VAP (Ventilator associated Pneumonia) adalah pasien yang setelah
pemakaian ventilator mekanik > 48 jam menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru dan sebelumnya tidak ditemukan tanda tanda infeksi saluran napas.
Tujuan
1. 2.
Untuk menurunkan angka infeksi peneumonia pada pasien yang
terpasang ventilator dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan menekan angka infeksi serendah mungkin Menghentikan penyebaran infeksi
Kebijakan
1. SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial
PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. 2. SK Menkes No. 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. 3. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 4. SK Menkes 1165.A/Menkes/SK/X/2004 tentang KARS. 5. SE Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite PPIRS dan Tim PPIRS. 6. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 7. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Prosedur
1.
Pencegahan kontaminasi silang
a. Seluruh petugas kesehatan (dokter, perawat ) melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, pada saat pemasangan Endotracheal Tube ( ETT), Nasogastrik Tube (NGT), suctioning bronchoscopy. b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan dan goegle alat pelindung mata (jika diperlukan). c. Gunakan air yang steril untuk humifikasi.
a. Pengisapan secret pernapasan dilakukan hanya bila diperlukan, karena pengisapan yang terus menerus akan meningktakan risiko kontaminasi silang dan trauma. b. Pengisapan secret saluran napas tidak boleh dilakukan dengan tangan langsung melainkan menggunakan sarung tangan steril. c. Setiap kali mengisap secret saluran napas, gunakan kateter yang steril atau kalau pemakaian hanya dalam waktu singkat maka kateter dapat dipakai ulang setelah dibilas serta dibersihkan. d. Bila terdapat secret yang kental dan kateter pengisap memerlukan bilasan, maka untuk membilas gunakan cairan steril. 3. Pencegahan gastric refluks : a. Berikan posisi semi recumbent 30 45C. b. Enteral feeding. 4. Airway manajemen a. Lepaskan ETT pasien sesegara mungkin. b. Hindari Re intubasi. c. Jika memungkinkan gunakan non invasive positif pressure ventilation secara kontinius melalui face / nose mask sebagai pengganti intubasi. d. Lakukan suction bila diperlukan dan mempertahankan tehnik aseptik. e. Gunakan cairan steril untuk membersihkan kateter suction jika dimasukkan kembali ke ETT tube. f. Lakukan oral hygiene dengan chlorhexidine 2% tiap 4 jam. 5. Maintenance peralatan a. Ganti segera sirkuit ventilator bila kotor. b. Bersihkan dan desinfeksi semua peralatan dan alat ventilasi mekanik secara tepat 6. Pemberian obat obatan a. Hindari penggunaan antimikroba yang tidak perlu. b. Gunakan antimikroba yang sesuai pada pasien berisiko tinggi. c. Batasi pemberian profilaksis tukak lambung pada pasien berisiko tinggi. d. Gunakan antimikroba untuk dekontaminasi saluran cerna secara selektif. e. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan clorhexydine 2%.