STEP 1
1. Uji preklinik
uji laboratorium pada obat baru atau peralatan medic yang
baru, biasanya dikerjakan dengan subjek hewan, untuk
melihat efektivitas dr terapi tsb dan terapi tsb aman utk
dilakukan tes pd manusia.
STEP 2
1. Apa saja uji yg dilakukan dlm uji pre klinik ? Macam2 dan
karakteristiknya ?
2. Bgmn syarat hewan coba pd uji pre klinik ?
3. Alasan dan tujuan dilakukan uji pre klinik ?
4. Prinsip dasar penelitian dgn hewan coba ?
5. Landasan hukum uji pre klinik ?
6. Hewan apa saja yang digunakan utk uji pre klinik ?
7. Bgmn prosedur utk melakukan uji pre klinik ? rancangan
percobaan, pengamatan dan evaluasi
8. definisi masing2 uji ?
9. karakteristik masing2 uji ?
10.
uji farmakodinamik ?
11.
definisi uji farmakologi dan farmakokinetik ?
12.
mengapa data dr hewan tdk dapat diekstrapolasikan
begitu saja ke manusia ?
STEP 3
1. Apa saja uji yg dilakukan dlm uji pre klinik ? Macam2 dan
karakteristiknya ?
a. uji toksisitas
- toksisitas umum :
dosis tunggal (uji toksisitas akut : sampai 24 jam)
akut : memberi zat kimia yg sdg diuji 1x / bbrp kali dlm
24 jam, dilihat efeknya
tujuan utama : menilai potensi toksisitas akut scr
kuantitatif dan kualitatif
dan berulang (subakut, subkronis, kronis: lbh lama dr
dosis tunggal)
subakut dan subkronis : lamanya sekitar 3 bulan, diberi
berulang2 setiap hari/ 5x dlm seminggu tergantung
hewan coba, biasanya 14-28 hari.
kronik : 9 bulan/ 1 tahun, berulang 3-6 bulan/ seumur
hewan cobanya (mis mencit : 18 bulan, tikus: 24 bulan,
anjing dan monyet: 7-10 th)
- toksisitas khusus
teratogenik
mutagenic
karsinogenik
investigative
dilakukan scr selektif jk formula obat mengandung zat
kimia yg memberikan efek khusus, potensial digunakan
utk wanita usia subur perlu perkembangan efek
teratogenik
b. uji farmakodinamik/ khasiat : menilai efek OT dgn cara
eksperimen sesuai efek terapi yang diharapkan, bs dibuat
berpenyakit dulu
berdasarkan letaknya
a. uji in vitro : dilakukan dgn kultur sel/ organ ttt
b. in vivo : dilakukan hewan
efikasi
potensi
keamanan
LD
ED
potensial penyalahgunaan
a. replacement
relative : pada hewan
absolute : pada sel
b. reduction
c. refinement
pemeliharaan yang baik
- utk kemajuan pengetahuan biologi dan pengembangan
cr2 yg lbh baik utk kesejahteraan manusia
- hewan yg dipilih sesuai spesies dan mutunya shg
penelitian sah scr ilmiah
- peneliti dan tenaga kerja memperlakukan hewan coba
dgn baik
- peneliti menganggap hewan bs merasakan nyeri spt
manusia
- akhir penelitian/ saat penelitian : hewan yang
merasakan nyeri / cacat dimatikan
- hewan yg dimanfaatkan utk penelitian diperlakukan
dgn baik
- peneliti/ lembaga bertanggung jawab penuh ttg hal
yang tdk mengikuti etik kemanfaatan
5. Landasan hukum penggunaan hewan coba uji pre klinik ?
- UU no 23 th 1992 kesehatan pasal 69 ayat 1 yg
berbunyi : penelitian dan pengembangan kesehatan
dilaksanakan utk memenuhi dan menetapkan ilmu
pengetahuan, dan teknologi tepat guna yg diperlukan
dlm rangka meningkatkan derajat kesehatan
- UU no 36 th 2009 ttg kesehatan pasal 44 ayat 4 :
penelitian trhdp hewan hrs dijamin utk melindungi
kelestarian hewan serta mencegah dampak buruk tdk
langsung bg kesehatan manusia
6. Hewan apa saja yang digunakan utk uji pre klinik ?
spesies mamalia yg umum digunakan
- tikus
- mencit
- kelinci
- embrio ayam (unggas)
STEP 4
inventarisasi
observasi
uji preklinik OT
uji toksisitas
akut
subakut
kronik
mutagenik
teratogenik
karsinogenik
STEP 7
1. Apa saja uji yg dilakukan dlm uji pre klinik ? Macam2 dan
karakteristiknya ?
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh informasi
tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada reseptor
dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada
hewan utuh.
Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot,
hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa
bagi pengembangan obat.
Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat diketahui apakah obat menimbulkan efek
toksik pada dosis pengobatan atau aman.
Tabel I. Berbagai uji keamanan
Tipe Uji
Pendekatan
Toksisitas akut
Toksisitas subakut
Toksisitas kronik
Efek
terhadap
reproduksi
perilaku
Potensi karsinogenik
Potensi mutagenik
Penelitian
toksikologi
(Investigative toxicology)
Menentukan rangkaian dan mekanisme efekefek toksik. Menemukan berbagai gen, protein,
dan jalur yang terlibat. Mengembangkan
metode baru untuk mengkaji toksisitas.
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetik obat meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat. Semua hasil pengamatan pada hewan
menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama
dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan
obat yang akan diuji pada manusia. 4
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah
dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas
enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji
antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi belum
semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan pada
hewan percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil yang menggambarkan toksisitas
pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. 4
b) Mutagenik
Uji yang dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya senyawa yang
bersifatmutagen(zat atau senyawa yg
dapat meningkatkan laju perubahan
di dalam gen
c) karsinogenik
b. uji farmakologi
Uji yang ditujukan untuk melihat adanya kerja
farmakologik pada sistem biologi yang dapat merupakan
petunjuk terhadap khasiat terapeutik baik secara in vitro
maupun in vivo.
1) uji farmakodinamik
Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
farmakologi pada berbagai sistem biologi baik secara in
vitro maupun in vivo.
2) uji farmakokinetik
Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat
dalam tubuh sebagai faktor waktu sehingga dapat
yang
khas;
2.
3.
Freedom
from
hunger
and
thirst (bebas
dari
rasa
lapar
dan
haus)
Memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk kesehatan hewan mencakup
jumlah dan komposisi nutrisi. Kualitas makanan dan air minum yang memadai dibuktikan melalui
analisis proximate makanan, mutu air minum, dan uji kontaminasi yang dilakukan secara berkala.
Freedom
from
discomfort (bebas
dari
ketidaknyamanan)
Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologik spesies antara lain meliputi siklus
cahaya, suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas fisik seperti ukuran kandang dan komposisi kelompok.
Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit)
Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/ meniadakan rasa sakit, serta
pemilihan prosedur dilakukan dengan pertimbangan meminimalkan rasa sakit (non-invasive), penggunaan
anestesia dan analgesia bila diperlukan, serta eutanasia dengan metode yang manusiawi dalam rangka untuk
meminimalkan bahkan meniadakan penderitaan hewan.
4.
Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang)
Memberikan kondisi lingkungan dan perlakuan untuk mencegah/ meminimalkan timbulnya stress
(aspek husbandry, care, penelitian), memberikan masa adaptasi dan pengkondisian (misalnya training) bagi
hewan terhadap prosedur penelitian, lingkungan baru, dan personil. Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh
personil yang kompeten, terampil dan terlatih.
5.
Freedom
to
express
natural
behavior (bebas
mengekspresikan
tingkah
laku
alami)
Memberikan ruang dan fasilitas untuk program pengayaan lingkungan (environmental enrichment) yang sesuai
dengan karakteristik biologik dan tingkah laku species seperti food searching dan foraging, memberikan sarana
untuk kontak sosial bagi species yang bersifat sosial seperti pengandangan berpasangan atau berkelompok, dan
memberikan kesempatan untuk grooming, mating, bermain, dan lainnya.
Prinsip 5F ini diterapkan dalam bentuk Standard Operating Procedures terkait dengan Program Kesehatan
(veterinary care) dan Perawatan Harian (housing dan husbandry).
NUTRISI
Di samping faktor hewan percobaan dan lingkungan,
makanan hewan memegang peranan penting khususnya
dalampemeriksaan ini. Makanan di samping harus
mengandung nilaigizi yang diperlukan untuk tumbuh dan
berproduksi, haruspula dibuat agar hewan menyukai
makanan tersebut (ditinjaudari segi rasa).
MASALAH "STRAIN" HEWAN PERCOBAAN DAN
PERTUMBUHAN BERAT BADAN
Di dunia ini telah terbentuk ratusan strain hewan percobaan
yang telah memiliki sifat genetik yang khas. Sifat ini
terusdikembangkan sehingga hewan tersebut telah menjadi
modelyang baik untuk kepentingan kesejahteraan manusia.
Bagistrain hewan yang mempunyai kemampuan
pertumbuhan yangcepat, sangat baik untuk pemeriksaan
yang tolok ukurnyaadalah pertambahan berat badan. Berat
badan tidak cukupdipakai sebagai kriteria bahwa hewan
tersebut bisa digunakanuntuk pemeriksaan bahan biologis,
tetapi juga pertambahanberat setiap harinya. Pertambahan
berat badan suatu hewanpercobaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktorstrainhewan dan
makanan. Pertambahan berat badan sendirisecara sempit
dapat digunakan sebagai indikator bagi hewanyang sehat.
Apabila pola pertumbuhan berat badan sudahdapat
diketahui untuk suatu strain hewan, maka dengan sendirinya
perubahan pola oleh suatu perlakuan menunjukkanbesarnya
pengaruh perlakuan. Bagi hewan yang tidak mendapat
perlakuan (hewan kontrol), pertumbuhannya tidakseperti
yang diharapkan (menyimpang dari pola populasinya).
Di sini harus dicari sebab-sebabnya, misalnya apakah ada
perbedaan antara faktor lingkungan hewan tempat
percobaan(pemeriksaan) dengan tempat hewan
Tikus
Kelinci
Berat badan(g)
<10
10-15
15-20
>25
<100
100-200
200-300
300-400
400-500
>500
(kg)
<2
2-4
4-5,4
>5,4
Luas lantai/ekor(cm2)
39
52
77
97
110
148
187
258
387
452
(m2)
0,14
0,28
0,37
0,46
Tinggi kandang(cm)
12,7
12,7
12,7
12,7
17,8
17,8
17,8
17,8
17,8
17,8
(cm)
35,6
35,6
35,6
35,6
(Mangkoewidjojo, 2006)
3) Faktor lingkungan
Suhu, kelembaban relatif, kualitas udara harus dipertahankan stabil. Harus diperhitungkan daya
tampung maksimal ruang.
Hewan
Suhu
Kelembapan relatif
Mencit
18-260C
40-70
Tikus
18-260C
40-70
Kelinci
16-260C
60
Ventilasi ruang mampu mengalirkan udara 15-20 kali setiap menit. Penerangan bisa diatur terang
gelap 12 jam bergantian. Hewan harus terhindar dari suara bising baik yang terdengar ataupun tidak
(ultrasonik) (Mangkoewidjojo, 2006).
Pakan dan air minum
1) Pakan
Pakan bervariasi tergantung hewan itu. Hewan briding, hewan muda atau hewan yang lebih tua. Pakan
berbentuk pelet sering digunakan daripada tepung untuk mengurangi perubahan komposisi dan
diperlukan untuk membuat aus gigi.Pakan sebaiknya disimpan pada suhu 15-16 0C dan dihabiskan
paling lama 4-6 minggu.
Hewan
Mencit
Tikus
Kelinci
g/hewan/hari
3-4
15-20
30-300(40g/kg bb)
(Mangkoewidjojo, 2006)
2) Air minum
Air minum tersedia tanpa dibatasi dan dapat diberikan dalam botol dengan pipa yang dilengkapi klep
peluru bulat yang terletak di ujung pipa. Untuk mencegah pertumbuhan kuman, air minum dapat
diasamkan atau dikhlorisasi (Mangkoewidjojo, 2006).
Alas tidur dan kebersihan
1) Alas tidur
Alas tidur harus dapat menyerap kebasahan dan bau dengan baik, serta bebas dari bahan kimia
pencemar. Meskipun alas tidur harus bersifat higroskopis, tetapi tidak boleh sampai menimbulkan
dehidrasi terutama pada anak mencit/tikus. Alas tidur harus lunak, tidak tajam, murah, mudah diganti,
dan dapat digunakan untuk sarang. Bahan-bahan alas tidur yang bermanfaat misalnya kayu pasahan,
sekam, tongkol jagung yang digerus. Untuk hewan SPF harus disterilkan dengan autoklaf
(Mangkoewidjojo, 2006).
2) Pembersihan dan disinfeksi
Disinfektan yang dapat bekerja baik misalnya:
Na hipochlorid 0,1 , Larutan etanol 25 , Larutan Na hidroksida 30 mM, Larutan glutaraldehid 0,01
.
Kandang, rak kandang, botol, dan alat lain harus dibersihkan paling sedikit sekali seminggu. Alas tidur
harus diganti kurang lebih dua kali seminggu (Mangkoewidjojo, 2006).
a. Manajemen pemeliharaan (Mangkoewidjojo,1988)
hewan coba: ayam&itik
1) KANDANG
Jika dipelihara di dalam laboratorium dalam jumlah sedikit ditempatkan dalam kandang kecil atau
dalam batere.
Kandang batere mempunyai lantai dari anyaman kawat dan miring sehingga setiap telur yang keluar
menggelinding menjauhi ayam.
Terdapat tempat air pada satu sisi dan tempat makan di sisi lain.
Kandang dapat menampung sampai 6 ekor dewasa, tergantung pada besarnya.
Di daerah tropis dengan kelembaban tinggi, lebih baik menggunakan kandang dari kayu atau bambu.
Jika ayam dikandangkan di dalam suatu bangunan, tinja dikumpulkan di baki yang digantungkan di
bawah kandang.
Teknik pengandangan menggunakan deep litter dengan atap dan ventilasi merupakan suatu cara
yang kurang cocok untuk itik karena itik menghasilkan tinja yang sangat encer.
Untuk kandang deep litter yang sering menggunakan kawat sebaiknya jangan sampai menonjol
sehingga dapat melukai ayam/ itik.
Untuk pemeliharaan ayam dan itik yang di laboratorium jangan sampai ada hewan liar yang dapat
masuk.
CARA MEMBERSIHKAN KANDANG
Baki yang digantungkan di bawah harus dibersihkan dan disikat setiap hari atau setiap tinja yang
terkumpul pada kawat harus segera disikat supaya tidak terbentu kerak yang keras.
Kandang harus steril, dengan memasaknya dalam bak besar sesudah dipakai dan sebelum ditempati
ayam ataupun itik baru.
Jika itik dipelihara di laboratorium, cairan tinja tersebut harus disemprot setiap hari untuk
menghilangkan tinja sebelum kering dan membentuk kerak keras. Sehingga lantai perlu
pembuangan air yang sangat baik agar lantai cepat kering dan kotoran mudah dibersihkan.
2) ALAT-ALAT MAKAN DAN MINUM
Itik minum banyak air dibandingkan dengan ayam.
Itik menggunakan air untuk mencelupkan makanannya sehingga air cepat kotor dan tempat air
harus dibersihkan tiap hari lalu diisi dengan air bersih.
Ayam yang dikandangkan dalam kandang kawat batere untuk tempat makan dan minumnya harus
cukup besar untuk keperluan ayam, dan mudah dilepas untuk dibersihkan. Air harus disediakan
terus-menerus.
3) PAKAN
Makanan yang harus diberikan untuk mempertahankan kondisi fisik ayam dan itik yang baik,
produksi telur, dan daya tetas normal, ransum makanan harus mengandung semua zat makanan
esensial. Umumnya lebih murah membeli makanan daripada membeli alat untuk membuat pellet dan
berbagai bahan makanan, serta menghabiskan waktu untuk membuat ransum di bagian penelitian.
Kandungan protein dalam makanan ayam dan itik yang diinginkan sangat erat hubungannya dengan
kandungan energi. Keperluan protein untuk unggas naik jika kandungan energi makanan
meningkat. Itik dan anak itik dapat hidup baik dengan makanan mengandung protein 2-3% lebih
rendah dibanding dengan kadar yang diperlukan untuk ayam dan anak ayam. Seekor ayam dan itik
dewasa makan 85-115 gram tiap hari.
4) CARA MENTERNAKKAN (Mangkoewidjojo,1988)
Biasanya tidak perlu menternakkan ayam atau itik di laboratorium, kecuali ada persyaratan untuk
memperoleh kualitas tinggi, misalnya telur fertil hamper SPF atau SPF.
Jika perlu menternakkan unggas di laboratorium, lebih baik memelihara kelompok kecil. Satu
kelompok terdiri dari satu jantan dan 9-15 betina tergantung besarnya bangsa unggas yang dipakai
makin kecil jumlahnya.
Telur untuk ayam yang ditetaskan secara alami, baik bangsa besar maupun ayam kate mudah
mengeram. Sedangkan untuk telur itik biasanya dierami oleh entok.
Telur ayam menetas pada hari ke-21, telur itik pada hari ke-28, dan telur entok pada hari ke-35
pengeraman.
5) PENGENDALIAN PENYAKIT
Prinsip yang membantu kesehatan dan efisiensi tubuh, yaitu : keseimbangan badan, dan kekuatan dan
ketegapan biakan, cukup makanan, lingkungan yang cocok, pemberantasan dan pengendalian penyakit
menular (Mangkoewidjojo,1988).
b. Sebelum atau selama penelitian
Hewan laboratorium yang akan digunakan untuk penelitian harus yang memiliki kualitas standart
agar hasil penelitian valid. Oleh karena itu harus diperhatikan dan dipenuhi persyaratan standar meliputi
fasilitas hewan laboratorium, ransum makanan, perkembangbiakan dan reproduksi, pemeliharaan dan
lingkungan penelitian juga harus disebutkan secara khusus kondisi suhu, cahaya, kelembapan udara ruang
penelitian
Sebelum memulai eksperimen, hewan laboratorium harus diamati, dicatat penampilan hewan seharihari pada umumnya catatan ini mencakup
Berat badan, umur, kelamin, konsumsi makanan, kondisi waktu dtang dan tanggal kedatangan
Kesehatan hewan
Pengobatan yang pernah diberikan (jika ada)
Pemasok hewan
Hewan harus diamati dengan teratur selama penelitian berlangsung. Sewaktu hewan dapat
mengalami peubahan fisik, fisiologik atau metabolika, kebiasaan sehari-hari bahkan kematian. Semua
data harus dicatat. Data yang penting meliputi:
Kelainan umum, fisik, tingkah laku, konsumsi makan dan minum
Kelainan mata baik diperiksa dengan atau tanpa alat
Kulit dan rambut
Mulut, gigi, tenggorkan (pada hewan besar)
Adanya lesi dan benjolan
Adanya infeksi, abses
Kesakitan,dare, batuk, muntah
Leleran dari mata hidung atau dari bagian badan yang lain
Lebih baik jika diambil sampel darah, urin, tinja untuk mengevaluasi pengaruh prosedur uji.
Pengambilan sampel lebih baik dilakukan pada siang hari untuk menghindari perubahan karena ritme
diurnal (Mangkoewidjojo, 2006).
Apabila hewan mati atau sekarat sebalum penelitian berakhir maka harus dinekropsi dan diambil
sampel jaringannya untuk pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan protokol penelitian, termasuk
pemeriksaan histopatologik(Mangkoewidjojo, 2006).
Pada akhir eksperimen, dokter hewan atau orang berkompeten harus memutuskan hewan
dibiarkan hidup atau harus dieutanasi. Tidak boleh ada hewan dibiarkan hidup jika sekiranya menunjukkan
nyeri permanen atau menderita, hewan tidak dibenarkan digunakan lebih dari satu kali eksperimen yang
dapat menimbulkan nyeri atau menderita (Mangkoewidjojo, 2006).
Cara handling dan restraint
Mencit: Pertama-tama
tempatkan
pada
permukaan
kasar
agar
mencit
dapat
berpegangan, lalu untuk mengambilnya, tarik
Metode yang dipakai pada euthnasi adalah metode fisik-mekanik atau metode farmako-kimia termasuk
inhalasi. Sesudah hewan mati dilakukan mikropsi jika eksperimen perlu pemeriksaan lebih lanjut, sampel
jaringan diambil dan dofiksas dalam formalin bufer 10% untuk pemeriksaan histopatologik. Pemeriksaan
histopatologik sangat penting dalam ekspentasi mengevaluasi uji keamanan suatu obat/uji toksikologik,
karena bukti morfologik jaringan dalam proses patologik merupakan perubahan paling konsisten yang
dapat diidentifikasi akibat prosestoksik jaringan untuk pemeriksaan lain non-histopatologik, disiapkan
sesuai prosedur yang diperlukan tanpa disfiksasi dalam formalin (Mangkoewidjojo, 2006).
3. Legislasi yang mengatur Laboratory Animal Walfare
a. Pasal 66 UU No. 18 Tahun 2009:
Bagian Kedua: Kesejahteraan Hewan
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan;
pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya
d. sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan,
serta rasa takut dan tertekan;
e. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
g. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h. perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.
(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua
jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat
merasa sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah pengembangan
KomiteKesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan hewan laboratorium di
berbagai instansi dalamrangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan;
pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya
d. sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan,
serta rasa takut dan tertekan;
e. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
g. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h. perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.
(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua
jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat
merasa sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah pengembangan
KomiteKesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan hewan laboratorium di
berbagai instansi dalamrangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
10.
Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot,
hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primate
11.
Bgmn prosedur utk melakukan uji pre
rancangan percobaan, pengamatan dan evaluasi
klinik
12.
mengapa data dr hewan tdk dapat diekstrapolasikan
begitu saja ke manusia ?
Ekstrapolasi adalah metode yang dipergunakan dalam memprediksi
nilai dari suatu data atau fungsi yang berada di luar interval (data
awal yang telah diperoleh).
Ekstrapolasidatadarihewankemanusiadengandemikiandiperlukanuntukmengkajifisikoefekgenetik.Hal
inidilakukankarenatidakadapopulasimanusiayangadaselainkorbanbornatomyangdapatmemberikan
sebuahdasarsubstansialuntuksturnepidemiologigenetik.Dengandemikiandasarilmiahdariekstrapolasi
harusbergantungpadabasilpenelitiantingkatselulerdanmolekuler.Diketahuibahwasensitifitasmanusia
dalamhalinduksimutasipadaselgerminalolehradiasi,lebihrendahdibandingkanmencit.
Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia dapat
memberikan perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak seluruhnya.
Untuk menemukan suatu proses yang lebih maju, dibentuklah Predictive Safety
Testing Consortium, yakni suatu badan yang merupakan gabungan lima
perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat dengan Food and Drug
Administration (FDA) sebagai badan penasehat, untuk memperkirakan keamanan
suatu pengobatan sebelum diujikan pada manusia. Hal ini dicapai dengan cara
menggabungkan berbagai metode laboratorium yang dikembangkan secara
internal dalam tiap perusahaan farmasi.
Perbedaan:
dosis
genetik
struktur anatomi dan fisiologi
REFERENSI
Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science
Second Edition. Boca Raton: CRC Press.
Sulaksono, M. E. (1987). Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk
Pemeriksaan Produk Biologis. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI.
Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987, 51