bulan.................. tahun
2015
Mengesahkan,
Kepala Seksi Penagihan
.
DEDDY HARIYANTO
NIP. 197401241995111001
Menilai,
Nilai
(1-100)
Laporan Tugas Akhir
Presentasi Workshop
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Self Assessment System merupakan sistem pemungtan pajak yang memberikan
wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan
membayar sendiri pajak terhutangnya yang harus dibayar sesuai dengan undangundang perpajakan yang berlaku. Dengan sistem ini, wajib pajak harus bersifat aktif
dengan melaporkan dan membayar sendiri pajak terhutangnya yang harus dibayar.
Penerapan sistem Self Assessment ini berdampak pada kedisiplinan wajib pajak dalam
kegiatan membayar dan melaporkan sendiri pajaknya.
Kegiatan wajib pajak yang tidak disiplin dalam kegiatan membayar dan
melaporkan sendiri pajaknya akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan pajak yang
berlaku. Berdasarkan peraturan perpajakan, Penanggung Pajak yang tidak melunasi
hutang pajaknya hingga lewat waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak surat
paksa disampaikan kepadanya akan dilakukan penyitaan terhadap hartanya. Tujuan
dari penyitaan adalah sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
Tindakan penyitaan penagihan pajak merupakan salah satu strategi untuk
mengamankan penerimaan negara. Penyitaan terkait dengan harta tidak bergerak
wajib pajak dapat dilakukan dengan pemblokiran rekening wajib pajak. Tindakan
pemblokiran dilakukan atas saldo kekayaan penanggung pajak yang dapat menutupi
hutang pajaknya.
Maka dari itu penulis ingin melakukan tinjauan terhadap Pemblokiran dan
menuangkannya dalam Laporan On the Job Training yang berjudul, TINJAUAN
HAMBATAN PEMBLOKIRAN REKENING WAJIB PAJAK DI KPP KEPANJEN
B. KONDISI IDEAL
1. Juru Sita menyiapkan Data Tunggakan Pajak, disertai Surat Paksa, dan Surat
2.
3.
4.
5.
permohonan saldo.
6. Jika poin 5 (lima) Wajib Pajak menolak, maka diterbitka Berita Acara Penolakan
yang disertai dengan Surat Keterangan dari Kepala Kantor Pajak.
7. Jika poin 5 (lima) Wajib Pajak menyetujui, Proses Penyitaan bisa dilaksanakan,
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Sebagai petugas dari Kantor Pajak, Juru sita datang ke Bank dengan membawa
dokumen terkait untuk melakukan pemblokiran. Dengan membawa kelengkapan
dokumen, Juru Sita tidak dapat secara langsung meminta kepada pihak Bank untuk
memblokir seketika rekening nasabah mereka. Pihak Bank akan memproses
permintaan Juru Sita terlebih dahulu. Perlakuan pihak Bank ini hampir terjadi pada
semua Bank. Sehingga Juru Sita harus tetap mengikuti peraturan Bank dan tidak bisa
melaksanakan pemblokiran rekening seketika.
Selain hal tersebut, Pihak kantor pajak yang akan memblokir di wilayah yang
bukan wilayah wajib pajaknya harus meminta bantuan dari KPP lain yang merupakan
wilayahnya. Sehingga membuat proses pemblokiran berjalan lama.
Permasalahan terakhir yang terjadi di KPP Kepanjen adalah Kurangnya data
perbankan yang ada di Kantor Pajak sehingga membuat Juru sita harus melakukan
tebar jaring ke seluruh bank yang ada, juga merupakan permasalahan yang dihadapi.
Hal ini kurang diperhatikan saat Wajib Pajak pertama kali mengurus NPWP, sehingga
Juru Sita tidak bisa memperoleh data yang lengkap dari Wajib Pajak yang
bersangkutan..
B. Analisis Permasalahan
1. Faktor Internal
Pihak kantor Pajak kurang mengadakan sosialisasi dengan pihak bank,
sehingga kurang adanya kerjasama yang terjalin antara pihak Bank dan Juru
Sita Pajak. Meskipun kerjasama dengan Bank Indoneia telah terjalin, namun jika
sosialisasi di bank cabang ataupun kantor kas tidak dilaksanakan maka pihak
bank terkait tetap akan menggunakan peraturan banki yang mereka anggap
lebih kuat.
Permasalahan yang ada karena kurangnya data Wajib Pajak yang akan
diblokir menyebabkan Juru Sita mengalami kesulitan jika berhubungan dengan
pihak bank. Data yang masuk kepada Juru Sita tidak lengkap, hal ini bisa
disebabkan karena pada saat pendaftaran NPWP di awal memang tidak
meminta rekening wajib pajak, dan kurangnya pendekatan dari AR,maupun
pihak Ekstensifikasi kepada wajib pajaknya untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap terkait rekening bank..
2. Faktor Eksternal
Juru Sita tidak dapat langsung menyampaikan permohonan pemblokiran
kepada kuasa dari kantor Bank, hal yang sering terjadi di lapangan bahkan
3
terkadang pihak bank membuat juru sita harus kembali berkali-kali ke bank
karena kurangnya berbagai hal. Bank memiliki aturan sendiri, sehingga Juru Sita
tidak bisa menggunakan peraturan yang sudah ada di kantor pajak untuk
diterapkan di bank.
Menurut Peraturan yang berlaku, jika Juru Sita ingin memblokir rekening
wajib pajak di wilayang KPP lain, maka harus meminta bantuan KPP dimana
rekening wajib pajak itu terdaftar. Proses ini memakan banyak waktu, terkadang
hal ini pun tidak efektif karena KPP tersebut tidak bersedia membantu. Faktor
kepentingan menjadi hambatan bagi Juru Sita untuk melakukan pemblokiran.
Selain hal tersebut ternyata permasalah kurangnya data merupakan
masalah tersendiri bagi Juru Sita Pajak. Dimana wajib pajak biasanya kurang
kooperatif untuk memberikan data mengenai diri mereka sendiri. Sedangkan
pihak bank akan menolak pemblokiran jika nama, tanggal lahir, nik, tiidak sama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai pemblokiran maka penulis dapat memuat
kesimpulan bahwa,
1. Proses Pemblokiran seketika tidak dapat dilakukan karena kurangnya kerja
sama yang terjalin antara pihak bank dan kantor pajak.
2. Meminta bantuan KPP lain dalam proses pemblokiran berjalan kurang efektif,
karena menyebabkan proses pemblokiran akan berjalan lama.
3. Kelengkapan data wajib pajak merupakan hal yang penting dalam proses
pemblokiran. Ketidaklengkapan data menyebabkan Juru Sita harus melakukan
tebar jaring untuk melakukan pemblokiran..
B.
Saran
Berdasarkan uaraian permasalahan diatas, maka penulis memberi saran
sebagai berikut:
1. Sosialisasi terhadap instansi lain perlu ditingkatkan, mengingat tidak semua
2.
3.
4.