rumah sakit. Satu minggu smsrs OS demam ringan selama tiga hari, dua hari smsrs kulit mulai terasa
gatal. Satu minggu sebelum masuk rumah sakit BAK seperti teh pekat.
Dan setelah dokter menanyakan hal tersebut dokter kemudian mananyakan riwayat penyakit
sekarang yang diantara lain menanyakan kembali sejak kapan keluhan muncul, hal tersebut dilakukan
guna memastikan apa yang telah dikatakan oleh pasien dan setelah itu dokter juga dapat menanyakan
apa ada gejala lain seperti nyeri abdomen, demam, penurunan berat badan, anoreksia, stetoroea, urin
gelap, pruritus, tinja acolik. Selain itu dokter juga harus menanyakan apa pasien makan/minum/jajan
di sembarang tempat dan yang terakhir dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang dokter juga
harus menanyakan adakah pasien tersebut mengalami penurunan berat badan ataupun nyeri
punggung, dimana jika pasien mengatakan ada dokter dapat memperkirakan bahwa terdapat suatu
proses keganasan pada pasien tersebut.
Dan kemudian setelah dokter menanyakan riwayat penyakit sekarang dokter juga menanyakan
tentang riwayat penyakit keluarga, pada saat menanyakan hal ini dokter dapat menanyakan apakah
didalam keluarganya ada yang menderita penyakit ini, kemudian dokter juga dapat menanyakan
adakah orang-orang terdekat yang sering kontak langsung atau tidak langsung dengannya dengan
menderita penyakit hepatitis.
Setelah menanyakan hal tersebut dokter juga harus menanyakan riwayat penyakit dahulu,
kemudian sosial serta riwayat pengobatan. Dokter menanyakan hal tersebut dengan tujuan untuk
mengetahui apa ada riwayat hepatitis virus yang diketahui? Jika ya, didapat dari mana? misalnya
transfusi darah, penggunaan obat intravena. Kemudian selain daripada itu dokter juga menanyakan
aktivitas atau kegiatan sosial sehari hari yang dilakukan pasien apakah terganggu atau tidak saat
mengidap penyakit ini dan yang terakhir dokter juga menanykan apakah ada obat yang diminum
sebelum sakit atau yang diminum di rumah, baik yang berasal dari resep dokter atau yang dibeli bebas
termasuk jamu-jamuan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital: suhu, memeriksa tekanan darah, berat badan, tinggi badan, basal mass
index(BMI), frekuensi pernafasan, frekuensi nadi.
Inspeksi
Pakaian pasien harus dibuka dari putting susu sampai simfisis. Pencahayaan tangensial bermanfaat.
Periksalah kesimetrisan abdomen. Perhatikanlah lokasi penemuan-penemuan berikut ini apakah
terlebar luar atau setempat distensi, massa, dan kelainan kulit atau pembuluh darah. Mintalah pasien
untuk berbatuk atau mengangkat kepalanya untuk mendapatkan informasi tambahan tentang sifat
kelainan tersebut dengan menegangkan abdomen.
Palpasi
Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri abdomen. Selalu
tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian tersebut paling akhir. Isi
abdomen dapat bergerak, semi-solid, tersembunyi dibalik organ lain, pada dinding posterior abdomen,
dapat diraba melalui otot-otot abdomen, atau kelima-limanya. Namun, hasil pemeriksaan palpasi yang
baik sulit untuk dicapai (bahkan pada dokter yang berpengalaman sekalipun seringkali
menyembunyikan ketidakpastian mereka dengan menggunakan istilah seperti organomegali yang
samar). Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, yang awalnya dilakukan tanpa
penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat area
nyeri yang diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap beberapa
organ. Pada skenario ini dilakukan palpasi Murphy sign dengan meletakan jari tangan kanan anda
tepat di bawah Arkus kosta kanan, mintalah pasien untuk bernafas dalam, timbulnya nyeri tajam saat
itu menunjukkan kemungkinan adanya kolesistitis akut.
Perkusi
Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya pembesaran
beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu perkusi dari daerah
resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan bagian tepi organ. Pemeriksaan
pekak alih (shifting dullness). Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah.
Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi.
Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara
timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
Auskultasi
Hanya pengalaman klinis yang dapat mengajarkan anda bising usus yang normal. Seorang pemeriksa
mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat megatakan dengan yakin bahwa
bising usus tidak terdengar. Bising usus yang meningkat dapat ditemukan pada :
- Setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltic
- Obstruksi usus
- Diare
- Jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas (menyebabkan
peningkatan gerakan peristaltik).
Bising usus menurun atau menghilang ditemukan pada :
- Paralisis usus (ileus)
- Perforasi
- Peritonitis generalisata
Pasien dengan nyeri abdomen yang hebat akibat gastroenteris dapat menyerupai peritonitis, tetapi
adanya bising usus yang berlebihan menunjukan perbedaan dari peritonitis generalisata (dengan
bising usus yang seharusnya tidak terdengar).
Bising sistolik aorta atau arteri femoralis dapat terdengar diatas arteri yang mengalami aneurisma atau
stenosis. Pastikan selalu bahwa murmur seperti itu tidak dihantarkan dari jantung. Bising arteri renalis
dapat terdengar dibagian lateral abdomen atau dipunggung. Bising sistolik yang terdengan diatas hati
hampir tidak pernah terdengan, tetapi keadaan tersebut menunjukan adanya neoplasma vaskular,
angioma, kanker hati primer, atau hepatitis alkoholik.
Prinsip-prinsip pemeriksan :
- Periksa paling akhir bagian yang terasa nyeri
- Tepi organ seringkali lebih mudah diraba dibandingkan bdan organ.
- Biarkan organ yang bergerak pada respirasi meraba jemari anda
- Lakukan perkusi untuk menemukan shifting dullness di daerah yang cukup jauh dari organ-organ
intra-abdomen yang membesar jika memungkinkan
Setelah dilakukan semuanya pada skenario ini didapatkan hasil :
1. tanda-tanda vital pasien baik dan sakit sedang.
2. kulit dan skelera ikterik. selanjutnya palpasi dan perkusi untuk memperjelas arti banyak
pengamatan.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Uji bilirubin direk dan indirek
Kadar normal dalam serum bilirubin total 0,3-1,0 mg/dL, dan untuk bilirubin direk 0,1-0,3 mg/dL.
Pemeriksaan bilirubin ditujukan untuk menetukan kadar bilirubin dalam darah pasien. Jika kasus
kolestasis bilrubin direk atau B2 akan meningkat lebih berbanding bilirubin indirek atau B1 akibat
masalah eksresi bilirubin direk ke duodenum. Pada pasien kolestasis peningkatan bilirubin bisa
mencapai >20 mg/dL.1
2. Alanine transaminase (ALT)
Merupakan enzim yang ada dalam sel hati. Nilai normal 4-32 U/L. Apabila berlaku kerusakan sel hati,
enzim ini akan keluar lebih dari normal maka kadar enzim ini dalam darah juga meningkat. Tes enzim
transaminase yaitu ALT dan AST umumnya sudah meninggi pada awal hepatitis akut sebelum ikterus
menjadi manisfes. Pada hepatitis viral tanpa pennyulit seperti kolestasi tes enzim transaminase
umumnya akan menurun pada minggu ke 2 atau ke tiga setelah mulainya ikterus, oleh sebab itu
pemeriksaan enzim tranaminase degan bilirubin harus di monitor setiap minggu sekurang-kurangnya
selama 3 bulan.1
3. Aspartate transaminase (AST)
Sama seperti ALT enzim yang hadir dalam sel hati digunakan untuk mendeteksi kerusakan sel hati.
Nilai normal unutk AST 4-36 U/L.1
4. Alkaline phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa
jaringan lainnya. Nilai normal ALP 45 - 115 U/L. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya
kerusakan atau penyakit hati, terutama bila terjadi terdapat obstruksi garam empedu yang banyak,
intrahepatik kolestasis dan penyakit hati infitratif. Jadi pada kasus kolestasis biasnya tes laboratorium
menunjukkan peningkatan kadar enzim Alkaline fosfatase. 1
5
MRI menghasilkan gambar yang sebanding dengan kualitas CT scan tanpa paparan pasien terhadap
radiasi pengion. Setelah pemberian agen kontras yang cocok, pencitraan dari saluran empedu bisa
lebih terperinci.
Diagnosis Banding
1. Kolestasis Ekstrahepatik3
Penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokos
dan kanker pankreas.Penyebab lainnya yang relatif lebih jarang adalah stiktur jinak
7
yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu
gagal.Selain itu ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin
berwarna gelap dan tinja pucat seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterus,
ekskoriasi yang menunjukkan kolestasis lama atau obstruksi bilier yang lama, pada kasus
yang kronik dapat terjadi asites dan splenomegali.2
Penyebab cholestasis dibagi menjadi 2 bagian: intrahepatic cholestasis dan
ekstrahepatic cholestasis.3
Pada intrahepatic cholestasis terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi akibat:
biliary cirrhosis primer, virus hepatitis, cholangitis sclerosing primer, obat-obatan
Etiologi
Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati
(kanalikulus), sampai ampula Vateri. Penyebab paling sering kolestasis intrahepatik adalah
hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis autoimun.
Penyebab yang kurang sering adalah sirosis hati bilier primer, kolestasis pada kehamilan,
karsinoma metastatik dan penyakit-penyakit lain yang jarang. Berikut adalah penyebab paling
sering kolestasis :5
1. Virus Hepatitis, peradangan intrahepatik mengganggu transport bilirubin terkonyugasi
dan menyebabkan ikterus. Hepatitis A merupakan penyakit self limited dan
dimanifestasikan dengan adanya ikterus yang timbul secara akut. Hepatitis B dan C
akut sering tidak menimbulkan pada tahap awal (akut), tetapi bisa berjalan kronik dan
menahun dan mengakibatkan gejala hepatitis menahun atau bahkan sudah menjadi
sirosis hati.
2. Alkohol, bisa mempengaruhi gangguan pengambilan empedu dan sekresinya, dan
mengakibatkan kolestasis. Pemakaian alcohol secara terus menerus bisa menimbulkan
9
perlemakan (steatosis), hepatitis, dan sirosis dengan berbagai tingkat ikterus. Hepatitis
karena alkohol biasanya memberi gejala ikterus sering timbul akut dan dengan
keluhan dan gejala yang lebih berat. Jika ada nekrosis sel hati ditandai dengan
peningkatan transaminase yang tinggi.
3. Penyebab lain yang jarang adalah hepatitis autoimun yang biasanya sering mengenai
kelompok muda terutama perempuan. Tetapi data terakhir menyebutkan kelompok
usia yang lebih tua juga bisa dikenai.
Epidemiologi
Agen ini ditularkan hampir semuanya lewat jalur oral fekal. Penyebaran HAV
antarindividu ditingkatkan melalui higiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk,
perjangkitan yang luas serta kasus sporadis telah ditemukan mengkontaminasi makanan, air,
susu, dan kerang kerangan. Penyebaran antar anggota keluarga dan antar anggota institusi
juga sering ditemukan. Pengamatan epidemiologik awal memperlihatkan bahwa terdapat
predileksi hepatitis A untuk timbul pada akhir musim gugur dan awal musim dingin. Pada
daerah beriklim sedang, gelombang epidemik telah dicatat setiap 5 hingga 20 tahun saat
munculnya populasi nonimun yang baru. Akan tetapi, dinegara berkembang insidensi
hepatitis A telah menurun, hal tersebut dikarenakan perbaikan sanitasi. Pada penderita
hepatitis A tidak ditemukan adanya keadaan karier walaupun telah terinfeksi hepatitis tipe A
akut.7
Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan
bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%,
biasanya nyata di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar. Lebih dari 75% anak
dari berbagai benua Asia, Afrika, India, menunjukkan sudah memiliki antibodi antiHAV pada
usia 5 tahun.
Masa inkubasi 15-50 hari ( rata-rata 30 hari), distribusi diseluruh dunia; endemisitas tinggi
dinegara berkembang, HAV diekskresi ditinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2 sebelum
dan 1 minggu setelah awalnya penyakit, viremia muncul singkat ( tidak lebih dari 3 minggu)
kadang-kadang sampai 90 hari pada infeksi yang membandel atau infeksi yang kambuh,
ekskresi feses yang memanjang ( bulanan) dilaporkan pada neonates yang terinfeksi,
transmisi enteric ( fekal oral) predominan di antara anggota keluarga, kejadian luar biasa
dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama, makanan terkontaminasi dan
air.8
Faktor resiko lain, meliputi paparan pada : Pusat perawatan sehari untuk bayi atau anak
balita, institusi untuk developmentally disadvantage, berpergian ke Negara berkembang,
perilaku seks oral-anal, pemakaian bersama pada IVDU ( intravena drug user). Tak terbukti
10
Patofisiologi
Kolestasis disebabkan oleh obstruksi di dalam hati (intrahepatik). Virus hepatitis akan
menyebabkan blokir yang meluas di suktus-duktus kecil di empedu dan terjadilah kolestasis.
Obstruksi tersebut menyebabkan cairan empedu yang mengandung bilirubin tidak dapat
mengalir keluar dan menyebabkan lemak terakumulasi di dalam darah dan tidak terekskresi
secara normal.2
Gejala Klinis
Pada infeksi yang sembuh spontan: 1) spektrum penyakit mulai dari asimptomatik,
infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut; 2)
sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal yang non
spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti: a) malaise, anoreksia, mual, dan muntah b) gejala
flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia; 3) awitan gejala cenderung
muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada virus yang lain secara insidious; 4) demam
jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV; 5) immune complex mediated, serum sickness
like syndrome dapat ditemukan pada kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang
pada infeksi virus lain; 6) gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala
anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap 7) ikterus didahului dengan kemunculan
urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus
meningkat; 8) pemriksaan fisis menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati;
9) splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien.3
Penatalaksanaan
A. Medika Mentosa
Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan. Untuk itu dapat
diberikan:2
Prednisolone 30mg/hari tappering off diberikan dalam jangka waktu
pendek.
Kolestiramin 12-16 g sehari dibagi dalam 2-4 bagianuntuk mengatasi
pruritus.
Asam ursodioksikolat dosis tinggi 20mg/kgBB
11
Pencegahan
Untuk pencegahannya tergantung pada penyebab hepatitisnya.
Komplikasi
Obstruksi duktus empedu kronis bisa menyebabkan sirosis hepatis dan seterusnya
berlanjut menjadi osteoporosis dan osteomalasia.
Prognosis
Keluhan akan berkurang seiring dengan perbaikan penyakit dasar.
Kesimpulan
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah
normal.Dari segi klinis didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam
empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan
tubuh.Secara patologi-anatomi kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada
sel hati dan sistem bilier.Penyebab cholestasis dibagi menjadi 2 bagian: intrahepatic
cholestasis dan ekstrahepatic cholestasis. Pada intrahepatic cholestasis bermacam-macam
antara lain biliary cirrhosis primer, virus hepatitis, cholangitis sclerosing primer, obat-obatan
12
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
2013.h.129-140.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5.
4.
5.
6. Kaplan LM, Isselbacher KJ. Ikterus. Dalam: Kasper DL, Fauci AS, Long DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrisons principle of internal medicine.
Edisi 16. United states McGraw-Hill; 2005.h. 263-9.
7. Asdie AH. Harrison Prinsip - Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta :
EGC; 2013.h.1646.
8. Fausto MAK. Robbins & cotran dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC; 2009.h.45-8
13