Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Keadaan Umum dan TTV (Tanda Tanda Vital)
2. Pemeriksaan fisik
Pada setiap pasien dengan kecurigaan kelainan tiroid, kelenjar tiroid diinspeksi dan
dipalpasi secara rutin.
a) Inspeksi
Inspeksi kelenjar tiroid
Dimulai dengan indentifikasi dari penandanya. Bagian bawah leher diantara
otot
sternocleidomastoideus
diinspeksi
untuk
melihat
apakah
ada
tidak bergerak
Kista tiroglossalis tidak akan bergerak saat menelan tapi akan bergerak
terlewati.)
Periksa JVP dan amati jika tampak vena yang berdilatasi dapat
b) Palpasi
Palpasi kelenjar tiroid
2
Ada exoptalmus = mata menonjol dan bola mata dikelilingi oleh sclera
berwarna putih.
Alat eksoftalmometer, yaitu alat mengukur penonjolan bola mata dari
samping
Ada von grape sign = ketika melihat ke bawah, palpebra superior tidak
bisa mengikuti.
Ada stellwag sign = mata jarang berkedip
Ada moebius sign = mata gak bias konvergensi
Ada jofroy sign = tidak dapat mengerutkan dahi
Rosenbach sign = tremor palpebra saat menutup mata
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
T3&T4&TSH normal dan tiroglobulin normal. Tetapi untuk tiroglobulin
biasanya meningkat kerena tiroglobulin merupakan sat-satunya protein yang hanya
dihasilkan oleh tiroid sehingga jika tiroid membesar maka tiroglobulin akan
meningkat. Biasanya tiroglobulin digunakan untuk follow up. Jika sudah di operasi
tetapi tiroglobulin tetap menignkat maka curiga metastasis.
2. Biopsi Jarum Halus
Ketepatan diagnosis mencapai 70-80% dengan hasil negative palsu keganasan
antara 1-6%. Ketepatan diagnostic akan meningkat bila sebelum biopsy dilakukan
penyidikan isotopic atau ultrasonografi. Sidik tiroid diperlukan untuk menyingkirkan
nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik, sedangkan ultrasonografi
selain untuk membedakan nodul kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul, juga
berguna untuk menuntun biopsy.
Teknik ini aman, murah, dan dapat dipercaya, serta dapat dilakukan pada pasien
rawat jalan dengan resiko yang sangat kecil. Dengan BAJAH ini tindakan bedah dapat
dikurangi sampai 50% kasus nodul tiroid, dan pada waktu bersamaan meningkatkan
ketepatan kasus keganasan pada tiroidektomi. Hasil sitology BAJAH : jinak
(negative), curiga (indeterminate), atau ganas (positif).1
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi memberikan informasi tentang morfologi kelenjar tiroid dan
merupakan modalitas yang handal dalam menentukan ukuran dan volume kelenjar
tiroid serta dapat membedakan apakah nodul tersebut bersifat kistik, padat, atau
campuran. Ultrasonografi juga dilakukan untuk penuntun biopsy. Sekitar 20-40%
4
nodul yang secara klinis soliter, ternyata multiple pada gambaran ultrasonogram.
Gambaran ultrasonogram dengan karakteristik dan resiko kemungkinan ganas adalah
apabila ditemukan nodul yang hipoechoik, mikrokalsifikasi, batas ireguler,
peningkatan aliran vaskuler pada nodul (melalui pemeriksaan dengan teknik Doppler),
serta bila ditemukan invasi atau limfadenopati regional.
Menurut beberapa peneliti lesi hipoekoik
cenderung
ganas
tetapi
diskriminannya hanya sekitar 63%, sedangkan lesi hiperekoik jarang ganas hanya
sekitar 4%. Adanya halo sempurna di sekeliling nodul lebih menunjukkan lesi jinak,
hanya sekitar 6% nodul dengan halo sempurna dan 16% dengan halo tidak sempurna
ternyata ganas.1
4. Sidik Tiroid
Sidik tiroid merupakan pencitraan isotropic yang akan memberikan gambaran
morfologi fungsional, yang berarti hasil pencitraan merupakan refleksi dari fungsi
jaringan tiroid. Radiofarmaka yang digunakan adalah I-131, Tc-99mpertechnetate, Tc99m MIBI, TI-201, atau f-18 FDG. I-131 memiliki perilaku sama dengan iodium
stabil yaitu ikut dalam proses trapping dan organifikasi untuk membentuk hormone
tiroid, sedangkan Tc-99m hanya ikut dalam proses trapping.
Pencitraan isotoppik dilakukan untuk mengetahui apakah suatu nodul tiroid
menangkap radioaktivitas atau tidak, mendeteksi tiroid aberan, mendeteksi jaringan
tiroid sisa pasca tiroidektomi atau jaringan metastase fungsional dari karsinoma tiroid
berdiferensiasi.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu : nodul panas, dingin dan hangat.
5. CT Scan atau MRI
Seperti halnya ultrasonografi, CT scan atau MRI merupakan pencitraan anatomi dan
tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid. Penggunaannya lebih
diutamakan untuk mengetahui posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap
organ sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trachea karena
nodul.1
Working Diagnosis
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel). Tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:1
a
Karsinoma folikuler
Terdapat kira-kira 25% dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai
kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar
5
ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/ menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang
kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai The Recurrent
Laringeal Nerves, suara menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih
sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
Karsinoma papilare
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun.3 Karsinoma papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total.
Karsinoma medulare
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 510 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya
melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) tipe II yang
juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
Differential Diagnosis
Hipertiroidisme dan Tirotoksikosis
Perlu
dibedakan
antara
pengertian
tirotoksikosis
dengan
hipertiroidisme.
Tiroktoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi.
6
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan
resepetor T3 inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH like substance, autonomi
instrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck uptake tiroid
naik. Sebaliknya destruksi kelenjar misalnya karena radang , inflamasi, radiasi, akan terjadi
kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat
pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan.
Beberapa penyebab hipertiroid antara lain penyakit Grave (suatu penyakit autoimun
yang paling sering), Toxic Multinodular Goiter (TMNG), Solitary Toxic Adenoma, asupan
yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid, pengeluaran yang abnormal dari Thyroid
Stimulating Hormon (TSH), peradangan pada kelenjar tiroid (tiroiditis), asupan yodium yang
berlebihan, kanker pituitari, dan pemakaian obat-obatan seperti amiodaron.
Manifestasi klinis dari hipertiroid ditandai dengan beberapa gejala, namun pada
pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak ada gejala. Pada pasien usia > 70 tahun,
tanda dan gejala yang khas mungkin juga tidak ada. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi
lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya yang berkaitan dengan
hipertiroid antara lain denyut jantung yang sangat cepat (berdebar-debar) > 100 kali per
menit, peningkatan tonus otot, tangan gemetaran (tremor), rambut rontok, kulit tipis dan
halus, sulit tidur (insomnia), gelisah dan mudah tersinggung, pertumbuhan kuku yang sangat
cepat, kelelahan dan cepat letih, penurunan berat meskipun pola makan normal atau banyak,
peningkatan frekuensi buang air besar (BAB), pembesaran kelenjar tiroid, tidak tahan udara
panas, keringat berlebihan, tanda bruit, konsentrasi berkurang, mata melotot (exoptalmus),
dan pada wanita terjadi gangguan haid (sedikit dan tidak teratur).
Limfadenitis
Merupakan peradangan pada kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi bengkak karena
adanya penumpukan cairan dijaringan dan jumlah sel darah putih yang meningkat.
Peradangan ini biasanya terjadi pada kelenjar limfe di leher, ketiak, dan lipat paha.
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari virus, bakteri, ataupun jamur. Gejala klinisnya
adalah demam, adanya benjolan yang lunak, nyeri tekan, dan tanda-tanda peradangan (kulit
di atasnya terlihat merah dan terasa hangat).
Kanker nasofaring
7
Adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langitlangit rongga mulut. Penyebabnya adalah infeksi dari virus Epstein-Barr, lingkungan,
makanan, dan faktor genetik. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras
mongoloid. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara
genetik.
Penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan
otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.
Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit
rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun,
biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut, di dalam telinga
timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran
berkurang. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus,
kemudian pilek. Pada kondisi akut menunjukkan gejala kelenjar getah bening pada leher
membesar, mata menjadi juling, penglihatan ganda, mata bisa menonjol keluar, dan sering
timbul nyeri serta sakit kepala.
Etiologi
Etiologi kanker tiroid belum jelas, pada umumnya beranggapan karsinoma tiroid
berkaitan dengan banyak faktor, termasuk radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen,
jenis kelamin, faktor diet, dll.5
1. Kenaikan sekresi hormon TSH dari kelenjar hipofise anterior disebabkan
berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya
intake yodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Sebagian karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial. Timbulnya karsinoma
medular tiroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET pada kromosom nomor 10.
4. Penyakit hiperplasia jinak tiroid seperti struma nodusa dan adenoma tiroid dapat
bertransformasi ganas menjadi karsinoma. Transformasi ganas adenoma berhubungan
dengan tipe patologik, adenoma folikular tipe embrional dan tipe fetal lebih mudah
menjadi ganas.
5. Perbedaan jenis kelamin pada karsinoma tiroid relatif besar, hormon wanita mungkin
berperan dalam etiologinya. Ada penelitian menemukan, pada kelenjar tiroid normal,
tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat reseptor estrogen dalam jumlah
bervariasi. Pada jaringan karsinoma papilar tiroid kandungan reseptor estrogen (ER)
dan reseptor progesteron (PR) tertinggi, disimpulkan bahwa ER, PR merupakan faktor
penting yang mempengaruhi insiden karsinoma tiroid pada wanita.
Epidemiologi
Insiden kanker tiroid bervariasi menurut negara dan kawasan yang berbeda. Di Eslandia
dan Hawaii, insiden kanker tiroid sangat tinggi, di China relatif rendah, dewasa ini belum
terdapat data statistik lengkap di China. Menurut data tahun 1988 dari kantor survei tumor
kota Tianjin, insiden kanker tiroid tahunan pada pria adalah 0,8-0,9/100.000, pada wanita 2,02,2/100.000, menempati 0,86-0,90% dari tumor ganas seluruh tubuh. Penderita wanita lebih
banyak dari pria, ratio pria terhadap wanita adalah 1 : 2-4, penyakit tersering terjadi pada usia
20-40 tahun.5
Patofisiologi
Tumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering pula berupa tumor keras.
Adenokarsinoma papiler (60%) biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita
memperlihatkan sarang ganas di lobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mulamula ke kelanjar limfe regional, dan akhirnya dapat terjadi metastasis hematogen.2
Sebaliknya, adenokarsinoma folikuler biasanya bersifat unifokal dan jarang
bermetastasis ke kelenjar limfe leher. Karsinoma folikuler ini bermetastasis ke kelenjar limfe
leher. Karsinoma folikuler ini lebih sering menyebar secara hematogen, antara lain ke tulang
dan paru.
Adenokarsinoma meduler berasal dari sel C / sel parafolukiler sehingga kadang
mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Kadang terdapat hubungan dengan adenomaendokrin
lain dalam bentuk MEN II (multiple endocrine neoplasia IIa). Pada tahap ini juga dapat
terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional.
Adenokarsinoma anaplastik, yang jarang ditemukan (10%), merupakan tumor yang
agresif, bertumbuh cepat, dengan infiltrasi masih ke jaringan sekitarnya. Pada tahap dini
sudah terjadi penyebaran hematogen dan penyebuhan jarang dicapai. Karsinoma anaplastik
sering menyebabkan kesulitan bernapas karena infiltrasi ke trakhea sampai ke lumen yang
ditandai dengan dispnea dengan stridor inspirasi.
9
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang didapatkan dari kanker tiroid adalah :1,4,5
Adanya nodul tiroid
Suara serak
Limfadenopati servikal
Susah nafas
Batuk
Disfagia
Riwayat radiasi pengion pada saat anak-anak
Nodul padat, keras, tidak rata, dan terfiksir
Riwayat keganasan tiroid sebelumnya.
Penatalaksanaan
A. Terapi operatif
Kecuali karsinoma tak berdiferensiasi, terapi kanker tiroid terutama dengan operasi.
Menurut jenis patologik dan lingkup infiltrasi yang berbeda, dipilih model operasi
berbeda. Berdasarkan ukuran tumor primer, jenis patologik lingkup infiltrasi ke
jaringan sekitar ada tidaknya metastasis dan lingkup metastasis, ditetapkan model
operasinya.
1. Penanganan terhadap kanker primer.
a. Lobektomi unilateral plus ismektomi: bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid,
semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan lobektomi unilateral dan
ismektomi. Kasus suspek kanker tiroid harus menjalani lobektomi unilateral
dan ismektomi. Terhadap tumor padat intratiroid yang bersifat belum jelas,
setidaknya harus dilakukan lobektomi unilateral subtital dan ismektomi.
b. Tiroidektomi total atau subtotal: bila lesi tiroid mengenai kedua lobus, atau
kanker tiroid sudah memiliki metastasis jauh, memerlukan terapi dengan
isotop pasca operasi, harus terlebih dulu dilakukan tiroidektomi.
c. Reseksi diperluas lobus residual unilateral. Terhadap tumor tiroid dengan sifat
tidak jelas dilakukan eksisi lokal tumor, pasca operasi secara patologik
ternyata ganas, dilakukan operasi lagi untuk mengangkat lobus residual.
10
11
Mendapat kecukupan garam. Riset menunjukan, kadar iodine rendah dapat meningkat
risiko kanker tiroid. Garam mungkin sumber terbesar iodine dalam diet. Dapatkan 1/2
lainnya ada di kepiting dan kerang. Dapatkan makanan kaya selenium perminggunya.
Antioksidan. Risiko kanker tiroid dapat diturunkan dengan makanan kaya
antioksidan, contohnya brokoli, wortel dan jeruk. Menambahkan lebih banyak buah
dan sayuran ke dalam diet juga dapat mengendalikan berat badan. Kemungkinan
Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul pada tiroidektomi yang meliputi:
Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis
dan penggunaan drain setelah operasi.
Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara. Dengan tindakan anestesi yang tepat, ventilasi tekanan positif yang intermitten,
dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
12
Trauma pada nervus laringeus rekurens. Dapat menimbulkan paralisis sebagian atau
total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian
pada saat operasi harus diutamakan.
Sepsis yang meluas ke mediastinum. Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai profilaksis lagi.
Prognosis
Prognosis kersinoma tiroid bervariasi besar, ada yang tumbuh lambat sehingga sedikit
membawa kematian, ada yang tumbuh cepat sehingga angka kematian tinggi. Faktor yang
berpengaruh menonjol terhadap prognosis karsinoma tiroid terutama mencakup: jenis
patologik, stadium dan metastasis jauh. Selain itu usia, jenis kelamin, ukuran lesi, dan
stadium T juga berpengaruh pada prognosis karsinoma tiroid.
Kesimpulan
Laki-laki usia 60 tahun menderita karsinoma tiroid.
Daftar Pustaka
1. Subekti I. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta:
Interna Publishing. 2009. h.2031-7.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Endokrin. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. 2005. h.682-703.
3. Brunner, Suddarth. Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11th ed. United States :
Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p.1441-2.
4. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills. 1st ed. United Kingdoms : Oxford University Press; 2007. p.116-9.
5. Diesen W. Tumor di Kepala dan Leher. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke2. Jakarta: FKUI. 2008. h. 287-97.
13