Oleh:
Dika Pratiwi Budianto
1213023019
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I DASAR TEORI
I.1
I.2
I.3
I.4
BAB II PEMBAHASAN
II.1 LKM-1
(Perbandingan
Metode
Perhitungan
Terhadap
Data
Eksperimen)........................................................................................26
II.2 LKM-2 (Analisis Kurva Energi Potensial Lennard-Jones)........................31
II.3 LKM-3 (Analisis Profil Energi Molekul Sikloheksana Pada Berbagai
Konformasi)................................................................................................34
II.4 LKM-4 (Penentuan Geometri yang Stabil Untuk Setiap Energi Minimum
dari Konformer 1,3-Butadiena).............................................................37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
DASAR TEORI
kimia.Istilah
kimia
komputasi
selalu
digunakan
jika
metoda
Sebelumnya kita telah dapat menghitung energi pada atom Hidrogen. Lalu,
bagaimana menghitung suatu sistem yang memiliki elektron banyak?
Dapatkah kita menggunakan persamaan di bawah ini untuk menyelesaikan
persamaan pada Helium.
Seperti yang kita ketahui, persamaan untuk energi Hidrogen dan atom yang
serupa dengan Hidrogen adalah
Namun, persamaan ini tidak dapat secara langsung diselesaikan untuk atom
yang memiliki elektron banyak. Jika kita menggunakan fungsi trial, , dan
disubstitusikan persamaan akan menjadi:
Sehingga,
Teori Variasi berbunyi: energi yang dihitung dengan menggunakan fungsi
trial maka
dasar
mendekati
), maka
e r
keuntungam menggunakan basis fungsi dari GTO adalah dimana fungsi dapat
divariasikan
sehingga
dapat
mendekati
fungsi
eksak
sedangkan
Pada STO ini memiliki kemiripan dengan orbital atom pada atom hidrogen,
dimana fungsinya adalah
g ( , l , m, n; x, y , z ) Ne r x l y m z n
Kondisi puncak:
Untuk STO:
Untuk GTO:
[d/dr e-r]r 0
2
[d / dr e r ]r 0 0
STO =
GTO
Yang keenam adalah kombinasi yang linier yang memberikan sebuah fungsi
pada tipe s:
g rr 51/ 2 ( g xx g yy g zz ) g s
Dengan
cara
yang
sama,
ke-10
tipe
gaussian
primitif
mungkin
Karena 2 elektron dari Helium tidak dapat dibedakan maka, juga dapat
dituliskan sebagai berikut:
Dengan,
Sebagaimana kita ketahui spin orbital memiliki persamaan sebagai berikut:
i ( x j ) i (rj ) ( j )
i ci
1
Basis Set pada Orbital dengan 1 elektron adalah suatu set fungsi matematika
yang digunakan untuk memperluas orbital molekul dengan maksud to
membantu menyelesaikan persamaan Scrodinger. Pada basis set ini setiap
fungsi ada di pusatnya, di beberapa titik pada molekul (biasanya pada inti).
Serta di setiap fungsi dari basis set adalah fungsi dari kordinat x,y,z dari suatu
elektron
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa persamaan gelombang pada Helium
yaitu
( N !) 1/ 2
i ( x1 )
i ( x2 )
i ( xN )
j ( x1 )
j ( x2 )
j ( xN )
...
...
...
K ( x1 )
K ( x2 )
K ( xN )
10
Hidrogen memiliki 1s orbital dari STO-3G basis set, artinya ada satu fungsi
STO yang digantikan oleh 3 fungsi Gaussian
Pada perhitungan untuk suatu molekul, Orbital Molekul (H2) = Kombinasi
Linier Basis Fungsi
2
3G
1STO
N1c1e 1 r N 2 c2 e 2 r N 3c3e 3 r
s
Inilah hasil dari orbital satu elektron dari atom Hidrogen. Lalu, untuk
menghitung molekul H2, orbital molekul dibentuk dari Kombinasi Linier
Orbital Atom (KLOA).
Contoh lainnya: pada STO-3G untuk Metana
Minimal Basis set untuk molekul metana terdiri dari orbital 1s untuk satu
atom Hydrogen, dan set atau serangkaian dari 1s, 2s dan 2p untuk
Karbon. Jadi, total basis set terdiri dari 9 basis fungsi.
H --> orbital 1s (4*1s)
C --> orbital 1s, 2s, 2px, 2py, 2pz
Telah kita ketahui, bahwa untuk 1 fungsi STO terdiri dari 3 fungsi GTO. Jadi,
9 fungsi STO pada metana terdapat 27 fungsi Gaussian.
11
Contoh basis set STO-3G STO-3G basis set example untuk Metana
12
nr. BF = 5 x nr.atoms = 6 30
13
yang
yang
mempengaruhi
inti
tetangga
akan
mendistorsi
6-31G(d) adalah suatu set atau se rangkaian dari 6 fungsi Gaussian untuk
orbital d yang digunakan sebagai fungsi polarisasi pada atom berat
6-31G(d,p) adalah suatu set atau serangkaian fungsi Gaussian untuk orbital d
yang digunakan sebagai fungsi polarisasi pada atom berat dan sebuah set atau
serangkaian yang terdiri dari 3 fungsi Gaussian untuk orbital d orbital p yang
digunakan sebagai fungsi polarisasi pada atom Hidrogen
Diffuse Basis Fungsi
Pada keadaan tereksitasi dan anion dimana kerapatan elektronik lebih tersebar
ke seluruh penjuru dalam molekul, beberapa basis fungsi sendiri yang
tersebar dibutuhkan.
Beberapa tambahan basis fungsi yang disebut sebagai fungsi diffuse. Secara
normal ditambahkan sebagai satu fungsi GTO.
6-31+Gmenambahkan sebuah set dari diffuse orbital sp untuk atom pada
bagian baris pertama dan kedua(Li - Cl).
14
6-31++G - menambahkan sebuah set dari diffuse orbital sp untuk atom pada
bagian baris pertama dan kedua(Li - Cl) dan sebuah set dari fungsi diffuse s
untuk Hidrogen.
Contohnya:
15
elektron
terbatas.Pauling
(1954))
dan
Mulliken
(1996)
memprediksikan sifat dan spesies kimia yang terlibat dalam suatau proses
kimia.
Metode perhitungan kimia komputasi memiliki dua bagian yaitu metode
mekanika molekul dan metode struktur elektronik yang terdiri dari ab initio
dan semiempirik. Metode yang sekarang berkembang pesat adalah teori
kerapatan fungsional dan post SCF.
Dalam kimia kuantum, sistem digambarkan sebagai fungsi gelombang yang
padap diperoleh dengan menyelesaikan pesamaan Schrdinger.Persamaan ini
berkaitan dengan sistem dalam keadaan stasioner dan energi mereka yang
dinyatakan dalam Hamiltonian.Dalam prakteknya, persamaan Schrdinger
tidak dapat diselesaikan secara eksak sehingga beberapa pendekatan harus
dibuat.
Sepertinya yang telah dikatakan diawal, bahwa mekanika kunatum dalam
prakteknya terbagi atas dua metode, yaitu ab initio dan semi empirik. Kedua
medote ini memiliki perbedaan prinsip dimana pada ab initio menyelesaikan
semua persamaan eksak dan semua elektron yang ada diperhitungkan
sehingga memerlukan waktu yang lama.Pada perhitungan semiempirik dapat
dijalankan lebih cepat karena tidak semua persamaan diselesaikan secara
eksak dan elektron yang diperhitungkan hanyalah elektron valensi saja. Hasil
perhitungan ab intio lebih akurat dibanding dengan hasil perhitungan semi
empirik, walaupun dalam pengerjaanya ab intio memerlukan waktu yang
lebih lama, (Pranowo, Harno Dwi. 2011. Pengantar Kimia Komputasi).
Metode perhitungan secara kimia komputasi ini terbagi menjadi tiga,
diantaranya: Ab Initio, Semi-empiric dan Molecular Mechanics. Perbedaan di
antara ketiganya yaitu pada Ab Initio menggunakan persamaan Schrodinger,
tetapi dengan menggunakan beberapa pendekatan; pada Semi-empiric
didasarkan pada experimental dan penyerdehanaan secara luas dari
persamaan Schrodinger; sedangkan, pada Molecular Mechanics tidak
menggunakan persamaan Schrodinger.
17
Ab Initio
Pendekatan disebut ab initio apabila metode tersebut dibuat tanpa
menggunakan data empiris, kecuali untuk tetapan seperti massa elektron dan
tetapan Planck. ab initio adalah sebuah konsep perhitungan yang bersifat
umum dan penyelesaian persamaan Schrdinger yang secara praktis dapat
diprediksi tentang keakuratannya. Kelemahan metode ini adalah kebutuhan
besar terhadap kemamupan dan kecepatan komputer. Oleh karena itu,
penyederhanaan perhitungan dapat diasukkan kedalam metode ab intio
dengan menggunakan beberapa parameter empiris sehingga dihasilkan
metode kimia komputa baru yang dikenala dengan semiempiris. Metode
semiempiris ini dapat diterapkana dalam sistem yang besar dan menghasilkan
fungsi gelombang elektronik yang baik sehingga sifat elektronik dapat
diprediksi, (Pranowo, Harno Dwi. 2011. Pengantar Kimia Komputasi).
Ab Initio diterjemahkan dari bahasa Latin yang artinya berdasarkan prnsip
yang pertama. Pada Ab Initio tidak berdasarkan data experimental dan secara
komputasi didasarkan pada quantum mechanics.
Perbedaan level dari perhitungan Ab Initio:
Yang pertama hubungan elektron tidak dimasukkan sebagai pertimbangan
per, di antaranya adalah Hatree-Fock (HF). Hatree-Fock merupakan
perhitungan Ab Initio yang paling sederhana dan pusatnya. Sedangkan, yang
kedua adalah hubungan elektron dimasukkan sebagai pertimbangan misalnya
Moller-Plesset Pertubation Theory (MP), Density Functional Theory (DFT),
Configuration Interaction (CI), Multi-Configurational SCF (MCSCF), MultiReference Configuration Interaction (MRCI), dan Couple Cluster Methods
(CC).
The Hatree-Fock method (HF)
Pada metode ini dimulai dari persamaan Schrodinger
H elec elec ( r , R ) E eff ( R ) elec ( r , R )
18
i ci
1
Bentuk eksak dari fungsi gelombang bergantung kepada koefisien cmi. Lalu,
bagaimana cara mendapatkan koefisien cmisecaraoptimal?
Yaitu dengan menggunakan kombinasi pendekatan Hatree dan pendekatan
Fock untuk perhitungan elektronik.
Pendekatan Hatree
H (r1 , r2 ,..., rN ) i (r1 ) j (r2 )... n (rN )
19
f i H i (2J ij K ij )
j 1
Yaitu,
adalah orbital
Fiadalah operator Fock
21
Semi Empiric
Dibandingkan dengan metode ab initio, metode semiempiris memiliki
rabilitas yang agak renda dan penerapan metode semiempiris bergantung pada
ketersediaan parameter empiris seperti halnya pada mekanika molekul.
Energi dan fungsi gelombang dalam keadaan stasioner dapat dihasilkan
dengan persaman Schrdinger :
=E
Dalam persamaan tersebut adalah operator hamilton yang menyatakan
energi kimia dan ptensial dari sistem yang mengandung elektron dan inti
atom, adlah fungsi gelombang yang bergantung pada posisi elektron dan
inti atom.
22
digunakan:
banyak
dari
persamaan
yang
menggunakan
pendekatan atau bahkan dieleminasi. Pada Semi Empiric ini kurang akurat
jika dibandingkan dengan metode Ab Initio namun perhitungan dengan semiempirik lebih cepat perhitungannya. Persamaannya diparamteri untuk
menghasilkan kembali hasil yang spesifik, biasanya bentuk geometri dan
pana ketika pembentukan, namun metode ini dapat digunakan untuk
menemukan data yang lainnya.
Konsep DFT (Teori Fungsi Kerapatan)
Pada konsep DFT ini Teori DFT dimulai dari teorema Hohenberg-Kohn yang
terdiri dari 2 teorema
Teorema 1 : Densitas elektron menggambarkan energi potensial inti-elektron
(Vn,e)
23
T = energi kinetik, Eext = potensial inti-elektron, Ecoul=potensial elektronelektron, Exc = energi korelasi-pertukaran
Potensial korelasi-pertukaran secara sederhana merupakan error yang
terjadi akibat menggunakan sistem fiktif non-interacting particle
potensial korelasi-pertukaran sangat menentukan akurasi perhitungan DFT
24
Jika
molekul
sangat
besar
untuk
dapat
ditinjau
dengan
metoda
eksperimen
Dalam
metoda
atau
mekanika
perhitungan
molekukar,
data
ab
base
initio.
senyawa
yang
mendeskripsikan
kelompok
senyawa
protein,
tetapi
akan
yang
lain.Sisi
baik
dari
mekanika
molekular
adalah
sering
perangkat
lunak
mekanika
molekular
mempunyai
25
26
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 LKM-1
(Perbandingan
Metode
Perhitungan
Terhadap
Data
Eksperimen)
Tujuan: membandingkan akurasi metode-metode perhitungan terhadap data
eksperimen
Berikut adalah data hasil percobaan dengan menggunakan beberapa metode
untuk perhitungan energi ikat molekul F2 dan panjang ikatan dari molekul F2
27
semiempirik
Panjang ikatan ()
teoritik
Eksperimen
1,42693
1,4119
AM1
semiempirik
-248,9114892
1,35019
PM3
semiempirik
-1410,3054
1,11905
CNDO
HF 6-31G
HF 6-31G(d,p)
DFT B3LYP
198,5456
136,9383
-176,4887
1,41243
1,34488
1,40334
6-31G(d,p)
DFT B3LYP
-157,9917
1,40986
cc-pVDZ
DFT B3LYP
-117,0369
1,46039
LanL2DZ
MP2 6-
-158,4466
1,42060
31G(d,p)
CCSD 6-
-121,6407
1,42523
31G(d,p)
CASSCF 6-
-521633,9506
1,34550
molekul
Metode
F2
31G(d,p)
Metode
semiempirik AM1
semiempirik PM3
semiempirik CNDO
HF 6-31G
HF 6-31G(d,p)
DFT B3LYP 6-31G(d,p)
DFT B3LYP cc-pVDZ
DFT B3LYP LanL2DZ
Waktu
506
588
862
708
1143
1243
1403
1174
28
MP2 6-31G(d,p)
CCSD 6-31G(d,p)
CASSCF 6-31G(d,p)
2245
1954
2108
hasil
perhitungan
semiempirik,
walaupun
dalam
2,
yang
tidak
29
E = E produk E reaktan
=
=
Energi molekul memiliki energi yang lebih rendah dibanding energi
atomnya, hal ini disebabkan untuk dapat membentuk molekul setiap atom
harus melepaskan energi. Sedangkan untuk membentuk molekul, setiap
atom penyusun harus melepaskan energi agar dapat membentuk molekul
yang stabil
d. Jelaskan apa yang dimaksud metode semiempirik, Hartree-Fock, DFT,
dan MP2 ?
Metode semiempirik adalah metode yang dalam perhitungannya
menggunakan
data
eksperimen
serta
menggunakan
persamaan
(Teori
fungsi
kerapatan)merupakan
metode
yang
30
e. Jelaskan apa yang dimaksud dengan basis set, 6-31G, dan 6-31G(d,p)?
Basis set 6-31G adalah basis set yang menyatakan adanya inti orbital
dengan 6 fungsi Gaussian, 3-1 memiliki arti bahwa orabital valensi yang
terbelah menjadi 3 fungsi Gaussian dan 1 fungsi Gaussian.
Sedangkan, pada 6-31G (d,p) yaitu basis set yang menyatakan adanya inti
orbital dengan 6 fungsi Gaussian, 3-1 memiliki arti bahwa orabital valensi
yang terbelah menjadi 3 fungsi Gaussian dan 1 fungsi Gaussian. (d,p)
artinya serangkaian 6 fungsi Gaussian pada orbital d yang digunakan
sebagai fungsi polarisasi pada atom berat dan serangkaian dari 3 fungsi
Gaussian pada orbital p yang digunakan sebagai fungsi pada atom
hidrogen
31
jarak ()
Cl2
4
3.7
3.5
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2
1.9
1.6
1.3
1
144.9047371774
120.7850073084
98.6975979300
13.6952098828
-34.7360951125
-90.8935891146
-150.9399468989
-204.1076532086
-225.0408141889
-208.7918858457
110.1447500182
1645.4232436608
7827.2494493230
a.
32
a.
Pada sekitar jarak dan energi berapakah akan terbentuk ikatan ClCl
yang stabil ? Kemukakan alasan Anda !
Pada jarak 2 dan energi -225.0408141889 kJ/mol dapat terbentuk Cl2
yang stabil karena pada jarak tersebut merupakan energi terendah ketika
Cl-Cl berinteraksi, atau dengan kata lain pada jarak 2 ini interaksi
tarikannya lebih besar daripada interaksi tolakannya sehingga energinya
minimum (terendah). Pada Cl-Cl terdapat interaksi antara elektron dan
inti pada atom Cl, elektron dan elektron atom Cl, elektron dan inti dari Cl
tetangga dan elektron dan elektron dari Cl tetangga. Interaksi tolakan
terjadi antara elektron dengan elektron, dan inti dengan inti. Ketika pada
jarak tertentu, energi Cl2 drastis menjadi sangat yang besar hal ini dapat
disebabkan adanya tolakan yang besar elektron-elektron dari kedua atom
Cl. Terlebih atom Cl memiliki elektron yang cukup banyak yaitu
sebanyak 17 elektron. Hal inilah pada jarak di bawah 2 adanya
repulsion (gaya tolak menolak antar elektron-elektron dari Cl-Cl) sangat
besar yang menyebabkan energi interaksinya juga besar/ maksimal.
33
b.
34
jarak antar
atom Haksial
Energi
(kkal/mol)
bawah
Kursi
H16 dengan H7 =
H17 dengan
2,62922
H9 = 2,62922
-21559,8125
setengah kursi
H14 dengan
= 2,81384
H7 = 3,85097
-21553,31055
perahu terpilin
H9 dengan H13 =
H12 dengan
2,87305
H18 = 2,58499
-21556,63086
Perahu
H16 dengan
= 2,26059
H9 = 2,31253
-21556,2832
35
1.
36
3.
37
II.4 LKM-4 (Penentuan Geometri yang Stabil Untuk Setiap Energi Minimum
dari Konformer 1,3-Butadiena)
Tujuan : Penentuan Geometri Yang Stabil Untuk Setiap Energi Minimum
Dari Konformer 1,3-Butadiena
Berikut ini tabel hasil pengamatan berbagai energi dari konformer 1,3butadiena:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sudut Dihedral
180
150
120
90
60
45
30
15
0
Energi (Kkal/Mol)
-13687.75488
-13687.30469
-13686.29688
-13685.79297
-13686.27441
-13686.66504
-13686.92090
-13686.98828
-13686.98145
2. Tunjukkan energi aktivasi dan entalpi reaksi sesuai grafik yang diperoleh!
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus ada pada sistem kimia
untuk melangsungkan reaksi kimia. Sedangkan, entalpi reaksi adalah
entalpi yang tidak dapat ditentukan nilainya, namun hanya bisa ditentukan
perubahannya.
38
Energi Aktivasi
Entalpi Reaksi
39
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo, Harno Dwi. 2011. Pengantar Kimia Komputasi. Penerbit Lubuk Agung:
Bandung