine neoplasia IIa). Pada tahap ini juga dapat
terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional.
Adenokarsinoma anaplastik, yang jarang ditemukan (10%), merupakan tumor yang
agresif, bertumbuh cepat, dengan infiltrasi masih ke jaringan sekitarnya. Pada tahap dini
sudah terjadi penyebaran hematogen dan penyebuhan jarang dicapai. Karsinoma anaplastik
sering menyebabkan kesulitan bernapas karena infiltrasi ke trakhea sampai ke lumen yang
ditandai dengan dispnea dengan stridor inspirasi.
9

Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakhea, laring, faring, sofagus, N.


Rekurens, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain dalam leher dan kulit.
Metastasis kinfogen dapat meliputi semua regio leher, sedangkan metastasis hematogen
ditemukan, terutama di paru, tulang, otak, dan hati.2

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang didapatkan dari kanker tiroid adalah :1,4,5
Adanya nodul tiroid
Suara serak
Limfadenopati servikal
Susah nafas
Batuk
Disfagia
Riwayat radiasi pengion pada saat anak-anak
Nodul padat, keras, tidak rata, dan terfiksir
Riwayat keganasan tiroid sebelumnya.
Penatalaksanaan
A. Terapi operatif
Kecuali karsinoma tak berdiferensiasi, terapi kanker tiroid terutama dengan operasi.
Menurut jenis patologik dan lingkup infiltrasi yang berbeda, dipilih model operasi
berbeda. Berdasarkan ukuran tumor primer, jenis patologik lingkup infiltrasi ke
jaringan sekitar ada tidaknya metastasis dan lingkup metastasis, ditetapkan model
operasinya.
1. Penanganan terhadap kanker primer.
a. Lobektomi unilateral plus ismektomi: bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid,
semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan lobektomi unilateral dan
ismektomi. Kasus suspek kanker tiroid harus menjalani lobektomi unilateral
dan ismektomi. Terhadap tumor padat intratiroid yang bersifat belum jelas,
setidaknya harus dilakukan lobektomi unilateral subtital dan ismektomi.
b. Tiroidektomi total atau subtotal: bila lesi tiroid mengenai kedua lobus, atau
kanker tiroid sudah memiliki metastasis jauh, memerlukan terapi dengan
isotop pasca operasi, harus terlebih dulu dilakukan tiroidektomi.
c. Reseksi diperluas lobus residual unilateral. Terhadap tumor tiroid dengan sifat
tidak jelas dilakukan eksisi lokal tumor, pasca operasi secara patologik
ternyata ganas, dilakukan operasi lagi untuk mengangkat lobus residual.
10

2. Penanganan terhadap kelenjar limfe regional.


Metastasis kelenjar limfe regional dari kanker tiroid mencakup kelenjar limfe
regio leher dan mediastinum superior, secara klinis lebih sering ditemukan
metastasis kelenjar limfe leher. Umumnya metastasis kelenjar limfe leher tidak
berpengaruh jelas pada prognosis kanker tiroid, oleh karena itu terhadap kasus
dengan kelenjar limfe leher negatif umumnya tidak dianjurkan untuk operasi
pembersihan selektif kelenjar limfe leher. Sedangkan terhadap kasus kelenjar
limfe positif, harus dilakikan operasi pembersihan kelenjar limfe leher kuratif.
B. Terapi non-operatif
1. Radioterapi
a. Radioterapi eksternal: kanker tiroid berdiferensiasi tidak peka terhadap
radioterapi rutin, selain itu organ sekitarnya seperti kartilago tiroida, trakea,
medulla, spinal dll kurang tahan terhadap radiasi, sehingga pada umumnya
tidak dianjurkan radioterapi eksternal murni atau radioterapi adjuvant rutin
pasca operasi. Indikasi radioterapi umumnya dianggap mencakup karsinoma
tak berdiferensiasi, karsinoma tiroid berdiferensiasi pasca operasi dengan
remnant local, lesi yang tidak mengambil I-131, metastasis otak, dll.
b. Radioterapi internal: radiasi I-131 berefek destruktif terhadap jaringan tiroid,
sedangkan sebagian besar karsinoma tiroid mengambil I-131. Maka secara
klinis I-131 dipakai untuk terapi karsinoma tiroid berdiferensiasi, khususnya
kasus dengan metastasis jauh dan bersifat mengambil I-131.
2. Terapi hormonal
Pasca operasi karsinoma tiroid berdiferensiasi pasien pada dasarnya secara rutin
diberikan tiroksin. Dasar teorinya adalah tiroksin dapat menghambat sekresi TSH
sehingga mengurangi rekurensi dan metastasis karsinoma tiroid berdiferensiasi.
Dewasa ini tindakan klinis umumnya adalah pasca operasi memakai tiroksin
secara kontinu selama jangka waktu panjang atau relatif panjang, dosis
disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH serum atau mencapai kondisi batas
hipertiroid.
3. Kemoterapi
Terhadap pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi, dewasa ini masih belum ada
kemoterapi yang efektif, maka secara klinis kemoterapi hanya dipakai secara
selektif untuk pasien stadium lanjut yang tak dapat dioperasi atau pasien dengan
metastasis jauh, atau dipakai bersama metode terapi lainnya. Secara relatif,

11

karsinoma tak berdiferensiasi lebih peka terhadap kemoterapi, secara klinis


umumnya dipakai kemoterapi kombinasi.
Pencegahan
Pencegahan kanker tiroid dapat dilakukan dengan cara mengatur pola hidup dan pola
makan yang benar. Karena sebagian besar penyakit timbul akibat pola hidup dan pola makan
yang kurang seimbang, misalnya merokok, sering begadang, mengkonsumsi alkohol, aktifitas
olahraga yang kurang, pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang, serta sering
terpapar zat-zat kimia berbahaya dari polusi kendaraan dan asap pabrik merupakan penyebab
umum timbulnya berbagai macam penyakit berbahaya, termasuk kanker tiroid. Berikut adalah
5 langkah mencegah penyakit kanker tiroid:

Mendapat kecukupan garam. Riset menunjukan, kadar iodine rendah dapat meningkat
risiko kanker tiroid. Garam mungkin sumber terbesar iodine dalam diet. Dapatkan 1/2

sendok teh garam iodisasi setiap hari.


Batasi radiasi. Salah satu cara terbaik mencegah kanker tiroid adalah membatasi
paparan radiasi. 45% dari paparan berasal dari pemeriksaan medis, terutama CT Scan

dan sinar X-ray.


Konsumsi makanan anti kanker, seperti daging sapi yang kaya akan selenium.
Mineral ini menghambat pertumbuhan dari kanker tiroid. Sumber baik selenium

lainnya ada di kepiting dan kerang. Dapatkan makanan kaya selenium perminggunya.
Antioksidan. Risiko kanker tiroid dapat diturunkan dengan makanan kaya
antioksidan, contohnya brokoli, wortel dan jeruk. Menambahkan lebih banyak buah
dan sayuran ke dalam diet juga dapat mengendalikan berat badan. Kemungkinan

terdapat hubungan antara obsesitas dan kanker tiroid.


Deteksi diri. Pentingnya anda untuk mendeteksi diri sendiri. Periksakan leher setiap
tahun untuk benjolan yang mencurigakan. Deteksi dan pengobatan dini menyembuhan
95% kasus kanker tiroid.

Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul pada tiroidektomi yang meliputi:

Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis
dan penggunaan drain setelah operasi.

Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara. Dengan tindakan anestesi yang tepat, ventilasi tekanan positif yang intermitten,
dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
12

Trauma pada nervus laringeus rekurens. Dapat menimbulkan paralisis sebagian atau
total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian
pada saat operasi harus diutamakan.

Sepsis yang meluas ke mediastinum. Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai profilaksis lagi.

Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah


tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia
yang tepat pasca bedah.4

Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.

Prognosis
Prognosis kersinoma tiroid bervariasi besar, ada yang tumbuh lambat sehingga sedikit
membawa kematian, ada yang tumbuh cepat sehingga angka kematian tinggi. Faktor yang
berpengaruh menonjol terhadap prognosis karsinoma tiroid terutama mencakup: jenis
patologik, stadium dan metastasis jauh. Selain itu usia, jenis kelamin, ukuran lesi, dan
stadium T juga berpengaruh pada prognosis karsinoma tiroid.
Kesimpulan
Laki-laki usia 60 tahun menderita karsinoma tiroid.
Daftar Pustaka
1. Subekti I. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta:
Interna Publishing. 2009. h.2031-7.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Endokrin. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. 2005. h.682-703.
3. Brunner, Suddarth. Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11th ed. United States :
Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p.1441-2.
4. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills. 1st ed. United Kingdoms : Oxford University Press; 2007. p.116-9.
5. Diesen W. Tumor di Kepala dan Leher. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke2. Jakarta: FKUI. 2008. h. 287-97.

13

Anda mungkin juga menyukai