Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
REZI AMALIA PUTRI
No.BP.1110312003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
SKRIPSI
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
REZI AMALIA PUTRI
No.BP.1110312003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
SKRIPSI
Oleh :
Drs.Adrial,M.Kes
Jabatan
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
Tanda tangan
SKRIPSI
Oleh :
Jabatan
Penguji I
Penguji II
Dr.Edison, MPH
Penguji III
iii
Tanda tangan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan kewajiban setiap mahasiswa tingkat
akhir sebagai salah satu syarat menjadi Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Penulis memilih judul Hubungan Pola Asuh Ibu
dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Nelayan di Kota Padang.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan,
nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak.
5. dr. Rahmi Lestari, Sp.A selaku penguji II yang juga ikut memberikan
masukan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.
6. dr. Edison, MPH selaku penguji III yang juga ikut memberikan masukan
dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Endrinaldi, MS selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, perhatian, saran, arahan, dan nasehat bagi penulis
dalam menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
ini.
8. Bapak pimpinan, staf pengajar, dan seluruh Civitas Akademika FK
UNAND yang telah membantu penulis selama kuliah di Fakultas
Kedokteran ini.
9. Ayahanda Zulkifli, Ibunda Gusneti tersayang yang selalu ada dan
senantiasa memberikan doa, bimbingan, semangat dan kesabaran yang
tidak ada batasnya.
10. Teman-teman dari NEURO11 yang telah mengarahkan dan sangat
membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini.
Semoga usaha, bimbingan, bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang
telah diberikan tidak akan sia-sia, hanya Allah Yang Maha Tahu dan memberi
balasan yang berlipat ganda serta limpahan rahmat pada kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kekurangan
yang ada, penulis hanya bisa mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
terutama kepada pembaca dan penulis sendiri.
v
Penulis
ABSTRACT
THE ASSOCIATION BETWEEN
CARE PRACTICE WITH NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN
AT THE FISHERMANS FAMILY IN PADANG
By
REZI AMALIA PUTRI
1110312003
vi
in fulfilling
socialization and
ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
vii
DAFTAR ISI
viii
Kata Pengantar.
Abstract
Abstrak
Daftar Isi.........................................................................................................
Daftar Tabel...............................................................................................
Daftar Gambar..............................................................................................
Daftar Singkatan...
Daftar Lampiran...
BAB I
BAB II
iv
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
xiv
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................
1.3.1 Tujuan Umum................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis.
1.4.2 Manfaat Praktis..
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat...
1
4
4
4
5
5
5
6
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi...................................................................................
2.1.1 Pengertian Status Gizi.........................................
2.1.2 Penilaian Status Gizi....................................................
2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Status Gizi........................
2.2.1 Faktor Langsung.
2.2.2 Faktor Tidak Langsung...............
2.2.2.1 Ketahanan Pangan di Keluarga................
2.2.2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan.
2.2.2.3 Pola Pengasuhan............................................
7
7
7
19
19
20
20
20
20
32
32
32
32
32
33
34
37
37
37
39
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum........................................................................
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
5.1.2 Karakteristik Responden...............
5.1.2.1 Karakteristik Ibu.......................
5.1.2.2 Karakteristik Balita..
5.1.3 Gambaran Pola Asuh Makan....................
5.1.4 Gambaran Pola Asuh Kesehatan..
5.1.5 Gambaran Pola Asuh Psikososial
5.1.6 Status Gizi Anak Usia 1-5 Tahun Berdasarkan Indeks
BB/TB..............................................................................
5.2 Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden.............................................................
6.1.1 Karakteristik Ibu...................................
6.1.2 Karakteristik Balita...
6.2 Status Gizi...
6.3 Pola Asuh................................................
6.3.1 Pola Asuh Makan..
6.3.2 Pola Asuh Kesehatan
6.3.3 Pola Asuh Psikososial...
6.4 Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita...
6.5 Keterbatasan Penelitian..
41
41
42
43
44
45
45
45
45
46
48
48
49
50
51
51
51
52
52
55
58
LAMPIRAN...
62
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
16
Tabel 1.2
17
Tabel 1.3
17
Tabel 1.4
Tabel 1.5
Tabel 1.6
Tabel 1.7
18
18
19
Tabel 1.8
19
Tabel 2.1
Tabel 5.1
43
Tabel 5.2
44
Tabel 5.3
44
Tabel 5.4
45
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
46
Tabel 5.9
46
Tabel 5.10
47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
DAFTAR SINGKATAN
ASI
BB/U
30
BB/TB
BGM
HOME
IMD
ISPA
KEP
LK
= Lingkar Kepala
LLA/U
MDGs
MP-ASI
PCM
PSG
TB/U
WHO
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
62
65
66
Lampiran 4. Kuesioner.
67
78
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
berakibat
terganggunya
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
seperti
mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
berkualitas. Pola asuh yang diterapkan oleh ibu dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan anak khususnya status gizi anak (Zulfadli, 2012).
Santoso (2005), menyatakan bahwa pengasuhan merupakan faktor yang
sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di
bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak
masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup
dan memadai. Kekurangan gizi pada dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan
terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Pada masa ini juga, anak masih benarbenar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan
kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk
perkembangan anak.
Dari data Riskesdas 2010 terlihat status gizi pada balita berdasarkan
pekerjaan kepala keluarga dan prevalensi gizi kurang tertinggi adalah pada
keluarga petani, nelayan atau buruh yaitu dengan prevalensi 15,2 %. Kondisi gizi
kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat dan di setiap sudut
dunia. Namun, keadaan tersebut banyak terdapat pada kelompok kecil di negara
berkembang (Gibney dkk, 2009).
Keluarga nelayan dalam struktur masyarakat Indonesia merupakan lapisan
masyarakat yang menempati posisi terendah dan paling miskin dibandingkan
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan lainnya. Faktor
rendahnya pendidikan, keterampilan, ketiadaan modal menyebabkan nelayan
menjadi kelompok yang semakin terpinggirkan. Hal ini diperkuat oleh temuan
3
Sinaga (1982), Sinaga dan Simatupang (1987) yang menunjukkan bahwa keadaan
sosial ekonomi nelayan pantai di Jawa masih sangat memprihatinkan, pendidikan
sangat rendah, bahkan sekitar 38% nelayan masih buta huruf dan 58% istri
nelayan buta huruf. Karena rendahnya pendidikan ibu dan miskinnya keluarga
nelayan mengakibatkan kurang optimalnya asupan nutrisi dan pengasuhan ibu
terhadap balitanya untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang balita
sebagaimana mestinya (Zid, 2011).
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota
Padang.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pernyataan berikut :
1. Bagaimana pola asuh balita pada keluarga nelayan di kota Padang?
2. Bagaimana distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan di kota
Padang?
3. Bagaimana hubungan pola asuh dengan status gizi balita pada keluarga
Tujuan khusus
1. Mengetahui distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan
di kota Padang.
2. Mengetahui pola asuh pemberian makanan pada balita pada
keluarga nelayan di kota Padang.
3. Mengetahui pola asuh kesehatan pada balita pada keluarga
nelayan di kota Padang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk mendeteksi kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, dkk, 2002).
3). Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penetuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemic (epidemic of night blindness) (Supariasa, dkk, 2002).
4). Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk,
2002).
c.Pengertian Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
9
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa,
dkk, 2002).
d. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi dari beberapa parameter disebut Indeks Antropometri (Supariasa, dkk,
2002). Status gizi merupakan bagian dari pertumbuhan anak. Untuk menilai
pertumbuhan fisik anak sering digunakan ukuran-ukuran antropometri yang
dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :
a). Tergantung umur
(1). Umur
Umur merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyababkan kesalahan pada interpretasi status
gizi. Hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Perhitungan umur dihitung
dalam bulan penuh. Ketentuannya 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari
(Depkes 2004 dalam Lestari, 2013)
(2). Berat Badan
Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lainnya.
Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui
keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,
pengukuran obyektif dan dapat diulangi lagi, dapat digunakan timbangan apa saja
yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Soetjiningsih,
1995).
10
yang
terpenting.
pada anak yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik dan
secara cermat (Soetjiningsih, 1995).
(5). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri
yang
menggambarkan
keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi teerhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu
yang relatif lama. Berdasarkan Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa
indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga
lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi (Supariasa, dkk,2002).
(6). Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan
otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh
kembang pada kelompok anak prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada
saat lahir menjadi 16 cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah
selama 1-3 tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, bisa
dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaannya, dan dapat digunakan oleh
tenaga yang tidak terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk
identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang berat, sukar
menentukan pertengahan LLA tanpa menekan jaringan, dan hanya untuk anak
umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat untuk anak mulai umur 6
bulan s.d 5 atau 6 tahun (Soetjiningsih, 1995).
(7). Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
Lingkar lengan atas seperti berat badan merupakan parameter yang labil, dapat
12
berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan
indeks status gizi saat kini. Namun, indeks lingkar lengan atas sulit digunakan
untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak
nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan
dengan tujuan skrining individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran
status gizi. Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi,
disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan
parameter lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB yang sering disebut Quack Stick
(Supariasa, dkk,2002).
(8). Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil.
Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali),
maka menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan
pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume
kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai
acuan untuk LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang diperoleh dari 14
penelitian di dunia, tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku
bangsa, ras, maupun secara geografi. Sehingga kurva LK Nellhaus (1968) tersebut
dapat digunakan juga di Indonesia (Soetjiningsih, 1995).
b). Tidak tergantung umur
(1). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks
ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang
13
baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang
independen terhadap umur (Supariasa, dkk,2002).
(2). Lingkar Lengan Atas Terhadap Tinggi Badan (LLA/TB)
Lingkar Lengan Atas Terhadap Tinggi Badan (LLA/TB) disebut juga QUAC Stick
(Quacker Arm Circumference measuring stick) (Soetjiningsih, 1995).
e.Klasifikasi Status Gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
disebut reference.
14
digunakan persentil 50. Gomez mengklasifikasikan status gizi atau KEP yaitu
normal, ringan, sedang dan berat.
Tabel 1.1. Klasifikasi KEP Menurut Gomez
Kategori (Derajat KEP)
BB/U (%) *)
0= Normal
>90%
1= Ringan
75-89%
2= Sedang
60-74%
3= Berat
<60%
*) Baku = persentil 50 Harvard
Gizi Kurang
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus- Kwashiorkor
Wasting
(Berat menurut tinggi)
0
1
2
3
>95%
90-95%
85-89%
<85%
>90%
80-90%
70-80%
<70%
Klasifikasi Jelliffe
Indeks yang digunakan oleh Jelliffe adalah berat badan menurut umur.
Pengkategoriannya adalah kategori I,II,III, dan IV.
Tabel 1.4. Klasifikasi KEP menurut Jelliffe
Kategori
BB/U (% baku)
KEP I
80-90
KEP II
70-80
KEP III
60-70
KEP IV
<60
Klasifikasi Bengoa
Bengoa mengklasifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu KEP I, KEP II, KEP
III. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur.
Tabel 1.5. Klasifikasi KEP menurut Bengoa
Kategori
BB/U (% baku)
KEP I
76-90
KEP II
61-75
KEP III
Semua penderita dengan edema
Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri,
1975 serta Puslitbang Gizi, 1978
Dalam rekomendasi tersebut digunakan lima macam indeks yaitu : BB/U, TB/U,
LLA/U, BB/TB dan LLA/TB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku
adalah persentil 50 baku Harvard.
16
Status Gizi
Baik, pernah kurang
Baik
Jangkung,masih baik
Buruk
Buruk, kurang
Kurang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Rendah
Normal
Rendah
Lebih, obesitas
Lebih, tidak obesitas
Lebih,pernah kurang
18
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi. (lstiono, dkk, 2009)
2.2.2.2 Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
Tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
seluruh keluarga. Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat
menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan (lstiono,dkk, 2009).
2.2.2.3 Pola Pengasuhan
Pola asuh adalah suatu ketentuan dalam rumah tangga untuk memberikan
waktu untuk bersama, perhatian, dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
mental dan kebutuhan sosial untuk pertumbuhan anak dan anggota keluarga
lainnya. Karakteristik anak ditentukan oleh jenis pengasuhan yang diterima. Cara
interaksi antara ibu dan anak mempengaruhi status gizi dan kesehatan anak.
Sumber daya ibu dalam memberikan pengasuhan yaitu pendidikan, pengetahuan,
dan kepercayaan; kesehatan fisik dan status gizi; kesehatan jiwa dan kepercayaan
diri; ketersediaan waktu dan dukungan sosial masyarakat ( Engle, dkk, 1997).
Kerangka konseptual yang dikemukan oleh UNICEF yang dikembangkan
lebih lanjut oleh Engle et al (1997) menekankan bahwa tiga komponen makanan
kesehatanasuhan merupakan faktor-faktor yang berperan dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Engle, et al (1997)
mengemukakan bahwa pola asuh meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian / dukungan
ibu terhadap anak, (2) pemberian ASI atau makanan pendamping pada anak, (3)
rangsangan psikososial terhadap anak, (4) persiapan dan penyimpanan makanan,
(5) praktek kebersihan atau higiene dan sanitasi lingkungan dan (6) perawatan
19
balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan. Secara umum,
pola asuh terdiri atas 3 komponen penting, yaitu pemberian makanan, stimulasi
psikososial dan kesehatan anak.
a. Pemberian makanan pada anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang terdiri atas Asuh, Asih dan
Asah. Asuh merupakan suatu kebutuhan fisik dan biomedis seorang anak, unsur
utama dari Asuh ini adalah pangan atau gizi seorang anak (Soetjiningsih, 1995).
a). Pemberian ASI pada bayi
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi berstandar emas yang menjadi
langkah awal dalam pemenuhan hak-hak anak (Maryunani, 2012). Pemberian ASI
secara ekslusif dapat mencegah kematian balita sebanyak 13%. Pemberian
makanan pendamping ASI pada saat dan jumlah yang tepat dapat mencegah
kematian balita sebanyak 6% sehingga pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai >2 tahun bersama makanan
pendamping ASI yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19%
(YAPMEDI FK UI, 2008).
Di bidang kesehatan Ibu dan Anak semakin digalakkan tentang
penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif dan Manajemen
Laktasi. Cakupan ASI Ekslusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan
Nasional Millenium Development Goals (MDGs) membantu mengurangi
kemiskinan, kelaparan, angka kematian bayi. Pada UU Kesehatan No.36 tahun
2009 pasal 128-200 menjelaskan tentang hak bayi untuk mendapatkan ASI
Ekslusif selama 6 (enam) bulan.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna
sebagai makanan bayi. Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) adalah ASI yang
20
22
c.
d.
9-12 bulan
ASI
Makanan Lembik
Makanan Selingan
Frekuensi
Min 6 kali
Min 6 kali
Usia 6 bulan: 6
sendok makan
(setiap kenaikan
usia anak 1
bulan porsi
ditambah 1 sdm)
Disesuaikan
dengan kebutuhan
2 kali
1 piring ukuran
sedang
1 piring ukuran
4-5 kali
23
Min 6 kali
1 kali
1-2 tahun
sedang
Disesuaikan
dengan kebutuhan
ASI
Makanan keluarga
porsi orang
dewasa
Makanan selingan
porsi orang
dewasa
>24 bulan
Makanan Keluarga Disesuaikan
kebutuhan
Makanan Selingan Disesuaikan
kebutuhan
Sumber : Depkes RI dalam Husin CR, 2008
3 kali
2 kali
3 kali
2 kali
Lingkungan
yang
baik
akan
memungkinkan
tercapainya
suatu
ini
merupakan
lingkungan
bio-fisiko-psiko-sosial
yang
24
1) Stimulasi, anak mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang dan tidak
mendapatkan stimulasi
2) Motivasi belajar, memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar,
seperti suasana yang tenang, tersedianya buku dan sarana yang lain
3) Ganjaran atau hukuman yang wajar, hukuman yang diberikan harus objektif,
bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian terhadap anak
4) Kelompok sebaya, proses sosialisasi dengan lingkungannya
anak
27
Sebab
Langsung
Intake Makanan
Sebab
Tidak
Langsung
Ketahanan
makanan
keluarga
Kesehatan Anak
Asuhan bagi
Ibu dan
Anak
Pemanfaatan
layanan
kesehatan dan
lingkungan
yang sehat
Pendidikan Keluarga
Keberadaan control
sumber daya keluarga :
manusia, ekonomi dan
organisasi
Gambar 2.1 Konseptual model yang menentukan tumbuh kembang anak oleh
(UNICEF 1990, Jonsson 1995).Sumber : Engle et al. 1997. Care And Nutrition
Concepts And Measurement.
BAB III
28
Perawatan Anak
Pola Asuh
Pemberian
ASI
Penyediaan
dan
pemberian
makanan
Stimulasi
psikososial
Makanan
Kesehatan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
29
Keterangan :
n
: besar sampel
: proporsi gizi kurang pada balita (10%) (Dinkes Kota Padang, 2012)
: 1,0 - p
4.3.3
dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro
S, 2011).
Kriteria inklusi sampel :
1. Bertempat tinggal di lokasi penelitian;
2. Memiliki anak usia 1-5 tahun yang tidak cacat;
3. Ibu bersedia diwawancarai dan menandatangani informed concent.
Kriteria eksklusi sampel :
1. Anak sedang mengalami diare saat dilakukan penelitian (sakit yang
menyebabkan penurunan berat badan);
2. Anak yang mengalami penyakit menahun atau kronis;
3. Ibu yang memiliki gangguan pendengaran atau tuna wicara.
Cara ukur
Alat ukur
kategori :
Pola asuh makan baik, jika skornya 31-45
Pola asuh makan tidak baik, jika skornya 15-30
3. Pola Asuh Stimulasi Psikososial
Definisi Operasional
: perlakuan ibu terhadap anak dalam hal penjagaan dan
pengawasan anak, penyediaan mainan untuk anak dan
Cara ukur
Alat ukur
Skala ukur
Hasil ukur
lain-lain.
: wawancara
: kuesioner
: ordinal
:diukur dengan
menggunakan
instrument
Home
Terdiri
dari
45
pertanyaan.Dari
jawaban
akan
didapatkan.
1. Rendah, bila nilai total 0-25
2. Sedang, bila nilai total 26-36
3. Baik, bila nilai total 37-45
The early childhood HOME (EC-HOME) untuk menilai
pola asuh stimulasi psikososial pada anak usia 3-6
tahun. Terdiri dari 55 pertanyaan. Dari jawaban akan
didapatkan.
1. Rendah, bila nilai total 0-29
2. Sedang, bila nilai total 30-45
3. Baik, bila nilai total 46-55
4. Pola Asuh Kesehatan Anak
Definisi Operasional : tindakan yang dilakukan ibu untuk menjaga kesehatan
anak dalam kebersihan dan lingkungan anak serta
Cara ukur
Alat ukur
Skala ukur
Hasil ukur
b. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah berdiri dilakukan dengan
alat pengukur tinggi (mikrotoa) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. cara
mengukur tinggi anak adalah
- Mikrotoa ditempelkan pada dinding yang lurus dan datar
- Sepatu dan sandal dilepaskan
- Anak berdiri tegak seperti sikap sempurna dengan kaki lurus, tumit, pantat,
punggung, dan kepala bagian belakang menempel pada dinding dan muka
menghadap lurus ke depan
- Mikrotoa diturunkan sampai rapat pada kepala bagian atas kemudian baca
skala yang tampak
Untuk anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi,
dengan cara pengukuran sebagai berikut
- Alat pengukur diletakkan pada meja dan tempat yang datar
34
- Bayi ditidurkan lurus, alat pengukur diletakkan di atas kepala dan bagian
telapak kaki bayi.
- Gunakan meteran untuk mengukur panjang badan bayi, kemudian baca skala
c.
4.6.2
Data Sekunder
Data sekunder mencakup gambaran umum lokasi penelitian (demografi,
35
1. Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat frekuensi data dan persentase
setiap variable. Data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.
2. Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara pola asuh
dengan pertumbuhan balita.Analisis bivariat dilakukan dengan uji
statistic chi square. Apabila probabilitas (p) lebih kecil daripada
(p<0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara variaible-variabel
penelitian dengan status gizi balita (Singarimbun, 2008).
BAB V
HASIL PENELITIAN
36
37
5.1.2.1.Karakteristik Ibu
Tabel 5.1 Distribusi responden ibu berdasarkan karakteristik umur, pekerjaan,
tingkat pendidikan dan jumlah anak.
Karakteristik
Umur Ibu
- <20
- 20-29
- 30-39
- >40
Pekerjaan Ibu
- Pegawai negeri sipil
- Pegawai swasta
- Wiraswasta
- Pedagang
- Ibu rumah tangga
- Dan lain-lain
Tingkat Pendidikan Ibu
- Tidak sekolah/tidak tamat SD
- Tamat SD/sederajat
- Tamat SLTP/sederajat
- Tamat SLTA/sederajat
- Tamat Akademi/perguruan tinggi
Jumlah Anak
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
Persentase
2.9%
44.3%
47.9%
5%
0%
0%
2.1%
17.1%
80%
0.7%
4.3%
13.6%
35.7%
44.3%
2.1%
31,4%
32,1%
23,6%
7,9%
3,6%
1.4%
38
Jumlah
a.
100%
Umur ibu
Dari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling banyak
adalah kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 47,9%. Rata-rata umur ibu adalah
29,9 tahun dengan standar deviasi + 6,14.
b. Pekerjaan ibu
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling
banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 80%. Ibu rumah tangga diharapkan
memiliki lebih banyak waktu untuk mengasuh anaknya dibandingkan dengan ibu
yang bekerja.
c. Tingkat pendidikan ibu
Dari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu
sudah baik yaitu tamat SLTA/sederajat sebanyak 44,3%.
d. Jumlah anak
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden ibu yang paling
banyak memiliki 2 anak sebanyak 32,1% dengan nilai rata-rata 2,24 anak (SD
+ 1,16). Semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki ibu diharapkan ibu
memiliki lebih banyak waktu dan perhatian untuk mengasuh anaknya.
5.1.2.2. Karakteristik Balita
a. Jenis Kelamin Balita
Tabel 5.2 distribusi frekuensi jenis kelamin balita
Jenis Kelamin Balita
Frekuensi
Persentase
Laki-Laki
75
53.6 %
Perempuan
65
46.4%
Jumlah
140
100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin responden balita
paling banyak ialah laki-laki sebanyak 53.6%.
b. Umur Balita
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi umur balita
Umur Balita
Frekuensi
12-23 bulan
39
24-35 bulan
35
36-47 bulan
39
48-60 bulan
27
Jumlah
140
X = 34,1 bulan (SD + 13,5)
39
Persentase
27.9%
25.0%
27.9%
19.3%
100%
Persentase
32.9%
67.1%
100%
Persentase
2.9%
97.1%
100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh kesehatan paling
banyak dalam kategori baik sebanyak 97.1%.
5.1.5 Pola asuh Psikososial
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pola asuh psikososial
Pola Asuh Psikososial
Frekuensi
Rendah
72
Sedang
65
Baik
3
Jumlah
140
Persentase
51.4%
46.4%
2.1%
100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh psikososial paling
banyak dalam kategori rendah sebanyak 51.4%.
5.1.6
Jumlah
72 51.4%
65 46.4% 3
2.1%
140 100%
X2= 0,323; p > 0,05
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persentase balita dengan pola
asuh psikososial rendah paling banyak pada balita dengan status gizi normal
sebanyak 51,6%. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan
nilai p=0,851 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh psikososial dengan
status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
6.1.1 Karakteristik Ibu
a. Umur Ibu
Responden ibu paling banyak berada pada kelompok umur 30-39
tahun sebanyak 47,9%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur ibu
sudah cukup dewasa dalam mengasuh anak. Menurut Notoatmodjo
(2003) seseorang yang umurnya lebih tua akan lebih banyak
pengalamannya
sehingga
mempengaruhi
42
pengetahuan
yang
keluarga maka semakin baik pola asuh orang tua kepada anaknya.
Karakteristik Balita
a. Jenis kelamin balita
43
Indonesia dan Sumatera Barat sebesar 5,3% dan 5,9% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 67,14% balita di keluarga nelayan tidak
diberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif akan berdampak pada
prtumbuhan dan perkembangan anak pada kemudian hari. Sehingga pemberian
makanan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi
(Septiana, Djannah, Djamil,2013). Tidak diberikannya ASI Eksklusif pada bayi
dipengaruhi oleh factor pendidikan ibu yang mayoritas berpendidikan rendah
sehingga kurangnya pengetahuan ibu tentang pola makan yang tepat untuk anak.
Gizi dianggap sebagai modal dasar agar anak dapat mengembangkan
potensi genetiknya secara optimal (A Nurul, 2012). Selain itu, status gizi
merupakan indikator penting untuk kesehatan anak. Status gizi merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian (Pratiwi, 2013).
6.3 Pola Asuh
Pola asuh merupakan perilaku dalam rumah tangga atau lingkungan dalam
penyediaan waktu, perhatian dan dukungan untuk kebuuhan fisik, mental, dan
sosial anak dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh terbagi tiga, yaitu pola asuh
makan, pola asuh kesehatan, da pola asuh psikososial. Di negara-negara
berkembang pelaku utama pengasuhan bagi bayi dan anak balita dalam rumah
tangga umumnya adalah ibu (Engle, 1997).
6.3.1 Pola Asuh Makan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh makan sebagian besar pada
kategori baik sebesar 67,1%, sedangkan pada kategori tidak baik sebesar 32,9%.
Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden ibu adalah ibu rumah
tangga, yaitu sebesar 80%. Sebagian besar responden ibu yang memiliki anak
sebanyak 2 anak sebesar 32,1% sehingga memiliki lebih banyak waktu dan
45
makan tidak baik, 66,4% dengan pola asuh makan baik. Status gizi kurang 25%
dengan pola asuh makan tidak baik, 75% dengan pola asuh makan baik. Dari
tabulasi silang dengan uji statistik chi-square didapatkan nilai p>0,05 (0,544)
yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh makan
dengan status gizi balita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan 80% balita mulai
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan. Umur yang paling
tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah enam bulan, pada usia tersebut air
susu ibu sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembangnya.
Faktor lainnya, cukup baiknya pola asuh makan sebesar 67,1%. Kecukupan
asupan nutrisi anak berperan dalam kebutuhan gizi anak (Supariasa,dkk, 2002).
Hal ini sesuai dengan penelitian Sirajuddin (2013) yang menyatakan bahwa
pemberian pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
baiknya status gizi anak. Sedangkan pada hasil penelitian Lubis (2008) di
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menunjukkan bahwa praktek pemberian
makan yang baik sangat mendukung tercapainya status gizi anak yang baik. Dan
sebaliknya jika praktek pemberian makan pada anak tidak baik dapat
menyebabkan status gizi anak tidak baik pula.
Berdasarkan tabulasi silang antara status gizi dengan pola asuh kesehatan
pada tabel 5.9 dapat diketahui pada status gizi normal terdapat 96,9% dengan pola
asuh kesehatan baik dan 3,1% dengan pola asuh kesehatan tidak baik. Sedangkan
pada status gizi kurang terdapat 100% dengan pola asuh kesehatan baik. Dari hasil
tabulasi silang dengan uji statistik chi-square nilai p>0,05 (0,534) yang berarti
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh kesehatan dengan status
gizi balita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa 70% balita
47
lingkungan tempat bermain anak juga mempengaruhi pola asuh psikososial anak.
Keadaan rumah yang gelap dan monoton serta kurang luasnya rumah banyak
ditemukan pada keluarga nelayan di Kota Padang, yaitu sebanyak 98,57%.
Penelitian yang dilakukan Ritayani Lubis (2008) pada anak balita di
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh psikososial dengan status gizi
balita. Hal ini bertentangan dengan pendapat Engle (1997), rangsangan
psikososial yang baik berkaitan dengan kesehatan anak sehingga secara tidak
langsung dapat mempengaruhi status gizi anak.
1.5 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah
1. Penelitian tidak memperhitungkan faktor risiko lainnya yang berhubungan
dengan status gizi balita, seperti faktor ekonomi, sehingga kemungkinan
terjadi bias dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini berdesain cross-sectional sehingga menghadapi kelemahan
dalam melihat pengaruh suatu variable dengan variable lain.
49
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Setalah dilakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh dengan status gizi
balita pada keluarga nelayan di Kota Padang, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Angka balita dengan status gizi kurang yaitu 8,6%.
2. Pola asuh makan anak balita umumnya termasuk kategori baik
3. Pola asuh kesehatan anak balita terbanyak pada kategori baik
4. Pola asuh psikososial anak balita sebagian besar termasuk kategori rendah
5. Tidak adanya hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi balita
pada keluarga nelayan di Kota Padang.
6. Tidak adanya hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi
balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.
7. Tidak adanyaa hubungan antara pola asuh psikososial dengan status gizi
balita pada keluarga nelayan di Kota Padang.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah
1. Anak balita dengan status gizi kurang masih tinggi , oleh karena itu dalam
meningkatkan
status
gizi,
kepada
ibu
diharapkan
untuk
tetap
50
DAFTAR PUSTAKA
A Nurul, 2012. Hubungan Antara Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Gizi
dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten
Malang. Jurnal.
A.C Ross, dkk. 2014. Modern Nutrition In Health And Disease 11th Edition.
Lippincot Williams and Wilkins. USA.
51
Adi AC, Andrias DR, 2010. Balita Pada Rumahatangga Miskin Di Kabupaten
Prioritas Kerawanan Pangan Di Indonesia Lebih Rentan Mengalami
Gangguan Gizi. Jurnal. Universitas Airlangga.
Adriani M, Kartika V, 2011.Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status Gizi
Kurang Di Jawa Timur, Jawa Tengah Dan Kalimantan Tengah,Tahun
2011.
Arisman MB, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : ECG.
Ariswandhana YM, 2013. Pola Asuh Orang Tua Pada Keluarga Nelayan
Tradisional Di Dusun Karanganom Kelurahan Karangrejo Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2013. Skripsi, Universitas Jember.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, Letak Geografis Kota Padang,
Berbagai Edisi Tahun penerbitan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, Padang dalam Angka, Berbagai Edisi
Tahun penerbitan.
Depkes RI, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional tahun 2001-2005,
Jakarta
Diana FM, 2006. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak. Jurnal
Kesehatan Masyarakat.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2012. Prevalensi Status Gizi Dinas Kesehatan
Kota Padang Tahun 2012. Padang.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013. Laporan Tahunan Tahun 2013. Padang.
Elizabeth B. Hurlock. 2005. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Engle PL, Bentley M, Pelto G, 2000. The Role of Care in Nutrition Programmers :
Current Research and a Research Ganda. Proceeding of The Nutrition
Society 59 : 25-35.
Engle PL, Menon P, Hadad L, 1997. Care and Nutrition : Concepts and
Measurements. Washington D.C : FCND Discussion Paper No.18.
Gibney M, Margetts B, Kearney J, Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat
(Public Health Nutrition). Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta : EGC.
Gunarsa S, 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Hasan R, Alatas H, Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M.V, Putra ST.
1968. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
52
Husin CR, 2008. Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita Umur 2459 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam. Tesis, Universitas Sumatera Utara.
Istiono, dkk, 2009, Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25 : Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Status Gizi Balita,Yogyakarta : Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM.
Kementrian Kesehatan RI, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia : Standar Antropomentri Penilaian Status Gizi Anak,
Jakarta.
Lestari MU, 2013. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun Di Kota Padang Tahun
2012. Skripsi, UniversitasAndalas.
Linda O, 2011. Hubungan Pendidikan Dan Pekerjaan Orangtua Serta Pola Asuh
Dengan Status Gizi Balita Di Kota Dan Kabupaten Tangerang, Banten.
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Lubis M, 2008. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura
Kabupaten Langkat Tahun 2008. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Maryunani A, 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta : CV. Trans Info Media.
Masithah,dkk, 2005. Hubungan Pola Asuh Makan Dan Kesehatan Dengan Status
Gizi Anak Batita Di Desa Mulya Harja, Bogor. Jurnal.
Mirayanti, 2012. Hubungan Pola Asuh Pemenuhan Nutrisi dalam Keluarga
dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Pasir Gunung Selatan
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis. Universitas Indonesia.
Muchina EN, PM Waithaka dkk. 2010. Relationship Between Breastfeeding
Practices And Nutritional Status Of Children Aged 0-24 Months In
Nairobi, Kenya. African Scholarly Science Communications Trust
Munir M, Poham VY, Shobirun MN, 2012. Hubungan Antara Pola Asuh Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa
Sambiroto Demak.
Munthofiah, 2008. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu
Dengan Status Gizi Anak Balita. Tesis. Universitas Sebelas Maret.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
53
Pertiwi J.L, dkk, 2014, Hubungan Angka Kecukupan Gizi (Akg) Dan
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Desa
Cipacing. Jurnal. Universitas Padjadjaran.
Pratiwi T, 2013. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Belimbing. Skripsi, Universitas Andalas.
Riskesdas, 2007. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia.
Riskesdas, 2010. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia.
Riskesdas, 2013. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia.
Roedjito D, 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana
Perkasa.
Sarjulis, 2011. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam (1970 2009). Skripsi. Universitas Andalas.
Sastroasmoro S, Ismael S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto.
Septiana, Djannah, Djamil. 2013. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Gedongtengen Yogyakarta
(Tesis).
Kesehatan.
Penerbit Buku
Soetjipto, HP. 1989. Hubungan Antara Jumlah Anak Dalam Keluarga, Persepsi
Pola Asuh Orangtua, dan Kemandirian Siswa Kelas I SMA Negeri
yang Mempunyai Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Kotamadya
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Supariasa, Bakri B, Fajar I, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta : EGC.
Totsika, V, Synia K. 2004. Child and Adolescent Mental Health Volume 9 : The
Home Observation for Measurement of the Environment Revisited.
USA : Departemen of Educational Studies University of Oxford.
Unicef, 2013. Improving Child Nutrition The Achievable Imperative For Global
Progress. USA :www.unicef.org/publications/index.html.
Wenas W, Malonda N, Bolang A, Kapantow N, 2011. Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan
Tompaso. Jurnal. Universitas Sam Ratulangi Manado .
Widjaja, 2008. Gizi Tepat untuk Pengembangan Otak Dan Kesehatan Balita.
Jakarta : Kawan Pustaka.
YAPMEDI FK UI, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Yusnidaryani, 2009. Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga
Miskin dan Keluarga Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara. Tesis.
Universitas Sumatera Utara.
Zid, 2011. Sosialita Volume 9: Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan:
Adaptasi Ekologis di Cikahuripan-Cisolok, Sukabumi. Jurnal,
Universitas Negeri Jakarta.
Zulfadli, 2012. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Anak Balita Di
Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.
RANCANGAN TABEL PENELITIAN
1.
a.
Karakteristik responden
Karakteristik ibu
Karakteristik
Umur Ibu
- < 20 Tahun
- 20-29
- 30-39
- 40-49
Pekerjaan Ibu
- Pegawai negeri sipil
Persentase
55
b. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Balita
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Jumlah
c. Umur Balita
Umur Balita
12-23 bulan
24-53 bulan
36-47 bulan
48-60 bulan
Jumlah
2. Gambaran Pola Asuh
a. Pola Asuh Makan
Pola Asuh Makan
Tidak baik
Baik
Jumlah
b. Pola Asuh Kesehatan
Pola Asuh Kesehatan
Tidak baik
56
Baik
Jumlah
c. Pola Asuh Psikososial
Pola Asuh Psikososial
Tidak baik
Baik
Jumlah
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Jumlah
n
Kurang
Normal
Jumlah
p value
Jumlah
n
Kurang
Normal
Jumlah
c. hubungan pola asuh psikososial dengan status gizi balita
Status Gizi
Kurang
Normal
Jumlah
57
Jumlah
%
p value
p value
No.Bp
: 1110312003
58
Pekerjaan
:Mahasiswa
Pendidikan
Dokter
Fakultas
Kedokteran
Universitas Andalas
Alamat
Universitas Andalas dengan judul Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi
Balita Pada Keluarga Nelayan Di Kota Padang.
Tandatangan saya ini menyatakan bahwa saya bersedia tanpa paksaan dari
pihak manapun menjadi responden.
Padang, ..2015
Responden
(.)
Nama Responden
Kecamatan
Desa
Tanggal Pengambilan
:
:
:
:
A. KARAKTERISTIK IBU
1. Nama
:
60
2. Umur
:
3. Alamat
:
4. Pekerjaan utama adalah :
1. Pegawai negeri sipil
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Pedagang
5. Ibu rumah tangga
6. Dan lain-lain, sebutkan
5. Pendidikan terakhir adalah
:
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD
2. Tamat SD/sederajat
3. Tamat SLTP/sederajat
4. Tamat SLTA/sederajat
5. Tamat Akademi/perguruan tinggi
B. KARAKTERISTIK AYAH
6. Nama
:
7. Umur
:
8. Pekerjaan utama adalah :
1. Tidak bekerja
2. Pegawai negeri sipil
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta
5. Nelayan
6. Dan lain-lain, sebutkan
9. Pendidikan terakhir adalah
:
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD
2. Tamat SD/sederajat
3. Tamat SLTP/sederajat
4. Tamat SLTA/sederajat
5. Tamat Akademi/perguruan tinggi
C. KARAKTERISTIK BALITA
10. Nama
:
11. Jenis Kelamin
:
12. Tanggal lahir/ umur
:
13. Anak ke : .. dari .. ..bersaudara
14. Berat badan sekarang
: kg
15. Tinggi badan sekarang : cm
D. Pola Asuh Makan
16. Jika anak tidak mau makan apa yang ibu lakukan?
3. Berusaha membujuk
2. Diperiksa
1. Dibiarkan
17. Siapa yang memasak makanan untuk anak?
3. Ibu sendiri
2. Nenek/keluarga
1. Pembantu
61
23. Sejak umur berapa anak mulai diberikan makanan selingan seperti kue,
agar-agar atau kacang hijau?
3. Sejak usia 1 tahun
2. Sejak usia 6 bulan
1. Tidak diberikan
24. Sejak umur berapa anak mulai diberikan makanan padat, seperti nasi?
3. 6 bulan
2. 12 bulan
1. 24 bulan
25. Berapa kali anak diberi makan dalam sehari?
3. 3-4 kali
2. 2 kali
1. 1 kali
26. Apakah pemberian makanan kepada anak dihentikan apabila anak
kenyang, walaupun belum habis?
3. Dihentikan sementara kemudian diteruskan
2. Kadang-kadang
1. Ya, dihentikan
27. Bagaimana porsi makanan anak dari hari ke hari?
3. Semakin hari semakin naik
2. Kadang naik kadang tetap
1. Tetap/menurun
62
28. Apakah makanan anak lebih diutamakan dari anggota keluarga yang
lain?
3. Diutamakan
2. Kadang-kadang
1. Sama saja
29. Kalau anak tidak suka pada menu makanan tertentu, apakah ibu
mengusahakan makanan lain?
3. Ya, mengusahakan makanan lain
2. Kadang-kadang
1. Tidak
30. Apakah makanan anak bervariasi antara pagi sampai sore setiap hari?
3. Ya, bervariasi
2. Kadang-kadang
1. Tidak
E. Pola Asuh Kesehatan
31. Apakah dalam satu bulan terakhir anak ibu mengalami penyakit diare?
2. Tidak
1. Ya
32. Apakah dalam satu bulan terakhir anak ibu mengalami penyakit ISPA?
2. Tidak
1. Ya
33. Jika anak ibu sakit, apakah dibawa berobat?
2. Ya
1. Tidak
34. Jika ya, kemana dibawa berobat, apakah ke pos pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Posyandu, dsb)?
2. Ya
1. Tidak
35. Apakah pos pelayanan tersebut jauh dari rumah ibu?
2. Ya
1. Tidak
36. Apakah ibu menggunakan pos pelayanan tersebut untuk berobat?
2. Ya
1. Tidak
37. Menurut ibu, apakah pos pelayanan tersebut memberikan pelayanan
yang baik?
2. Ya
1. Tidak
38. Apakah tenaga pelayanan tersebut memberikan pelayanan yang
memuaskan?
2. Ya
1. Tidak
39. Apakah anak ibu sudah mendapatkan imunisasi?
2. Ya
1. Tidak
63
40. Apakah anak ibu sudah mendapatkan imunisasi sesuai dengan umur?
2. Ya
1. Tidak
41. Bila anak sakit, apa tindakan yang dilakukan ibu?
2. Dibawa ke dokter/tenaga kesehatan
1. Dibiarkan saja
42. Siapa yang membawa anak ke Posyandu?
2. Ibu sendiri
1. Nenek/keluarga/pembantu
43. Apakah anak ibu mempunyai KMS?
2. Ya
1. Tidak
44. Apakah anak ibu mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
di Posyandu?
2. Ya
1. Tidak
45. Apakah anak ibu ditimbang setiap bulan?
2. Ya
1. Tidak
F. Pola Asuh Stimulasi Psikososial
Anak Usia 0-3 Tahun
1. Respon Verbal dan emosional terhadap pengasuh
No
1 (O).
+/-
14(O).
15(P).
16(O).
17(O).
18 (P).
19 (P).
+/-
22 (P).
23 (P).
24 (P).
25 (P).
+/-
34 (P).
5.
+/-
No.
35 (P).
36 (P).
37 (P).
38 (P).
39 (P).
+/-
40 (P).
+/-
Keterangan :
(P) : Pertanyaan
(O) : Pengamatan
Jumlah skor :
0-25 : pola asuh stimulasi psikososial rendah
26-36 : pola asuh stimulasi psikososial sedang
37-45 : pola asuh stimulasi psikososial baik
Anak Usia 3-6 Tahun
1. Permainan dan aktivitas yang yang berhubungan langsung dengan
perkembangan intelektual anak
No.
1.(P)
2.(P)
3.(P)
4.(P)
5.(P)
6.(P)
7.(P)
+/-
+/-
+/-
+/-
27(O)
+/-
+/-
+/-
44.(P)
45.(P)
46.(P)
47.(P)
48.(P)
49.(P)
50.(P)
51.(P)
70
+/-
Frequencies
Statistics
N
Valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Umur Ibu
Jumlah Anak
140
140
0
0
29.97
2.24
30.00
2.00
25a
2
6.146
1.168
17
1
57
6
Frequencies
Statistics
Valid
Missing
Pekerjaan Ibu
140
0
Pendidikan
Ibu
140
0
Jumlah Anak
140
0
Pekerjaan
Ayah
140
0
Frequency Table
Pekerjaan Ibu
Valid
Ibu RT
Pedagang
wiraswasta
Dan lain-lain
Total
Frequency
112
24
3
1
140
Percent
80.0
17.1
2.1
.7
100.0
Valid Percent
80.0
17.1
2.1
.7
100.0
Cumulative
Percent
80.7
97.9
100.0
.7
Pendidikan Ibu
Valid
Frequency
3
19
62
1
49
6
140
71
Percent
2.1
13.6
44.3
.7
35.0
4.3
100.0
Valid Percent
2.1
13.6
44.3
.7
35.0
4.3
100.0
Cumulative
Percent
2.1
15.7
60.0
60.7
95.7
100.0
Jumlah Anak
Valid
1
2
3
4
5
6
Total
Frequency
44
45
33
11
5
2
140
Percent
31.4
32.1
23.6
7.9
3.6
1.4
100.0
Cumulative
Percent
31.4
63.6
87.1
95.0
98.6
100.0
Valid Percent
31.4
32.1
23.6
7.9
3.6
1.4
100.0
Frequencies
Statistics
N
Valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Umur (bulan)
140
0
34.12
34.50
13
13.464
12
59
TB (cm)
140
0
85.92
86.00
80a
10.696
60
115
BB (kg)
140
0
11.75
11.40
10a
2.824
6
22
Frequencies
Statistics
JK
N
Valid
Missing
140
0
Umur (bulan)
140
0
Gizi
140
0
Pola Asuh
Makan
140
0
Pola Asuh
Kesehatan
140
0
Frequency Table
JK
Valid
Laki-Laki
Perempuan
Total
Frequency
75
65
140
Percent
53.6
46.4
100.0
72
Valid Percent
53.6
46.4
100.0
Cumulative
Percent
53.6
100.0
Pola Asuh
Psikososial
140
0
Umur (bulan)
Valid
12 - 23 bulan
24 - 35 bulan
36 - 47 bulan
48 - 60 bulan
Total
Frequency
39
35
39
27
140
Percent
27.9
25.0
27.9
19.3
100.0
Valid Percent
27.9
25.0
27.9
19.3
100.0
Cumulative
Percent
27.9
52.9
80.7
100.0
Valid
Tidak Baik
Baik
Total
Frequency
46
94
140
Percent
32.9
67.1
100.0
Valid Percent
32.9
67.1
100.0
Cumulative
Percent
32.9
100.0
Valid
Tidak Baik
Baik
Total
Frequency
4
136
140
Percent
2.9
97.1
100.0
Valid Percent
2.9
97.1
100.0
Cumulative
Percent
2.9
100.0
Valid
Rendah
Sedang
Baik
Total
Frequency
72
65
3
140
Percent
51.4
46.4
2.1
100.0
73
Valid Percent
51.4
46.4
2.1
100.0
Cumulative
Percent
51.4
97.9
100.0
Frequencies
Statistics
N
Gizi
140
0
Valid
Missing
Status Gizi
140
0
Frequency Table
Gizi
Valid
Normal
Kurus
Total
Frequency
128
12
140
Percent
91.4
8.6
100.0
Valid Percent
91.4
8.6
100.0
Cumulative
Percent
91.4
100.0
Crosstabs
Gizi * Pola Asuh Makan Crosstabulation
Gizi
Normal
Kurus
Total
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
Chi-Square Tests
74
Total
128
100.0%
12
100.0%
140
100.0%
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Asymp. Sig.
(2-sided)
.544
.081
.776
.384
.536
Value
.367(b)
Df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.751
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
.365
.400
.546
140
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.94.
Crosstabs
Case Processing Summary
N
Gizi * Pola Asuh
Kesehatan
Gizi * Pola Asuh
Psikososial
Cases
Missing
N
Percent
Valid
Percent
Kurus
Total
Percent
100.0%
.0%
140
100.0%
140
100.0%
.0%
140
100.0%
Crosstab
Normal
140
Gizi
Total
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
75
Total
128
100.0%
12
100.0%
140
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.386b
.000
.728
df
1
1
1
.383
Asymp. Sig.
(2-sided)
.534
1.000
.394
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
.696
.536
140
Gizi
Normal
Kurus
Total
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
Count
% within Gizi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.323a
.578
.002
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
.851
.749
.962
df
140
76
Total
128
100.0%
12
100.0%
140
100.0%
Frequencies
Statistics
Layanan
Posyandu
140
0
1,30
1,00
1,00
1,00
2,00
Valid
Missing
Mean
Median
Percentiles
25
50
75
Makanan
Padat
140
0
1,93
2,00
2,00
2,00
2,00
Frequency Table
Layanan Posyandu
Valid
Ya
Tidak
Total
Frequency
98
42
140
Percent
70,0
30,0
100,0
Valid Percent
70,0
30,0
100,0
Cumulative
Percent
70,0
100,0
Statistics
MP-ASI
N
Valid
Missing
140
0
MP-ASI
Valid
6 bulan
sejak lahir
tidak diberikan
Total
Frequency
112
19
9
140
Percent
80,0
13,6
6,4
100,0
77
Valid Percent
80,0
13,6
6,4
100,0
Cumulative
Percent
80,0
93,6
100,0