Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MIKROBIOLOGI

INTERFERON
Disusun oleh :
LESTARI SUKMA DINULLAH
(1302101010163)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik. Makalah ini berjudul Interferon disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah
MIKROBIOLOGI.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini kedepan. Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran.

Banda Aceh, Sabtu 19 April 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa interferon ditemukan pertama kali oleh Nagano dan Kojima pada tahun 1954 di
dalam tubuh kelinci, namun saat itu mereka belum memberi nama pada senyawa ini.
Istilah interferon sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1957, setelah Isaacs dan
Lindenmann berhasil mengisolasi molekul yang serupa dari sel ayam. Interferon (IFN)
adalah hormon berjenis glikoprotein yang diproduksi secara alami oleh sel-sel vertebrata
akibat rangsangan biologis seperti virus, bakteri, dan protozoa dimana tampaknya virus
adalah sumber rangsangan utama produksi interferon. Interferon berfungsi untuk
melindungi tubuh dari berbagai jenis penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh
virus. Interferon memicu sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya untuk menghasilkan
zat-zat yang dapat menghambat replikasi virus
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari interferon ?
2. Bagaimanakah mekanisme kerja dari interferon ?
3. Apa saja fungsi dari interferon ?
4. Apa saja efek samping dari interferon ?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi dari interferon
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari interferon
3. Untuk mengetahui fungsi dari interferon
4. Untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari interferon

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interferon
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa interferon adalah suatu senyawa glikoprotein yang
dibentuk oleh sel tubuh akibat berbagai rangsang, spesifik terhadap sel inang tetapi tidak

spesifik terhadap virus (Mutschler, 1986). Interferon dipakai untuk tujuan pengobatan karena
berkhasiat sebagai antiviral dan antiproliferatif, selain itu sebagai imunomodulator
Senyawa interferon adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan senyawa
tersebut akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus. Dengan kata lain, pada saat virus
memasuki tubuh dan mulai menginfeksi sel-sel tubuh, interferon akan segera terbentuk
sebelum sistem imun spesifik merespon infeksi tersebut. Pada saat rangsangan biologis
terjadi, sel yang terinduksi akan segera melepaskan interferon ke lingkungannya sehingga
interferon dapat berikatan dengan reseptor sel target dan menginduksi transkripsi kurang
lebih 20 sampai 30 gen antiviral. Hal ini membuat sel-sel tersebut mampu mengaktifkan
kemampuan antivirus sehingga perluasan infeksi virus dapat dicegah.
Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma :

Interferon- yang dibuat oleh sel-sel darah putih, berperan sebagai molekul anti-viral.
Interferon- dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua sel di

dalam tubuh manusia.


Interferon- dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel-sel
tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
Interferon diproduksi oleh tubuh bila mendapat serangan dari berbagai agen penyakit.

Namun, umumnya jumlah yang diproduksi tidak mencukupi untuk melawan agen penyakit
yang berkembang biak sangat cepat. Karena itu, suplai interferon dari luar diperlukan. Karena
itu interferon kemudian dijadikan sebagai jenis terapi yang termasuk ke dalam jenis
imunoterapi (immunotherapy). Inilah yang menjadi ide awal penggunaan interferon sebagai
obat.
Imunoterapi menjadikan sistem imun tubuh sebagai targetnya. Karena sistem imun ini
berhubungan dengan hampir semua penyakit, imunoterapi bisa diaplikasikan untuk semua
jenis penyakit. Dengan demikian, interferon bisa digunakan sebagai multidrug untuk terapi
berbagai penyakit

2.2 Aksi interferon


Apabila sel terinfeksi virus, sel yang mungkin akan rusak atau mati memproduksi interferon

sebagai respons terhadap rangsang (stimuli) tersebut. Interferon kemudian dibebaskan dan
berikatan dengan reseptor pada sel lain (sel tetangga) yang belum terinfeksi. Interferon akan
menginduksi protein antiviral apabila sel tetangga tersebut diserang virus. Selain virus
penginfeksi, stimuli dapat berasal dari untai ganda RNA, endotoksin, mitogen dan antigen.
Fase pertama pertahanan tubuh adalah imunitas bawaan, permukaan epitel berusaha menjaga
pengaruh yang merusak supaya berada di luar garis pertahanan. Kebanyakan virus dan
bakteri hanya dapat masuk ke jaringan melalui interaksi pada permukaan sel yang khas.
Bakteri yang berhasil memasuki sawar akan menghadapi dua macam pertahanan. Pertama
aktivitas spontan dari plasma yang berusaha mendestruksi bakteri. Ke dua makrofag melalui
reseptor nya berusaha menangkap bakteri. Fase ke dua berupa respons imun, lebih banyak sel
fagosit dan molekul efektor berperanan pada infeksi yang membebaskan lebih banyak sitokin.
Sintesis sitokin yang di stimulasi karena makrofag telah mengenal konstituen mikroba
disebut monokin. Sitokin yang dihasilkan makrofag sebagai respons adanya mikroorganisme
patogen akan disertai dengan terjadinya radang yang menimbulkan gejala klinis berupa rasa
sakit, jaringan kemerahan

2.3 Fungsi Interferon


a. Sebagai Antivirus
Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang diproduksi oleh
tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada permukaan sel sebelum virus tersebut
masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam sirkulasi darah (IgG) akan mencegah virus untuk
menempel. Bila virus tersebut lolos dan menginfeksi, sel tubuh akan melepas interferon untuk
meresponnya. Di samping itu, interferon mengaktifkan sel pembunuh alamiah (Natural Killer
Cell) yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi virus yang dapat dikenali dari perubahan
pada permukaannya.
b. Pengobatan Hepatitis B dan C
Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas pengobatannya masih
rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19% untuk hepatitis C. setelah
dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari interferon 2a dan terpegilasi dari interferon 2b
terjadi peningkatan efektivitas pengobatan menjadi 40-50%. Perbedaannya terletak pada

kestabilan protein yang menjadi inti interferon. Dibandingkan yang konvensional, protein
yang terpegilasi cenderung lebih stabil sehingga dapat aktif lebih lama membunuh virus.
Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan Ribavirin.
Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon yang tinggi
melawan virus pada penderita Hepatitis C kronis.
Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon- dibuat dengan menggabungkan
suatu molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG) dengan molekul interferon-.
Penggabungan tersebut memperbesar ukuran interferon- sehingga dapat bertahan dalam
tubuh lebih lama. Hal tersebut juga dapat melindungi molekul interferon agar tidak dirusak
oleh enzim tubuh. Selain itu, obat ini juga memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga
tidak perlu sering-sering dikonsumsi. Interferon- standar biasa disuntikkan tiga kali dalam
seminggu, sedangkan interferon- bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali dalam
seminggu.
c. Pengobatan SARS
Menurut Prof. JindrichCinatl, kombinasi interferon dengan glycyrrhizin mendapatkan
hasil yang maksimal dalam melawan virus SARS.
d. Pengobatan Penyakit Lain

Interferon

alfa-2a

(Roferon-A)

mengobati Leukemia , AIDS-terkait

disetujui

Sarkoma

Kaposi,

FDA
dan

untuk
Leukemia

Myelogenous kronis.
Interferon alfa-2b telah disetujui untuk pengobatan Sarkoma (tumor yang

timbul dari jaringan ikat), hepatitis C kronik, dan hepatitis B kronik.


Interferon beta-1b (Betaseron) dan interferon beta-1a (Avonex) disetujui untuk
pengobatan multiple sclerosis (peradangan pada otak dan sumsum tulang

belakang).
Interferon-alfa n3 (Alferon-N) disetujui untuk pengobatan genital dan perianal

kutil yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV).


Interferon gamma-1B (Actimmune) disetujui untuk pengobatan penyakit
granulomatosa (pembentukangranuloma multiple) kronis dan malignant
osteopetrosis(kepadatan tulang abnormal).

2.4 Efek Samping Interferon

Meskipun interferon mampu melindungi tubuh dari serangan penyakit, penggunaan interferon
sebagai terapi masih memiliki banyak kelemahan. Pertama, adanya efek samping yang dapat
timbul berupa gejala demam, nyeri otot, malaise, dan sakit kepala. Kedua, penggunaan
interferon dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan turunnya kemampuan organ
penglihatan serta dapat menyebabkan kerontokan rambut. Ketiga, masa terapi interferon
sangat lama, bahkan mencapai lebih dari satu tahun. Ini akan menyusahkan pasien karena
interferon biasanya dikonsumsi melalui infus. Oleh karena itu, tampaknya dibutuhkan studi
lebih lanjut mengenai keberlangsungan penggunaan interferon sebagai terapi bagi manusia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- interferon adalah suatu senyawa glikoprotein yang dibentuk oleh sel tubuh
akibat berbagai rangsang, spesifik terhadap sel inang tetapi tidak spesifik
-

terhadap virus
Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma
Fungsi sebagai obat antivirus, pengobatan penyakit hepatitis B dan C,

pengobatan penyakit SARS atau penyakit lainnya


Efek samping yang dapat timbul berupa gejala demam, nyeri otot, malaise,
sakit kepala, penggunaan interferon dalam jangka waktu yang panjang akan
menyebabkan

turunnya

kemampuan

menyebabkan kerontokan rambut

organ

penglihatan

serta

dapat

DAFTAR PUSTAKA
Sudewa,

Ari.

2014.

Mengenal

Interferon

sebagai

Komponen

Pertahanan Tubuh.https://arisudev.wordpress.com/2014/01/04/mengenal-interferonsebagai-komponen-pertahanan-tubuh/. Diakses 26 April 2015.


Zalwis,

Rahayu.

Tanpa

tahun.

Interferon.

https://www.academia.edu/4112412/INTERFERON_Diajukan_untuk_melengkapi_tu
gas-tugas_mikrobiologi_II_Oleh_Rahayu_Zalwis. Diakses 26 April 2015.

Mansjoer, Soewarni. 2005. Klasifikasi, Efek Farmakologi Dan Indikasi

Interferon. Bagian farmasi fakultas kedokteran universitas sumatera utara.


http://library.usu.ac.id/download/fk/farmasi-soewarni3.pdf. Diakses 26 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai