Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jantung Manusia
jantung merupakan organ musckular berongga yang bentuknya mirip
piramid dan terletak di dalam pericardium di mediastinum. Sebagai salah satu
organ penting, jantung dilindungi tulang-tulang sternum costa dan vertebrata.

Gambar 2.1.anatomi jantung


(sumber:www.penyakitjantungkoroner.net/?
Gambar_Anatomi_Organ_Jantung:Katup_Jantung_Manusia)

jantung memiliki puncak (apex) yang terletak di atas diaphragm hingga


linea midclavicula sinistra. Denyutnya teraba dan terdengar paling keras di sini
yang disebut juga dengan iktus cordis.
Jantung manusia terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah,
yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang
atas disebut atrium, dan yang bawah ventrikel.
Otot jantung mempunyai ciri yang khas yaitu bergaris seperti pada otot
sadar. Perbedaannya adalah bahwa serabutnya bercabang dan mengadakan

anastomose (bersambung satu sama lain, tersusun memanjang seperti otot begaris,
berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan sesuai dengan kemauan).
Jantung manusia terbagi atas empat rongga yang masing-masing memiliki
sekat yang sempurna sebagai pemisah, yaitu ventrikel kanan dan kiri, serta atrium
kanan dan kiri. Pada setiap bagian ada hubungan antara atrium dan ventrikel
melalui lubang atau celah yang memiliki katup. Katup trikuspidalis merupakan
bagian yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan,
sedangkan katup bikuspidalis menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel
kiri.
Jantung terbungkus oleh membran pericardium, dan tersusun oleh otot-otot
yang mempunyai kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi secara
otomatis dan ritmis, tidak tergantung pada rangsang saraf. Cara semacam ini
disebut myogenic.
2.1.1. Prinsip Kerja Jantung
Irama jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh
rangsangan secara spontan, oleh sel-sel khusus yang terdapat pada atrium
kanan (dekat muara vena cava superior dan inferior), yaitu SA node (simpul
sinotrian). SA node ini bertindak sebagai pace maker; bergetarnya SA
node berkisar 72 kali permenit. Getaran tersebut dapat meningkat atau
menurun

diatur

oleh

syaraf

eksternal

jantung

yang

merupakkan

respon/jawaban kebutuhan darah oleh tubuh. Isyarat listrik dari SA node


menyebabkan depolarisasi otot jantung atrium dan memompa darah ke
ventrikel, kemudian diikuti oleh repolarisasi otot atrium.
Isyarat listrik dilanjutkan ke AV node akan menyebabkan
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri yang menyebabkan kontraksi ventrikel
sehingga darah dipompa ke dalam arteri pilmonalis dan ke aorta. saraf pada
ventrikel dan otot ventrikel kemudian mengalami repolariosasi dan mulai
kembali isyarat listrik dari SA node.

Saraf dan otot jantung dapat dipandang sebagai sumber listrik


tertutup dalam suatu konduktor listrik dada dan perut (torso). Hal ini nyata
sekali bahwa tidak mungkin mengukur kelistrikan jantung secara langsung.
Informasi untuk diagnostik akan tercapai dengan mengukur potensial listrik
di berbagai tempat permukaan tubuh yang dihasilkan jantung. (dr.J.F.Gabriel
1996:230).
2.1.2.

Aktivitas kelistrikan jantung

Sel membran otot jantung serupa dengan sel membran otot bergaris,
yaitu mempunyai kemampuan menuntun suatu perambatan potensial
aksi/gelombang depolarisasi. Depolarisasi sel membran otot jantung
(miokardium) oleh perambatan potensial aksi dengan menghasilkan
kontraksi otot. Hanya saja ada 3 hal penting perbedaan antara sel otot
jantung dengan sel otot bergaris yaitu sel otot jantung mempunyai:
1. High speed conductive pathways (konduksi berjalan dengan
kecepatan tinggi)
Pada otot bergaris perjalanan gelombang depolarisasi secara seragam
meliputi seluruh bagian dari struktur otot. Pada otot jantung
(miokardium) ada keistimewaan yaitu high speed conductive
pathways yang mana gelombang depolarisasi secara cepat.
2. Long refractory periode (periode refrakter yang panjang)
Lamanya repolarisasi dan periode refrakter pada otot jantung
(miokardium) 100 kali lebih lama dari pada otot bergaris.
3. Automatisasi (otomatisasi)
Tidak seperti otot bergaris, sel otot jantung tidak menghendaki
rangsangan dari luar untuk mencapai nilai ambang melainkan
mempunyai kemampuan sendiri yaitu depolarisasi spontan tanpa
rangsangan dari luar.

Secara normal, mula-mula SA node mengalami gelombang


depolarisasi ke atrium kiri dari atrium kanan dalam tempo 70 detik dan
terjadi kontraksi atrium.
Gelombang depolarisasi diteruskan ke AV node sehingga AV node
mengalami depolarisasi. Gelombang AV node dilanjutkan melalui bundle
of his dan diteruskan ke cabang bundle sehingga cabang bundle mengalami
depolarisasi.
Dari cabang bundle impuls tersebut diteruskan ke jaringan purkinye.
Dari jaringan purkinye gelombang depolarisasi diteruskan ke endokardium
dan berakhir pada epikardium, sehingga terjadi kontraksi otot jantung
(miyokardium).
Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi. Sedangkan
sisi lain mengalami depolarisasi. Pada waktu repolarisasi tampak proses
epikardium ventrikel, sedangkan pada proses depolarisasi tampak dari
endokardium ke epikardium. (dr.J.F.Gabriel 1996:233).
2.2.

Fibrilasi Jantung
Telah diketahui bahwa aktifitas irama jantung terletak pada permukaan

jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada puncak atrium kanan.
Kumpulan sel-sel ini disebut SA node yang bertindak sebagai pace maker. Melalui
pace meker ini aktifitas otot jantung secara sinkron memompa darah ke sirkulasi
paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (seluruh tubuh). fibrilasi suatu keadaan
dimana terjadi kehilangan sinkronisasi.
Dimana pada kondisi ini keluaran sinyal jantung mendekati nol, dan harus
segera ditangani untuk menghindari kerusakan pada otak dan kematian. Oleh
karena itu tindakan resusitasi harus dilakukan dengan cepat dan dalam waktu
kurang dari lima menit setelah terjadi serangan jantung.

Energi kejut listrik pada jantung ini dapat digunakan untuk mengembalikan
ritme jantung. Alat elektronik yang dapat menghasilkan energy kejut listrik ini
dikenal sebagai defibrillator.
Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel. Pada atrium dikenal
sebagai fibrilasi atrium sedangkan pada ventrikel dikenal sebagai fibrilasi
ventrikel.
2.2.1.

Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium adalah tidak teraturnya kontraksi dari atrial


myocardium. Hal ini mungkin sama banyaknya seperti 400 denyut / menit.
Ventrikel tidak memberikan respon ke semua stimulus dan denyut ventrikel
biasanya 150-180 denyut / menit dan tidak teratur.

Gambar 2.2. Sinyal fibrilasi atrium


(sumber: http://jantungoke.blogspot.sg/2012/12/atrial-fibrillationfibrilasi-atrium.html)

Fibrilasi atrium ini mudah dapat dikenali oleh karena ini adalah
merupakan satu-satunya gangguan irama dengan irama ventrikel yang cepat
dan tak teratur. Gangguan ini sering ditemukan pada penyakit jantung reuma
(stenosis mitralis) dan pada sklerosis arteria, lagi pula dapat terjadi baik
permanen maupun secara paroksismal.
Sebab lain yang menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium adalah
suatu tekanan yang terlalu tinggi di dalam atrium, miokarditis, perikarditis,
infeksi, trauma, operasi, intoksikasi, hipertireoidi atau stres psikis yang
hebat.
Sebagai tindakan preventif, pemberian kinidin atau amidaron sangat
berhasil dengan baik. Untuk pengobatan, sering dipertimbangkan pemakaian
digitalis. Oleh karena obat ini dapat memperlambat hantaran rangsangan

melalui AV junction. Sebagai akibatnya, frekuensi jantung menjadi


berkurang dan ini dengan sendirinya membuat hemodinamika menjadi lebih
baik. (A.A.H.Meurs 1990:116-117).
2.2.2.

Fibrilasi Ventrikel

Pada fibrilasi ventrikel tidak terdapat lagi koordinasi dari aktivitas


elektris ventrikel. Ini disebabkan karena begitu banyak tempat di ventrikel
yang memunculkan impuls, sehingga sel jantung tidak sempat
berdepolarisasi dan repolarisasi sempurna.

Gambar 2.3.Sinyal Fibrilasi Ventrikel


(sumber: http://jantungoke.blogspot.sg/2012/12/ventricular-fibrillationfibrilasi.html)

Pada keadaan ini ventrikel tidak mampu memompa darah dan


apabila tidak dilakukan koreksi, dalam beberapa menit saja akan diakhiri
dengan kematian, kecuali pada keadaan ini cepat ditangani dengan
defibrilasi.

2.3.

Defibrillator
Penderita yang mengalami fibrilasi telah dilakukan pengobatan melalui

message jantung (metoda mekanik) namun akan sangat berhasil apabila dilakukan
syok listrik pada daerah jantung. Otot jantung akan memberikan respon terhadap
eksitasi listrik, 60 Hz. AC, 6 amper dalam waktu 0,25 sampai 1 detik.
Penggunaan syock listrik untuk mensinkronisasikkan rithme jantung disebut
countershock/kountersyok. Apabila penderita tidak memberikkan respon terhadap
countershock/kountersyok,
defibrilasi. Metoda

dapat

dilakukan

countershock ini

(dr.J.F.Gabriel 1996:257).

pengulangan

dikenal dengan

hingga

terjadi

nama defibrilasi.

10

2.3.1.

Tipe Dasar Defibrillator


A. AC Defibrillator
Salah satu bentuk pesawat defibrilator yang paling awal adalah
AC defibrillator. Pesawat ini menghantarkan arus AC (Alternating
Current) ke jantung pasien dari PLN melalui step up transformator.
Untuk memperoleh tingkat energi yang diharapkan dibutuhkan
tegangan berkisar 80V-3000V dengan menggunakan internal paddle.
Namun kala menggunakan eksternal paddle tegangan yang
dibutuhkan hampir dua kalinya. Arus yang tersedia harus mampu
sebesar 4A-6A. Umumya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
proses selama 250ms. Namun sejalan pemakaiannya, alat ini
menimbulkan efek samping yang berbahaya, yaitu timbul fibrilasi
ventrikel.
B. Capasitive Discharge Defibrillator
Dengan menggunakan sirkit pelepasan kapasitas (capasitive
discharge circuit) akan diperoleh pulsa yang singkat dengan
amplitudo yang tinggi.

Gambar 2.4. capasitive discharge defibrillator


(sumber: John G. Webster, medical instrumentation, Application and
design)

Rangkaian ini mampu menghasilkan energi berkisar 50 Joule


sampai dengan 100 Joule apabila menggunakan internal paddles,
sedangkan pada saat menggunakan eksternal padles energi yang
dihasilkan mencapai 400 Joule. Energi yang disimpan dalam
kapasitor diperoleh berdasarkan rumus:

11

1
E= CV 2
............................................................(2.1)
2
Keterangan:
E = Energi pada kapasitor (Watt-detik atau Joule)
C = Kapasitansi (Farad)
V = Tegangan (Volt)
C. Delay Line Capasitive Discharge DC Defibrillator
Rangkaian ini mampu mempertahankan kondisi puncak lebih
lama, sehingga energi yang sama dapat diberikan pada waktu sama
tanpa harus mencapai tingkat arus tertentu.

Gambar 2.5. (a) rangkaian Delay Line Capasitive Discharge DC


Defibrillator. (b) gelombang yang tampak

D. Square wave defibrillator


Ditahun 1976, Geddes memperkenalkan rangkaian ini.
Pelepasan muatan dari kapasitor ke tubuh manusia melalui suatu seri
SCR (Sillicon Control Rectifier). Keluaran dari defibrillator ini diatur

12

oleh berbagai voltage pada kapasitor atau dari lamanya pelepasan


muatan. Rangkaian ini menghasilkan beberapa keuntungan:
1. Arus puncak yang lebih rendah,
2. Tidak menggunakan inductor,
3. Bisa menggunakan kapasitor dengan nilai yang lebih kecil,
4. Tidak menggunakan relay.
2.4.

Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan

dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x

1011

cm2

yang artinya

luas permukaan kepingan tersebut.


Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan
sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena
terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan
selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena
kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di
awan.

13

Gambar 2.6. Prinsip Kapasitor

2.4.1.

Kapasitansi
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor
untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18
menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 10

18

elektron. Kemudian Michael

Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki


kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat
muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q=C V

...(2.2)

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)


C = nilai kapasitansi dalam F (farad)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu
positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk
tabung.

Gambar 2.7. kapasitor elco dan simbolnya

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya


lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya,

14

kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya
seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).

Gambar 2.8. kapasitor dan simbolnya

2.4.2. Tipe Kapasitor


Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan
dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
kapasitor electrostatic, electrolytic dan electrochemical.
A. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat
dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan
mika adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat
kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai
beberapa F, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan
dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film
adalah bahan-bahan material seperti polyester

(polyethylene

terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,


polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek
dagang untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film.
Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-polar.
B.

Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor
yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya
kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan
tanda + dan - di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki

15

polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan


elektrolisa sehingga terbentuk kutub positif anoda dan kutub negatif
katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum,
aluminium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng
(zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan
metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui
proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda
metal yang dicelup ke dalam larutan elektrolit (sodium borate) lalu
diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan
negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan
mengoksidasi permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan
Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida
(Al O ) pada permukaannya.
2 3

Gambar 2.9. Bahan dalam kapsitor Elco

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisanmetal-oksida dan electrolyte (katoda) membentuk kapasitor. Dalam
hal ini lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2)
diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal
dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan
demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal
yang banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang
paling banyak dan murah adalah aluminium. Untuk mendapatkan

16

permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung


radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang
kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan
lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor tantalum ada yang cair tetapi
ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya
bukan larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya,
melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian
kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun
menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya
padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama.
Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi
dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.
C.

Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical.
Termasuk kapasitor jenis ini adalah battery dan accu. Pada
kenyataannya battery dan accu adalah kapasitor yang sangat baik,
karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage
current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam
pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun
kecil dan ringan, misalnya untuk aplikasi mobil elektrik dan telepon
selular.

2.5. Transistor BD 139


Transistor BD139 merupakkan jenis transistor NPN dimana arus mengalir
dari kolektor menuju emitter, jika basisnya dihubungkan ke ground (negatif). Arus
yang mengalir dari basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari
kolektor ke emitor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang
sebuah resistor. Transistor BD139 digunakan pada daya linear menengah dan
saklar.

17

Simbol
VCBO
VCEO

Parameter

Nilai

VEBO

Tegangan Collector-Base (IE = 0)


Tegangan Collector-Emitter (I B =
0)
Tegangan Emitter-Base (IC = 0)

IC

Arus pada Collector

ICM

Arus bocor pada Collector

IB

Arus pada basis

Ptot

Total Dissipation at Tc 25 C

Ptot

Total Dissipation at Tamb 25 C

Tstg

Suhu penyimpanan

Tj

Maksimal
suhu
pemasangan

pada

saat

Satuan

BD135
45

BD139
80

45

80

5
1.5
3
0.5
12.5
1.25
-65 sampai 150
150

Gambar 2.10 transistor BD139 dan


simbol transistor NPN

Tabel 2.1. parameter kerja transistor BD139

Sumber: datasheet Transistor BD139

V
V
V

A
A
A
W
W
C
C

18

Pemasangan maupun penggunaan transistor BD 139 melebihi parameter


maksimum yang terdapat pada tabel dapat merusak komponen atau tidak dapat
berfungsi.
2.6. Transistor 2N3055
Transistor NPN 2N3055 adalah sebuah transistor yang sangat sering
digunakan sebagai saklar dengan daya besar pada sebuah rangkaian elektronika.

Gambar 2.11 pin pada transistor 2N3055


(Sumber: http://www.brighthubengineering.com/diy-electronicsdevices/122839-understanding-2n3055-transistor-datasheet-explored/)

Tabel 2.2. parameter kerja transistor 2N3055

19

Simbo
l

Parameter

Nilai
NP
N
PNP

VCBO

Tegangan Collector-Base (IE = 0)

VCER

Tegangan Collector-Emitter (IB =


0)

VEBO

Tegangan Emitter-Base (IC = 0)

IC

Arus pada Collector

IB

Arus pada basis

Ptot

Total Dissipation at Tc 25 C

Tstg

Suhu penyimpanan

Tj

Maksimal
suhu
pemasangan

Satuan

2N3055
MJ2955
V

100

pada

saat

70
7
15
7

A
A
W

115
-65 sampai 200
100

Sumber:

C
C

Datasheet Transistor 2N3055

2.7. Atmega 16
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu
serpih(chip). Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena
sudah terdapat atau berisikan ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write
Memory),beberapa bandar masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral
sepertipencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital converter), DAC (Digital to
Analogconverter) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu
mikrokontroler AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC (Reduce Instuction
SetCompute)

bit

berdasarkan

arsitektur

Harvard.

Secara

umum

mikrokontrolerAVR dapat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu


keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny.
Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,
peripheral, dan fiturnya Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal

20

mikrokontroler ATMega16 terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and


Logical Unit (ALU), himpunan register kerja, register dan dekoder instruksi, dan
pewaktu beserta komponen kendali lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor,
mikrokontroler menyediakan memori dalam serpih yang sama dengan
prosesornya (in chip).
2.7.1.

Konfigurasi PIN pada Atmega16


Konfigurasi pin mikrokontroler Atmega16 dengan kemasan 40 pena
dapat dilihat pada Gambar .Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega16
memiliki 8 pin untuk masing-masing bandar A (Port A), bandar B (Port B),
bandar C (Port C), dan bandar D (Port D).

Gambar 2.12 Konfigurasi PIN Atmega16


(Sumber: http://www.engineersgarage.com/electroniccomponents/atmega16-microcontroller)

2.7.2.
A.

Fungsi Tiap PIN atmega 16

VCC (Power Supply) dan GND(Ground)


B. PORT A (PA7-PA0)
PORT A berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D.
PORT A juga sebagai suatu PORT I/O 8-bit dua arah, jika A/D
konverter tidak digunakan.
C. PORT B (PB0-PB7)
PORT B adalah suatu PORT I/O 8-bit dua arah dengan resistor
internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit).
D. PORT C (PC0-PC7)

21

PORT C adalah 8-bit bi-directional I / O port dengan resistor pullup internal (dipilih untuk setiap bit). Output buffer pada PORT C
memiliki karakteristik drive yang simetris dengan kedua sink
tinggi dan kapabilitas sumber .
Pada saat digunakan sebagai input, pin PORT C akan menarik
rendah arus sumber eksternal jika pull-up resistor diaktifkan. Pin
PORT C adalah tri-stated pada saat reset, bahkan jika clock tidak
berjalan. Jika antarmuka JTAG diaktifkan, resistor pull-up pada
pin PC5 (TDI), PC3 (TMS) dan PC2 (TCK) akan diaktifkan
bahkan pada saat reset.
E. PORT D (PD0-PD7)
PORT D adalah 8-bit bi-directional I / O port dengan resistor pullup internal (dipilih untuk setiap bit). Output buffer pada PORT D
memiliki karakteristik drive yang simetris dengan kedua sink
tinggi dan kapabilitas sumber .
Pada saat digunakan sebagai input, pin PORT D akan menarik
rendah arus sumber eksternal jika pull-up resistor diaktifkan. Pin
PORT D adalah tri-stated pada saat reset, bahkan jika clock tidak
berjalan.
F. RESET
PIN reset berfungsi untuk mngulang program ke awal ketika
sedang berjalan, reset berfungsi jika inputan pada pin reset rendah
atau low level.
G. XTAIL1 ( Input Ossilator)
H. XTAIL2 ( output Ossilator)
I. AVCC
Adalah pin penyedia tegangan untuk PORT A dan Konverter A/D.
J. AREF
Adalah pin referensi analog untuk konverter A/D.
2.8. LM 317
LM 317 merupakan sebuah IC regulator dengan 3 terminal yang dapat
diatur, IC ini mampu mensupplay arus lebih dari 1.5 A dengan rentang tegangan
1.5 V sampai 35 V. untuk mengatur tegangan output hanya dibutuhkan 2 buah
resistor yang di pasang antara kaki output dan adjustable.

22

Gambar 2.13 gambar pin LM 317, I (Vin),


O (Vout), A (adjustable)

Selain memiliki keunggulan yang lebih baik dari pada IC regulator tetap,
LM 317 juga memiki pembatas arus, perlindungan terhadap panas yang
berlebihan, dan perlindungan terhadap safe-operating-area. Semua perlindungan
akan tetap berfungsi walaupun terminal Adjust tidak terhubung dengan rangkaian.

Gambar 2.14 aplikasi LM 317


(Sumber: Datasheet LM317)

Salah satu aplikasi LM 317 untuk regulator tegangan pada charger aki atau
beterai, dengan tegangan uotpu dapat dihitung melalui rumus :
R2
Vout = Vref (1 + R 1 )..(2.3)

23

Dimana nilai Vref dan Iadj dapat dilihat di dalam datasheet LM317.

Anda mungkin juga menyukai